Introduction
Discourse analisis telah menjadi metodologi penelitian yang semakin penting dalam studi kualitatif, yang
berfokus pada makna budaya yang melekat pada orang, artefak, peristiwa dan pengalaman, makna Budaya
dimediasi melalui praktik bahasa, dan analisis discourse menyediakan sarana untuk mempelajari ini dan
konsekuensinya.
Analisis discourse/wacana berfokus pada aksi sosial yang dimediasi melalui bahasa. Selain perbedaan antara
studi bahasa dan studi wacana, perbedaan antara analisis discourse dan analisis percakapan juga baik untuk
diingat. Sementara keduanya mempelajari teks tertulis atau lisan, analisis percakapan berfokus pada studi
pembicaraan dalam interaksi dan analisis discourse mengeksplorasi makna yang dihasilkan dan dimediasi
secara tekstual.
Dalam riset bisnis, istilah 'wacana' dan 'analisis wacana' selalu digunakan untuk mengartikan hal-hal yang
agak berbeda. Apa yang umum dalam penggunaan istilah-istilah ini adalah anggapan tentang relevansi
praktik bahasa dalam membangun dunia sosial.
Ada penelitian analitik wacana yang mengklaim bahwa tidak ada realitas lain di belakang bahasa, yaitu tidak
perlu membuat perbedaan antara 'pembicaraan' dan 'tindakan'. Kedua, ada penelitian yang mengasumsikan
bahwa ada realitas lain di balik pembicaraan, meskipun pembicaraan dan tindakan saling terkait.
Menulis dan
Discourse Analysis Mengevaluasi
Penelitian Diskursif
/ Wacana
Page | 1
melakukan penelitian empiris dengan berbagai pertanyaan penelitian dan dalam pengaturan penelitian
yang berbeda.
Analisis Discourse Sosial Psikologis
Hal ini sebagian besar berkaitan dengan bagaimana identitas sebagai versi diri dibangun sebagai fakta
dan nyata, dan bagaimana orang memposisikan diri mereka dalam kaitannya dengan orang lain,
kelompok ide dan objek. Ini juga berfokus pada menjelaskan bagaimana konteks tertentu dibuat dan
menjadi bermakna melalui keterlibatan orang dengan satu sama lain. Analisis wacana psikologis sosial
menunjukkan bahwa interaksi sosial bersifat performatif dan persuasif; ini adalah negosiasi tentang
bagaimana kita harus memahami dunia dan diri kita sendiri (Potter dan Wetherell, 1987; Wetherell dan
Potter, 1988), Ini berarti bahwa interaksi sosial bertujuan menciptakan konsensus, mengurangi kesalahan
dan membenarkan hubungan kekuasaan. Wetherell dan Potter (1988: 177) menulis bahwa tidak boleh
ada aturan atau resep khusus tentang bagaimana melakukan analisis wacana, karena analisis melibatkan
pengembangan skema interpretatif yang dapat diubah, atau bahkan ditinggalkan, selama proses
penelitian. Dengan membaca wawancara berulang kali, Anda mulai menemukan pola-pola di antara
berbagai pembicaraan, gambar, metafora, dan kiasan orang yang berbeda yang terus muncul.
Critical Discourse Analysis
Versi ketiga analisis wacana yang digunakan dalam riset bisnis disebut CDA. Banyak peneliti bisnis
menggunakan versi khusus CDA yang dikembangkan oleh peneliti media Inggris Norman Fairclough dan
rekan-rekannya (Fairclough, 1992, 1995; Fairclough dan Wodak, 1997).yang berfokus pada menganalisis
contoh nyata dari interaksi sosial dengan menggabungkan analisis linguistik dan kritik ideologis. Tujuan
CDA adalah 'untuk mengatasi masalah kekuatan sosial oleh elit, lembaga atau kelompok yang
menghasilkan ketidaksetaraan sosial termasuk ketidaksetaraan politik, budaya, kelas, etnis, ras dan
gender' (van Dijk, 1995: 249). Penggunaan CDA saat ini dalam penelitian bisnis lebih menekankan pada
ontologi realis kritis daripada postmodernisme (Fairclough, 2005). Khusus untuk CDA adalah bahwa
bahasa dipandang sebagai bentuk praktik sosial dan, oleh karena itu, fokus diberikan kepada cara-cara di
mana dominasi sosial dan politik direproduksi dalam teks dan pembicaraan yang dihasilkan oleh individu
dan lembaga.
Page | 3
REVIEW ARTIKEL
1) AREA OF INTEREST
Artikel ini bertujuan untuk menyelidiki bagaimana Bahasa (pilihan) dalam Laporan CSR digunakan untuk
menggambarkan citra “organisasi yang bertanggung jawab”.
