Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN


( Instrumen Penelitian )

Disusun Oleh :

TUSKI
1713040009
PENDIDIKAN KIMIA A

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah Swt. yang berkat petunjuk dan hidayah-Nyalah
makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini berjudul Instrumen Penelitian disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai
pengertian, tujuan, jenis, dan metodologi penelitian deskriptif, eksperimen, dan eksplanatori
sehingga mahasiswa dapat menentukan jenis penelitian yang tepat (relevan) digunakan dalam
penyusunan skripsinya dan bagaiamana penelitian itu seharusnya dilakukan.
Penyusunan makalah ini tidak sedikit menemukan hambatan dan kesulitan, namun berkat
dorongan serta doa restu dari berbagai pihak, maka penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu. Namun, diharapkan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Pinrang, 3 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1

1.3 Tujuan.............................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN...............................................................................................3

2.1 Definisi............................................................................................................3

2.2 Instrumen penelitian untuk Penelitian Kualitatif............................................3

2.3 Instrumen penelitian untuk Penelitian Kualitatif............................................5

2.4 Skala Pengukuran dalam Instrumen Penelitian...............................................7

2.5 Langkah-langkah menyusun Instrumen Penelitian.........................................9

2.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen.............................................................11

2.7 Pengujian Reliabilitas Instrumen..................................................................11

2.8 Pengujian Reliabilitas Instrumen..................................................................12

BAB 3 PENUTUP......................................................................................................13

3.1 Kesimpulan...................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penelitian dapat diartikan sebagai suatu proses penyelidikan secara sistematis yang
ditujukan pada penyediaan  informasi untuk menyelesaikan masalah. Sebagai suatu kegiatan
sistematis penelitian harus dilakukan dengan metode tertentu yang dikenal dengan istilah
metode penelitin,yakni suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan 
kegunaan tertentu. Cara ilmiah ini harus didasari ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris,
dan sistematis.
Dalam melaksanakan kegiatan penelitian, keberadaan instrumen penelitian merupakan
bagian yang sangat integral dan termasuk dalam komponen metodelogi penelitian karena
instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa,
menyelidiki suatu masalah yang sedang diteliti.
Suatu intrumen yang baik tentu harus memiliki validitas dan realibitas yang baik. Untuk
memperoleh instrument yang baik tentu selain harus diujicobakan, dihitung validitas dan
realibiltasnya juga harus dibuat sesuai kaidah-kaidah penyusunan instrument.
Berkaiatan dengan hal tersebut, pada pembahasan ini akan diuraikan berbagai hal terkait
dengan instrument penelitian yang pembahasannya diawali dengan pengertian instrumen
penelitian, jenis, lagkah-langkah penyusunan, dan teknik pengujian validitas dan
reliabiltasnya

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.    Apa yang dimaksud instrumen penelitian ?
2.    Apa saja jenis-jenis instrumen penelitian ?
3.    Apa saja Langkah-langkah menyusun Instrumen penelitian?
4.    Bagaimana cara pengujian validitas dan reliabilitas ?

1.3 TUJUAN MASALAH


1.    Untuk mengetahui dan mempelajari hal – hal yang berkaitan dengan instrumen
penelitian .
2.    Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis instrumen penelitian.
3.    Agar kita mengetahui bagaimana langkah-langkah penyusunan instrumen penelitian.

