Disusun oleh :
Murdiana 16102017
Febrianti 16102176
UNIVERSITAS TRILOGI
Jakarta
CHAPTER 11
CONTROL SELF-ASSESSMENTS and BENCHMARKING
CSA adalah proses yang dirancang untuk membantu departemen dalam suatu perusahaan
dan kemudian mengevaluasi pengendalian internal mereka. CSA adalah diolah perbaikan
berkelanjutan yang mirip dengan metode yang dijelaskan dan digunakan oleh panggilan konsep
kualitas assurance untuk tim untuk membangun dan memperbaiki lingkungan kontrol mereka
dengan membangun sistem tujuan dan objektif mengenai control mereka, kemudian melakukan
penilaian resiko untuk lebih memahami mereka pengendalian risiko yang ditunjuk, untuk
melaksanakan kegiatan pengendalian untuk mengurangi risiko yang telah diidentifikasi, dan
kemudian untuk memantau kinerja dari meningkatkan pengawasan. Manfaat dari proses CSA
adalah :
Dalam banyak kasus, kuesioner dapat menjadi cara yang efektif untuk mengumpulkan
informasi pengendalian internal. Kuesioner dapat dipersiapkan meliputi proses atau sistem dan
kemudian didistribusikan ke kelompok memilih pemangku kepentingan untuk memperoleh
pemahaman tentang risiko dan kontrol di daerah tertentu.
Sebagai alternatif untuk survei atau lokakarya yang difasilitasi, analisis manajemen- produced sangat mirip
dengan jenis review operasional bahwa auditor internal akan tampil. Spesialis CSA, yang mungkin menjadi
auditor internal, menggabungkan hasil penelitian dengan informasi yang dikumpulkan dari sumber-sumber
lain, seperti manajer dan karyawan kunci
spesialis CSA mengembangkan analisis bahwa pemilik proses dapat digunakan dalam upaya
CSA mereka.
Pendekatan pembandingan penting bagi auditor internal dari dua perspektif. Pertama,
penggunaan benchmarking dapat rekomendasi audit internal yang kuat ketika meninjau
operasi di beberapa daerah. Auditor internal sering melihat kelemahan kontrol internal yang
jelas tetapi tidak memiliki pengetahuan yang cukup di daerah untuk membuat rekomendasi
perbaikan pengendalian internal yang komprehensif
3. Mengembangkan tujuan spesifik dan tujuan untuk patokan studi-apa yang ingin kita
pelajari?
Pada era setelah skandal Watergate di Amerika Serikat pada tahun 1970-an, banyak
perusahaan multinasional besar diperiksa untuk menentukan apakah mereka telah
menyalurkan dana secara ilegal. Kemudian segera diketahui bahwa banyak perusahaan
multinasional memiliki rekening bank rahasia yang digunakan untuk menyalurkan dana tidak
hanya ke partai-partai politik Amerika Serikat tetapi juga ke pegawai pemerintah dalam dan
luar negeri untuk mendukung perolehan kontrak berbau korupsi. Skandal politik telah
terbongkar dan menyingkap sisi gelap dunia bisnis besar.
Dalam treadway dan COSO menemukan bahwa proses audit terlalu sempit jika hanya
berfokus pada akuntansi keuangan dan mengabaikan lingkungan kontrol. Oleh karena itu,
COSO merekomendasikan auditor untuk melakukan kontrol serta menelaah terlebih dahulu
dan mempertimbangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan manusia sebelum
memberikan opini.
Seperti pernyataan COSO dan CoCo, manusia adalah jantungnya semua isu kontrol,
maka penting bagi mereka dalam forum melakukan kebebasan penuh dalam berekspresi atau
berpendapat. Terdapat lima komponen kunci untuk rapat kerja yang sukses,yaitu;
Diakhir tahun 1990-an konsep manajemen risiko telah diadopsi secara luas, namun
tidak seperti kerangka kerja kontrol internal, yang mencangkup semua faktor-faktor eksternal
dapat mempengaruhi kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan. Banyak praktisi CSA
yang mengadaptasi proses CSA namun tumpang tindih yang terjadi diantara kerangka kerja
sangat tinggi. Akibatnya terdapat beberapa self assessment control menggunakan metodelogi
dan indikator yang sama untuk menelusuri kontrol, kualitas risiko, manajemen, tata kelola
dan etika.
