Anda di halaman 1dari 13

A.

PENGERTIAN HIPOTESIS

Hipotesis dalam penelitian merupakan suatu alat atau wahana yang sangat penting
artinya dalam suatu kajian atau penelitian. Hipotesis memungkinkan kita dapat
menghubungkan antara teori dan hasil pengamatan yang kita lakukan. Pengamatan atau
observasi dengan landasan teoritis (theoretical framework). Dewasa ini, penggunaan hipotesis
dalam penelitian memungkinkan kita untuk memahami ide-ide para filsuf induktif yang
menekankan pada hasil pengamatan, dan itulah sebabnya sebagian peneliti mengajukan
hipotesis yang disebut hipotesis induktif. Selain itu, untuk memahami logika para ahli filsafat
yang menekankan pendekatan deduktif dalam berpikir, secara apriori hipotesis diajukan
berdasarkan kajian pustaka atau literatur yang telah ada, dan ini disebut sebagai hipotesis
deduktif.

Apakah hipotesis itu? Pertanyaan seperti ini sering kita dengar, dan hampir lazim
diajukan. Perumusan suatu hipotesis penelitian dilakukan oleh seseorang peneliti setelah ia
mengidentifikasi masalah-masalah penelitian, yang berdasarkan hasil pengamatan dan juga
kajian teoretisempiris yang ada. Pengertian atau definisi hipotesis seperti yang dikemukakan
oleh Ary, Jacobs & Sorensen (2010) (dalam setyosari, 2016) sebagai berikut, “A research
hypothesis states the relationship one expects to find as a result of the red search.” Hipotesis
penelitian itu menyatakan hubungan antara yang diharapkan dalam penelitian. Hubungan
yang dimaksud adalah hubungan antara dua atau lebih variabel penelitian. Hipotesis
penelitian dirumuskan berdasarkan masalah atau pertanyaan yang diajukan dalam penelitian
dan bisa didasarkan pula pada kajian literatur. Hal ini dimaksudkan agar kita lebih mudah
menemukan jawaban atas masalah penelitian yang kita ajukan.

Hipotesis adalah suatu keadaan atau peristiwa yang diharapkan dan dilandasi oleh
generalisasi, dan biasanya menyangkut hubungan di antara variabel penelitian. Berkenaan
dengan pengertian hipotesis, Tuckman (1988, 1999) (dalam setyosari, 2016) menjelaskan, “A
hypothesis is an expectation about events, based on generalizations of the assumed
relationship between variables.” Menurut Tuckman bahwa, hipotesis penelitian itu adalah
suatu harapan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa yang didasarkan pada generalisasi dari
hubungan antara variabel yang diasumsikan terjadi.

Secara umum, pengertian hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap


masalah penelitian, yang kebenarannya masih perlu diuji secara empiris. Hipotesis dalam
penelitian merupakan jawaban yang paling mungkin diberikan dan memiliki tingkat

1
kebenaran lebih tinggi daripada opini (yang tidak mungkin dilakukan dalam penelitian).
Hipotesis itu diajukan hanya sebagai saran pemecahan masalah, artinya hasil penelitianlah
yang membenarkan diterima atau ditolaknya. (Setyosari, 2016)

Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan


pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru
diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis, tersebut akan diuji oleh peneliti
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

Dalam hal ini perlu dibedakan pengertian hipotesis penelitian dan hipotesis statistik.
Pengertian hipotesis penelitian seperti telah dikemukakan di atas. Selanjutnya hipotesis
statistik itu ada, bila penelitian bekerja dengan sampel. Jika penelitian tidak menggunakan
sampel, maka tidak ada hipotesis statistik.