1
4.    Untuk mengetahui cara pengujian validitas dan reliabilitas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    DEFINISI
Sugiyono (2014:133) menyatakan bahwa instumen penelitian digunakan untuk mengukur
nilai variabel yang akan diteliti. Secara lebih detail Arikunto (2013:203) menjelaskan bahwa
instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih
cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Senada dengan pendapat
tersebut, Riduwan (2013:25) berpendapat bahwa instrumen penelitian merupakan alat bantu
peneliti dalam pengumpulan data, mutu instrumen akan menentukan mutu data yang
dikumpulkan, sehingga tepatlah dikatakan bahwa hubungan instrumen dengan data adalah
sebagai jantungnya penelitian yang saling terkait.
Dari berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah
alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian agar data lebih mudah diolah dan
menghasilkan penelitian yang berkualitas. Data yang telah terkumpul dengan menggunakan
instrumen akan dideskripsikan, dilampirkan atau digunakan untuk menguji hipotesis yang
diajukan dalam suatu penelitian. Instrumen memiliki peranan penting di dalam penelitian.
Sukardi (2013:75) menyatakan bahwa fungsi dari intrumen penelitian adalah untuk
memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sedang mengumpulkan informasi
dilapangan. Menurutnya, pembuatan intrumen dalam penelitian kuantitatif merupakan bagian
dari kegiatan yang harus dibuat secara intensif sebelum peneliti memasuki lapangan atau
sebagai kelengkapan proposal. Berbeda dengan penelitian kualitatif, pada penelitian kualitatif
intrumen penelitian dapat dibuat ketika penelitian berlangsung agar sesuai dengan penelitian
di lapangan.

2.2 INSTRUMEN PENELITIAN UNTUK PENELITIAN KUALITATIF


Satu-satunya instrumen terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri.
Peneliti mungkin menggunakan alat-alat bantu untuk mengumpulkan data seperti tape
recorder, video kaset, atau kamera. Tetapi kegunaan atau pemanfaatan alat-alat ini sangat
tergantung pada peneliti itu sendiri.
Oleh karena dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri,  maka peneliti harus “divalidasi”. Validasi terhadap peneliti,

3
meliputi; pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang
yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian -baik secara akademik
maupun logiknya- (Sugiono,2012).
Peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi menetapkan fokus penelitian,
memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,
analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiono,2012).
1.   Peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan
yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian,
b. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat
mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
c. Tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu instrumen berupa test atau
angket yng dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia.
d. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan
pengetahuan semata dan untuk memahaminya, kita perlu sering merasakannya,
menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
e. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat
menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah
pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.
f. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang
dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk
memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan (Sugiyono 2012).
2.   Peneliti sebagai instrumen (disebut "Paricipant-Observer") di samping memiliki
kelebihan-kelebihan, juga mengandung beberapa kelemahan. Kelebihannya antara lain:
a. Peneliti dapat langsung melihat, merasakan, dan mengalami apa yang terjadi pada
subjek yang ditelitinya. Dengan demikian, peneliti akan lambat laut "memahami"
makna-makna apa saja yang tersembunyi di balik realita yang kasat mata (verstehen).
Ini adalah salah satu tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian kualitatif.
b. Peneliti akan mampu menentukan kapan penyimpulan data telah mencukupi, data telah
jenuh, dan penelitian dihentikan. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak
dibatasi oleh instrumen (misalnya kuesioner) yang sengaja membatasi penelitian pada
variabel-variabel tertentu saja.

4
c. Peneliti dapat langsung melakukan pengumpulan data, menganalisanya, melakukan
refleksi secara terus menerus, dan secara gradual "membangun" pemahaman yang
tuntas tentang sesuatu hal. Ingat, dalam penelitian kualitatif, peneliti memang
"mengkonstruksi" realitas yang tersembunyi (tacit) di dalam masyarakat.
3.    Kelemahan peneliti sebagai instrumen adalah
a. Tidak mudah menjaga obyektivitas dan netralitas peneliti sebagai peneliti. Keterlibatan
subjek memang bagus dalam penelitian kualitatif, tetapi jika tidak hati-hati, peneliti
akan secara tidak sadar mencampuradukkan antara data lapangan hasil observasi
dengan pikiran-pikirannya sendiri.
b. Pengumpulan data dengan cara menggunakan peneliti sebagai instrumen utama ini
sangat dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam menulis, menganalisis, dan
melaporkan hasil penelitian. Peneliti juga harus memiliki sensitifitas/kepekaan dan
"insight" (wawasan) untuk menangkap simbol-simbol dan makna-makna yang
tersembunyi. Lyotard (1989) mengatakan "lantaran pengalaman belajar ini sifatnya
sangat pribadi, peneliti seringkali mengalami kesulitan untuk mengungkapkannya
dalam bentuk tertulis".
c. Peneliti harus memiliki cukup kesabaran untuk mengikuti dan mencatat perubahan-
perubahan yang terjadi pada subjek yang ditelitinya. Dalam penelitian kuantitatif,
penelitian dianggap selesai jika kesimpulan telah diambil dan hipotesis telah diketahui
statusnya, diterima atau ditolak. Tetapi peneliti kualitatif harus siap dengan hasil
penelitian yang bersifat plural (beragam), sering tidak terduga sebelumnya, dan sulit
ditentukan kapan selesainya. Ancar-ancar waktu tentu bisa dibuat, tetapi ketepatan
jadwal (waktu) dalam penelitian kualitatif tidak mungkin dicapai seperti dalam
penelitian kuantitatif.