Kesuksesan rapat kerja CSA menciptakan permintaan dari organisasi. Hal ini yag
diharapkan CSA karena merupakan pembelajaran bagi organisasi. Namun, dalam tiga situasi
memungkinkan untuk mencari sumber daya dari luar:
Pertama, dalam pelatihan dan implementasi awal dengan target tinggi tetapi
kemampuan peserta masih rendah,
Kedua, pada saat manajemen puncak, dewan, atau komite dewan memunutuskan
untuk menyelenggarakan pertemuan CSA dengan target tinggi tanpa melakukan
perbandingan tolak ukur terlebih dahulu,
Ketiga, saat program CSA telah berjalan dengan baik membutuhkan penelaahan
dari pihak luar atau penyegaran. Hal ini dilakukan agar praktik dan teknologi CSA
berkembang dengan cepat sejalan dengan peningkatan dalam pemahaman atas
kontrol, psikologi, dan penerapan teknologi.
Implikasi bagi Karyawan, Manajemen, Auditor dan Dewan
Bagi sudut pandang klien, auditor CSA merupakan fasilitator yang menyediakan
forum dan agenda yang berguna dan memungkinkan klien menemukan sendiri keadaan
sebenarnya dan memutuskan perubahan yang diperlukan. Independensi dan objektivitas
auditor dipandang sebagai asset yang terus menambahkan fokus pada masalah-masalah dalam
membutuhkan dukungan atau resolusi. Hal ini bersifat konsultatif, menambah nilai bagi
eksekutif dan tim karyawan.
Bagi manajemen senior, CSA menawarkan penelaahan yang sangat baik dalam
memberikan informasi terbaru mengenai risiko dan peluang yang muncul. Hal ini
memberikan manajemen suatu peluang untuk membandingkan strategi mereka dengan
realitas saat ini dan memembuat penyesuaian yang diperlukan untuk memastikan bahwa
tujuan bersifat realistis dan akan tercapai pada tujuan utama kontrol.
Bagi direksi, komisaris, komite audit dan pihak lain dalam tata kelola perusahaan,
CSA memiliki implikasi yang signifikan. COSO, CoCo, Cadbury dan berbagai rangka risiko
telah memperluas lingkup penelaahan audit internal untuk mencakup setiap faktor yang
signifikan dalam mempengaruhi efisiensi, efektivitas atau legalitas operasional. Dengan
demikian, komisaris dan direksi akan memanfaatkan penelaahan yang lebih komprehensif.
Fasilitator harus menjaga etika mereka sendiri dalam dua hal penting. Pertama penting
untuk mengetahui bahwa CSA tergantung pada keterbukaan partisipan dan kejujuran mereka
sendiri mengenai individu-individu. Pendekatan yang benar adalah meletakkan opini dan
mempertimbangkan tindakan individu diluar dan mengekplorasi akar masalah, menanyakan
kelompok apa yang dapat mereka lakukan untuk menghilankan masalah. Masalah-masalah
utama biasanya berakar dari budaya atau sistem, bukan dari individu.
Aspek kedua yang harus dipahami fasilitator adalah bahwa mereka juga manusia dan
bisa berbuat kesalahan dalam mengelola potensi konflik kepentingan yang ada. Prospek
karier dari partisipan dan fasilitator bisa berubah dengan adanya kesempatan. Fasilitator juga
harus menelaah potensi terjadinya konflik kepentingan dengan penyelia mereka dan
mengambil tindakan yang tepat sebelum melakukan penugasan.
Dari sudut pandang manajer audit, CSA merupakan metode penentuan risiko yang
cepat dan biasanya andal ditingkat makro, tetapi CSA tidak dirancang untuk penyelidikan
lebih dalam. Bila CSA dilakukan dengan berkesinambungan di organisasi maka CSA
merupakan alat ideal untuk mengidentifikasi risko yangh bernilai tinggi dalam
memanfaatkannya untuk dilakukan audit. Beberapa konsultan CSA menyarankan
penggunaan audit untuk memverifikasi atau memvalidasi hal-hal yang telah diungkapkan di
rapat kerja.
