Anda di halaman 1dari 52

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diabetes Mellitus

1. Pengertian Diabetes Mellitus (DM)

Diabetes Melitus atau lebih sering disebut penyakit kencing

manis atau penyakit gula darah merupakan salah satu golongan

penyakit kronis yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula

dalam darah, yang di akibatkan oleh adanya gangguan sistem

metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas, yang

berfungsi untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah

mengalami peningkatan sehingga kadar insulin dalam tubuh

menjadi tidak terkontrol. Insulin dibutuhkan untuk mengubah

(memproses) karbohidrat, lemak dan protein menjadi energi yang

diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin berfungsi menurunkan

kadar gula dalam darah (Faswita, 2019).

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang disebabkan oleh

kelainan sekresi insulin. DM juga merupakan salah satu dari lima

kondisi kronis terpenting yang mempengaruhi orang tua dan tidak

dapat disembuhkan. Peningkatan kadar gula darah dalam tubuh

yang tidak segerah ditangani dengan baik dalam rentang waktu


yang cukup lama dapat menyebabkan komplikasi seperti

retinopathy, dan gangrene (Damayanti et al., 2020).

2. Etiologi Diabetes Mellitus

a. DM tipe 1 (IDDM/ Insulin Depenent Diabetes Melitus)

1) Faktor genetik /herediter : Peningkatan kerentanan sel – sel

beta dan perkembangan antibody autoimun terhadap

penghancuran sel – sel beta.

2) Faktor imunologi : respon autoimun abnormal – antibody

menyerang jaringan normal yang dianggap jaringan asing

b. DM tipe 2 ( NIDDM)

Suatu kondisi kronis yang mempengaruhi cara tubuh

memproses gula darah, pada DM tipe 2 ini tubuh tidak

memproduksi insulin atau menolak insulin. Dm tipe 2 ini di

sebabkan oleh :

1) Obesitas : obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin

dari sel target diseluruh tubuh – insulin yang tersedia

menjadi kurang efektif dalam menigkatkan efek metabolic.

2) Usia : Usia cenderung meningkat di atas usia 65 tahun

3) Riwayat keluarga

4) DM Malnutrisi
Kekurangan protein kronik menyebabkan hipofungsi

pankreas.

5) DM tipe Lain

Dm tipe lain disebabkan oleh penyakit pankreas,

penyakit hormonal, dan obat- obatan.

3. Patofisiologi Diabetes Mellitus

Resistensi insulin pada otot adalah kelainan yang paling

awal terdeteksi dari diabetes tipe 2 . Adapun penyebab dari

resistensi insulin yaitu : obesitas/kelebihan berat badan,

glukortikoid berlebih (sindrom cushing atau terapi steroid), hormon

pertumbuhan berlebih (akromegali), kehamilan, diabetes

gestasional, penyakit ovarium polikistik, lipodistrofi (didapat atau

genetik, terkait dengan akumulasi lipid di hati), autoantibodi pada

reseptor insulin, mutasi reseptor insulin, mutasi reseptor aktivator

proliferator peroksisom (PPAR γ), mutasi yang menyebabkan

obesitas genetik (misalnya: mutasi reseptor melanokortin), dan

hemochromatosis (penyakit keturunan yang menyebabkan

akumulasi besi jaringan) (Lestari et al., 2021).

Pada diabetes tipe 2, sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun, sehingga insulin tidak dapat diproduksi.

Hiperglikemia puasa terjadi karena produksi glukosa yang tidak

dapat diukur oleh hati. Meskipun glukosa dalam makanan tetap

berada di dalam darah dan menyebabkan hiperglikemia


postprandial (setelah makan), glukosa tidak dapat disimpan di hati.

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak

akan dapat menyerap kembali semua glukosa yang telah disaring.

Oleh karena itu ginjal tidak dapat menyerap semua glukosa yang

disaring. Akibatnya, muncul dalam urine (kencing manis). Saat

glukosa berlebih diekskresikan dalam urine, limbah ini akan

disertai dengan ekskreta dan elektrolit yang berlebihan.

Kondisi ini disebut diures osmotik. Kehilangan cairan yang

berlebihan dapat menyebabkan peningkatan buang air kecil

(poliuria) dan haus (polidipsia) (Lestari et al.,2021).

Kekurangan insulin juga dapat mengganggu metabolisme protein

dan lemak, yang menyebabkan penurunan berat badan. Jika terjadi

kekurangan insulin, kelebihan protein dalam darah yang

bersirkulasi tidak akan disimpan di jaringan. Dengan tidak

adanya insulin, semua aspek metabolisme lemak akan

meningkat pesat. Biasanya hal ini terjadi di antara waktu

makan, saat sekresi insulin minimal, namun saat sekresi insulin

mendekati, metabolisme lemak pada DM akan meningkat secara

signifikan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah

pembentukan glukosa dalam darah, diperlukan peningkatan jumlah

insulin yang disekresikan oleh sel beta pankreas. Pada penderita

gangguan toleransi glukosa, kondisi ini terjadi akibat sekresi

insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan tetap pada


level normal atau sedikit meningkat. Namun, jika sel beta tidak

dapat memenuhi permintaan insulin yang meningkat, maka kadar

glukosa akan meningkat dan diabetes tipe II akan berkembang

(Lestari et al., 2021).

4. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Menurut (Hardianto, 2020) Secara umum DM dikelompokkan

menjadi 4 kelompok, yaitu :

a. Diabetes Mellitus Tipe 1 (DMT1) : Suatu kondisi kronis dimana

saat pankreas memproduksi insulin dengan jumlah yang sedikit

atau tidak sama sekali.

b. Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2) : DM tipe 2 ini

diakibatkan oleh beberapa penyebab yaitu, jumlah insulin yang

berlebihan tetapi tidak dapat berfungsi dengan baik, dan

bisa juga di sebabkan oleh kekurangan insulin atau terdapat

gangguan pada sekresi insulin.

c. Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) : DM gestational ini

biasanya terjadi pada ibu hamil karena adanya peningkatan

insulin yang bersifat sementara.

d. Diabetes spesifik lain : DM tipe lain merupakan diabetes

sebagai akibat dari penyakit lain. Diabetes sekunder muncul

setelah adanya suatu penyakit yang mengganggu produksi

insulin atau memengaruhi kerja insulin.


5. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus

Menurut (Lestari et al., 2021) Tanda dan Gejala dari penyakit

DM yaitu antara lain :

a. Poliuria (sering buang air kecil)

Karena kadar gula yang tinggi, mengakibatkan pendrita DM akan

mengalami banyak buang air kecil pada malam dan hal itu

sangat menggangu kenyamanan pada penderita DM.

b. Polifagia (cepat merasa lapar)

Ketidakseimbangan penyerapan kalori dalam tubuh

mengakibatkan penderita DM selalu merasakan lapar yang

berlebihan, hal tersebut mengakibatkan penderita banyak makan.

c. Polidipsia (banyak minum)

Banyak nya pengeluaran cairan pada tubuh penderita diabetes

mellitus melalui buang air kecil mengakibatkan penderita selalu

mersakan haus yang berlebihan.

d. Berat badan menurun

Kekurangan glukosa darah yang masuk ke sel dalam tubuh, dan

mengakibatkan tubuh kekurangan energi yang digunakan

sebagai sumber tenaga oleh penderita mengakibatkan penderita

merasa lemah. Karena glukosa darah yang masuk tidak terlalu


banyak maka untuk mencari tenaga diambil dari lemak dan otot

di dalam tubuh yangmengakibatkan berat badan pendrita

menjadi turun dan penderita menjadi kurus.

6. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Pilar penatalaksanaan pengendalian diabetes mellitus Menurut

(Suciana & Arifianto, 2021) yaitu sebagai berikut :

a. Edukasi

Edukasi yang diberikan adalah pengetahuan tentabf diabetes

mellitus, seperti pengertian, promosi perilaku hidup

sehat dan pengaturan gula darah yang dilakukan secara

mandiri dan tanda gejala terjadinya hipo/hiperglikemi serta cara

pencegahannya.

b. Perencanaan Makan

Pengaturan pola makan merupakan hal paling penting yang harus

di lakukan oleh penderita DM .pengaturan pola makan yang

harusdilakukan adalah memberikan menu makanan yang

seimbang sesuai dengan kebutuhan yang di perlukan, yang

melibatkan alhli gizi dalam pemberian pola makan tersebut.

c. Pengobatan Farmakologi

Selain memberikan edukasi, pengaturan pola makan dan aktivitas

fisik penderita juga harus melakukan pengobatan dan terapi yang

rutin sesuai dengan apa yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan ,


terapi yang bisa dilakukan oleh penderita DM adalah pemberian

insulin dan obat antibiotik oral.

d. Latihan fisik

Penderita di anjurkan untuk melakukan aktivitas pisik selama

150menit/minggu atau 3 kali dalam seminggu, pada penderita

DM aktivitas yang dilakukan mulai dari aktivitas yang ringan

dengan durasi yang singkat seperti jalan kaki dan selanjutnya

tahap aktivitas di tingkatkan.

e. Monitor kadar gula darah.

Pemantauan gula darah yang dilakukan secara rutin dan mandiri

adalah untuk mendeteksi diri dan mencegah kenaikan atau

penurunan gula darah, pemantauan gula darah juga dapat

mengurangi terjadinya komplikasi dari penyakit DM tersebut

dalam jangka waktu yang lama.

7. Faktor Diabetes Mellitus

Menurut (Pangestika et al., 2022) faktor risiko diabetes

mellitus dibedakan menjadi dua, yang pertama adalah faktor risiko

yang tidak dapat berubah, kedua adalah faktor risiko yang dapat

diubah sebagai berikut :

a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah :

1) Umur Manusia mengalami penurunan fisiologis setelah

umur 40 tahun. Diabetes Mellitus sering muncul setelah


manusia memasuki umur rawan tersebut. semakin

bertambahnya umur, maka risiko menderita Diabetes

Mellitus akan meningkat terutama umur 45 tahun

(kelompok risiko tinggi).

2) Jenis kelamin Distribusi penderita Diabetes Mellitus

menurut jenis kelamin sangat bervariasi. Di Amerika

Serikat penderita Diabetes Mellitus lebih banyak terjadi

pada perempuan daripada laki-laki. Namun, mekanisme

yang menghubungkan jenis kelamin dengan Diabetes

Mellitus belum jelas.

3) Faktor keturunan Diabetes Mellitus cenderung diturunkan.