Contoh dalam artikel:
We are particularly interested to investigate how language (choice) in CSRRs is used to portray an
image of “responsible organisation”. [Halaman 2396]
2) PHENOMENA
Nigeria merupakan salah satu dari sepuluh negara penghasil minyak teratas di dunia dan produsen minyak
terbesar di Afrika. Terlepas dari sumber daya minyak yang kaya, masyarakat di wilayah ini harus menanggung
sebagian besar konsekuensi sosial dan lingkungan yang merugikan yang timbul dari kegiatan eksplorasi
minyak.
Contoh dalam artikel:
For this study we chose Nigeria because it is one of the top ten oil-producing nations in the world and the
largest oil producer in Africa. The oil and gas sector dominates the economic activities of the country. The
Page | 4
oil resources of the country are mainly located in Niger Delta region, which is made of nine states
(Idemudia, 2010). These states are referred to collectively as “the goose that lay Nigeria’s golden eggs”
(Watts, 2004), which is oil. In spite of rich oil resources, the communities in this region have had to bear
the most of the adverse social and environmental consequences arising from oil exploration activities.
[Halaman 2396]
3) THEORETICAL FOUNDATION
Teori yang mendasari dalam penulisan artikel ini yaitu Teori Persuasi.
Contoh dalam artikel:
According to social judgement theory of persuasion, people make evaluations (judgements) about the
content of communication (messages) based on their anchors or stance on a specific issue (Sherif and
Hovland, 1961). [Halaman 2402]
Kesenjangan penelitian/ Research GAP dalam artikel ini adalah untuk mengatasi keterbatasan deskripsi studi
analisis konten sebelumnya (Adelopo, 2011; Disu dan Gray, 1998; Hassan dan Kouhy, 2013; Unerman, 2000),
penulis menerapkan pendekatan CDA. Dalam mengoperasikan CDA, penulis memanfaatkan Fairclough ' s
(2003) DRA. Pendekatan ini berfokus pada hubungan triadik antara bahasa, wacana, dan praktik sosial.
Prosesnya berlabuh dalam penelitiannya tentang bahasa, kekuasaan, dan ideology.
Contoh dalam artikel:
Most of the prior studies on CSR reporting in Nigeria have employed quantitative content analysis based
approach. Few exceptions include Livesey and Kearins’ (2002) work on Nigeria is qualitative, it uses “the
Foucauldian tradition” (p. 236). Comparable approach is taken by Livesey’s (2001) work, which draws
from a combination of “sense-making and Foucauldian approaches” (p. 58). To address the limitations of
the descriptiveness of previous content analysis studies (Adelopo, 2011; Disu and Gray, 1998; Hassan
and Kouhy, 2013; Unerman, 2000), we deploy CDA approach. In operationalising CDA, we leverage on
Fairclough’s (2003) DRA. This approach focusses on the triadic relationship between language, discourse
and social practice. The process is anchored in his research on language, power and ideology [halaman
2398]
Pertanyaan Penelitian dalam artikel ini yaitu Apa strategi linguistik persuasif yang digunakan untuk mewakili
atau membangun sebuah gambar dari “ organisasi yang bertanggung jawab ” di industri minyak Nigeria
Contoh dalam artikel:
RQ1. What are the persuasive linguistic strategies used to represent or construct an image of
“responsible organisation” in the Nigerian oil industry? [halaman 2396]
4) METHODOLOGY
Studi ini bersifat kualitatif dan eksploratif. Studi eksplorasi adalah alat pemahaman yang berharga untuk
mengetahui apa yang terjadi untuk mencari wawasan baru, untuk mengajukan pertanyaan dan menilai
fenomena dalam sudut pandang baru selama periode tertentu. Penelitian ini mengadopsi pendekatan induktif
yang sesuai untuk penelitian interpretatif, untuk memahami strategi persuasif, linguistik dan diskursif yang
menggambarkan citra organisasi yang bertanggung jawab dalam laporan CSR. Karena analisis wacana pada
dasarnya bersifat interpretatif (Wodak dan Meyer, 2009), maka diterapkan teknik purposive sampling.
Contoh dalam artikel:
The study is qualitative and exploratory. Exploratory studies are valuable means of understanding “what is
happening; to seek new insights; to ask questions and to assess phenomena in a new light” (Robson,
2002, p. 59) over a given period. This study adopts an inductive approach, which is suitable for
interpretive research, to understand persuasive, linguistic and discursive strategies portraying image of
responsible organisation in CSR reports. As discourse analysis is by its nature interpretive (Wodak and
Page | 5
Meyer, 2009), it is thus suitable for this paper’s purpose. We have applied purposive sampling technique.
[Halaman 2403]
6) FINDINGS
Temuan - Temuan studi ini mengungkapkan bahwa (memimpin) perusahaan minyak Nigeria secara linguistik
menggunakan laporan CSR untuk secara persuasif membangun dan menggambarkan citra "organisasi yang
bertanggung jawab" di mata pemangku kepentingan yang lebih luas (masyarakat) meskipun ada kritik serius
terhadap perusahaan mereka (IR) tanggung jawab.
Contoh dalam artikel:
Findings – The findings of this study reveal that (leading) Nigerian oil companies linguistically use CSR
reports to persuasively construct and portray the image of “responsible organisation” in the eyes of wider
stakeholders (the communities) despite serious criticism of their corporate (ir) responsibility. [Halaman
2395].