Dalam suatu penelitian, dapat terjadi ada hipotesis penelitian, tetapi tidak ada
hipotesis statistik. Penelitian yang dilakukan pada seluruh populasi mungkin akan terdapat
hipotesis penelitian tetapi tidak akan ada hipotesis statistik. ingat bahwa hipotesis itu berupa
jawaban sementara terhadap rumusan masalah dan hipotesis yang akan diuji ini dinamakan
hipotesis kerja. Sebagai lawannya adalah hipotesis nol (nihil). Hipotesis kerja disusun
berdasarkan atas .teori yang dipandang handal, sedangkan hipotesis nol dirumuskan karena
teori yang digunakan masih diragukan kehandalannya. (Sugiyono, 2015)

B. KEGUNAAN HIPOTESIS

Menurut Ary, dkk. (2010) (dalam setyosari, 2016) bahwa ada dua alasan penting
mengapa hipotesis dinyatakan sebelum peneliti mengumpulkan data penelitiannya. Kedua
alasan itu adalah ( 1) hipotesis yang dinyatakan dengan tepat menunjukkan bahwa peneliti
memiliki pengetahuan yang cukup dalam bidangnya untuk melakukan penelitian atau
investigasi dan (2) hipotesis itu memberikan arah untuk mengumpulkan dan melakukan
interpretasi data penelitian.

Sebagaimana diuraikan dalam bagian sebelumnya, hipotesis ini penting artinya bagi
seorang peneliti. Hipotesis bukan sekadar pernyataan. melainkan merupakan pernyataan yang
menyatakan sebagai jawaban sementara terhadap persoalan dan sebagai prediksi (ramalan).
Hipotesis yang dirumuskan itu memiliki kegunaan sebagai berikut:

2
 Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala dan memudahkan
perluasan pengetahuan dalam suatu bidang. Artinya, hipotesis memberikan jawaban yang
bersifat sementara atas masalah yang dikemukakan oleh peneliti.
 Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam
penelitian. Hasil analisis data yang menyaatakan apakah hipotesis diterima atau ditolak,
didasarkan pada keputusan

C. KARAKTERISTIK HIPOTESIS

Sesudah hipotesis dirumuskan, sebelum dilakukan pengujian lebih lanjut, peneliti


perlu sekali menilai hipotesis yang dirumuskan itu. Suatu hipotesis yang dirumuskan harus
memenuhi kriteria tertentu, sehingga peneliti dapat menguji secara empiris. Berkenaan
dengan kriteria, Kerlinger (1986) (dalam setyosari, 2016), mengemukakan bahwa hipotesis
yang baik memiliki dua kriteria, yaitu:

1. Hipotesis adalah pernyataan tentang hubungan atau relasi antara variabel-variabel,


dan
2. Hipotesis mengandung implikasi-implikasi yang jelas untuk pengujian hubungan yang
dinyatakan.

Secara singkat dapat dikatakan, bahwa pernyataan hipotesis mengandung dua atau
lebih variabel yang dapat diukur, atau kemungkinan dapat diukur dan hipotesis tersebut
menunjukkan secara jelas dan tegas tentang adanya hubungan variabel. Ada beberapa
kriteria yang menandakan bahwa hipotesis yang dirumuskan itu baik, artrinya bernilai
dalam pengujian penelitian.

Hipotesis yang kita rumuskan, menurut Tuckman & Harper (2012) (dalam setyosari,
2016) memiliki ciri-ciri khusus atau karakteristik sebagai berikut:

1. Hipotesis berkaitan dengan arah hubungan antara dua atau lebih variabel-variabel.
2. Hipotesis diungkapkan atau dinyatakan secara jelas dalam bentuk ungkapan atau
kalimat pernyataan (deklaratif) dapat diuji.
3. Hipotesis dapat diuji, artinya hipotesis itu diungkapkan dalam bentuk operasional
yang dapat dinilai berdasarkan data.

3
Dengan demikian, suatu hipotesis yang diformulasiakan oleh peneliti
disamping menyatakan arah hubungan yang terjadi antar variabel, hipotesis juga
menguji pernyataan yang mengandung dua atau lebih variabel yang dapat diukur atau
secara potensial dapat diukur.

