DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH :
1. Gusti Ayu Agung Dwi Apriliani (19089014002)
2. Amanda Patrissia (19089014003)
3. Luh Arris Ophelia Pavita (19089014010)
4. Luh Eka Yuliantini (19089014024)
5. Ni Putu Ina Agresia Sintamaylani (19089014025)
6. Komng Irma Suprianti (19089014026)
7. Kadek Setiani (19089014040)
8. Putu Sinta Wahyuni (19089014041)
9. Ni Putu Tarisa Adnyani (19089014046)
10. Komang Tian Novita Dewi (19089014047)
11. Luh Komang Tiara Purnama Cahyani (19089014048)
12. Putu Vingky Tamalia (19089014052)
13. Kadek Yunia Kartika Dewi (19089014056)
Puji syukur kami panjatkat kepada Tuhan yang Maha Esa atau Ida Sang
Hyang Widhi Wasa karena berkat rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.
Salah satu tujuan penulisan makalah yang berjudul Instrumen Penelitian ini
adalah sebagai acuan penilaian dalam tugas kelompok mata kuliah Metodologi
Penelitian. Penulis menyampaikan terimakasih kepada beberapa pihak yang
mendukung proses pembuatan makalah ini hingga selesai yaitu :
1. Dosen pembimbing mata kuliah Ns. I Dewa Putu Gede Putra Yasa,
M.Kep.,Sp.Mb yang sudah membimbing penulis dalam menyelesaikan
makalah ini
2. Kelompok 3, yang sudah bekerja sama dalam mencari materi atau literatur
dan juga membantu dalam proses pembuatan makalah ini
Penulis
ii
DAFTAR ISI
2.9 Homogenitas.................................................................................................... 31
iii
2.10 Ekuivalensi dan Analisis Item ....................................................................... 33
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 60
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
6
7
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian, intrumen penelitian dibuat sesai
dengan tujuan pengukuran dan teori yang digunakan sebagai dasar.
Instrumen penelitian dibuat untuk satu tujuan penelitian tertentu yang tidak
bisa digunakan oleh peneliti yang lain, sehingga peneliti harus merancang
sendiri instrumen yang akan digunakan. Selain membuat instrumen sendiri,
untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, dapat digunakan
instrumen yang telah tersedia (instrumen baku) (Internasional & 2017, n.d.).
2.2 Jenis Instrumen
1. Instrumen Tes
Menurut Arikunto (2002:127) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan
atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.
Macam-macam Instrumen tes:
a. Tes kepribadian yaitu tes yang digunakan untuk mengungkap
kepribadian seseorang. Yang diukur bisa self-concept, kreativitas,
disiplin, kemampuan khusus,dll.
b. Tes bakat yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau
mengetahui bakat seseorang.
c. Tes intelegensi yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan
estimasi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang
dengan cara memberikan berbagai tugas kepada orang yang akan
diukur intelegensinya.
d. Tes sikap yaitu alat yang digunakan untuk mengadakan pengukuran
terhadap berbagai sikap seseorang.
e. Tes minat yaitu alat untuk menggali minat seseorang terhadap
sesuatu.
8
9
2. Instrumen Nontest
a. Angket atau kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Ditinjau dari bentuknya Kuesioner
dapat dibedakan menjadi 4 kelompok yaitu :
1. Kuesioner pilihan ganda
2. Kuesioner isian
3. Check list yaitu responden tinggal membubuhkan tanda check (√)
4. Rating-scale yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang
menunjukkan tingkatan-tingkatan misalnya mulai dari sangat setuju
sampai ke sangat tidak setuju.
a) Keuntungan kuesioner :
1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
2. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.
3. Dapat dijawab oleh responden menurut waktu senggang responden.
b) Kelemahan kuesioner :
1. Seringkali sukar dicari validitasnya
2. Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja
memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.
3. Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahka kadang-kadang ada
yang terlalu lama sehingga terlambat.
b. Interview
Interview yang sering disebut juga dengan wawancara atau kuesioer lisan
adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh
informasi dari terwawancara. Interview digunakan oleh peneliti untuk
meneliti keadaan seseorang misalnya untuk mencari data tentang variabel
latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap
sesuatu.
10
d. Dokumentasi
Dalam uraian tentang studi pendahulan, telah disinggung pula bahwa
sebagai objek yang diperhatikan (ditatap) dalam memperoleh informasi,
kita memperhatikan tiga macam sumber, yaitu tulisan (paper), tempat
(place), dan kertas atau orang (people). Dalam mengadakan penelitian yang
bersumber pada tulisan inilah kita telah menggunakan metode dokumentasi.
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-
peraturan, notulen rapat, catatan harian, dsb.
Metode dokumentasi dapat dilaksanakan dengan :
1. Pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang
akan dicari datanya.
2. Check-list, yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya.dalam
hal ini peneliti tinggal memberikan tanda atau tally setiap pemunculan
gejala yang dimaksud (kebudayaan, 2017)
2.3 Mengembangkan Instrumen
Dalam pelaksanaan pengembangan instrumen penelitian dapat
mengikuti prosedur Research and Development atau R&D dan insturmen
yang dihasilkan menjadi produk yang dihasilkan dari pelaksanaan R&D.
Menurut Borg and Gall (2003,784) dalam.... menentukan 10 langkah
berurut dalam penelitian dan pengembangan seperti berikut :
a. Research and information collecting, dilakukan melalui studi awal
dengan pengumpulan informasi pada kondisi kontekstual dimana
penelitian akan dilakukan, reviw literatur, observasi lapangan
penelitian, kelas atau laboratorium
b. Planning, menentukan tujuan, identifikasi keterampilan,
menentukan performance yang akan dinilai.
c. Develop preliminary form of product, mengembangkan instrumen
awal menyiapkan kisi-kisi instrumen, metode pengumpulan data,
dan asesmen.
13
melalui tes tersebut akan diterima sebagai hasil yang tidka relevan atau tidak
akurat. Selain merujuk pada ketepatan dalam melakukan pengukuran,
validitas instrumen juga dapat merujuk pada keakuratan instrumen.
Instrumen yang valid akan memiliki tingkat kecermatan yang tinggi dalam
pengukuran. Kecermatan dalam hal ini adalah kemampuan instrumen
mendeteksi perbedaan-perbedaan pada atribut yang diukur walaupun
perbedaan itu sangat kecil.
Validitas item intrumen digunakan untuk mengetahui dukungan
suatu item terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir
instrumen, skor-skor yang ada pada butir intrumen yang dimaksud
dikorelasikan dengan skor total. Sebuah item akan memiliki validitas yang
tinggi jika skor tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total.
Dukungan setiap butir item dinyatakan dalam bentuk korelasi sehingga
untuk mendapatkan validitas suatu item digunakan rumus korelasi.
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus product moment
Pearson. Interpretasi besarnya koefisien korelasi seperti Tabel
Berikut (Novikasari, 2017):
Koefisien Korelasi interpretasi
0,80 < rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi
0,40 < rxy ≤ 0,60 Cukup
0,20 < rxy ≤ 0,60 Rendah
rxy ≤ 0,20 Sangat rendah
tabel r. Nilai r tabel digunakan untuk membanding r dari output. Nilai rtabel
diperoleh dari N = 30 dan α = 0,05, yaitu rtabel = 0,36.
Pengambilan keputusan uji validitas adalah:
Jika rhitung ≥ rtabel, maka data valid
Jika rhitung < rtabel, maka data tidak valid
Keputusan:
Hasil pada tabel di atas menunjukkan bahwa item 1 tidak valid sehingga
item instrumen tersebut dapat dihilangkan dalam penelitian. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian hanya item 2, 3, 4, 5, dan 6 yang bisa dijadikan
alat pengumpul data pada aspek yang diteliti.