7) CONCLUSIONS
Tujuan utama makalah ini adalah untuk mengeksplorasi bagaimana wacana dalam laporan perusahaan
ditujukan untuk meyakinkan pemangku kepentingan bahwa IOC bertindak secara bertanggung jawab. Seperti
yang terlihat dalam analisis, bahasa dalam laporan ini secara diskursif disusun sesuai dengan fungsi bahasa
persuasive yang menunjukkan bahwa teks (elemen level mikro) mewakili realitas organisasi (elemen level
meso), yang merupakan bagian dari praktik sosial / politik (elemen level makro). Kontribusi utama dari makalah
ini adalah penggunaan teori persuasi Jowett dan O ' Donnell ' s (1999) yang dieksplorasi melalui Pendekatan
CDA untuk menyelidiki bahasa persuasive “organisasi yang bertanggung jawab” dalam laporan CSR
perusahaan minyak dan gas terkemuka di Nigeria. Berangkat dari studi berbasis analisis konten sebelumnya,
yang mendominasi sebagian besar penelitian sebelumnya dalam akuntansi sosial dan lingkungan, penelitian
ini berkontribusi pada aliran studi berbasis analisis wacana yang muncul melalui penerapan kerangka ini.
Penelitian ini juga memberikan kontribusi pada debat kebijakan Afrika tentang mengembangkan cara baru
untuk memahami realitas sosial untuk menangani sejumlah besar masalah yang mengganggu industri minyak
di benua itu khususnya Nigeria. Dengan demikian, dalam industri minyak Nigeria, wawasan yang diperoleh dari
makalah ini dapat berkontribusi untuk membingkai kebijakan yang lebih bernuansa terkait eksplorasi
minyak,pelaporan CSR, dan apa yang merupakan praktik yang sah oleh perusahaan minyak multinasional dan
perusahaan pribumi.
Contoh dalam artikel:
The key aim of this paper is to explore how discourses in corporate reports are aimed at persuading
stakeholders that IOCs are acting responsibly. As seen in the analysis, language in these reports is
Page | 6
discursively couched in agreement with the persuasive function of language (O’keefe, 2015; Jucker, 1997;
Sherif and Hovland, 1961) [Halaman 2412]
This process suggests that texts (micro-level elements) proxy organisational realities (meso-level
elements), which are part of social/political practices (macro-level elements). [Halaman 2413]
Specifically, a major contribution of this paper is the use of Jowett and O’Donnell’s (1999) persuasion
theory explored via Fairclough’s approach to CDA to investigate persuasive language of “responsible
organisation” in CSR reports of leading oil and gas companies in Nigeria. Departing from the previous
content analysis based studies, which dominate much of the prior research in social and environmental
accounting, we contribute to the emerging stream of discourse analysis based studies (Brennan and
Merkl-Davies, 2014) through the application of this framework. We do so by mobilising a “previously
untried”. [Halaman 2413]
This paper also makes contributions to the African policy debate regarding developing new ways of
apprehending social reality in order to deal with a plethora of issues beleaguering oil industry on the
continent – Nigeria in particular. Thus, in the Nigerian oil industry, insights gained from this paper can
contribute to framing more nuanced policies regarding oil exploration, CSR (reporting) and what
constitutes legitimate practice by both multinational oil corporations and indigenous companies. [Halaman
2413]
8) RECOMMENDATIONS
CDA dan teori persuasi memiliki keterbatasan sebagai alat analisis dimana CDA tampaknya tidak memiliki
tolok ukur yang koheren untuk mengeksplorasi wacana dan / atau teks secara linguistik.
Contoh dalam artikel:
Like any theoretical framework, the synergy of CDA and persuasion theory has limitations as analytical
tools. CDA has been criticised as ideological in its conceptualisation and application in reading
texts/discourses. This is also said of using persuasion theory in textual analysis (O’keefe, 2015). Another
(possible) criticism against CDA is that it seems to lack coherent benchmarks in which to linguistically
explore discourses and/or texts. This is why it is viewed as a blessing and a curse (Luke, 2002).
Widdowson (1988) sees CDA as based on a researcher’s “selective and subjective” (p. 157) opinion.
Also, providing a full understanding of how texts or discourses construct organisational behaviour in
Nigeria’s oil and gas industry is not possible in one study. [Halaman 2413]
9) FURTHER RESEARCHES.
Untuk analisis yang lebih komprehensif diperlukan sampel yang jauh lebih besar dengan menerapkan
pendekatan linguistik korpus. Dengan demikian, setiap elemen diskursif dan linguistik yang dieksplorasi di sini
dapat diinterogasi lebih lanjut.
Contoh dalam artikel:
For a more comprehensive analysis a much larger sample is needed applying corpus linguistic approach.
Thus, each of the discursive and linguistic elements explored here can be further interrogated. [Halaman
2413]
Page | 7