PENDAHULUAN
1
dipahami dengan baik oleh guru sebagai agar proses pembelajaran sesuai dengan
apa yang diharapkan. Selanjutnya NCTM (2000) menyatakan bahwa standar
proses pembelajaran matematika terdiri (1) kemampuan pemecahan masalah
(problem solving); (2) kemampuan berargumentasi (reasonning); (3) Kemampuan
berkomunikasi (communication); (4) Kemampuan membuat koneksi (connection)
dan (5) Kemampuan representasi (representation)”.
Bertitik tolak dari permasalahan di atas, yang menjadi tujuan penulisan ini
adalah untuk mengetahui kemampuan matematika apa saja yang harus dimiliki
oleh peserta didik di masa sekarang dan masa yang akan datang, khususnya
kemampuan “ Penalaran Matematika” demi tercapainya tujuan pembelajaran
matematika.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penalaran Matematika
Istilah penalaran atau Reasoning dijelaskan (dalam Ilmiah, 2010: 11)
sebagai berikut: “reasoning is a special kind of thinking in which inference takes
place, in which conclusions are drawn from premises”. Dari pernyataan tersebut
dapat kita artikan bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir untuk menarik
kesimpulan berdasarkan fakta (premis) yang telah dianggap benar.
Menurut Keraf (Shadiq, 2004: 4), penalaran adalah proses berpikir yang berusaha
menghubunghubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju
kepada suatu kesimpulan. Penalaran memerlukan landasan logika. Penalaran
dalam logika bukan suatu proses mengingat-ingat, menghafal ataupun
mengkhayal tetapi merupakan rangkaian proses mencari keterangan lain
sebelumnya.
3
pendidik berkaitan dengan penalaran. Penalaran yang mula-mula dikenalkan oleh
Aristotles adalah penalaran silogisme yang idenya muncul ketika orang ingin
mengetahui “apa yang terjadi dibenak” dalam memecahkan masalah yang memuat
logika. Lebih dari 2000 tahun yang lalu Aristotles mengenalkan suatu sistem
penalaran atau validasi argumen yang disebut silogisme. Silogisme memuat tiga
urutan argumen: sebuah premis utama (a major premise); sebuah premis minor (a
minor premise); dan sebuah kesimpulan (a conclusion). Suatu kesimpulan yang
dicapai berdasarkan penalaran silogisme dinilai “benar” atau “valid”, jika premis-
premisnya merupakan pernyataan yang benar dan disusun dalam bentuk yang
benar.
Aplikasi penalaran sering ditemukan meskipun tidak secara formal disebut
belajar bernalar. Beberapa contohnya adalah:
4
jawabkan. Sebagai contoh, dari persamaan kuadrat 𝑥 2 + 9𝑥 − 10 = 0 yang
diketahui, dapat disimpulkan ataupun dibuat pernyataan lain bahwa x = 1 atau x =
-10. Dari pengetahuan tentang besar dua sudut suatu segitiga yaitu 60o dan 100o
maka dapat disimpulkan ataupun dibuat pernyataan lain bahwa besar sudut ketiga
pada segitiga itu adalah 20o. Pada intinya, penalaran merupakan suatu kegiatan,
suatu proses atau aktivitas berfikir untuk menarik kesimpulan atau membuat
pernyataan baru yang benar berdasarkan pada beberapa pernyataan yang
kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.
Tingkatan I Reproduksi
Mengetahui fakta dasar
Menerapkan algoritma standar
Mengembangkan keterampilan teknis
Tingkatan II Koneksi
Mengintegrasikan informasi
Membuat koneksi dalam dan antar domain matematika
Menetapkan rumus yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah
Memecahkan masalah tidak rutin
Tingkatan III Analisis
Matematisasi situasi
Melakukan analisis
Melakukan interpretasi
Mengembangkan model dan strategi baru
Mengembangkan argumen matematik
Membuat generalisasi.
5
Menurut kami tingkatan kemampuan matematika di atas dapat digunakan
selain untuk mengevaluasi penekanan proses pembelajaran yang selama ini
dilakukan, juga menyusun instrumen (soal tes) yang dimaksudkan untuk
mengetahui tingkatan kemampuan matematika siswa. Setelah kita dapat
mengidentifikan tingkat kemampuan siswa, maka upaya-upaya meningkatkan
kemampuan berpikir matematik dapat dilakukan dengan berpedoman pada
komponen kemampuan pada tingkatan berikutnya.