Adanya riwayat Diabetes Mellitus dalam keluarga terutama

orang tua dan saudara kandung memiliki risiko lebih besar

terkena penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga

yang tidak menderita Diabetes Mellitus. Ahli menyebutkan

bahwa Diabetes Mellitus 11 merupakan penyakit yang

terpaut kromosom seks atau kelamin. Umumnya, lakilaki

menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan perempuan

sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada

anak-anaknya.
4) Riwayat penderita Diabetes Melitus gestasional

Diabetes gestasional dapat terjadi sekitar 2-5% pada ibu

hamil. Biasanya Diabetes Mellitus akan hilang setelah

anak lahir. Namun, dapat pula terjadi Diabetes Mellitus

dikemudian hari. Ibu hamil yang menderita Diabetes

Mellitus akan melahirkan bayi besar dengan berat lebih dari

4000 gram. Apabila hal ini terjadi, maka kemungkinan besar

si ibu akan mengidap Diabetes Melitus tipe II kelak.

b. Faktor risiko yang dapat diubah :

1) Obesitas Berdasarkan beberapa teori menyebutkan bahwa

obesitas merupakan factor predisposisi terjadinya

resistensi insulin. Semakin banyak jaringan lemak pada

tubuh maka tubuh semakin resisten terhadap kerja insulin,

terutama bila lemak tubuh atau kelebihan berat badan

terkumpul di daerah sentral atau perut. Lemak dapat

memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat

diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam pembuluh

darah, sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah.

Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya Diabetes

Mellitus tipe II dimana sekitar 80-90% penderita mengalami

obesitas 12
2) Aktivitas fisik kurang Berdasarkan penelitian bahwa

aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dapat

menambah sensitivitas insulin. Prevalensi Diabetes Mellitus

mencapai 2-4 kali lipat terjadi pada individu yang kurang

aktif dibandingkan dengan individu yang aktif. Semakin

kurang aktivitas fisik, maka semakin mudah seseorang

terkena penyakit Diabetes Mellitus. Olahraga atau aktivitas

fisik dapat membantu mengontrol berat badan. Glukosa

dalam darah akan dibakar menjadi energi, sehingga sel-sel

tubuh menjadi lebih sensitif terhadap insulin. Selain itu,

aktivitas fisik yang teratur juga dapat melancarkan

peredaran darah, menurunkan faktor risiko terjadinya

Diabetes Mellitus.

3) Pola makan yang salah dapat mengakibatkan kurang gizi

atau kelebihan berat badan. Kedua hal tersebut dapat

meningkatkan risiko terkena Diabetes Mellitus. kurang gizi

(malnutrisi) dapat mengganggu fungsi pankreas dan

mengakibatkan gangguan sekresi insulin. Sedangkan

kelebihan berat badan dapat mengakibatkan gangguan kerja

insulin.
8. Diagnosa Diabetes Mellitus

Menurut (Hardianto, 2020) Diagnosis diabetes mellitus

dapat di temukan dari pemeriksaan kadar gula darah, pemeriksaan

gula darah yang di anjurkan yaitu dengan cara pemeriksaan glukosa

secara enzimatik terhadap plasma darah vena. Penentuan hasil

pengobatan dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan gula darah

kapiler dengan glukometer.

Menurut (Hardianto, 2020) Diabetes mellitus dapat didiagnosis

dengan 4 jenis pemeriksaan, seperti :

a. pemeriksaan glukosa plasma saat puasa > 7,0 mmol/L (126

mg/dL)

b. pemeriksaan glukosa plasma setelah 2 jam pemberian glukosa

oral 75 g atau pemeriksaan toleransi > 11,1 mmol/L (200

mg/dL)

c. pemeriksaan HbA1C > 6,5% (48 mmol/mol)

d. pemeriksaan glukosa darah acak ≥ 11,1 mmol/L (200 mg/dL)

9. Komplikasi pada Diabetes Mellitus

Menurut (Hardianto, 2020) Secara umum komplikasi yang

terjadi dikelompokkan menjadi 2, yaitu :


a. komplikasi akut metabolik, berupa gangguan metabolit jangka

pendek seperti :

1) Hipoglikemia

2) Ketoasidosis

3) Hiperosmolar

b. komplikasi lanjut, komplikasi jangka panjang yang

mengakibatkan :

1) Makrovaskular (penyakit jantung koroner, penyakit

pembuluh darah perifer dan stroke)

2) Mikrovaskular (nefropati, retinopati dan neuropati)

3) Gabungan makrovaskular dan mikrovaskular (diabetes

kaki). Penyebab kematian pada orang tua penderita diabetes

akibat degradasi makrovaskular lebih banyak dibandingkan

dengan mikrovaskular.

10. Pencegahan pada Diabetes Mellitus

Menurut (Agustiningrum & Kusbaryanto, 2019) Upaya

pencegahan dapat dilakukan dengan tahapan :

a. Pencehagan primer

semua kegiatan yang bertujuan mencegah timbulnya

hiperglikemia pada populasi umum misalnya dengan kampanye

makanan sehat dan konseling bahaya diabetes.

b. Pencegahan sekunder
upaya untuk mencegah atau menghambat timbulnya komplikasi

pada pasien yang menderita diabetes mellitus dengan

pengobatan dan deteksi dini komplikasi.

c. Pencegahan tersier

segala upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan

melalui konseling dan pendidikan kesehatan.

