Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

I. PENGERTIAN
Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada
mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Mansjoer dkk,1999). Sedangkan menurut Francis
dan John (2000), Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme
dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin
atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.
II. KLASIFIKASI
Klasifikasi Diabetes Mellitus dari National Diabetus Data Group: Classification and
Diagnosis of Diabetes Mellitus and Other Categories of Glucosa Intolerance:
1.
a.
1)
2)

Klasifikasi Klinis
Diabetes Mellitus
Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I
Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang tidak mengalami obesitas

b.
c.
2.
a.
b.

, dan DMTTI dengan obesitas)


Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)
Diabetes Kehamilan (GDM)
Klasifikasi risiko statistik
Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa
Pada Diabetes Mellitus tipe 1 sel-sel pancreas yang secara normal menghasilkan
hormon insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sebagai akibatnya penyuntikan
insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Diabetes mellitus tipe I
ditandai oleh awitan mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun. Diabetes
mellitus tipe II terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi
insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin.

III.ETIOLOGI
1. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel pancreas.
2. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola
familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun
dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran
terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor
permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan
transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat
kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh
berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel.
Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan
system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu
yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi
insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia
(Price,1995). Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung
insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang
merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan,
terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa
kanak-kanak.
3. Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya
adalah:
a. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)

b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnis
IV. PATOFISIOLOGI
Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan
mengganti sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh
dapat berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan
makanan yang kita makan setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur
karbohidrat, lemak dan protein (Suyono,1999).
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami
metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40%
diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut terganggu karena
terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya
terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi
darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat
kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar
gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi
ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi
hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam
darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan
dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka
sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi
intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus
terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke
sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein
menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka
klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia.
Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah
yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh
bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan,
akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan

asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetik
(Price,1995).
V. GEJALA KLINIS
Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Mellitus apabila
menderita dua dari tiga gejala yaitu
1. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan.
2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes
Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat badan menurun, Lemah, Kesemutan,
Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan.
VI. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999) adalah
1. Akut
a. Hipoglikemia dan hiperglikemia
b. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner
(cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh
pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner, 1990).
Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
Neuropati diabetik
Retinopati diabetik
Nefropati diabetik
Proteinuria
Kelainan koroner
Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)

2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:


1)
2)
3)
4)
5)
6)

Grade 0
Grade I
Grade II
Grade III
Grade IV
Grade V

: tidak ada luka


: kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
: kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
: terjadi abses
: Gangren pada kaki bagian distal
: Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal

VII. PENEGAKKAN DIAGNOSTIK


Kriteria yang melandasi penegakan diagnosa DM adalah kadar glukosa darah yang
meningkat secara abnormal. Kadar gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya

di atas 140 mg/dl atau kadar glukosa darah sewaktu diatas 200 mg/dl pada satu kali
pemeriksaan atau lebih merupakan criteria diagnostik penyakit DM.
VIII.PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa
darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola
aktivitas pasien.
Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:
1. Diet
a. Syarat diet DM hendaknya dapat:
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
4) Mempertahankan kadar KGD normal
5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
7) Menarik dan mudah diberikan

b. Prinsip diet DM, adalah:


1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis: boleh dimakan/tidak
c. Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan
kalorinya.
1) Diit DM I
2) Diit DM II
3) Diit DM III
4) Diit DM IV
5) Diit DM V
6) Diit DM VI
7) Diit DM VII
8) Diit DM VIII

: 1100 kalori
: 1300 kalori
: 1500 kalori
: 1700 kalori
: 1900 kalori
: 2100 kalori
: 2300 kalori
: 2500 kalori

Keterangan :
Diit I s/d III

: diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk

Diit IV s/d V

: diberikan kepada penderita dengan berat badan normal

Diit VI s/d VIII

: diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau


diabetes komplikasi.

Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu:


J I : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah
J II : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.
J III : jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of relative
body weight (BBR= berat badan normal) dengan rumus:
BB (Kg)
BBR =

X 100 %

TB (cm) 100

Kurus (underweight)
Normal (ideal)
Gemuk (overweight)
Obesitas, apabila
Obesitas ringan
Obesitas sedang
Obesitas berat
Morbid

:
:
:
:
:
:
:
:

BBR < 90 %
BBR 90 110 %
BBR > 110 %
BBR > 120 %
BBR 120 130 %
BBR 130 140 %
BBR 140 200 %
BBR > 200 %

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang
bekerja biasa adalah:

Kurus
Normal
Gemuk
Obesitas

:
:
:
:

BB X 40 60 kalori sehari
BB X 30 kalori sehari
BB X 20 kalori sehari
BB X 10-15 kalori sehari