Depdiknas(2002:6) menyatakan bahwa “ Materi matematika dan penalaran
matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi
matematika dipahami melalui penalaran matematika dan penalaran matematika
dipahami melalui belajar matematika “ Menurut kami memang materi itu harus
dipahami dengan penalaran matematika akan tetapi tidak semua materi harus
dihubungkan dengan penalaran matematika, selanjutnya penalaran matematika
dipahami melalui proses belajar memgajar dengan mengaitkan materi dengan
kehidupan sehari-hari.
Pola pikir yang dikembangkan dengan penalaran matematika adalah
melibatkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis serta kreatif, kemampuan dan
keterampilan bernalar dibutuhkan para siswa ketika mempelajari matematika
maupun dalam interaksi pada masyarakat langsung
Penalaran matematika memiliki peran yang amat penting dalam proses
berpikir seseorang. Penalaran matematika meliputi mengumpulkan bukti-bukti,
membuat konjektur-konjektur, menetapkan generalisasi-generalisasi, membangun
argumen-argumen, dan menentukan (dan validasi) kesimpulan-kesimpulan logis
berdasar ide-ide dan hubungan-hubungannya. Untuk mencapai daya matematika
berbagai mode penalaran matematika dilibatkan misalnya induktif (inductive),
deduktif (deducttive), bersyarat (conditional), perbandingan (proporsional), grafik
(graphical), keruangan (spatial) dan penalaran abstrak (abstract reasoning).
Untuk memecahkan masalah-masalah dalam berbagai konteks dan disiplin
ilmu (NCTM, 1989 dalam Perissini dan Webb, 1999). Penalaran Matematika
yang mencakup kemampuan untuk berpikir secara logis dan sistematis
merupakan ranah kognitif matematik yang paling tinggi. Sumarno (2002)
6
memberikan indikator kemampuan yang termasuk pada kemampuan penalaran
matematika, yaitu sebagai berikut:
7
b. Memberi Penjelasan dengan Menggunakan Model
Contoh:
Panjang jalan tol Bogor – Jakarta 60 km. Pada pukul 12.00 mobil A
berangkat daripintu tol Bogor menuju Jakarta dengan kecepatan rata-rata 80
km/jam. Pada saat yang sama mobil B berangkat dari pintu tol Jakarta menuju
Bogor dengan kecepatan rata - rata 70 km/jam. Kedua mobil tersebut akan
berpapasan pada pukul . . . .
Jawab
Model dari masalah di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Bogor 60 km Jakarta
V0=80 km/jam P
V0=70
km/jam
x (60 – x) km
x (60 x)
80 70
x 32km
8
Contoh:
Ucok bermain menyusun batang-batang korek api seperti tampak pada
gambar di bawah ini. Apabila susunan batang korek api yang dibuat Ucok
dilanjutkan, tentukan banyak batang korek api yang diperlukan untuk membuat
susunan ke-20.
9
d. Menyusun dan Menguji Konjektur
Contoh :
Misalkan A = 1 1 . . . 1 dan B = 10 0...0 5
2008angka 2009angka
AB + 1 = 3 3 . . . 3 4
2007angka
Bukti konjektur
Perhatikan kasus A = 111 dan B = 1005 maka AB + 1 = 111556 = 3342
3342 = (333 + 1)2
= [3(111) + 1]2
= 111 [9(111) + 6] + 1
= 111 . 1005 + 1
= AB + 1
Dengan proses mundur dengan mudah dapat ditunjukkan masalah itu.
AB + 1 = 1 1 . . . 1 x 1 0 0 . . . 0 5 + 1
2008 angka 2009angka
= 1 1 . . . 1 9 1 1 . . . 1 6 1
2008 angka 2008 angka
2
= 9 1 1 . . . 1 6 1 1 . . . 1 1
2008angka 2008angka
10
2
= 3 1 1 . . . 1 1
2008angka
= 3 3 . . . 3 4
2008angka
1 1
1 1
1 1 1 1
1 = -1
f. Melakukan Pembuktian Secara Langsung
Contoh : Misalkan a bilangan ganjil. Tunjukkan bahwa a2 bilangan ganjil.
Bukti:
a bilangan ganjil a = 2k + 1 , k bilangan bulat
11
a2 = (2k + 1)2 = 4k2 + 4k + 1 = 2(2k2 + k) + 1
Dengan demikian, a2 = 2p dengan p = 2k2 + k
Ini artinya, a2 merupakan bilangan ganjil.