B. Teori Senam Aerobik

1. Pengertian Senam Aerobik

Senam Aerobik adalah senam yang digunakan untuk

mengembangkan irama perkembangan otot, menggerakan

sendi, pembuluh darah, dan saraf dengan cara merengangkan

dan mengendurkan otot. Dalam gagasan pengembangan

diabetes mellitus aktivitas padat melibatkan gagasan aktivitas

actual dan kekuatan di jantung dan paru-paru (ketekunan)

dengan menjaga kekuatan otot dua arah.

2. Gerakan Senam Aerobik

A. Latihan Pemanasan

Sebelum melakukan Gerakan utama, lebih baik

melakukan Gerakan pemanasan. Berikut tujuan dari

Latihan pemanasan yaitu: (petik)


1) Transformasi hati ke Gerakan setiap jenis

kegiatan senam

2) Memulihkan organ saluran darah serta otot yang

sudah mengubah posisi.

3) Melancar aliran darah.

4) Memulihkan peredaran saraf pada badan terlebih

pada bidang tulang punggung yang dasarnya

adalah gabungan saraf.

5) Merileksasi otot-otot badan supaya dapat

berelaksasi.

Gerakan 1 dan 2

Gerakan 1 : Badan tegak serta sikap proporsional

Gerakan 2 : Angkat satu kaki serta kedua tangan

memegang pinggang
Gerakan 3 : Gerakan 3 berguna untuk mempersiapkan

keadaan tubuh dengan bagus secara fisik maupun psikis dan

bisa melaksanakan Gerakan aerobic dengan bagus. Gerakan

diawali dengan aktivitas kaki kanan serta perhitungan

diakhiri dengan kaki kanan.

a.Letakan satu kaki di belakang

b. Kedua tangan dikepalkan dan diletakan di depan dada

serta pinggang

c.Laksanakan Gerakan jalan ditempat dengan ayunan

Gerakan 4 : Gerakan 4 bertujuan guna mengontrol nafas

dengan pelan-pelan serta perlahan, supaya paru-par serta

jantung dapat memompa secara bagus pada saat senam

aerobic. Pada Gerakan awal dilaksanakan melalui jalan di

tempat, namun itu tangan direntangkan kesamping tubuh ke

atas, lalu sejajarkan pada dada namun kepala menghadap

kebawah.
a. Letakan tangan di depan dada

b. Tundukan kepala

Gerakan 5 : Aktifitas 5 bertujuan guna merenggakan

persendian otot bidang kiri dan persendian otot bagian kanan.

a. Direntangkan salah satu tangan dan tangan yang lainnya

menekuk sejajar dengan dada.

b. Tolehkan kepada berulang ke sisi kanan serta kiri.

Gerakan 6 : Gerakan 6 itu bertujuan guna membiasakan serta

melatih kelenturan sendi otot bagian kanan dan kiri


a. Miringkan kepala ke kanan dan ke kiri

b. Letakan tangan dipinggang

c. Lakukan jalan di tempat

Gerakan 7 : Gerakan 7 ini bertujuan untuk melatih kelenturan

sendi otot pada pahu, punggung bagian atas serta dibagian

dada.
a. Arahkan kaki kiri ke kanan dan ke kiri dalam 1

gerakan

b. Kepalkan tangan di samping tubuh.

c. Angkat bahu serta putar kea rah belakang.

Gerakan 8 : Gerakan 8 bertujuan guna melatih kelenturan

sendi otot khususnya bahu.

a. Gerakan kaki ke kanan serta ke kiri dalam 2

pergerakan

b. Kepalkan kedua tangan di samping.

c. Angkat bahu ke kanan dan ke kiri secara berulang.

Gerakan 9 : Gerakan ke 9 ini bertujuan untuk persendian otot

bahu serta punggung area atas.

a. Gerakan kaki kea rah depan sebanyak satu Langkah.


b. Tangan di kepalkan kemudian simpan di depan dada.

c. Angkat tangan ke atas dan kebawah.

Gerakan 10 : Gerakan 10 bertujuan guna melatih kelentuan

persendian otot bahu .

a. Gerakan kaki ke samping kanan serta kesamping kiri

melakukan selama 2 gerakan secara bergantian.

b. Direntangkan tangan kanan ke samping tubuh dan

kemudian tangan kiri di tekuk berhadapan dengan dada.

c. Kepala diputar ke kanan dan ke kiri secara berulang.

Gerakan 11 : Gerakan 11 bertujuan guna menguatkan otot

lengan.

a. Tangan diangkat kedepan.


b. Gerakan salah satu kaki untuk dilangkahkan serta kaki

lainnya diangkat ke belakang.

c. Laksanakan secara bergilir.

Gerakan 12 : Gerakan 12 baik guna memperbaiki otot-otot

lengan bahu serta kaki.

Gerakan 13 :

Gerakan 14 : Gerakan 14 bertujuan untuk melemaskan dan

mengkuatkan persendian otot lengan serta paha sisi belakang.

a. Gerakan pertama

b. Lalu tangan direntangkan ke belakang dan kepalkan tangan

c. Langkahkan kaki ke belakang serta kedua lengan

condongkan kea rah belakang lalu dilanjutkan pada kaki

kiri ke belakang.

Gerakan 15 : Gerakan 15 berguna merenggangkan otot bahu,

tangan, tungkai pada kaki.


a. Tangan dikepalkan serta diarahkan keatas

b. Kaki kiri dimiringkan ke kanan dan kedepann lakukan

melalui bergilir

Gerakan 16 : Gerakan 16 berguna untuk merenggangkan otot-

otot bahu serta tubuh sisi atas serta lutut

a. Arahkan lengan secara bersama sama.

b. Tangan kanan diluruskan ke samping kanan sejajar dengan

bahu dan tangan kiri lurus sejajar dengan dada.

c. Kaki kanan diangkat begitu pun selanjutnya.


