Anda di halaman 1dari 16

I.

PENDAHULUAN
Ditinjau dari sejarahnya, etika penelitian bermula dari penelitian
kesehatan dan medis. Setidaknya ada empat dokumen dan kejadian penelitian
yang berpengaruh dalam perkembangan etika penelitian yaitu kode etik
Nuremberg (The Nuremberg Code), Deklarasi Helsinki (The Declaration of
Helsinki), Studi penyakit sifilis oleh Tuskegee (Tuskegee syphilis study),
Kebijakan riset nasional (National Research Act), dan laporan the Belmont (The
Belmont Report) 1 2 .
Etika penelitian pada dasarnya terdiri dua aspek yaitu etika dalam
pengumpulan data penelitian, dan etika dalam mempublikasikan hasil
penelitian.

Gambar (1) menjelaskan hal tersebut.

Etika pengumpulan data penelitian Etika publikasi hasil penelitian


Respect Misconduct
Justice Plagiarism
Beneficence Piecemeal & duplicate
Fairness in credit

Tabel 1. Dokumen dan Kejadian yang


Berpengaruh terhadap Etika Penelitian1 2
Nama Dokumen Deskripsi
The Nuremberg Code  Disusun tahun 1948 sebagai landasan dan prinsip dasar
bagi penelitian medis untuk memberikan inform consent
dan tidak melakukan pemaksaan (prinsip-1) dan hak untuk
mundur dari penelitian (prinsip-9).
 Hasil dari persidangan tahun 1946 di kota Nuremberg
terhadap dokter berkebangsaan Jerman yang melakukan
percobaan di barak khusus tahanan wanita selama Perang
Dunia II dan dinyatakan sebagai tindakan kriminal
Kemanusiaan
The Declaration of Helsinki  Dikembangkan oleh World Medical Association untuk
penelitian medis berlandaskan pada dokumen Nuremberg
Code
 Mengatur prinsip etika penelitian eksperimen yang
melibatkan manusia
 Pada Juni tahun 1964, dokumen ini diterapkan di Helsinki
(Finlandia) dan mengalami banyak perbaikan dan dianggap
sebagai upaya pertama yang dilakukan komunitas medis
untuk mengatur penelitiannya sendiri
Tuskegee Syphilis Study  Studi ini memberikan dampak terhadap aktivitas penelitian,
mengurangi kepercayaan responden terhadap peneliti dan
minat untuk mengikuti penelitian, serta mendorong
lahirnya kebijakan untuk melindungi partisipan penelitian
 Studi Tuskegee dimulai tahun 1932 merupakan kerjasama
antara Public Health Service Amerika Serikat dengan
Tuskegee Institute yang bertujuan mencatat riwayat alamiah
penyakit sifilis pada laki-laki negro dewasa. Tahun 1972
studi dihentikan berdasarkan artikel pada media Associated
Press. Setelah dilakukan investigasi, studi tidak
memberikan inform consent, dan penderita sifilis tidak
diberikan pengobatan secara tuntas namun hanya
mengobati penyakit secara minor
The National Research Act  Pada tahun 1974 diterbitkan undang-undang riset nasional
(national research act) akibat pemberitaan tentang studi
Tuskegee yang meluas
 Berisi prinsip dasar etika penelitian yang mengatur riset
biomedis dan perilaku yang melibatkan manusia sebagai
partisipan
The Belmont Report  Dipublikasikan pada tahun 1979 merupakan ringkasan
terhadap prinsip dasar etika penelitian pada The National

II. ISI
2.1 Pengertian Etika Penelitian

Etika berasal dari bahasa Yunani ethos. Dari kata ini terbentuklah istilah
etika yang oleh ristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Kata
“moral” berasal dari bahasa latin: mos (jamak:mores), yang berati kebiasaan,
adat (Pramudyo Gani Nur, 2017). Jadi etimologis kata “etika” sama dengan kata
“moral”. Keduanya berarti adat kebiasaan. (Vardiansyah, 2005). Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) etika adalah ilmu tentang apa yang baik
dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban. Etika menurut Setiawan
(2011) adalah konsep yang mengarah pada perilaku yang baik dan pantas
berdasarkan nilai-nilai norma, moralitas, pranata, baik kemanusiaan maupun
agama.
Etika penelitian mengatur berbagai hal yang harus menjadi pedoman
perilaku peneliti sejak menyusun desain penelitian, mengumpulkan data di
lapangan (melakukan wawancara, memberikan angket, melakukan pengamatan,
meminta data pendukung), ketika menyusun laporan penelitian, sampai
mempublikasikan hasil penelitian (Martono, 2015). Etika penelitian berkaitan
dengan beberapa norma, yaitu norma sopan santun yang memperhatikan
konvensi dan kebiasaan dalam tatanan masyarakat, norma hukum mengenai
pengenaan sanksi ketika terjadi pelanggaran dan norma moral yang meliputi
itikat dan kesadaran yang baik dan jujur dalam penelitian (nic.unud.ac.id).
(Budiarti, 2020).

Etika penelitian berkaitan dengan beberapa norma, yaitu norma sopan-


santun yang memperhatikan konvensi dan kebiasaan dalam tatanan di
masyarakat, norma hukum mengenai pengenaan sanksi ketika terjadi
pelanggaran, dan norma moral yang meliputi itikad dan kesadaran yang baik
dan jujur dalam penelitian6,7.

2.2 Prinsip-Prinsip Etika Penelitian


Dalam menerapkan etika penelitian, perlu diperhatikan beberapa
prinsip- prinsip yang harus diimplementasikan.

1. Beneficence (Manfaat)
Yang pada dasarnya adalah diatas segalanya tidak boleh membahayakan.
Prinsip ini mengandung 4 dimensi:
a. Bebas dari bahaya
b. Bebas dari eksploitasi
c. Manfaat dari penelitian
d. Rasio antara resiko dan manfaat

2. Respect for Person


Menghormati martabat subje atau responden meliputi:
a. Hak untuk self determination (menetapkan sendiri)
b. Hak untuk mendapatkan penjelasan lengkap (full disclosure)

3. Justice
Prinsip ini mengandung hak subjek untuk mendapatkan perlakuan yang
adil dan hak mereka untuk mendapatkan keleluasaan pribadi.
a. Hak mendapatkan perlakuan yang adil
b. Keterbukaan

4. Hak untuk mendapatkan keleluasaan pribadi (privacy)6,7.

2.3 Kode Etik Penelitian


Dalam kesepakatan yang diberlakukan secara luas mengenai kode etik
penelitian, ini 9 hal yang wajib diketahui oleh peneliti:

2.3.1 Peneliti Membaktikan Diri Pada Pencarian Kebenaran Ilmiah

Peneliti memiliki kode etik dimana kamu wajib menjelaskan


fenomena sebagaimana mestinya atau apa adanya. Pada peraturan yang
dikeluarkan oleh LIPI tahun 2013 mereka yang melakukan penelitian
dilarang memanipulasi data dengan tujuan apapun. Peneliti harus
memiliki ketetapan hati dan bebas dari keberpihakan opisisi manapun
yang akhirnya mempengaruhi hasil penelitian.

2.3.2 Peneliti Melakukan Kegiatannya Dalam Cakupan Dan Batasan


Sesuai Dengan Hukum
Peneliti harus mampu bertindak dengan mendahulukan kepentingan
semua pihak yang terkait dengan penelitiannya termasuk di dalamnya
adalah keselamatan dengan tetap berasaskan tujuan mulia berupa
penegakan HAM dan kebebasannya.

2.3.3 Pengelolaan Sumber Daya Keilmuan Dengan Penuh Rasa


Tanggung Jawab
Peneliti melakukan penelitian dengan manfaat membawa kebaikan
sesama dimana tetap mengedepankan keefisienan dalam menggunakan
sumber daya lain, menjaga alat-alat ilmiah dan alat bantu lain dalam
penelitian, menjaga lingkungan dan sekitar dalam menjalankan
penelitiannya agar tidak merusak.

2.3.4 Peneliti Mengelola Penelitiannya Secara Jujur, Dan Adil Terhadap


Lingkungan Penelitiannya
Peneliti harus memiliki sikap yang jujur dan adil adalah suatu nilai
pribadi yang harus dimiliki oleh peneliti. Nilai ini dapat diwujudkan
dengan memberikan akses pada pihak lain untuk memverifikasi hasil
serta melakukan penelitian lanjutan, menghargai sesama baik itu pada
informan maupun sesama peneliti tanpa menggunakan prasangka.
2.3.5 Peneliti Menghormati Segala Bentuk Objek Dalam Penelitian Baik
Hayati Maupun Non-Hayati
Peneliti harus menghormati segala bentuk obyek penelitian baik itu
benda mati atau makhluk hidup. Dalam hal ini semua obyek penelitian
harus diperlakukan secara baik dan bermoral baik itu manusia,
tumbuhan, hewan ataupun benda mati. Alasannya agar obyek itu baik
secara psikis maupun fisik. Segala pengerusakan untuk obyek penelitian
dianggap sebagai pelanggaran etik.

2.3.6 Peneliti Membuka Diri Terhadap Tanggapan, Kritik, Dan Saran Baik
Dari Peneliti Lain Maupun Dari Pihak Luar
Peneliti harus memiliki sifat yang terbuka dimana segala kritik dan
masukan dapat diterima secara lapang dada. Hal ini memberikan umpan
balik yang baik dalam keberlangsungan pengembangan ilmu
pengetahuan. Keterbukaan ini bisa dilakukan dengan melakukan forum
diskusi, seminar atau pertukaran informasi dimana dilakukan dalam
kondisi bebas dari persaingan pihak-pihak tertentu, kecemburuan pribadi
atau silang pendapat yang tidak sehat.

2.3.7 Peneliti Mengelola, Menjalankan, Dan Melaporkan Hasil Secara


Bertanggung Jawab, Cermat, Dan Seksama
Peneliti wajib mencantumkan sumbangan-sumbangan gagasan yang
mempengaruhi hasil penelitiannya. Pada dasarnya pengetahuan bersifat
kolektif, dan komulatif dimana dibangun dari sumbang asih para
akademisi. Tanggung jawab ini dipegang oleh peneliti untuk
memastikan hak karangan akademisi lain mendapatkan keuntungan yang
melekat di dalamnya seperti konsep, rancangan, analisis dan tafsiran
data.

2.3.8 Peneliti Dilarang Melakukan Duplikasi atau Plagiat

Plagiat disini berarti pencurian hasil pemikiran, data atau


penemuan baik yang sudah dipublikasi atau yang belum dipublikasikan.
Plagiarisme dapat diartikan sebagai pengambil alihan gagasan dan kata-
kata dari seseorang baik dengan sengaja atau tidak. Plagiat ini juga
termasuk milik peneliti sendiri dari penelitian sebelumnya yang tidak
dikutip secara baku.
2.3.9 Peneliti Memberikan Pengakuan Berupa Kutipan Dalam Penelitiannya
Peneliti wajib melakukan kutipan jika penelitiannya mengandung nilai-
nilai atau gagasan dari pihak atau peneliti lain baik itu dalam sumbang asih
langsung atau tidak langsung. Nilai etik ini menyangkut moral-moral kejujuran
yang menolak merekayasa atau memanipulasi data yang bisa merusak
kepercayaan dalam ilmu pengetahuan. Nilai ini juga merupakan unsur penting
dari sikap menghormati dan menghargai karya lainnya yang mengambil peran
dalam penelitian.6,7

2.4 Etika Dalam Pengumpulan Data Penelitian


Etika penelitian yang saat ini diberlakukan pada berbagai studi pada dasarnya
menggunakan pendekatan deontologi (deontology approach). Pada pendekatan ini,
prinsip etika diterapkan pada seluruh proses penelitian serta menghasilkan kerangka
kerja umum dan universal sebagai pedoman pelaksanaan penelitian. Dengan
pendekatan ini peneliti mendapatkan petunjuk tentang dalam membuat perencanaan
riset yang terhindar dari kejadian yang secara potensial merugikan partisipan, dengan
menerapkan strategi yang tepat. Berdasarkan pendekatan deontologi, terdapat empat
prinsip dalam penelitian kesehatan yaitu: 1) menghargai otonomi partisipan (respect for
autonomy); 2) mengutamakan keadilan (promotion of justice); 3) memastikan
kemanfaatan (ensuring beneficence); dan 4) memastikan tidak terjadi kecelakaan
(ensuring maleficence)1.

1. Prinsip-1: respect to autonomy

Prinsip ini menjelaskan bahwa dalam melakukan riset kesehatan, peneliti


harus menghargai kebebasan atau independensi responden dalam mengambil
keputusan1. Berdasarkan The Belmont Report, prinsip ini mengandung dua
pandangan yaitu: 1) individu harus dianggap sebagai orang yang memiliki
otonomi; dan 2) orang dengan otonomi rendah harus mendapatkan perlidungan 2.

Strategi yang dilakukan untuk menjamin otonomi responden adalah dengan


memberikan inform consent sebelum dilakukan pengumpulan data, memberikan
hak kepada partisipan untuk mundur dari penelitian, dan tidak ada pemaksaan dari
peneliti.

Inform consent terdiri dari tiga komponen kunci yakni informasi,


komprehensif, dan kesukarelaan 2. Inform consent merupakan proses untuk
mendapatkan persetujuan dari partisipan yang akan terlibat dalam penelitian
dengan memberikan informasi tentang studi yang dilakukan dan potensi kerugian
serta manfaat yang akan didapat secara komprehensif 3
sehingga secara sukarela
bersedia mengikuti. Masih banyakpeneliti menganggap bahwa pengisian inform
consent merupakan kegiatan yang dijalankan secara formalitas saja. Padahal
pengisian inform consent merupakan aspek yang sangat serius yang harus
dijalankan dalam penelitian.

Kesulitan dalam pengisian inform consent adalah menentukan apakah


partisipan memiliki kemampuan untuk memutuskan sesuatu. Umumnya peneliti
menggunakan batasan usia yaitu 16 tahun sebagai tolok ukur seseorang dapat
memutuskan secara mandiri. Pada populasi tertentu batasan ini tidak berlaku
karena keterbatasan fisik (kecacatan) dan mental partisipan, serta keterbatasan
dalammendapatkan kebebasan seperti pada tahanan2.

Untuk itu ada tiga aspek kemampuan (capability) yang harus


dipertimbangkan dalam memutuskan seseorang mampu memutuskan secara
mandiri, yaitu1:

a. Partisipan harus memiliki kemampuan untuk memahami dan mengingat


seluruh informasi kunci, dengan menyampaikan kepada mereka perkiraan
pelaksanaan dan apa yang akan terjadi sebelum , selama dan setelah penelitian
(information aspect)

b. Partisipan harus memiliki kemampuan menimbang risiko dan manfaat dalam


mengikuti penelitian, serta memikirkan kemungkinan konsekuensi yang akan
diterima (risk and benefit analysis aspect)

c. Partisipan harus memiliki kemampuan mengkomunikasikan apa yang


dikehendakinya secara efektif dan jelas termasuk keinginan untuk tetap
berpartisipasi atau mundur dari penelitian (communication aspect).
2. Prinsip-2: promotion of justice

Prinsip keadilan berkaitan dengan kesetaraan (equality) dan keadilan (fairness)


dalam memperoleh risiko dan manfaat penelitian2, serta memiliki kesempatan
untuk berpartisipasi dan diperlakukan secara adil dan setara dalam penelitian 1.
Misalnya: dalam sebuah penelitian ada kelompok yang cenderung
mendapatkan risiko atau kerugian, sedangkan kelompok lain mendapatkan
manfaat.

Terkait dengan penelitian, terdapat tiga jenis keadilan yang didapat partisipan,
yaitu1:

a. Keadilan berkaitan dengan perolehan sumberdaya (distributive justice)

b. Keadilan berkaitan dengan hak individu (right-based justice)

c. Keadilan berkaitan dengan penghormatan kesamaan dalam hukum (legal


justice)

Contohnya dalam penelitian kesmas: pada penelitian tentang kepatuhan


terhadap pemeriksaan antenatal care yang melibatkan wanita hamil dari
wilayah rural dan urban. Kedua kelompok wanita hamil ini harus mendapatkan
perlakukan yang adil dalam pelaksanaan penelitian, misalnya adanya
pemaksaan terhadap wanita hamil di pedesaan sementara di perkotaan tidak
dipaksa.

3. Prinsip-3: ensuring beneficence

Prinsip ini menyatakan bahwa penelitian yang dijalankan akan memberikan


sesuatu yang berguna bagi partisipan dan bagi komunitas yang terdampak.
Penelitian bukan sekedar menghasilkan data yang diperoleh dari partisipan,
namun juga memberi manfaat baik secara langsung dan tidak langsung bagi
partisipan.

Dalam prinsip beneficence terdapat dua aturan umum yaitu 1) jangan


membahayakan atau merugikan partisipan; dan 2) maksimumkan manfaat dan
minimumkan kerugian. Sehingga peneliti sebaiknya menilai risiko dan manfaat
yang akan diperoleh partisipan dalam penelitian yang hasilnya harus
dikomunikasikan kepada partisipan penelitian. Pengertian risiko disini adalah
kemungkinan kerugian yang akan terjadi dan kejadian kecelakaan yang
mungkin terjadi seperti kecelakaan dari sisi psikologis, fisik, hukum, sosial dan
ekonomi2.
4. Prinsip-4: ensuring maleficence

Prinsip ini menyatakan bahwa peneliti harus mencegah terjadinya kecelakaan


atau hal-hal yang tidak diharapkan dalam penelitian baik secara fisik atau
psikologis bagi partisipan. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran risiko dalam
perencanaan penelitian.

Terdapat dua konsep yang dijalankan untuk memastikan bahwa penelitian


memiliki risiko yang rendah bagi partisipan yaitu anonymity dan
confidentiality1. Kedua konsep ini merupakan prinsip privacy dalam riset, yaitu
melindungi informasi partisipan dalam penelitian 4.

a. Konsep anonim (anonymity concept). Konsep ini menyatakan bahwa


peneliti sebaiknya menghilangkan seluruh informasi yang berkaitan dengan
identitas responden saat menyampaikan hasil penelitian dan menampilkan
data, seperti nama repsonden dan karakteristik lainnya. Proses ini disebut
dengan de- identification. Dengan penerapan anonim maka akan terjamin
kerahasiaan dalam penelitian. Namun konsep anonim tidak mungkin
dilakukan pada desain penelitian longitudinal yang membutuhkan sistem
pengkodean data berdasarkan identitas yang unik (misalnya: nomor KTP,
tanggal lahir) 4.

b. Konsep kerahasiaan (confidentiality concept). Konsep ini menyatakan


bahwa peneliti sebaiknya memastikan data tersaji secara anonim, agar
privasi partisipan terjaga serta data-data yang berkaitan dengan partisipan
seperti alamat dan lainnya tersimpan dengan aman.

Lalu bagaimana memastikan bahwa proposal riset telah memenuhi syarat


etika penelitian? Menurut Kevin Barge, untuk memastikan bahwa penelitian yang
akan dilakukan memenuhi syarat etik, maka sebaiknya peneliti mengangkat lima
pertanyaan berikut 5:
1. Apakah terdapat pihak/orang yang dapat diminta untuk mengajukan izin
penelitian?
2. Apakah kerahasiaan responden dapat dijaga? Jika tidak terjaga kerahasiaannya,
apakah konsekuensinya bagi responden? Apakah langkah-langkah yang akan
dijalankan untuk menjaga kerahasiaan responden dapat dijalankan?
3. Apakah ada kemungkinan responden mengundurkan diri dari penelitian?
4. Apakah ada konflik kepentingan antara peneliti dengan lokasi penelitian? Jika
peneliti merupakan bagian dari organisasi (lokasi penelitian), apakah ada
ketentuan yang membedakan peran sebagai peneliti atau anggota kelompok?
Apakah peran ganda peneliti dapat dikendalikan?
5. Apakah transparasi proses penelitian dapat disampaikan kepada responden
pada saat awal penelitian sampai dengan penyampaian hasil penelitian?

Jika jawaban dari setiap pertanyaan tidak cukup baik atau tidak sesuai dengan
komitmen etika penelitian, maka peneliti harus mempertimbangkan untuk mencari
lokasi penelitian yang lain.

2.5 Etika Dalam Publikasi Hasil Penelitian

2.5.1 Etika-1: Kejujuran dalam membuat laporan

Beberapa laporan hasil penelitian yang telah dipublikasikan dalam jurnal


ternama ternyata setelah dilakukan investigasi oleh lembaga berwenang
mengandung unsur kejahatan atau research misconduct. Kejahatan dalam
publikasi hasil penelitian meliputi tiga jenis yaitu 4:

1. Memanipulasi data atau hasil penelitian kemudian menyimpan hasil


tersebut dan melaporkannya (fabrication)
2. Memanipulasi material, alat, proses penelitian serta mengubah atau
menghapus data penelitian sehingga hasil penelitian tidak sesuai dengan
catatan penelitian (falsification)
3. Menyalin atau mengambil ide, proses, hasil, atau kata-kata milik orang lain
tanpa menuliskan sumbernya atau memberikan kredit kepada pemilik
aslinya (plagiarism).
Disamping ketiga hal tersebut, ada isu etik lain terkait dengan kejujuran dalam
menyampaikan hasil penelitian yaitu 4:

a. Melaporkan variabel penelitian yang signifikan secara statistik saja,


padahal peneliti melakukan studi multivariat yang hasilnya ada yang tidak
signifikan
b. Membagi-bagi satu studi penelitian ke dalam beberapa artikel
untuk mendapatkan “kum” atau kredit dalam publikasi atau piecemeal.
c. Membuat duplikasi publikasi pada berbeda jurnal and duplicate
publication.

2.5.2 Etika-2: Konflik kepentingan

Etika dalam konflik kepentingan dilakukan ketika peneliti menyatakan


pendapatnya mengenai masalah utama (kesehatan responden dan kejujuran
penelitian) cenderung dilakukukan secara kompromis berdasarkan masalah
sekunder (misalnya keuntungan pribadi)4. Contohnya: penelitian tentang
keselamatan kerja di PT X dilaporkan oleh peneliti dalam kondisi baik
meskipun kenyataannya kondisinya buruk. Ternyata riset yang dilakukan oleh
peneliti didanai oleh PT X sehingga ada kepentingan tertentu.

Untuk menghindari hal ini, kebanyakan jurnal penelitian meminta penulis


menyampaikan hal tentang ada tidaknya konflik kepentingan seperti sumber
pendanaan riset. Dampak dihasilkan dari konflik kepentingan adalah
menyebabkan individu dalam risiko, menghasilkan hasil yang bias, serta
menghilangkan kepercayaan publik terhadap publikasi penelitian, serta
mendorong orang-orang menyamakan partisipan penelitian sebagai hewan
percobaan4.

2.5.3 Etika-3: Kejujuran dalam kredit publikasi

Masalah etika lainnya dalam publikasi ilmiah adalah pengakuan atas


“kepemilikan” publikasi atau sebagai penulis pertama. Secara umum, penulis
pertama ditentukan berdasarkan kontribusi penulis baik secara kualitas maupun
kuantitas, bukan berdasarkan status, kekuasaan, atau faktor lain. Untuk
mengatasi hal ini, beberapa jurnal meminta penulis menyebutkan kontribusi
masing-masing penulis jika publikasi didaftarkan sebagai tim.