2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1 jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan
kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas
insulin dengan reseptornya.
b. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
d. Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein

e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang
pembentukan glikogen baru
f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam
lemak menjadi lebih baik.
3. Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah satu
bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara
atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan
sebagainya.
4. Obat
Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
1). Mekanisme kerja sulfanilurea
a. kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
b. kerja OAD tingkat reseptor
2). Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat
meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
a. Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatik
b. Menghambat absorpsi karbohidrat
c. Menghambat glukoneogenesis di hati
3). Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
a. Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
b. Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler
4). Insulin
Indikasi penggunaan insulin
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

DM tipe I
DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
DM kehamilan
DM dan gangguan faal hati yang berat
DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
DM dan TBC paru akut
DM dan koma lain pada DM
DM operasi
DM patah tulang
DM dan underweight
DM dan penyakit Graves

IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik
PK : Infeksi

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan tubuh mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor
biologis.
PK: Hipo / Hiperglikemi
c. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik: perubahan
sirkulasi, imobilitas dan penurunan sensabilitas (neuropati)
d. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak nyaman nyeri, intoleransi
aktifitas, penurunan kekuatan otot
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal (Familiar) dengan
sumber informasi.
f. Kelelahan berhubungan dengan status penyakit
g. Sindrom deficit self care b/d kelemahan, penyakitnya
RENPRA DM
No
Diagnosa
Tujuan
1
Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan askep
injuri fisik

.jam tingkat

Intervensi
Manajemen nyeri :
Kaji
tingkat
nyeri

Kenyamanan dg KH:

komprehensif

Klien mengatakan nyeri

karakteristik,

secara

termasuk
durasi,

lokasi,
frekuensi,

kualitas
berkurang (skala 2-3)
Observasi reaksi nonverbal dari
ekspresi wajah tenang
ketidaknyamanan.
v/s dbn (TD 120/80
Gunakan
teknik
komunikasi
mmHg, N: 60-100
terapeutik
untuk
mengetahui
x/mnt,
RR:
16pengalaman
nyeri
klien
20x/mnt)
sebelumnya.
Klien dapat istirahat dan
Kontrol
lingkungan
yang
tidur
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan.
Kurangi presipitasi nyeri.
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologis/non farmakologis)..
Ajarkan teknik non farmakologis
(relaksasi,

distraksi

dll)

untuk

mengetasi nyeri..
Berikan analgetik untuk mengurangi

nyeri.
Evaluasi

tindakan

pengurang

nyeri/kontrol nyeri.
Kolaborasi dengan dokter bila ada
komplain

tentang

pemberian

analgetik tidak berhasil.


Monitor penerimaan klien tentang
manajemen nyeri.
Administrasi analgetik :.
Cek program pemberian analogetik;
jenis, dosis, dan frekuensi.
Cek riwayat alergi.
Tentukan analgetik pilihan,

rute

pemberian dan dosis optimal.


Monitor TTV sebelum dan sesudah
pemberian analgetik.
Berikan analgetik tepat

waktu

terutama saat nyeri muncul.


Evaluasi efektifitas analgetik, tanda
dan gejala efek samping.

PK : Infeksi

Setelah dilakukan askep Pantau tanda dan gejala infeksi


jam

perawat

menangani

akan

primer & sekunder


/ Bersihkan lingkungan setelah dipakai

mengurangi komplikasi
defisiensi imun

pasien lain.
Batasi pengunjung bila perlu.
Intruksikan kepada keluarga untuk
mencuci tangan saat kontak dan
sesudahnya.
Gunakan sabun anti miroba untuk
mencuci tangan.
Lakukan cuci tangan sebelum dan

sesudah tindakan keperawatan.


Gunakan baju dan sarung tangan
sebagai alat pelindung.
Pertahankan teknik aseptik untuk
setiap tindakan.
Lakukan perawatan luka dan dresing
infus setiap hari.
Amati keadaan luka dan sekitarnya
dari tanda tanda meluasnya
infeksi
Tingkatkan intake nutrisi.dan cairan
Berikan antibiotik sesuai program.
Monitor hitung granulosit dan WBC.
Ambil kultur jika perlu dan laporkan
bila hasilnya positip.
Dorong istirahat yang cukup.
Dorong peningkatan mobilitas dan
latihan.
Ajarkan keluarga/klien tentang tanda
3

dan gejala infeksi.