1. Menyatakan Hubungan Dua Variabel atau Lebih

Hubungan antara dua atau lebih variabel dapat digambarkan dalam suatu rumusan
hipotesis. Hubungan variabel penelitian, misalnya hubungan antara konsep diri dan hasil
belajar. Hubungan antara dua variabel dapat dilihat pada rumusan hipotesis sebagai berikut:

“Terdapat hubungan positif antara konsep diri dan hasil belajar siswa dalam bidang ilmu
pengetahuan sosial siswa sekolah dasar kelas V. ”

Hubungan variabel yang menunjukkan sebab akibat. Variabel A mempakan variabel


perlakuan (misalnya strategi pembelajaran: diskusi keIOmpok kecil 4-5 orang), dan variabel
B (misalnya strategi pembelajaran: diskusi kelompok besar lebih 10 orang), sebagai variabel
lain (kontrol) yang keduanya diukur pengaruhnya yang berupa, misalnya hasil belajar, sikap,
dan sebagainya. Hipotesis dapat dirumuskan, misalnya:

“Ada perbedaan signifikan hasil belajar antara kelompok subjek yang dibelajarkan dengan
strategi kelompok kecil dan kelompok subjek yang dibelajarkan dengan kelompok besar
dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial sekolah dasar kelas V.”

2. Hipotesis Diungkapkan dalam Kalimat Pernyataan

Berbeda dengan rumusan masalah penelitian yang biasanya diungkapkan dalam


bentuk kalimat pertanyaan, hipotesis penelitian dinyatakan dalam kalimat pernyataan. Dalam
suatu rumusan masalah penelitian dapat diungkapan sebagai berikut, “Apakah ada perbedaan
yang signifikan hasil belajar antara kelompok subjek yang dibelajarkan dengan strategi
kelompok kecil dan kelompok subjek yang dibelajarkan dengan kelompok besar dalam
pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) sekolah dasar kelas V?” Berkenaan dengan
rumusan masalah di atas, rumusan hipotesis penelitian dapat diungkapkan, misalnya: “Ada
perbedaan signifikan hasil belajar antara kelompok subjek yang dibelajarkan dengan strategi
kelompok kecil dan kelompok subjek yang dibelajarkan dengan kelompok besar dalam
pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) sekolah dasar kelas V . “

4
Hipotesis juga memiliki daya penjelas. Hipotesis ini menjelaskan apa sebenarnya
yang menjadi sumber gejala. Misalnya, rendahnya prestasi belajar siswa tidak dipengaruhi
oleh jumlah populasi yang ada di suatu tempat. Penjelasan yang tepat kiranya, rendahnya
prestasi belajar itu dipengaruhi oleh kurang ajeknya belajar, kurangnya sarana belajar, dan
sebagainya.

3. Dapat Diuji

Sifat hipotesis dapat diuji (testablity) sebagai penanda hipotesis yang baik, artinya
kemampuan hipotesis itu dapat diuji kebenarannya melalui penyelidikan empiris Hipotesis
yang dapat diuji berarti dapat diverifikasi; artinya, deduksi, kesimpulan, dan perkiraan dapat
ditarik dari hipotesis tersebut sedemikian rupa, sehingga dapat dilakukan pengamatan yang
akan mendukung atau tidak mendukung hipotesis tersebut. Hipotesis sebagai arahan suatu
penelitian, misalnya dirumuskan sebagai berikut: yaitu, “Tidak ada perbedaan hasil belajar
antara peserta didik yang dibelajarkan dengan strategi pengajaran melalui contoh dan
noncontoh, contoh, dan peserta didik yang dibelajarkan melalui buku teks ilmu pengetahuan
sosial sekolah dasar kelas V.” Secara operasional rumusan hipotesis sebagai berikut;

1) Hasil belajar konsep antara peserta didik yang dibelajarkan dengan strategi pengajaran
melalui contoh dan noncontoh lebih tinggi jika dibandingkan dengan peserta didik yang
dibelajarkan melalui contoh saja.

2) Hasil belajar konsep antara peserta didik yang dibelajarkan dengan strategi pengajaran
melalui contoh dan noncontoh lebih tinggi jika dibandingkan dengan peserta didik yang
dibelajarkan melalui buku teks.

3) Hasil belajar konsep antara peserta didik yang dibelajarkan dengan strategi pengajaran
melalui contoh lebih tinggi jika dibandingkan dengan peserta didik yang dibelajarkan melalui
buku teks.