Jenis Reliabilitas
Secara garis besar, kita mengenal ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas
eksternal dan reliabilitas internal. Pada tulisan ini kita hanya membatasi membahas
mengenai reliabilitas internal. Pada dasarnya, reliabilitas ini diperoleh dengan cara
menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan.
Spearman-Brown
Flanagan
Rulon
Kuder-Richardson (K-R) 20
K-R 21
Hoyt
Alpha.
Pentingnya Uji Reliabilitas
Dalam penelitian yang menggunakan metoda kuantitatif, kualitas pengumpulan
data sangat ditentukan oleh kualitas instrumen atau alat pengumpul data yang
digunakan. Suatu instrumen penelitian dikatakan berkualitas dan dapat
dipertanggungjawabkan jika sudah terbukti validitas dan reliabilitasnya. Pengujian
validitas dan reliabilitas instrumen, tentunya harus disesuaikan dengan bentuk
instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Reliabilitas adalah tingkat
ketetapan suatu instrumen mengukur apa yang harus diukur. Ada tiga cara
30
pelaksanaan untuk menguji reliabilitas suatu tes, yaitu: (1) tes tunggal (single test),
(2) tes ulang (test retest), dan (3) tes ekuivalen (alternate test).
Rumus Uji Reliabilitas Dengan EXCEL
Reliabilitas Tes Tunggal
Pada bahasan kali ini, kita hanya akan membahas tentang Reliabilitas Tes Tunggal
(Internal Consistency Reliability)
Tes tunggal adalah tes yang terdiri dari satu set yang diberikan terhadap
sekelompok subjek dalam satu kali pengetesan, sehingga dari hasil pengetesan
hanya diperoleh satu kelompok data. Ada dua teknik untuk perhitungan reliabilitas
tes, yaitu:
Rumus uji Reliabilitas teknik non belah dua: Salah satu kelemahan perhitungan
koefisien reliabilitas dengan menggunakan teknik belah dua adalah (1) banyaknya
butir soal harus genap, dan (2) dapat dilakukan dengan cara yang berbeda sehingga
menghasilkan nilai yang berbeda pula seperti terlihat pada contoh c.1 dan contoh
c.2. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
teknik non belah dua. Untuk perhitungan koefisien reliabilitas dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus Kuder-Richardson (KR-20) dan Kuder-Richardson
(KR-21). Pada Bahasan kali ini kita tidak membahas lebih lanjut tentang Rumus
KR ini, karena akan dijelaskan pada postingan artikel berikutnya: KR 20.
2.9 Homogenitas
Uji homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi-
variansi dua buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas yang akan dibahas
dalam tulisan ini adalah Uji Homogenitas Variansi dan Uji Bartlett. Uji
homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dalam variabel X dan
Y bersifat homogen atau tidak.
UJI HOMOGENITAS VARIANSI
32
Catatan:
Dari penghitungan diatas diperoleh F hitung 2.81 dan dari grafik daftar distribusi F
dengan dk pembilang = 10-1 = 9. Dk penyebut = 10-1 = 9. Dan α = 0.05 dan F tabel
= 3.18. Tampak bahwa F hitung < Tabel F: F Tabel dalam Excel. Hal ini berarti
data variabel X dan Y homogen.
Setelah perumusan indikator perilaku jelas, maka penulisan item baru dapat
dilakukan. Setiap item mengacu pada satu indikator perilaku tertentu (Azwar,
2009). Tes yang baik adalah tes yang reliabel dan valid. Jika demikian maka
item-item dalam tes itu pun harus baik. Item yang baik adalah item yang reliabel
dan valid, di mana item dapat berfungsi membedakan kemampuan antar
individu penempuh tes (Cohen & Swerdlik, 2005). Untuk mengetahui
karakteristik item yang baik tersebut maka dilakukanlah proses analisis
terhadap item.