Kualitas yang Dibutuhkan Untuk Tim Fasilitator CSA
Kejujuran, empati dan menghargai orang lain jauh lebih penting daripada teknik-
teknik. Partisipan kerja akan lebih mudah memanfaatkan sedikit gangguan dalam teknik jika
mereka percaya bahwa fasilitator itu jujur dan melakukan yang terbaik bagi timnya.
Kepercayaan akan dihasilkan secara perlahan, melalui keterbukaan komunikasi dan
ditunjukan dengan sikap yang baik; namun bisa hilang dengan cepat dengan kecerobohan
atau perbuatan yang tidak lulus.
Kesulitan-kesulitan
CH 6
Proses manajemen risiko dan pengendalian internal dalam suatu organisasi akan
melalui penilaian akan efektivitas pengendalian internal yang diterapkannya sehingga
pengembangan atas perbaikan pada tindakan pengendalian dapat dilakukan. Sistem kerangka
kerja dalam pengendalian internal COSO menjadikan manusia sebagai pusat terlaksananya
pengendalian. Berdasarkan hal tersebut, keterlibatan manajemen dan personel akan menjadi
sangat penting untuk mengidentifikasi risiko yang dihadapi oleh departemennya, menilai
kecukupan pelaksanaan pengendalian internal, dan merencanakan pengembangan sebagai
upaya tindakan perbaikan yang dibutuhkan oleh departemen terkait. Hal demikian disebut
dengan istilah control self assessment (CSA).
DEFINISI
CSA berdasarkan definisi menurut IIA merupakan suatu proses yang mana efektivitas
pengendalian internal diperiksa dan dinilai. Tujuannya adalah untuk meyakinkan bahwa
semua tujuan bisnis akan dicapai. CSA merupakan identifikasi bersama yang dilakukan oleh
manajemen dengan auditor internal yang meliputi identifikasi atas risiko-risiko bisnis,
evaluasi penerapan pengendalian oleh manajemen, dan mengembangkan atau merumuskan
rencana untuk meningkatkan lingkungan pengendalian. Dalam suatu pengendalian, faktor
yang terpenting adalah manusia. Tindakan personel, manajer, dan karyawan akan
menentukan suksesnya perusahaan karena sistem yang dirancang dengan baik dapat menjadi
gagal karena manusia tidak mengambil perannya secara baik. Umumnya, CSA diterapkan
pada area-area yang berisiko bagi organisasi serta lebih menekankan pada pengendalian
internal, dan berorientasi pada area-area utama yang memerlukan perbaikan sehingga akan
mengurangi pekerjaan audit yang nilainya rendah. Namun, CSA tidak dapat digunakan pada
area-area yang berhubungan dengan investigasi kecurangan dan juga bukan untuk tujuan
audit kepatuhan.
MANFAAT CSA
Selain bagi manajemen, CSA juga memberikan manfaat bagi auditor internal dan komite
audit. Dengan demikian, dapat dikatakan CSA memberikan manfaat secara luas.
a. Bagi Manajemen
1. Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya penilaian risiko dan pengendalian.
2. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi aktivitas.
3. Membantu pelaksanaan tugas bagi manajemen dan staf akan pertanggungjawaban
manajemen risiko dan pengendalian internal yang efektif.
4. Meningkatkan komunikasi di setiap tingkat manajemen.
5. Mendorong timbulnya ownership karena pemecahan masalah dan solusi
dilaksanakan bersama.
b. Bagi Auditor Internal
1. Meningkatkan dan menguji soft control.
2. Meningkatkan fungsi dan peran dalam mengevaluasi risiko dan pengendalian.
3. Sebagai bentuk tanggung jawab moral dalam memberi saran dan rekomendasi
perbaikan.
4. Memperoleh gambaran tentang audit yang lebih berfokus, sederhana, dan kecil
namun lingkupnya lebih komprehensif.
5. Memberi gambaran bagi auditor tentang proses pengendalian yang tersedia dan
risikonya sehingga lebih berkonsentrasi pada area-area berisiko tinggi.