Hipotesis dirumuskan secara sederhana dan ringkas, tujuannya agar mudah diuji dan
mudah dalam melaporkannya.

4. Konsistensi

Hipotesis penelitian yang dirumuskan oleh peneliti itu biasanya tidak bertentangan
dengan hipotesis, teori, hukum-hukum yang sudah ada sebelumnya dan sudah mapan.
Memang bisa terjadi bahwa hipotesis yang dirumuskan itu bertolak belakang dengan deduksi

5
sebelumnya. Misalnya, Bumi kita ini datar. Ini adalah hipotesis deduktif yang pada masa itu
berlaku. Tetapi hipotesis ini segera gugur setelah ada bukti baru yang membuktikan bahwa
Bumi kita adalah bulat telur. Rumusan hipotesis di atas memang belum pernah terbukti
sebelumnya. Hipotesis penelitian yang konsisten dengan pengetahuan sebelumnya misalnya,
tingkat kecerdasan seseorang berkaitan dengan prestasi belajar di sekolah. Hipotesis ini sudah
mapan dan apabila ada rumusan yang bertentangan dengan hipotesis itu berarti peneliti suiit
mencari kerangka teorinya.

5. Dirumuskan Secara Sederhana dan Jelas

Hipotesis hendaknya dirumuskan secara sederhana dan ringkas. Tujuannya agar


mudah diuji dan mudah dalam melaporkannya. Hipotesis itu terbukti benar, artinya didukung
oleh data empirisnya. Hipotesis tidak benar berarti hipotesis yang tidak didukung oleh data
empiris yang tepat. Perlu diingat, bahwa kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang bersifat
belum selesai karena masih perlu pengujian-pengujian lebih lanjut.

D. BENTUK-BENTUK HIPOTESIS

Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah


penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah
penelitian ada tiga yaitu: rumusan masalah deskriptszariabel mandiri), komparatif
(perbandingan) dan asosiatif (hubungan). Oleh karena itu, maka bentuk hipotesis
penelitian juga ada tiga yaitu hipotesis deskriptif komparatif dan asosiatif hubungan.

Hipotesis deskriptif, adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah


deskriptif; hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap masalah
komparatif, dan hipotesis asosiatif adalah merupakan jawaban sementara terhadap
masalah asosiatif/hubungan. Pada butir 2 berikut nanti diberikan contoh judul penelitian,
rumusan masalah, dan rumusan hipotesis. Rumusan hipotesis deskriptif, lebih didasarkan
pada pengamatan pendahuluan terhadap obyek yang diteliti. (Sugiyono, 2015)

a. Hipotesis Deskriptif

Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif;


yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri.

6
Contoh:

1. Rumusan Masalah Deskriptif

a) Berapa lama daya tahan berdiri karyawan toko lulusan SMK?

b) Seberapa semangat belajar mahasiswa Perguruan Tinggi negeri?

2) Hipotesis Deskriptif

Daya tahan berdiri karyawan toko lulusan SMK sama dengan 6 jam/hari (Ho). Ini
merupakan hipotesis nol, karena daya tahan berdiri karyawan lulusn SMK yang ada pada
sampel diharapkan tidak berbeda secara signifikan dengan daya tahan yang ada pada
populasi. (angka 6 jam/hari merupakann angka hasil pengamatan sementara)

Hipotesis alternatifnya adalah: Daya tahan karyawan toko lulusan SMK ≠ 600 jam.
“Tidak sama dengan" ini bisa berarti lebih besar atau lebih kecil dari 600 jam.

3) Hipotesis Statistik (hanya ada bila berdasarkan data sampel)

𝐻𝑂 : 𝜇 = 6 𝐽𝑎𝑚 /ℎ𝑎𝑟𝑖

𝐻𝑎 : 𝜇 ≠ 6 𝑗𝑎𝑚 /ℎ𝑎𝑟𝑖

𝜇 adalah nilai rata rata populasi yang di hipotesiskan atau ditaksir melalui sampel

Untuk rumusan masalah no. 2) hipotesis nolnya bisa berbentuk demikian.

a) Semangat belajar mahasiswa perguruan tinggi negeri = 75% dari kriteria ideal yang
ditetapkan.

b) Semangat belajar mahasiswa perguruan tinggi negeri paling sedikit 60% dari kriteria ideal
yang ditetapkan (paling sedikit itu berarti lebih besar atau sama dengan ≥).

c) Semangat belajar mahasiswa perguruan tinggi negeri paling banyak 60% dari kriteria ideal
yang ditetapkan (paling banyak itu berarti lebih kecil atau sama dengan ≤).