2.3   INSTRUMEN PENELITIAN UNTUK PENELITIAN KUANTITATIF


Jika dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian adalah penelitinya sendiri, maka
dalam penelitian kuantitatif, instrumen harus dibuat dan menjadi perangkat yang
"independent" dari peneliti. Peneliti harus mampu membuat instrumen sebagus mungkin,
apapun instrumen itu. Jenis-Jenis Instrumen Penelitian
Ada beberapa jenis instrumen yang biasa digunakan dalam penelitian. (Arikunto,2013)
yaitu:

5
1.         Tes
Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur ketrampilan, pengukuran, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok.
2.         Angket atau kuesioner.
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atu hal-hal yang ia
ketahui.
3.         Interviu (interview).
Interviu digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk
mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian,
sikap terhadap sesuatu
4.         Observasi.
Di dalam artian penelitian observasi adalah mengadakan pengamatan secara langsung,
observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, ragam gambar, dan rekaman suara.
Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan
diamati.
5.         Skala bertingkat (ratings).
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subyektif yang dibuat berskala.
Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup memberikan
informasi tertentu tentang program atau orang. Instrumen ini dapat dengan mudah
memberikan gambaran penampilan, terutama penampilan di dalam orang menjalankan
tugas, yang menunjukan frekuensi munculnya sifat-sifat. Di dalam menyusun skala, yang
perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel skala. Apa yang ditanyakan
harus apa yang dapat diamati responden.
6.         Dokumentasi.
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Didalam
melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda tertulis seperti
bukubuku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan sebagainya.

6
2.4 SKALA PENGUKURAN DALAM INSTRUMEN PENELITIAN
Dalam pengukuran penelitian, variabel yang bersifat kualitatif berskala nominal,
sedangkan variabel kuantitatif berskala ordinal, interval atau rasio. Sementara penggunaan
instrumen skala dimaksudkan untuk menjaring data yang berskala interval. Sudaryono,
Margono, & Rahayu (2013:45) menyatakan bahwa skala biasanya digunakan untuk
mengecek dan menetapkan nilai suatu faktor kualitatif dalam ukuran-ukuran kuantitatif.
Hampir sama dengan pendapat tersebut, Sugiyono (2016:133) menyatakan bahwa skala
pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan
panjang pendeknya interval dan rasio yang ada dalam alat ukur sehingga akan menghasilkan
data kuantitatif. Skala bertujuan untuk menempatkan individu pada titik tertentu pada
kontinum kesepakatan dengan sikap yang ditanyakan (Kerlinger, 2014:795).
Beberapa skala yang digunakan dalam penelitian terdiri dari skala Likert, skala
Guttman, rating scale, semantic deferential dan skala Tunderstone. Masing-masing diuraikan
sebagai berikut ini.
1. Skala Likert (Skala Tingkat Sumatif)
Skala Likert digunakan untuk mengukur persepsi atau sikap seseorang. Variabel yang
akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel yang digunakan sebagai titik tolak dalam
menyusun butir-butir instrumen (Sugiyono, 2016:134). Pada skala Likert setiap butir
instrumen mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.
Arifin (2014:236) menyatakan bahwa model skala Likert yang dapat digunakan dalam
penelitian adalah sebagai berikut.
a. Mengggunakan bilangan untuk menunjukkan tingkat-tingkat dari objek sikap yang
dinilai, seperti 1, 2, 3, 4, dan seterusnya.
b. Menggunakan frekuensi terjadinya atau timbulnya sikap, seperti selalu, seringkali,
kadang-kadang, pernah dan tidak pernah.
c. Menggunakan istilah-istilah yang bersifat kualitatif, seperti bagus sekali, baik, sedang,
dan kurang. Dapat juga menggunakan istilah sangat setuju, setuju, tidak tahu, tidak
setuju, dan sangat tidak setuju.
d. Menggunakan istilah-istilah yang menunjukkan kedudukan seperti sangat rendah, di
bawah rata-rata, di atas rata-rata, dan sangat tinggi.
e. Menggunakan kode bilangan atau huruf, misalnya “selalu” diberi kode 5, “kadang-
kadang” (4), “jarang” (3), “jarang sekali” (2), dan “tidak pernah” (1). Sukardi
(2013:147) menyatakan bahwa pilihan interval yang digunakan dapat bermacam-
macam.
7
Peneliti juga dapat menentukan apakah pilihannya berjumlah ganjil atau genap.
Namun, berdasarkan pengalaman pada beberapa penelitian di Indonesia, kebanyakan
responden cenderung memberikan pilihan jawaban pada kategori tengah karena alasan
kemanusiaan sehingga akan menyebabkan kesulitan bagi peneliti dalam membuat
kesimpulan. Untuk mengatasi hal ini, peneliti dianjurkan membuat tes skala Likert dengan
menggunakan banyak pilihan genap. Likert (Arifin, 2014:237) memberikan petunjuk agar
skala Likert berkualitas, yaitu sebagai berikut ini:
a. Pernyataan harus menggambarkan perilaku yang diinginkan dan bukan menyatakan
suatu fakta,
b. Pernyataan harus jelas, singkat, terarah, dan tidak mempunyai tafsiran ganda,
c. Diusahakan supaya kecenderungan jawaban tidak terhimpun di satu ujung kontinum,
tetapi sebagian berada di ujung lain, dan sebagian lagi terletak di tengah kontinum arah
sikap tersebut,
d. Keseluruhan perangkat skala sikap hendaknya mencakup dua kelompok pernyataan,
yaitu pernyataan positif dan pertanyaan negatif untuk menghindari jawaban yang
strereotip dari responden,
e. Setiap pertanyaan harus mengandung satu variabel sikap dan tidak boleh lebih.
2. Skala Guttman (Skala Kumulatif)
Skala ini mirip dengan skala Likert. Sudaryono, Margono, & Rahayu (2013:33)
menyatakan bahwa skala ini digunakan untuk menjawab suatu permasalahan yang bersifat
tegas dan konsisten. Menurut Sugiyono (2016:139) pada skala ini hanya ada dua interval,
yaitu setuju atau tidak setuju, ya atau tidak, pernah atau tidak pernah, positif atau negatif, dan
lain sebagainya. Skala ini juga dapat digunakan dalam bentuk pilihan ganda maupun bentuk
check list. Berikut ini disajikan contoh skala Guttman.
3. Semantik Defferensial (Perbedaan Semantik)
Skala ini untuk mengukur sikap. Berbeda dengan skala Likert dan Guttman, skala ini
tidak berbentuk pilihan ganda atau check list tetapi tersusun dalam satu garis kontinum.
Sudaryono, Margono, & Rahayu (2013:53) menyatakan bahwa skala perbedaan semantik
berisikan serangkaian karakteristik bipolar, seperti panas-dingin, populer-tidak populer, baik-
tidak baik, dan lain sebagainya. Jawaban sangat positif terletak di bagian kanan garis, dan
jawaban yang sangat negatif terletak di bagian kiri, atau sebaliknya. Dengan kata lain, skala
ini dikonstruksi dengan memilih kata-kata sifat yang berpasangan untuk menggambarkan
dimensi evaluatif. Pasangan kata-kata tersebut biasanya ditampilkan dengan tujuh skala
kategori jawaban. Responden diminta untuk memberikan tanda (X) pada salah satu skala