34
Teknik untuk melakukan analisis item dapat dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif. Secara garis besar analisis kualitatif dilakukan terkait dengan
validitas isi dan prosedur penulisan yang baik, sedangkan analisis kuantitatif
terkait dengan pengukuran tingkat kesulitan item dan daya beda (Anastasi &
Urbina, 1997). Analisis secara kualitatif dilakukan untuk mengetahui apakah
item telah mewakili domain atau ranah perilaku sesuai dengan konstruk yang
hendak diukur dan apakah dari segi prosedur penulisan, item tersebut sudah
dibuat dengan baik (Anastasi & Urbina, 1997). Untuk melihat apakah item telah
ditulis sesuai dengan indikator perilaku yang hendak diungkap sebaiknya
melibatkan pakar yang memang ahli dalam masalah atribut yang hendak diukur
(Azwar, 2009). Sedangkan, terkait dengan penulisan item, Azwar (2009)
memaparkan beberapa kaidah penulisan item yang baik, diantaranya
menggunakan kalimat yang sederhana, jelas dan mudah dimengerti oleh
responden, namun tetap harus mengikuti tata tulis dan bahasa yang baku,
hindari penafsiran ganda pada kalimat item, penulisan item mengacu pada
indikator perilaku atau pada komponen atribut, oleh karena itu sebaiknya jangan
menulis item yang secara langsung menanyakan atribut yang hendak diungkap,
perhatikan indikator perilaku yang hendak diungkap sehingga stimulus dan
pilihan jawaban tetap relevan dengan tujuan pengukuran, isi item tidak boleh
mengandung social desirability atau item yang sesuai dengan keinginan sosial
pada umumnya atau dianggap baik dari sudut pandang norma sosial karena item
yang mengandung social desirability akan cenderung disetujui oleh semua
35
orang karena orang akan berpikir normatif dan bukan karena sesuai dengan
keadaan dirinya, hindari stereotip jawaban, maka sebaiknya sebagian dari item-
item dibuat dalam arah favorable dan sebagian lagi unfavorable.
Teknik analisis item berikutnya berlaku pada item yang bersifat pilihan
ganda. Menurut Cohen dan Swerdlik (2005), meski tidak menyebutkan istilah
‘Daya Pengecoh’ namun analisis alternatif pilihan jawaban yang dimaksudkan
serupa dengan makna analisis daya pengecoh ini digunakan untuk melihat
apakah alternatif pilihan jawaban yang salah bekerja dengan baik pada subjek
36
yang berada pada upper group dan lower group. Teknik ini dilakukan dengan
cara membandingkan berapa subjek pada upper group dengan lower group yang
memilih masing-masing alternatif jawaban pada item tertentu. Alternatif
jawaban terdiri dari satu jawaban yang benar dan yang dimaksud dengan
jawaban pengecoh adalah beberapa pilihan jawaban lainnya yang salah. Pada
prinsipnya, untuk mengetahui apakah pengecoh berfungsi baik pada suatu item
atau tidak adalah dengan melihat apakah jawaban yang benar (kunci jawaban)
banyak dipilih oleh kelompok subjek yang tergolong dalam upper group
dibanding lower group (Cohen & Swerdlik, 2005).
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, tes yang baik adalah tes yang
reliabel dan valid, dan dengan begitu sama pula artinya bahwa item tes yang
baik pun yang reliabel dan valid (Cohen & Swerdlik, 2005). Baik-tidaknya
suatu tes tidak dapat mengacu pada berapa jumlah item-item yang ada di
dalamnya. Meski banyaknya item dalam tes dapat saja berpotensi meningkatkan
reliabilitas hasil pengukuran (Azwar, 2009), namun tidak dapat dipastikan
berapa batas jumlah item yang dapat dikatakan membuat tes menjadi tes yang
baik.