Masalah : Perhatikan persegi di bawah ini:
S
1 cm
P R
1 cm
1 cm 3 cm
a2
demikian, 2 a 2 2b 2 a 2 bilangan genap a bilangan genap .
b2
Misalkan a = 2p dengan p bilangan bulat. Maka a2 = (2p)2 = 4p2 4p2 = 2b2 b2
= 2p2 b bilangan genap Dengan demikian, a dan b merupakan bilangan genap.
Ini menunjukkan bahwa a dan b memiliki faktor persekutuan 2. Hal ini
12
2.3 Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif
Penalaran dalam matematika terbagi dua yaitu penalaran induktif dan
penalaran deduktif. Dalam belajar matematika memerlukan penalaran induktif
dan deduktif. Penalaran induktif digunakan bila dari kebenaran suatu kasus
khusus kemudian disimpulkan kebenaran untuk semua kasus. Penalaran
deduktif digunakan berdasarkan konsistensi pikiran dan konsistensi logika yang
digunakan. Jika premis-premis dalam suatu silogisme benar dan bentuknya
(format penyusunannya) benar, maka kesimpulannya benar. Proses penarikan
kesimpulan seperti ini dinamakan deduktif atau sering disebut penalaran deduktif.
1. Penalaran induktif
Penalaran induktif menurut Shurter dan Pierce (dalam Shofiah, 2007 : 14)
penalaran induktif adalah cara menarik kesimpulan yang bersifat umum dari
kasus-kasus yang bersifat khusus. Lalu menurut Suriasumantri (dalam Shofiah,
2007 :15) penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang berupa penarikan
kesimpulan yang umum atau dasar pengetahuan tentang hal-hal yang khusus.
Artinya,dari fakta-fakta yang ada dapat ditarik suatu kesimpulan. Menurut kami
Kesimpulan umum yang diperoleh melalui suatu penalaran induktif ini bukan
merupakan bukti. Hal tersebut dikarenakan aturan umum yang diperoleh dari
pemeriksaan beberapa contoh khusus yang benar, belum tentu berlaku untuk
semua kasus. Aspek dari penalaran induktif adalah analogi dan generalisasi.
Menurut Jacob (dalam Shofiah, 2007 :15), hal ini berdasarkan bahwa penalaran
induktif terbagi menjadi dua macam, yaitu generalisasi dan analogi.
13
esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi
dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain.
Dari setiap siswa yang melakukan dengan benar kegiatan tersebut akan
mendapatkan hasil yang sama yaitu ketiga sudut segitiga tersebut jika dihimpitkan
akan membentuk satu garis lurus yang menurut pengetahuan yang sudah dipelajari
sebelumnya bahwa besarnya 1800. Kasus tersebut dapat digambarkan dalam
bentuk diagram sebagai berikut:
14
Jumlah besar sudut segitiga ke-1 = 1800
Pernyataan bahwa jumlah besar sudut setiap segitiga adalah 180 o tersebut
terkategorikan bernilai benar, karena tidak ada satupun segitiga yang jumlah besar
sudut-sudutnya bukan 180o.
2. Penalaran deduktif
Pernyataan generalisasi:
15
Pernyataan khusus:
Kesimpulan:
A
1 2
1 2 m
B
k
Pada gambar di atas ∠A1 = ∠B2 dan ∠A2 = ∠B1 karena garis m dan n
merupakan dua garis sejajar dan dipotong garis ketiga, sehingga sudut-sudut
dalam berseberangan akan sama besar, yaitu ∠A1 = ∠B2 dan ∠A2 = ∠B1.
Perhatikan ABC di bawah ini, dimana melalui titik C telah dibuat garis m yang
sejajar dengan garis n, sehingga sudut-sudut dalam berseberangan akan sama
besar, yaitu ∠A1 = ∠C1 dan ∠B3 = ∠C3
∠C2 = ∠C2
∠A1+∠B3+∠C2 = ∠C1+∠C3+∠C2 1 n
3
A B
16
Karena ∠C1+∠C3+∠C2 = 1800, maka:
1. Pembuktian langsung
a. Aturan dasar (p q) ^ p q disebut modus ponendo ponens
merupakan tautology atau ditulis
17
Hipotesis (1) p q
Hipotesis (2) p
Kesimpulan q
Misalnnya, telah diketahui bahwa segitiga sama kaki, maka kedua sudut
alasnya kongruen. Bila diketahui pula bahwa segitiga itu samakaki, maka dapat
disimpulkan bahwa kedua sudut alasnya kongruen.
Penjelasan logikanya sebagai berikut.
Suatu teorema menyatakan “Jika suatu segitiga itu sama kaki (p) maka
kedua sudut alasnya kongruen (q).