8
yang menggambarkan keadaan yang paling sesuai. Berikut ini disajikan contoh skala
semantik defferensial.
4. Rating Scale (Skala Penilaian)
Sudaryono, Margono, & Rahayu (2013:53) menyatakan bahwa pada skala penilaian,
penilai atau responden memberi angka pada suatu kontinum di mana individu atau objek akan
ditempatkan. Pada ketiga skala sebelumnya, data yang diperoleh adalah data kualitatif yang
dikuantitatifkan. Dalam skala ini, data yang diperoleh adalah data kuantitatif (angka) yang
kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Responden menjawab salah satu jawaban
kuantitatif yang disediakan. Dengan demikian skala ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk
pengukuran sikap, tetapi juga mengukur persepsi responden terhadap fenomena lain seperti
status sosial, ekonomi, pengetahuan, kemampuan, dan lain-lain.
5. Skala Tunderstone (Equal Appearing Interval Scale)
Sudaryono, Margono, & Rahayu (2013:53) menyatakan bahwa skala ini meminta
responden untuk memilih pertanyaan yang ia setujui dari beberapa pertanyaan yang
menyajikan pandangan yang berbeda-beda. Hasil akhirnya berupa sehimpunan butir
pertanyaan sikap yang dapat digunakan untuk memberikan skorsikap kepada individu
(Kerlinger, 2014:796). Setiap butir diberi nilai skala yang menunjukkan kekuatan sikap yang
terkandung di dalam butir. Pada umumnya, setiap butir mempunyai asosiasi nilai terurut
antara 1 sampai 10. Artinya setiap butir memiliki nilai skala yang berbeda-beda, tetapi
nilai-nilai tersebut tidak diketahui oleh responden. Berikut ini disajikan contoh penggunaan
skala Tunderstone.

2.5 LANGKAH-LANGKAH MENYUSUN INSTRUMEN PENELITIAN


Iskandar (2013) mengemukakan enam langkah dalam penyusunan instrumen
penelitian, yaitu:
a. Mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti.
b. Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi
c. Mencari indikator dari setiap dimensi.
d. Mendeskripsikan kisi-kisi instrumen
e. Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen
f. Petunjuk pengisian instrumen.

9
2.6 VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN
Menurut Ibnu Hadjar (1996:160), kualitas instrumen ditentukan oleh dua kriteria
utama: validitas dan reliabilitas. Validitas suatu instrumen menurutnya menunjukkan
seberapa jauh ia dapat mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan reliabilitas
menunjukkan tingkat konsistensi dan akurasi hasil pengukuran.
Sumadi Suryabrata (2008:60)mengemukakan bahwa validitas instrumen didefinisikan
sebagai sejauh mana instrumen itu merekam/mengukur apa yang dimaksudkan untuk
direkam/diukur. Sedangkan reliabilitas instrumen merujuk kepada konsistensi hasil
perekaman data (pengukuran) kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang
yang sama dalam waktu berlainan, atau kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau
kelompok orang yang berbeda dalam waktu yang sama atau dalam waktu yang berlainan.
Menurut Burhan Bungin (2005:96,97) Validitas alat ukur adalah akurasi alat ukur
terhadap yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan di mana-mana. Sedangkan
reliabilitas alat ukur menurutnya adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga
alat ukur itu dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Misalnya, menimbang beras dengan
timbangan beras, mengukur panjang kain dengan meter, dan sebagainya.