Selain itu, meski tes yang dikatakan baik adalah tes yang reliabel dan valid,
namun tes yang baik tidak cukup jika hanya reliabel dan valid saja, tergantung
pula dari kualitas item-item yang membangunnya, apakah item-item tersebut
memiliki fungsi yang sama dengan fungsi pengukuran yaitu dapat membedakan
subjek berkemampuan tinggi dengan yang berkemampuan rendah. Dengan kata
lain, tidak cukup hanya dikatakan bahwa semakin banyak item pada suatu tes
maka tes dapat semakin baik, yang lebih tepat adalah semakin banyak item-item
tes yang baik (secara kualitatif dan kuantitatif seperti yang telah dipaparkan
pada sub-bab sebelumnya) maka semakin baik tes tersebut (Lababa, 2008). Bisa
saja apabila tes dengan jumlah item yang banyak (atau bahkan jumlahnya
sedikit) tetapi hasil analisis terhadap item-item tersebut menunjukkan bahwa
banyak item-item yang tidak berfungsi dengan baik sesuai dengan tujuan
pengukuran, maka tes tersebut tidak dapat dikatakan sebagai tes yang baik.
37
Yakinkan bahwa terdapat konstruk yang setara dengan konstruk yang ingin
diukur pada budaya dan sesuai bahasa kelompok subjek target tes. Untuk
itu perlu dilakukan konsultasi atau diskusi dengan psikolog atau pakar
dalam konstruk yang dimaksud.
Pilihlah pakar alih bahasa yang baik atau kredibel. Sebaiknya libatkan lebih
dari seorang pakar ahli bahasa. Selain itu libatkan pula pakar yang ahli
dalam konstruk yang akan diukur.
Ulas kembali tes yang telah diadaptasi dan lakukan revisi bila perlu.
Lakukan uji coba terhadap tes yang telah diadaptasi tersebut. Upaya
melakukan uji coba dengan pilot test perlu dilakukan terhadap sejumlah
kecil orang-orang yang memiliki karakteristik serupa dengan subjek yang
sebenarnya.
38
Pilih desain statistika yang tepat untuk mengkaitkan skor hasil tes yang telah
diadaptasi dengan tes aslinya.
Teknik untuk melakukan analisis item dapat dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif. Secara garis besar analisis kualitatif dilakukan terkait dengan
validitas isi dan prosedur penulisan yang baik, sedangkan analisis kuantitatif
terkait dengan pengukuran tingkat kesulitan item dan daya beda (Anastasi &
Urbina, 1997).
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menganalisis butir soal
secara kualitatif, diantaranya adalah teknik moderator dan teknik panel. Teknik
moderator merupakan teknik berdiskusi yang di dalamnya terdapat satu orang
sebagai penengah. Berdasarkan teknik ini, setiap butir soal didiskusikan secara
bersama-sama dengan beberapa ahli seperti guru yang mengajarkan materi, ahli
materi, penyusun atau pengembang kurikulum, ahli penilaian, ahli bahasa,
berlatar belakang psikologi.
39
Teknik ini sangat baik karena setiap butir soal dilihat secara bersama-sama
berdasarkan kaidah penulisannya. Di samping itu, para penelaah dipersilakan
mengomentari berdasarkan kompetensinya masing-masing. Setiap komentar
atau masukan dari peserta diskusi dicatat. Setiap butir soal dapat dituntaskan
secara bersama-sama, perbaikannya seperti apa. Namun, kelemahan teknik ini
memiliki kelemahan karena memerlukan waktu lama untuk rnendiskusikan
setiap satu butir soal.
Teknik berikutnya adalah Teknik Panel yakni suatu teknik menelaah butir
soal berdasarkan kaidah penulisan butir soal. Kaidah itu diantaranya materi,
konstruksi, bahasa atau budaya, kebenaran kunci jawaban atau pedoman
penskoran. Caranya beberapa penelaah diberikan butir-butir soal yang akan
ditelaah, format penelaahan, dan pedoman penilaian atau penelaahan. Pada
tahap awal, semua orang yang terlibat dalam kegiatan penelaahan disamakan
persepsinya, kemudian mereka berkerja sendiri-sendiri di tempat berbeda. Para
penelaah dipersilakan memperbaiki langsung pada teks soal dan memberikan
komentarnya serta memberikan nilai pada setiap butir soal dengan kriteria: soal
baik, perlu diperbaiki, atau diganti.