Ketidakseimbangan Setelah dilakukan askep Manajemen Nutrisi
klien Kaji pola makan klien
Kaji adanya alergi makanan.
kebutuhan
tubuh menunjukan status
Kaji makanan yang disukai oleh
b/d intake nutrisi in nutrisi
klien.
adekuat
adekuat dibuktikan
Kolaborasi dg ahli gizi untuk
dengan BB stabil tidak
penyediaan nutrisi terpilih sesuai
terjadi mal
nutrisi,
dengan kebutuhan klien.
tingkat energi adekuat, Anjurkan klien untuk meningkatkan
nutrisi kurang dari jam

masukan nutrisi adekuat

asupan nutrisinya.
Yakinkan diet yang

dikonsumsi

mengandung cukup serat untuk


mencegah konstipasi.
Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi dan pentingnya bagi tubuh
klien.
Monitor Nutrisi

Monitor

BB

setiap

hari

jika

memungkinkan.
Monitor respon klien terhadap situasi
yang mengharuskan klien makan.
Monitor lingkungan selama makan.
Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak bersamaan dengan waktu
klien makan.
Monitor adanya mual muntah.
Monitor adanya gangguan dalam
proses

mastikasi/input

makanan

misalnya perdarahan, bengkak dsb.


Monitor intake nutrisi dan kalori.
4

PK:

Hipo

Hiperglikemi

/ Setelah dilakukan askep Managemen Hipoglikemia:


jam diharapkan Monitor tingkat gula darah sesuai
perawat

akan

menangani

indikasi

Monitor
tanda dan gejala hipoglikemi
dan

meminimalkan episode

; kadar gula darah < 70 mg/dl, kulit

hipo / hiperglikemia.

dingin, lembab pucat, tachikardi,


peka rangsang, gelisah, tidak sadar ,
bingung, ngantuk.
Jika klien dapat menelan berikan jus
jeruk / sejenis jahe setiap 15 menit
sampai kadar gula darah > 69 mg/dl
Berikan glukosa 50 % dalam IV
sesuai protokol
K/P kolaborasi dengan ahli gizi untuk
dietnya.
Managemen Hiperglikemia
Monitor GDR sesuai indikasi
Monitor tanda dan gejala diabetik
ketoasidosis ; gula darah > 300
mg/dl, pernafasan bau aseton, sakit
kepala,

pernafasan

kusmaul,

anoreksia,

mual

dan

muntah,

tachikardi, TD rendah, polyuria,


polidypsia,poliphagia,
pandangan

kabur

keletihan,
atau

kadar

Na,K,Po4 menurun.
Monitor v/s :TD dan nadi sesuai
indikasi
Berikan insulin sesuai order
Pertahankan akses IV
Berikan IV fluids sesuai kebutuhan
Konsultasi dengan dokter jika tanda
dan gejala Hiperglikemia menetap
atau memburuk
Dampingi/ Bantu

ambulasi

jika

terjadi hipotensi
Batasi latihan ketika gula darah >250
mg/dl khususnya adanya keton pada
urine
Pantau

jantung

dan

sirkulasi

( frekuensi & irama, warna kulit,


waktu

pengisian

kapiler,

nadi

perifer dan kalium


Anjurkan banyak minum
Monitor status cairan I/O sesuai
kebutuhan

Kerusakan

Setelah dilakukan askep Wound care


integritas jaringan .... jam Wound healing Catat karakteristik luka:tentukan
ukuran dan kedalaman luka, dan
faktor
mekanik: meningkat:
klasifikasi pengaruh ulcers
perubahan
Dengan criteria
Catat karakteristik cairan secret yang
sirkulasi, imobilitas Luka mengecil dalam
keluar
dan
penurunan ukuran dan peningkatan Bersihkan dengan cairan anti bakteri
Bilas dengan cairan NaCl 0,9%
sensabilitas
granulasi jaringan
Lakukan nekrotomi K/P
(neuropati)
Lakukan tampon yang sesuai
Dressing dengan kasa steril sesuai
kebutuhan
Lakukan pembalutan
Pertahankan tehnik dressing steril
ketika melakukan perawatan luka
Amati setiap perubahan pada balutan
Bandingkan dan catat setiap adanya
perubahan pada luka
Berikan posisi terhindar dari tekanan

Kerusakan

Setelah

dilakukan Terapi Exercise : Pergerakan sendi

mobilitas fisik b/d Askep .... jam dapat Pastikan keterbatasan gerak sendi
nyeri,

intoleransi teridentifikasi Mobility

aktifitas, penurunan level


kekuatan otot

Joint movement: aktif.