2.7 PENGUJIAN VALIDITAS INSTRUMEN


Ada tiga jenis pengujian Validitas Instrumen. (Sugiyono: 2012)
1.         Pengujian Validitas konstruksi (Construct Validity)
Instrumen yang mempunyai validitas konstruksi jika instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan dengan yang didefinisikan. Misalnya
akan mengukur efektivitas kerja, maka perlu didefinisikan terlebih dahulu apa itu
efektivitas kerja. Setelah itu disiapkan instrumen yang digunakan untuk mengukur
efektivitas kerja sesuai dengan definisi.
Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat ahli. Setelah
instrumendikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan diukur, dengan berlandaskan
teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta
pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Jumlah tenaga ahli yang
digunakan minimal tiga orang, dan umumnya mereka telah bergelar doktor sesuai dengan
lingkup yang diteliti.

10
Setelah pengujian konstruk dengan ahli, maka diteruskan dengan uji coba instrumen.
Setelah data ditabulasi, maka pengujian validitas konstruk dilakukan dengan analisis
faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen.
2.         Pengujian Validitas Isi
Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen yang digunakan untuk
mengukur prestasi belajar dan mengukur efektivitas pelaksanaan program dan tujuan.
Untuk menyusun instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi, maka
instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan
instrumen yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen
disusun berdasarkan program yang telah direncanakan. Untuk instrumen yang berbentuk
tes, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi
instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Jika dosen memberikan ujian di
luar pelajaran yang telah ditetapkan, berarti instrumen ujian tersebut tidak mempunyai
validitas isi. Secara teknis, pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu
dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang
diteliti, indikator sebagai tolok ukur, dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan
yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu, maka pengujian
validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.
3.         Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari
kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang
terjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja sekelompok pegawai.
Maka kriteria kinerja pada instrumen tersebut dibandingkan dengan catatan-catatan di
lapangan (empiris) tentang kinerja yang baik. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria
dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut
mempunyai Validitas eksternal yang tinggi.

2.8  PENGUJIAN RELIABILITAS INSTRUMEN


Pengujian reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2012) dapat dilakukan secara
eksternal dan internal. Secara eksternal, pengujian dilakukan dengan test – retest (stability),
equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal pengujian dilakukan dengan
menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik-teknik tertentu.

11
1.    Test retest
Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada responden yang sama dengan
instrumen yang sama dengan waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien
korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif
dan signifikan, maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.
2.    Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi
maksudnya sama. misalnya, berapa tahun pengalaman Anda bekerja di lembaga ini?
Pertanyaan tersebut ekuivalen dengan tahun berapa Anda mulai bekerja di lembaga ini?
Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua dan berbeda,
pada responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara mengkorelasikan antara data
instrumen yang satu dengan instrumen yang dijadikan ekuivalennya. Bila korelasi positif
dan signifikan, maka instrumen dapat dinyatakan reliabel.
3.    Gabungan
Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen
beberapa kali keresponden yang sama. cara ini merupakan gabungan dari test-retest
(stability) dan ekuivalen. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua
instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan
secara silang. Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, maka akan dapat
dianalisis keenam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu semuanya
positif dan signifikan, maka dapat dinyatakan bahwa instrumen itu reliabel.
4.    Internal Consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara
mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan
teknik-teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas
instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari
Spearman Brown (Split half), KR20, KR21 dan Anova Hoyt.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan informasi kuantitatif tentang variabel yang sedang diteliti. Langkah-langkah
dalam penyusunan instrumen penelitian  yaitu dengan  mengidentifikasikan variabel-variabel
yang diteliti, menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi, mencari indikator dari setiap
dimensi, mendeskripsikan kisi-kisi instrumen, merumuskan item-item pertanyaan atau
pernyataan instrumen, petunjuk pengisian instrumen. Semua instrumen (baik yang tes
maupun non tes) harus memiliki dua syarat yaitu Valid dan reliabel. Valid berarti instrumen
secara akurat mengukur objek yang harus diukur. Reliabel berarti hasil pengukuran konsisten
dari waktu ke waktu.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Hadjar. 2013. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif  dalam Pendidikan. 


Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:Penerbit


Alfabeta.

Arikunto Suharsimi, 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta

14

Anda mungkin juga menyukai