6. Meningkatkan efisiensi sumber daya audit dan mengurangi kebutuhan keterlibatan
auditor internal.
7. Merefleksikan auditor sebagai konsultan, bukan polisi.
c. Bagi Komite Audit
1. Informasi yang dihasilkan dari kegiatan CSA menjadi lebih tepat waktu.
2. Memperoleh informasi yang luas akan kondisi pengendalian internal secara
menyeluruh.
3. Meningkatkan pemahaman akan risiko dan pengendalian.
4. Efisiensi penggunaan sumber daya dalam proses audit.
1. Lokakarya (workshop).
Proses CSA dilakukan dengan beberapa tahap yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, dan pengomunikasian akan hasilnya kepada pihak-pihak terkait. Contoh
penerapan CSA dibagi kedalam lima tahap yakni :
a. Sebelum Lokakarya Pertama
Pada tahap ini, pihak yang terlibat terdiri dari fasilitator dan manajer kelompok
kerja dengan prosedur berikut :
Melakukan identifikasi misi, tujuan, sasaran, dan aktivitas kelompok kerja atau
fungsi yang tercakup di dalam lokakarya. Dokumentasi yang disusun :
- Permintaan fasilitasi terhadap penilaian pengendalian dari manajer kelompok
kerja.
- Memo perencanaan yang merinci diskusi dengan manajer kelompok kerja
untuk mengidentifikasi misi, tujuan, dan sasaran.
b. Lokakarya Pertama
Pada tahap ini, fasilitator dan peserta akan melakukan lokakarya/workshop yang
pertama. Prosedur yang dilakukan :
Menjelaskan kepada peserta lokakarya mengenai pelatihan pengendalian yang
diperlukan bagi semua karyawan, sekaligus penjelasan mengenai tujuan
lokakarya, hasil akhir, dan manfaatnya bagi kelompok kerja. Dokumentasi yang
diperlukan :
- Daftar nama semua peserta.
- Ringkasan respons terhadap survei lingkungan pengendalian.
Dokumentasi :
Susun matriks risiko yang genting dan pengendalian yang telah teridentifikasi
untuk memperkirakan kombinasi pengendalian yang paling efektif dan efisien
untuk membantu pencapaian tujuan.
- Rencana tindakan.
- Kesimpulan fasilitator terhadap kelengkapan rencana tindakan dengan
informasi yang disediakan oleh peserta.
Menyusun daftar pengendalian yang tidak dapat diimplementasikan oleh
kelompok kerja dan melaporkannya kepada level manajemen berikutnya.
Dokumentasi :
Berikut adalah contoh desain kuesioner yang didistribusikan kepada auditee, namun
pada contoh ini hanya dijelaskan untuk komponen lingkungan pengendalian.
Komponen-Lingkungan Pengendalian
4- Struktur Organisasi
4.1 Kompleksitas struktur sepadan Garis tanggung jawab yang
Kompleksitas dengan organisasi. Garis tidak jelas atau tidak perlu
struktur pelaporan yang jelas dan rumit untuk ukuran dan
organisasi dokumentasi yang up to date. kegiatan entitas.
kompetensi.
4. Kendala CSA
Implementasi CSA memberikan banyak manfaat terhadap perusahaan baik yang ada
di dalam negeri maupun luar negeri. Namun, dilain sisi CSA juga memiliki beberapa kendala,
diantaranya sebagai berikut.
1. Memungkinkan adanya resistensi dari peserta sehingga dapat berakibat gagal
terlaksana.
2. Adanya potensi intimidasi dari peserta yang lebih tinggi jabatannya sehingga
peserta yang lain kurang aktif dalam menyampaikan pendapat.
3. Jumlah peserta yang banyak dapat menyebabkan peserta kurang bisa
berkonsentrasi dalam pembahasan masalah dan pengambil langkah-langkah dalam
penyelesaian.
4. Dari hasil final pembahasan, terkadang rekomendasi yang telah disepakati dan
ditindaklanjuti kurang diperhatikan pada saat diimplementasikan.
5. Kurangnya pemahaman peserta disebabkan karena desain pelatihan yang kurang
menarik sehingga peserta kurang berminat.