Self care:ADLs
Dengan criteria hasil:
Aktivitas
meningkat
ROM normal
Melaporkan

yang dialami
Kolaborasi dengan fisioterapi
Pastikan motivasi klien

mempertahankan pergerakan sendi


Pastikan klien untuk mempertahankan

pergerakan sendi
fisik Pastikan klien bebas

perasaan

untuk

dari

nyeri

sebelum diberikan latihan


Anjurkan ROM Exercise

aktif:

jadual; keteraturan, Latih ROM

peningkatan kekuatan
kemampuan

pasif.
dalam Exercise promotion
Bantu identifikasi program latihan

bergerak
Klien bisa melakukan

aktivitas
Kebersihan diri klien

yang sesuai
Diskusikan dan instruksikan pada

klien mengenai latihan yang tepat


terpenuhi walaupun Exercise terapi ambulasi
Anjurkan dan Bantu klien duduk di
dibantu oleh perawat
tempat tidur sesuai toleransi
atau keluarga
Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai
toleransi
Fasilitasi penggunaan alat Bantu

Self care assistance:


Bathing/hygiene, dressing, feeding
and toileting.
Dorong keluarga untuk berpartisipasi
untuk

kegiatan

mandi

dan

kebersihan diri, berpakaian, makan

dan toileting klien


Berikan bantuan kebutuhan sehari
hari sampai klien dapat merawat
secara mandiri
Monitor kebersihan

kuku,

kulit,

berpakaian , dietnya dan pola


eliminasinya.
Monitor kemampuan perawatan diri
klien dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari
Dorong klien melakukan aktivitas
normal

keseharian

sesuai

kemampuan
Promosi aktivitas sesuai usia

Kurang

Setelah dilakukan askep Teaching : Dissease Process

pengetahuan

....

tentang

jam jam, Kaji tingkat pengetahuan klien dan

penyakit pengetahuan

klien

dan perawatan nya meningkat

keluarga tentang proses penyakit


Jelaskan
tentang
patofisiologi
penyakit, tanda dan gejala serta

b/d kurang paparan Dg KH:


terhadap informasi, Klien / keluarga mampu
terbatasnya

menjelaskan kembali

kognitif

apa

yang

penyebab yang mungkin


Sediakan informasi tentang kondisi

klien
telah Siapkan keluarga atau orang-orang

dijelaskan
Klien
kooperatif

yang

berarti

dengan

informasi

/keluarga

tentang perkembangan klien

Sediakan
informasi tentang diagnosa
saat

dilakukan tindakan

klien
Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang
akan datang dan atau kontrol proses
penyakit
Diskusikan tentang pilihan tentang
terapi atau pengobatan
Jelaskan alasan dilaksanakannya
tindakan atau terapi
Gambarkan
komplikasi

yang

mungkin terjadi
Anjurkan klien untuk mencegah efek
samping dari penyakit
Gali sumber-sumber atau dukungan
yang ada
Anjurkan klien untuk melaporkan
tanda dan gejala yang muncul pada
petugas kesehatan
Kolaborasi dg tim yang lain.
7

Sindrom defisit self Setelah


care b/d kelemahan

dilakukan Bantuan perawatan diri

asuhan keperawatan Monitor kemampuan pasien terhadap


jam

klien

mampu

perawatan diri
Monitor kebutuhan akan personal

Self care :Activity Daly

hygiene, berpakaian, toileting dan

Perawatan diri
Living (ADL) dengan
indicator :
Pasien dapat melakukan

makan
Beri
bantuan
mempunyai

sampai

klien

kemapuan

untuk

merawat diri
sehari-hari Bantu klien dalam
(makan, berpakaian,
kebutuhannya.
aktivitas

memenuhi

kebersihan, toileting, Anjurkan klien untuk melakukan


ambulasi)

aktivitas

sehari-hari

sesuai

Kebersihan diri pasien


terpenuhi

kemampuannya
Pertahankan aktivitas perawatan diri
secara rutin
Evaluasi kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Berikan reinforcement atas usaha
yang dilakukan dalam melakukan
perawatan diri sehari hari.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, (1998), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.
Doenges, E. Marylinn, dkk, (1994), Rencana Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Sistem Endokrin, EGC Jakarta.
Doenges, E. Marylin, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan (edisi 3), EGC, Jakarta.
Engram, Barbara, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
Guyton and Hall, (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC. Jakarta.
Long, C. Barbara, (1996), Perawatan Medikal Bedah , Ikatan Alumni Pendidikan
Padjajaran Bandung.

Purmoharjo, Hotma, SKp, (1994), Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem


Endokrin, EGC, Jakarta.
Price, A. Sylvia dan Lorraine M. Wilson, (1995), Patofisiologi, Edisi IV, EGC. Jakarta.
Tjokronegoro, Arjatmo, Prof. dr. Ph.D, Hendra Utama,(1999), Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Edisi III, EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai