Anda di halaman 1dari 6

KOMANG WINDA TRINADEWI (1515351083)

NI WAYAN SUKMA KARTIKA DEWI (1515351084)


DYAH PARAMITHA (1515351087)

3.1 Identifikasi, Pemilihan, dan Perumusan Masalah Penelitian


Penelitian pada hakekatnya dilakukan untuk pemecahan masalah yang artinya
masalah menjadi refrensi dasar dari suatu penelitian.Masalah yaitu terjadinya kesenjangan
(gap) antara das sollen (harapan) dan das sein (kenyataan). Identifikasi masalah biasanya
mendeteksi, melacak, menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari
judul penelitian atau dengan masalah juga variabel yang akan diteliti. Hasil identifikasi
ini dapat diangkat dari sejumlah masalah yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Identifikasi masalah merupakan proses merumuskan permasalahan-permasalahan yang
akan diteliti.
Untuk dapat mengidentifikasi masalah dengan baik maka peneliti harus melakukan
studi pendahuluan pada objek yang diteliti, melakukan observasi, dan wawancara ke
berbagai sumber, sehingga semua permasalahan dapat diungkapkan. Apabila semua
permasalahan tersebut telah diketahui, selanjutnya dikemukakan hubungan satu masalah
dengan masalah yang lain. Masalah apa saja yang diduga berpengaruh positif dan negatif
terhadap masalah yang diteliti, maka masalah tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk
variabel.Jadi, identifikasi masalah harus dapat menggambarkan permasalahan yang ada
dalam topik atau judul penelitian. pertanyaan-pertanyaan yang ada pada identifikasi
masalah harus dijawab pada bagian penelitian dan pembahasan.
Setelah identifikasi masalah di atas telah dilakukan, maka langkah selanjutnya ialah
pemilihan masalah. Dalam pemilihan masalah ini, ada dua pertimbangan yang harus
dilakukan dalam memilih suatu permasalahan, yaitu:
1. Pertimbangan mengenai arah masalahnya. Artinya menggunakan pertimbangan akan
sumbangan yang diberikan kepada: pengembangan teori dalam bidang yang
bersangkutan dengan dasar teoritis penelitiannya dan juga pemecahan masalah-
masalah praktis.
2. Pertimbangan mengenai arah calon peneliti. Artinya, berapa biaya yang harus
dikeluarkan, kemudian waktu yang dapat digunakan serta alat-alat dan perlengkapan
yang tersedia. Selain itu, dalam penguasaan metode yang diperlukan dalam
melakukan penelitian.
3. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan variabel-variabel yang diteliti, jenis
atau sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut, dan subjek penelitian. Selain itu,
rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti memungkinkan
dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.
Sedangkan pertanyaan kedua adalah apa masalahnya. Untuk menjawab pertanyaan
ini, harus dilakukan penjajakan di sekitar lokasi penelitian, yang hasilnya akan
mengungkapkan gejala-gejala khusus dari setiap individu yang bermasalah. Dengan
menggunakan metode induksi, maka kita dapat merumuskan konsep yang merupakan
fokus penelitian kita. Selanjutnya dengan konsep tersebut kita merumuskan masalah
penelitian secara eksplisit.
Dengan kata lain, bahwa cara merumuskan masalah penelitian ialah dengan:
1. Dirumuskan dengan kalimat tanya.
2. Rumusan tersebut hendaklah padat dan jelas.
3. Memberikan petunjuk tentang mungkinnya mengumpulkan data guna menjawab
pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan itu.

3.2 Kajian Pustaka dan Hipotesis


Kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua jenis referensi seperti buku,
jurnal papers, artikel, disertasi, tesis, skripsi, hand outs,laboratory manuals, dan karya
ilmiah lainnya yang dikutip di dalam penulisan proposal. Kajian pustaka adalah bahasan
atau bahan – bahan bacaan yang terkait dengan suatu topik atau temuan dalam penelitian.
Kajian pustaka merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian yang kita lakukan.
Kajian pustaka disebut juga kajian literatur. Sebuah kajian pustaka merupakan sebuah
uraian atau deskripsi tentang literatur yang relevan dengan bidang atau topik tertentu
sebagaimana ditemukan dalam buku – buku ilmiah dan artikel jurnal.
Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih
bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.Hipotesis ilmiah mencoba
mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang akan diteliti Hipotesis menjadi
teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut.
Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan atau
menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis
yang telah teruji kebenarannya disebut teori. Hipotesis merupakan elemen penting dalam
penelitian ilmiah, khususnya penelitian kuantitatif.
Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya:

1
1. Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari
teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya,
sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik.
2. Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau di
falsifikasi.
3. Hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena
membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan
diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan
pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.
Walaupun hipotesis penting sebagai arah dan pedoman kerja dalam penelitian, tidak
semua penelitian mutlak harus memiliki hipotesis. Penggunaan hipotesis dalam suatu
penelitian didasarkan pada masalah atau tujuan penelitian. Dalam masalah atau tujuan
penelitian tampak apakah penelitian menggunakan hipotesis atau tidak. Contohnya yaitu
Penelitian eksplorasi yang tujuannya untuk menggali dan mengumpulkan sebanyak
mungkin data atau informasi tidak menggunakan hipotesis. Sedangkan, dalam penelitian
penjelasan yang bertujuan menjelaskan hubungan antar-variabel adalah keharusan untuk
menggunakan hipotesis.
Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian, yaitu:
1. Untuk menguji teori,
2. Mendorong munculnya teori,
3. Menerangkan fenomena sosial,
4. Sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian,
5. Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.