Aktifitas 17 : Gerakan 17 Bermanfaat untuk merenggangkan

serta melententurkan lengan bagian badan serta paha bagian

dalam.

a. Tubuh kanan di condongkan ke arah kanan.

b. Tangan kanan seolah meyentuh tumit kaki kanan.

c. Itupun dengan sebelah kiri.

Aktifitas 18 : Gerakan 18 berguna merilekskan otot kanan.

a. Buka kedua kaki

b. Tekukan lutut

c. Arahkan tangan kanan dan serong kearah kiri


Aktifitas 19 : Gambar 19 bermanfaat untuk melemskan tubuh.

a. Buka kedua kaki

b. Kedua tangan di samping kepala sejajar dengan bahu

c. Putar sisi Tubuh kearah kanan dan sisi tubuh kiri secara

bergilir.

Aktifitas 20: Gambar 2 bertjuan guna meningkatkan otot –

otot bahu serta tungkai pada kaki dan melemaskan

kegiatan pada lengan di tungkai.

a. Gerakan lengan ke samping kiri dan kanan secara

bergilir.

b. Tengkuk kaki kiri kebelakang.


Akfitas 21: Gambar 21 bermanfaat untuk merilekskan serta

melemaskan pada otot – otot dan persendian, lengan, bahu,

pinggang serta tungkai pada kaki.

a. Kaki dibuka lebar, satu kaki mengrah kedepan

b. Lutu ditekuk ke sebelah kanan.

c. Tangan menyilang di atas kanan dan kiri.

Aktifitas 22 : Gambar 22 bertujuan guna melemakan

otot – otot paha serta tangan.


a. Buka kaki kanan.

b. Tumpu aki kanan dipaha kanan.

c. Luruskan kaki keatas.

Aktifitas 23 : Gambar 23 berjuan guna melepaskan otot

lengan serta lutut.

a. Badan mengarah ke sisi kanan dan kiri.

b. Luruskan tangan kearah kanan dikepalkan dan

kekiri sejajar dengan bahu dan di Tarik dengan

statis lakukan secara bergantian.

Aktifitas 24 : Gerakan 24 bertujuan guna

merileksasikan serta mengkoordir otot – otot sendi,

lengan, bahu, disisi tubuh, pinggang, dan tungkai pada

kaki.
a. Tubuh Mengarah kesamping.

b. Tangan direntangkan keatas.

c. Tarik salah satu kaki ke belakang.

Aktifitas 25 : Gambar 25 ini baik untuk melemaskan

otot bahu, sendi punggung bagian atas.

a. Kaki kanan dan kiri menekuk kedepan

b. Samping kanan dan kiri lurus ke belakang.

c. Kedua tangan bertumpu di paha.


Aktifitas 27 dan Gerakan 28 : Pada Gerakan 27 dan

Gerakan 28 bertujuan untuk melenturkan otot – otot

bahu, kaki, paha, dan pungung.

a. Kaki kiri melangkah ke depan.

b. Kedua tangan diluruskan ke depan.

c. Tangan ditarik kebelakang dan ditahan di depan

dada disamping telinga.

d. Lakukan secara bergantian.

Gerakan 29 : Pada Gerakan 29 bermanfaat untuk

melenturkan otot – otot dinamis.


a. Kaki kiri melangkah ke depan.

b. Kedua tangan tertumpu dikedua paha.

c. Lutut kanan ditekuk.

Gerakan 30 :

a. Sikap Sempurna

B. Latihan Inti

Sebelum melakukan Gerakan inti baiknya kita mempersiapkan

Gerakan dan mengatur pernafasan. Adapunn Gerakan sebelum ke

Gerakan inti yaitu : (Novitasari,2021)

Gerakan Inti 1 : Gerakan inti 1 bertujuan untuk melemaskan

tangan sebelum maju ke Gerakan selanjutnya.


a. Bdan tegak.

b. Lakahkan kaki kanan ke depan 1 langkah.

c. Kepalkan tangan den angkat ke atas

d. Dengan hitungan tangan di angkat dan di tarik tangan

sejajar dengan bahu dan condongkan dada ke depan.

Gerakan Inti 2: Gerakan inti 2 bermanfaat untuk mengkuatkan

kondisi otot dada, lengan, dan bahu.

a. Kaki melangkah ke depan.

b. Tangan mengepal sejajar dengan dada lalu di angkat ke atas

kepala.

c. Lakukan secara bergantian.

Gerakan Inti 3: Gerakan inti 3 bertujuan untuk mengkuatkan

kondisi otot pada kaki dan pinggang.


a. Tangan kanan mengepal.

b. Badan serong ke kanan.

c. Kaki kiri membuka ke samping kiri.

Gerakan Inti 4 dan 5: Gerakan inti 4 dan 5 baik untuk

meningkatkan dan menguatkan kondisi otot lengan, otot paha,

dan otot dada.

a. Melangkah maju 1 langkah.

b. Tangan mendorong ke depan.

c. Mundur 1 langkah.
d. Dan tangan dikepalkan dorong ke depan kemudian

direntangkan tangan ke atas.

Gerakan Inti 6: Gerakan inti 6 bertujuan untuk menetapkan

kondisi otot tangan, bahu, dan otot betis.

a. Kedua tangan mengepal kemudian tarik ke belakang.

b. Kaki kanan melangkah ke depan.

c. Lakukan secara bergantian dengan kaki kiri.

Gerakan Inti 7: Gerakan inti 7 bermanfaat untuk melemaskan

otot betis, otot paha, persendian, dan lengan.


a. Langkahkan ke depan kaki kiri.

b. Tangan kiri direntangkan, tangan kanan simpan di dada.

c. Kedua tangan mengayun ke kanan dan ke kiri.

Gerakan Inti 8. Gerakan inti 8 bertujuan untuk melatih

keseimbangan tubuh, dan mengkuatkan kondisi otot betis, paha,

dan otot lengan.

a. Angkat kaki kiri ke belakang

b. Kedua tangan bentangkan ke depan.

c. Lakukan bergantian dengan kaki kanan.

Gerakan Inti 9 dan 10: Gerakan inti 9 dan 10 baik untuk

membentuk otot jari tangan, lengan, betis, dan paha.


a. Buka kaki.

b. Langkahkan ke depan kaki kanan lurus dan kaki kiri mundur ke

belakang.

c. Telapak tangan di buka dekatkan disamping, tangan kiri

dibentangkan ke kanan dan simpan di dada.

d. Ayunkan ke kanan dan ke kiri, lalu angkat kedua tangan ke

atas.

Gerakan Inti 11: Gerakan inti 11 bermanfaat untuk membentuk

otot jari-jari tangan, otot paha, dan otot balu.

a. Buka kaki kiri ke samping kiri.

b. Kedua tangan sejajar dengan dada.

c. Rentangkan tangan ke bawah.

d. Lakukan secara bergantian dengan kaki kanan.

Gerakan Inti 12: Gerakan inti 12 bertujuan untuk membentuk otot

jari.
a. Kaki kiri melangkah ke samping

b. Kedua tangan di rentangkan sejajar dengan perut.

Gerakan Relaksasi pada gerakan inti 13: Gerakan 13 dan gerakan

seterusnya masuk ke dalam bagian relaksasi untuk menyegarkan

tubuh setelah melakukan pemanasan dan gerakan inti.

a. Tangan di depan dada

b. Buka kaki kanan bawa kedepan dan ditekuk, dan kaki kiri

serong ke samping kiri.


Gerakan Relaksasi pada Gerakan inti 14:

a. Kedua tangan sejajarkan dibahu dengan kedua tangan dikepal

di depan dada.

b. Kaki langkahkan ke kanan dan kiri

Gerakan Relaksasi pada Gerakan inti 15:

a. Kedua tangan mengayun ke atas

b. Kaki langkahkan ke kanan dan ke kiri.

Gerakan Relaksasi pada Gerakan inti 16:


a. Sikap sempurna.

3. Latihan Pendinginan

Latihan pendinginan ini bertujuan untuk mengembalikan

kondisi tubuh yang sudah digerakkan dari latihan pemanasan dan

latihan inti ini dan akan mengembalikan pernafasan kembali

normal secara perlahan-lahan (Novitasari, 2021).

Gerakan Pendinginan 1 : Gerakan tersebut bertujuan untuk

merelaksasikan pernafasan dengan gerakan tangan dan kaki.

a. Langkahkan kaki kiri ke depan.

b. Lutu kiri di tekuk.


c. Kedua lengan direntangkan.

d. Kepala ditundukkan.

Gerakan Pendinginan 2: Gerakan pendinginan 2 ini bermanfaat

untuk merelaksasikan kembali otot-otot tubuh yang digerakan.

a. Kaki kanan di buka.

b. Tangan di depan dada.

Gerakan Pendinginan 3: Gerakan pendinginan 3 ini bermanfaat

untuk relaksasi pernafasan.

a. Kaki kanan melangkah ke depan.

b. Tangan dibentangkan.
Gerakan Pendinginan 4: Gerakan pendinginan 4 ini bertujuan untuk

merelaksasikan waktu pada otot-otot bahu, kaki, paha, dan

punggung.

a. Kaki kiri maju ke depan.

b. Lutut ditekuk.

c. Kedua lengan direntangkan ke depan.

d. Telapak tangan menghadap ke dalam.

Gerakan Pendinginan 5: Gerakan pendinginan 5 bermanfaat untuk

merelaksasikan otot lengan bahu.


a. Kaki kiri ke depan.

b. Tangan kiri ditekuk dan dibentangkan ke belakang, tangan kanan

menjadi penyangga tumpuan tangan kiri.

Gerakan Pendinginan 6: Gerakan pendinginan 6 ini bertujuan untuk

memulihkan otot bahu, sendi, dan punggung.

a. Kaki kiri maju ke depan.

b. Kaki kanan di belakang.

c. Kedua tangan bertumpu di paha.

Gerakan Pendinginan 7: Gerakan pendinginan 7 ini baik untuk

memulihkan kondisi otot bahu dan tubuh di bagian belakang.


a. Kaki di buka ke samping

b. Tangan kanan menarik siku kiri ke arah belakang

Gerakan Pendinginan 8: Gerakan pendinginan 8 ini bermanfaat

untuk memulihkan kondisi pada kaki dan sisi badan.

a. Tubuh menghadap ke kanan.

b. Kaki kanan di tekuk dan kaki kiri. Lurus

c. Kedua tangan lurus menghadap kanan.

Gerakan Pendinginan 9: Gerakan pendinginan 9 ini bermanfaat

untuk relaksasi perenggangan kaki dan punggung.


a. Tubuh menghadap ke kanan.

b. Kaki kiri dijinjit.

c. Kaki kanan lurus kesamping, lalu kaki kiri menekuk kebelakang

dan kedua tangan di angkat ke atas.

Gerakan Pendinginan 10: Gerakan pendinginan 10 ini bertujuan

untuk merelaksasikan kondisi kaki dan badan.

a. Kaki kiri tarik ke belakang.

b. Kaki kanan di tekuk,


c. Kedua tangan bertumpuk di kaki kanan.

Gerakan Pendinginan 11: Gerakan pendinginan 11 ini bermanfaat

untuk menetapkan otot paha dan tungkai pada kaki.

a. Tubuh menghadap ke kanan.

b. Rentangkan tangan kanan seperti menyentuh ujung kaki kiri.

c. Kaki kiri di tekukkan, kaki kanan serong ke kanan dan lurus

sejajar dengan tangan.

Gerakan Pendinginan 12: Gerakan pendinginan 12 ini baik untuk

memulihkan perenggangan dengan gerakan tangan dan lutut.

a. Kaki kanan melangkah ke samping b. Kedua lengan direntangkan

ke samping
b. Kedua lutut ditekuk sedikit.

Gerakan Pendinginan 13:

a. Sikap sempurna.

4. Manfaat Senam Diabetes

Manfaat gerakan DM ini berperan dalam aktivitas yang konsisten untuk

menurunkan tingkat glukosa pada tubuh yang mampu menjadi perbincangan dalam

masyarakat. Dan adapun perbedaan manfaat pada DM kategori 1 serta diabetes mellitus

kategori 2 itu adalah pada DM kategori 1 memiliki tingkat zat kimia pada darah yang

kecil karena minim bahkan tidak terdapat pembuatan zat kimia pada organ pankreas

Pada DM kategori I ini gampang merasakan hipoglikemia semasa masih mengidap

diabetes mellitus dan segera menerapkan kegiatan fisik stiap hari dengan teratur. Bagi

diabetes mellitus tipe 2 ini aktivitas atau berolahraga berperang sengat penting ketika

mengontrol tingkat glukosa pada tubuhpada diabetes mellitus kategori 2 itu membentuk

zal kimia insulin yang dasamya tak tercemar bagi pasien diabetes mellitus inu, dan

disamping berfungsi saat menjaga keseimbangan tingkat glukosa pada tubuh, dan

sangat penting juga untuk melakukan aktuvitas fisik sehari-hari seperti melakukan
senam diabetes, ataupun jalan kaki dan juga bisa menurunkan berat badan pasien DM

kategori 2 ini (Wasludin & Lindawati, 2020).

1. Kontrol Gula Darah

a. Jenis-Jenis Pemeriksaan Kontrol Gula Darah

1) Glukosa Sewaktu

Penderita diabetes mellitus sering datang dengan gejala awal pada

penderita diabetes mellitus. Sewaktu itu bisa diartikan sebagai waktu tanpa

memandang terakhir kali makan pada penderita diabetes mellitus ini. Dengan

adanya gejala awal diabetes mellitus, pengecekan gula dalam tubuh semasa

didiagnosis DM. jika tingkat gula dalam tubuh selama 200 mg/dl di dalam

(plasma venn), jadi pasien ini mampu dinyatakan DM (Kardika., 2020)

2) Glukosa Puasa

Gula plasma pada saat sedang puasa pada penderita diabetes mellitus

dibagi menjadi 3 diantaranya: 1) <110 mg/dl, 2). Diantara 2 110 mg/dl-<126

mg/dl, serta 3). >126 mg/dl. Pada tingkat gula dalam darah pada plasma

dalam glukosa puasa <110 mg/dl fikatakan aman ,126 mg/dl yaitu DM,

sementaram diantara 110-126 mg/dl dinyatakan dengan gula dalam darah

puasa terhambat (GDPT) Berdasarkan hal tersebut para penderita dengan

tingkat gula saat berpuasa paling sedikit 8 jam 126 mg/dl sudah mampu bisa

dijadikan diagnosa DM (Kardikaet. 2021).

b. Mengapa Puasa Pada Penderita Diabetes Mellitus

Karena puasa sangatlah penting dalam penderita diabetes mellitus sebelum

melakukan cek gula darah, yang dilakukan untuk membantu memastikan hasil tes

gula darah agar hasil tes gula darah tersebut bisa akurat. Hal itu dikarenakan

apabila mengkonsumsi makanan dan minuman akan berpengaruh terhadap hasil


tes kadar gula darah tersebut (Kardika., 2021). Adapun indikasi yang ditimbulkan

bila penderita diabetes mellitus melakukan puasa salah satunya ialah

hipoglikemia. Hipoglikemia ialah sebuah keadaan tingakt glukosa pada tubuh

menjau ambang batas kenormalan, hal tersebut bisa menyebabkan terganggunya

kegiatan sehari-hari pada penderita diabetes mellitus. Apabila penderita

mengalami hipoglikemia maka intervensi tidak dilanjutkan.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kontrol Gula Darah

1) Usia

Usia yang dimaksud itu ialah usia mempengaruhi kadar gula darah dimana

usia menua dapat menurunkan tingkat gula pada tubuh sehingga tak mampu

melakukan metabolisme dengan maksimal. Usia amat memberikan dampak

besar pada permasalahan DM SOCRTA segnifikan di tingkat gula tubuh pada

pasien DM ini dikarenakan tingkat gula dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor

usia yang mempunyai riwayat berat badan yang cukup besar pada penderita

diabetes mellitus.

2) Obesitas

Pada obesitas yang dimaksud itu adalah adanya timbunan lemak pada

badan yang berlebihan bisa mengakibatkan respons pada sel beta (sel pada

pankreas) kepada gula tubuh menjadi menurun di sel pada pankreas.

Disamping itu, reseptor insulin kepada sel di organ pankreas terjadi hambatan

serta nilainya menurun hingga menyebabkan zat kimia pada tubuh tidak

berfungsi dengan baik (Masruroh, 2021).

3) Kepatuhan minum obat

Pada kepatuhan minum obat ini juga bisa berpengaruh dalam kadar gula

darah dalam penggunaan minum obat. Kepatuhan minum obat ini yang
disebut hipoglikemia oral melalui zat kimia. Pada system kerja dalam minum

obat ini untuk mengurangi tingkat glukosa tubuh dengan menstimulasi

kelenjar pada organ pankreas guna menaikkan pembuatan insulin, menekan

pembuatan gula pada hati serta menekan pencernaan dalam zat pati hingga

bias menghambat mengurangi penyerapan gula serta menstimulasi penerima

rangsang (Hasanah,2020).

4) Aktivitas fisik

Aktifitas fisik yang dimaksud itu adalah yang dapat membuat

meningkatnya tingkat glukosa pada tubuh. Kegiatan fisik merupakan sebuah

tindakan yang dikarenakan dari kontraksi otot yang bisa membutuhkan

stamina melewati keluarnya stamina saat beristirahat. Saat melaksanakan

aktivitas fisik sendi otot membuat lebih aktif dimana akan terjadi kenaikan

tingkat glukosa pada tubuh pada pengidap DM (Hasanah, 2020).

4. Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Gula Darah

Aktivitas fisik melalui aerobic DM yang konsisten dengan frekuensi 3x dalam

seminggu tiap 30 menit hingga 60 menit hingga mengeluarkan keringat. Senam merupakan

sebuah aktifitas yang dilaksanakan guna mencapai kelayakan sendi serta kekuatan otot

badan dengan maksud untuk membuat serta menaikkan fisik dengan teratur. Aerobic DM ini

berguna untuk melatih fisik pada penderita diabetes mellitu ini sebagai upaya pencegahan

diabetes mellitus dan mengontrol glukosa pada tubuh pengidap DM. Bahwa secara langsung

latihan fisik dalam penderita DM. ini sangatlah penting bagi penderita dan dapat

menurunkan kadar gula darah secara teratur, dan bisa menjaga kebugaran jasmani dan bisa

menurunkan berat badan sehingga akan menekan tingkat glukosa tubuh bagi pengidap DM

(Hasbullah, 2020).
Kegiatan aktifitas fisik ini bisa meningkatkan stamina tubuh yang bisa dilakukan

dengan teratur, menyebabkan aliran darah meningkat. Sehingga terjadi arteri ataupum

kapiler yang bisa menimbukan lebih banyaknya kapiler yang masuk hingga reseptor insulin

lebih aktif masuk dalam tubuh. Dan pada aktifitas glikogenik selama 12-24 jam saat fase

postexercise bisa menjadi pengisian ulang pada cadangan glukosa pada otot dan hepar, dan

aktifitas glikogenik yang berlangsung secara terus-menerus selama 12-24 jam dengan fase

post exercise yang membuat gula dalam darah kembali berfungsi. Glukosa adalah sumber

energi dalam aktifitas fisik secara langsung yang diperolehi dengan proses glikogenolisis

atau bisa disebut dengan pemecahan glikogen pada hepar,

Pada saat gula darah dapat menunun tersedianya gula darah serta asam lemak leluasa

yang dikontrol dengan bermacam hormone khususnya pada insulin, katekolamin, kortisol,

glukagon, dan growth hormone (GH). Semasa melakukan latihan aktifitas fisik dalam

pengeluaran glukagon dapat meningkat, dan juga katekolamin bisa guna menambah

glikogenolisis, disamping itu juga kortisol yang bisa menaikkan metabolisme protein, dan

yang bisa melepaskan asam amino yang dipakai untuk pada glukoneogenesis. Pada system

ini atau cara kerja pada latihan aktifitas fisik ini bisa menimbulkan peningkatan dalam

tingkat glukosa pada pengidap DM (Damayanti,2021).


5. Kerangka Teori

Diabetes Melitus

1. Definisi DM
2. Kasifikasi DM
3. Faktor Resiko DM
4. Tanda dan Gejala Pengobatan & Terapi
5. Patofisiologi
6. Diagnosa
7. Komplikasi DM
8. Penatalaksanaan

Kadar Gula Darah

Keadaan dimana gula darah Terapi Senam kaki


tinggi dapat menyebabkan
kerusakan saraf.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi
kadar gula darah

1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Kurun Waktu Penderita
Mengalami DM ≥ 10 Tahun
4. Hiperglikemik
5. Riwayat Penyerta
6. Riwayat Merokok

Skema 2.1 Kerangka Teori Pengaruh Senam Aerobik Terhadap Kadar Gula Darah Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Seririt II
Sumber : Lelisman (2020

Anda mungkin juga menyukai