Mata pelajaran :
Kelas/semester :
Penelaah :
40
A Materi 1 2 3 4 5 …
B Konstruksi
C Bahasa/Budaya
Keterangan: Berilah tanda (V) bila tidak sesuai dengan aspek yang ditelaah!
Mata pelajaran :
Kelas/semester :
Penelaah :
A Materi 1 2 3 4 5 …
42
B Konstruksi
C Bahasa/Budaya
Keterangan: Berilah tanda (V) bila tidak sesuai dengan aspek yang ditelaah!
Mata pelajaran :
Kelas/semester :
Penelaah :
A Materi 1 2 3 4 5 …
B Konstruksi
C Bahasa/Budaya
Keterangan: Berilah tanda (V) bila tidak sesuai dengan aspek yang ditelaah!
rata yang diperoleh peserta didik pada butir soal yang bersangkutan
dinamakan tingkat kesukaran butir soal itu. Rumus ini dipergunakan untuk
soal selected response item, yaitu (Nitko, 1996: 310).
𝐵
𝑃=
𝑁
Contoh : Tes formatif IPA, 10 soal bentuk pilihan ganda, option 4, dengan
proporsi 2 soal mudah, 6 soal sedang dan 2 soal sukar, jumlah siswa = 20
orang.
𝐵 18
𝑃= = = 0,90
𝑁 20
2. Daya Pembeda
Seluruh kelompok test dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan
50% kelompok bawah.
Contoh perhitungan: Dari hasil analisis tes yang terdiri dari 10 butir soal
yang dikerjakan oleh 14 orang siswa, terdapat dalam tabel sebagai berikut :
53
B=7 A = 5
C=8 D = 5
E = 10 F = 6
I=8 G = 6
J=7 H = 6
K=7 L = 5
N=7 M=3
7 orang 7 orang
Sudah disebutkan diatas bahwa soal yang baik adalah soal yang
dapat membedakan antara anak pandai dan anak kurang pandai, dilihat dari
dapat dan tidaknya megerjakan soal itu.
Marilah kita lihat kita perhatikan analisis lagi, khusus untuk butir soal
nomor 1.
Butir soal ini jelek karena lebih banyak di jawab benar oleh
kelompok bawah dibandingkan dengan jawaban benar dari kelompok atas.
Ini berarti bahwa untuk menjawab soal dengan benar, dapat dialakukan
dengan menebak. Butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang
mempunyai indeks diskriminasi 0,4 sampai 0,7.
terpasang pada setiap pada setiap butir item itu salah satunya adalah
merupakan jawaban betul atu disebut dengan kunci jawaban, sedangakan
sisanya adalah merupakan jawaban salah. Jawaban – jawaban salah itulah
yang bisa dikenal denag istilah distraktor (distraktor merupakan jawaban
pengecoh).
Tujuan utama dari pemasangan distraktor pada setiap butir item itu
adalah agar dari sekian banyak test, yang mengikuti tes ada yang tertarik
memilihnya, sebab mereka menyangka bahwa distraktor yang mereka pilih
itu merupakan jawaban betul. Jadi mereka terkecoh, menganggap bahwa
distraktor yang terpasang pada item itu sebagai kunci jawaban item, pada
hal bukan. Tentu saja, makin banyak siswa yang terkecoh, maka kita dapat
menyatakan bahwa distraktor itu semakin dapat menjalankan
fungsinyadengan sebaik – baiknya. Sebaliknya, apabila distraktor yang
dipasang pada setiap butir item itu tidak laku maksudnya tak ada seorang
pun dari sekian banyak testee yang merasa tertarik atau terangsang untuk
memilih distraktor tersebut sebagai jawaban betul, maka hal ini
mengandung makna bahwa distraktor tersebut tidak menjalankan fungsinya
dengan baik.