Simbol logikanya
Hipotesis (1) p q sebagai teorema
Hipotesis (2) p sebagai diketahui
Kesimpulan q yang menyatakan bahwa kedua sudut alasnya segitiga samakaki
kongruen.
b. Implikasi transitif (p q) ^ (q r) merupakan tautology atau ditulis:
Hipotesis (1) p q
Hipotesis (2) q r
x = 2n + 1
18
a. Ada kalanya kita sulit membuktikan p q secara langsung. Dalam
keadaan demikian kita dapat membuktikan kontra positifnya, yaitu
membutikan kontra positifnya, yaitu membuktikan kebenaran –q -p
19
1 Jawaban salah, tetapi beberapa alasan dicoba dikemukakan
2 Jawaban benar tetapi penalarannya tidak lengkap atau tidak
jelas
3 Jawaban benar dan penalaran baik. Penjelasannya lebih
lengkap dari level 2, tetapi mengandalkan pada
pengetahuan konkret atau visual daripada pengetahuan
abstrak.
4 Jawaban yang sempurna. Siswa menggunakan pengetahuan
dari bahasan pengukuran, data dan peluang, aljabar,
geometri dan bilangan.
Diadaptasi dari Sa’dijah (Yayuk: 2012)
jika siswa menggunakan rumus turunan fungsi pangkat untuk n bilangan real,
Soal 2
Diketahui suku banyak f(x) = x4 + 3x3 – px2 + (p + 2)x + 3 dibagi dengan (x + 2)
mengahasilkan sisa 15. Hitunglah nilai p ?
Untuk menjawab soal tersebut siswa harus memahami algoritma teorema sisa.
Menurut teorema sisa dikatakan bahwa “jika suku banyak f(x) berderajat n dibagi
dengan (x – k) maka sisanya ditentukan oleh S = f(k).” Selanjutnya siswa
dapat menghubungkan nilai konstanta 15 dengan variable p yang dinyatakan.
20
Penyelesaian dari soal diatas adalah sebagai
berikut:
Soal 3
renang berbentuk persegi panjang dengan luas 180 m2. Selisih panjang dan
lebar kolam adalah 3 m dan lebar jalan disekeliling kolam adalah 4 m. Tentukan
luas jalan itu! Untuk menyelesaikan soal tentang aplikasi persamaan kuadrat
dalam konteks kolam renang dan jalan sebagaimana diminta dalam soal,
siswa memerlukan pemahaman konsep luas persegi panjang yang dikaitkan
dengan konsep persamaan kuadrat. Siswa diharapkan mampu memisalkan
panjang dan lebar kolam dengan menggunakan variabel tertentu, misalnya
panjang kolam dengan variabel x dan lebar kolam dengan variabel y, juga
memisalkan panjang area dengan variabel p dan lebar area dengan
variabel l, kemudian siswa dapat menghubungkan variabel x dan p serta
menghubungkan variabel y dan l, serta menghubungkan keempat variabel
tersebut untuk menentukan luas jalan yang ditanyakan. Hubungan variabel-
variabel tersebut adalah :
x.y = 180 ……….(1)
x – y = 3, atau x = y + 3 ………(2)
siswa dapat mensubstitusikan pers. (2) ke pers. (1) sehingga terbentuk:
21
BAB III
KESIMPULAN
3. Indikator Penalaran
a. Membuat analogi dan generalisasi
b. Memberikan penjelasan dengan menggunakan model
c. Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi
matematika
d. Menyusun dan menguji konjektur
e. Memeriksa validitas argumen
f. Menyusun pembuktian langsung
g. Menyusun pembuktian tidak langsung
h. Memberikan contoh penyangkal
i. Mengikuti aturan enferensi
4. Jenis Penalaran
a. Penalaran deduktif merupakan penalaran yang berlangsung dari hal-hal
yang umum (generalisasi) ke hal-hal yang khusus
b. Penalaran Indutif merupakan penalaran yang berlangsung dari hal-hal
yang Khusus ke hal-hal yang umum
22
DAFTAR PUSTAKA
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/1964011719
92021-DADANG_JUANDI/PENALARAN_DAN__PEMBUKTIAN.pdf
http://anisafebriani09.blogspot.co.id/2015/11/kemampuan-penalaran-matematis-
dalam.html
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/1963033119
88031-NANANG_PRIATNA/Penalaran_Matematika.pdf
NCTM, 2000. Principles and standards for school mathematics. Reston, VA:
NCTM.
23