3.3 Populasi dan Sampel


Populasi adalah keseluruhan elemen yang akan di jelaskan oleh seorang peneliti
dalam penelitiannya.
Sampel adalah perwakilan dari populasi. Dalam hal ini, jika jumlah sampel dan
populasi adalah sama, maka penelitian tersebut dinamakan dengan sensus. Sering terjadi
dalam penelitian, jumlah sampel yang di ambil lebih sedikit daripada jumlah populasinya.
Cara mengambil sampel (sampling techniques) adalah hal terpenting. Karena dalam
sampel yang berjumlah besar bisa menyesatkan jika teknik, sampel kecil sudah cukup
memadai jika teknik samplingnya benar dan begitu pula sebaliknya.

2
Ukuran sampel dan teknik sampling tergantung pada sifat populasi, semakin homogen
popukasi maka akan semakin kecil sampelnya. Semakin heterogen populasi akan semakin
besar sampelnya. Oleh karena itu, dalam metodologi penelitian dikenal beberapa macam
teknik sampling, misalnya teknik acak (random), acak terstrata, clauster, accidental atau
convenient, serta purposif.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dilakukan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Sementara itu
instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data. Karena berupa alat, maka instrumen pengumpulan data dapat berupa check list,
kuesioner, pedoman wawancara, hingga kamera untuk foto atau untuk merekam
gambar.Ada berbagai metode pengumpulan data yang dapat dilakukan dalam sebuah
penelitian. Beberapa metode pengumpulan data antara lain:
1. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap
muka dan tanya jawab langsung antara peneliti dan narasumber. Seiring
perkembangan teknologi, metode wawancara dapat pula dilakukan melalui media-
media tertentu, misalnya telepon, email, atau skype. Wawancara terbagi atas dua
kategori, yakni wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
a. Wawancara terstruktur
Dalam wawancara terstruktur, peneliti telah mengetahui dengan pasti
informasi apa yang hendak digali dari narasumber. Pada kondisi ini, peneliti biasanya
sudah membuat daftar pertanyaan secara sistematis. Peneliti juga bisa menggunakan
berbagai instrumen penelitian seperti alat bantu recorder, kamera untuk foto, serta
instrumen-instrumen lain.
b. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas. Peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan spesifik,
namun hanya memuat poin-poin penting dari masalah yang ingin digali dari
responden.
2. Observasi

3
Observasi adalah metode pengumpulan data yang kompleks karena melibatkan
berbagai faktor dalam pelaksanaannya. Metode pengumpulan data observasi tidak
hanya mengukur sikap dari responden, namun juga dapat digunakan untuk merekam
berbagai fenomena yang terjadi. Teknik pengumpulan data observasi cocok
digunakan untuk penelitian yang bertujuan untuk mempelajari perilaku manusia,
proses kerja, dan gejala-gejala alam. Metode ini juga tepat dilakukan pada responden
yang kuantitasnya tidak terlalu besar. Metode pengumpulan data observasi terbagi
menjadi dua kategori, yakni:
a. Participant observation :peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan sehari-hari
orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data.
b. Non participant observation :peneliti tidak ikut secara langsung dalam kegiatan
atau proses yang sedang diamati.
3. Angket (kuesioner)
Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang lebih efisien bila
peneliti telah mengetahui dengan pasti variabel yag akan diukur dan tahu apa yang
diharapkan dari responden.
4. Studi Dokumen
Studi dokumen adalah metode pengumpulan data yang tidak ditujukan
langsung kepada subjek penelitian. Studi dokumen adalah jenis pengumpulan data
yang meneliti berbagai macam dokumen yang berguna untuk bahan analisis.
a. Dokumen primer:dokumen yang ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatu
peristiwa, misalnya: autobiografi
b. Dokumen sekunder:dokumen yang ditulis berdasarkan oleh laporan/ cerita orang
lain, misalnya: biografi.

DAFTAR PUSTAKA

Rayuda, Ketut., Metode Peneltian Bisnis., 2016., Denpasar: Udayana University Press
4
Sugiyono. 2007.Metode Penelitian Bisinis. Bandung : ALFABETA

Anda mungkin juga menyukai