III. PENUTUP

Pada prinsipnya sebab-sebab orang melakukan kegiatan penelitian selain untuk


memenuhi rasa ingin tahu terhadap sebuah gejala atau peristiwa juga untuk
memecahkan masalah secara ilmiah dan dapat diterima dengan logika kemanusiaan.

Etika penelitian adalah suatu ukuran dari tingkah laku dan perbuatan yang harus
dilakukan/diikuti oleh seorang peneliti dalam memperoleh data-data penelitiannya yang
disesuaikan dengan adat istiadat serta kebiasaan masyarakat ditempat ia meneliti.
Dalam penelitian kualitatif, salah satu ciri utamanya adalah orang sebagai
alat/instrument untuk mengumpulkan data. Ini dapat dilakukan dalam pengamatan
berperan serta, wawancara mendalam, pengumpulan dokumen, foto, dan sebagainya.
Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak menghormati, tidak mematuhi, dan
tidak mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut. Sementara peneliti
tetap berpegang teguh pada latar belakang, norma, adat, kebiasaan, dan kebudayaannya
sendiri dalam menghadapi sebuah situasi dan konteks latar penelitiannya tersebut.
Penting untuk menjaga hubungan antara peneliti dan pihak yang diteliti yang
merupakan kunci penting keberhasilan penelitian, dan diperlukan kepekaan,
keterampilan, dan juga seni untuk dapat memasuki lingkungan budaya yang akan
diteliti. Kemampuan untuk berempati dan bergaul dengan orang lain jelas merupakan
modal penting.

Etika penelitian berkaitan dengan norma-norma: norma sopan-santun, norma


hukum, dan norma moral. Kesemuanya ini patut diperhatikan dan diindahkan supaya
penelitian dapat tercapai dengan yang diharapkan. Etika penelitian mencakup:
Kejujuran, obyektivitas, integritas, ketelitian, keterbukaan, penghargaan terhadap Hak
Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), penghargaan terhadap kerahasiaan (Responden),
publikasi yang terpercaya, pembinaan yang konstruktif, penghargaan terhadap
kolega/rekan kerja, tanggung jawab sosial, tidak melakukan Diskriminasi, kompetensi,
legalitas, rancang pengujian dengan hewan percobaan dengan baik, dan mengutamakan
keselamatan manusia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kiyimba, N., Lester, J. N. & O’Reilly, M. Using Naturally Ocurring


Data in Qualitative Health Research: A Practical Guide. (Springer,
2019).

2. James, A. & Winter, A. Research Ethics. in Public Health Research


Methods for Partnership and Practice (eds. Goodman, S. M. &
Thompson, V. S.) 239–257 (CRC Press, 2018).

3. Goyal, N., Wice, M. & Miller, J. G. Ethical Issues in Cultural Research


on Human Development. in Handbook of Research Mehods in Health
Social Sciences (ed. Liamputtong, P.) 1892–1902 (Springer, 2019).

4. Trochim, W. M., Donnelly, J. P. & Arora, K. Research Methods: The


Essential Knowledge Base. (Cengeage Leraning, 2016).

5. Tracy, S. J. Qualitative Research Methods: Collecting Evidence,


Crafting Analysis, Communicating Impact. (John Wiley & Sons, 2020).
6. Budiarti, novi yulia. (2020). Etika Penelitian. Sustainability (Switzerland),
4(1), 1-9.
https://pesquisa.bvsalud.org/portal/resource/en/mdl
20203177951%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/s41562-020-0887-
9%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/s41562-020-0884-
z%0Ahttps://doi.org/10.1080/13669877.2020.1758193%0Ahttp://sersc.org/
journals/index.php/IJAST/article
7. Pramudyo Gani Nur. (2017). ETIKA ILMIAH DAN PENELITIAN -
Ganipramudyo.web.id.
Ganipramudyo.Web.Id.https://www.ganipramudyo.web.id/2017/05/etika-ilmiah-
dan penelitian.html

Anda mungkin juga menyukai