Berikut ini dikemukakan sebuah contoh bagaimana cara
menganalisis fungsi distraktor. Misalnya tes dibidang studi pendidikan
moral pancasila diikuti oleh 50 siswa madrasah tsanawiyah. Bentuk soalnya
adalah multiple choice dengan item sebanyak 40 butir, dimana setiap butir
item dilengkapi dengan lima alternatif yaitu A,B,C,D dan E. dari 40 butir
item tersebut diatas, khusus untuk butir item no 1, 2, dan 3.
Dengan pola penyebaran jawaban item sebagaimana tergambar pada
analisis di atas maka dengan mudah dapat diketahui, berapa persen testee
yang telah terkecoh untuk memilih distraktor yang dipasangkan pada item
1, 2 dan 3 yaitu :
1. Untuk kunci jawaban adalah E, sedangkan pengecoh/distraktornya
adalah A, B, C, dan D.
57
kesukaran itemnya baik, yaitu terletak antara 0,30 sampai 0,70). Untuk
butir item nomor 2, jumlah siswa yang jawabannya betul adalah 44
orang, berarti angka indeks kesukaran itemnya = 44/50 = 0,88 (butir
item nomor 2 ini termasuk kategori terlalu mudah). Sedangkan butir
item nomor 3 dijawab betul oleh 10 orang siswa: berarti angka indeks
kesukarannya itemnya = 10/50 = 0,20 (butir item nomor 3 termasuk
kategori terlalu sukar).
1. Untuk mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh soal yang
bermutu sebelum soal digunakan.
2. Untuk membantu meningkatkan tes melalui revisi atau membuang soal
yang tidak efektif, serta untuk mengetahui informasi diagnostik pada siswa
apakah mereka sudah/belum memahami materi yang telah diajarkan.
1. Dapat membantu para pengguna tes dalam evaluasi atas tes yang
digunakan,
2. Sangat relevan bagi penyusunan tes informal dan lokal seperti tes yang
disiapkan guru untuk siswa dikelas,
3. Mendukung penulisan butir soal yang efektif,
4. Secara materi dapat memperbaiki tes di kelas,
5. Meningkatkan validitas soal dan reliabilitas
59
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Instrument penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data dalam penelitian, intrumen penelitian dibuat sesai dengan tujuan
pengukuran dan teori yang digunakan sebagai dasar. Instrumen
penelitian dibuat untuk satu tujuan penelitian tertentu yang tidak bisa
digunakan oleh peneliti yang lain, sehingga peneliti harus merancang
sendiri instrumen yang akan digunakan. Selain membuat instrumen
sendiri, untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, dapat
digunakan instrumen yang telah tersedia (instrumen baku). Ada
beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menganalisis butir soal
secara kualitatif, diantaranya adalah teknik moderator dan teknik panel.
Teknik moderator merupakan teknik berdiskusi yang di dalamnya
terdapat satu orang sebagai penengah. Berdasarkan teknik ini, setiap
butir soal didiskusikan secara bersama-sama dengan beberapa ahli
seperti guru yang mengajarkan materi, ahli materi, penyusun atau
pengembang kurikulum, ahli penilaian, ahli bahasa, berlatar belakang
psikologi.
3.2 Saran
3.2.1 Untuk Penulis
Kami Selaku penulis menyarankan perlu adanya penambahan
wawasan atau pengetahuan terkait dengan instrume penelitian ini
3.2.2 Untuk Pembaca/Masyarakat
Dengan ini kami menyarankan kepada pembaca khususnya perawat
agar mengetahui tentang instrumen penelitian
3.2.3 Untuk Instansi
Berkaitan dengan penulisan makalah ini, kami sangat membutuhkan
atau perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang penulisan makalah
ini agar bisa lebih baik lagi dan bisa menjadi panutan bagi orang
banyak nantinya. Dan dapat memahami tentang instrumen
60
61