Dalam kenyataan hipotesis yang diajukan salah satu saja, dan hipotesis mana yang
dipilih tergantung pada teori dan pengamatan pendahuluan yang dilakukan pada obyek.
Hipotesis altematifnya masing-masing adalah:

a) Semangat belajar mahasiswa perguruan tinggi negeri ≠ 75%

b) Semangat belajar mahasiswa perguruan tinggi negeri < 75%

7
c) Semangat belajar mahasiswa perguruan tinggi negeri > 7 5%

Hipotesis statistik adalah (hanya ada bila berdasarkan data sampel)

a) 𝐻𝑜 : 𝜌 = 75%
𝐻𝑎 : 𝜌 ≠ 75%
b) 𝐻𝑜 : 𝜌 ≥ 75%
𝐻𝑎 : 𝜌 < 75%
c) 𝐻𝑜 : 𝜌 ≤ 75%
𝐻𝑜 : 𝜌 > 75%
𝜌 = ℎ𝑖𝑝𝑜𝑡𝑒𝑠𝑖𝑠 𝑏𝑒𝑟𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒

Teknik statistik yang digunakan untuk menguji ketiga hipotesis tersebut tidak sama.
Cara-cara pengujian hipotesis akan diberikan pada bab tersendiri, yaitu pada bab analisis
data.

b. Hipotesis Komparatif

Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah


komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampainya yang berbeda,
atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.

Contoh:

1) Rumusan Masalah Komparatif

Bagaimanakah presasi belajar mahaiswa Perguruan Tinggi X bila dibandingkan dengan


perguruan tinggi Y?

2) Hipotesis komparatif

Berdasarkan rumusan masalah komparatif tersebut dapat dikemukakan tiga model Miami!
no! dan alternatif sebagai berikut:

Hipotesis Nol:

1) Ho: Tidak terdapat perbedaan presasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X dengan
perguruan tinggi Y; atau terdapat persamaan presensi belajar antara mahasiswa
Perguruan Tinggi X dan Y, atau
2) Ho : prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi X lebih besar atau sama dengan (≥)
perguruan tinggi Y (“lebih besar atau sama dengan”)=paling sedikit.

8
3) Ho: prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi X lebih kecil sama dengan ( ≤)
perguruan tinggi Y (“lebih kecil atau sama dengan”=paling besar).

Hipotesis Alternatif

1. Ha : Prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi X lebih besar (atau lebih kecil) dari
perguruan tinggi Y.
2. Ha : Prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi X lebih kecil daripada < perguruan
tinggi Y.
3. Ha : Prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi X lebih besar daripada ≥ perguruan
tinggi Y.

Hipotesis Statistik

1. H0 : 𝜇1 = 𝜇2
Ha : 𝜇1 ≠ 𝜇2
2. Ho : 𝜇1 ≥ 𝜇2
Ha : 𝜇1 < 𝜇2
3. Ha : 𝜇1 ≤ 𝜇2
H0 : 𝜇1 > 𝜇2

Keterangan : 𝜇1 = rata-rata (populasi) produktivitas karyawan PT.X

𝜇2 = rata-rata (populasi) produktivitas karyawan PT.Y

c. Hipotesis Asosatif
Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif,
yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
1) Rumusan Masalah Asosiatif
Adakah hubungan yang peniti!“ dan signifikan mw: kepemimpinan kepala sekolah
dengan iklim kerja sekolah.
2) Hipotesh Penelitian:
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah
dengan iklim kerja sekolah.
3) Hipotesis Statistik ,
Ho : 𝜌 = 0, ----- 0 berarti tidak ada hubungam

9
Ha : 𝜌 = 0, ----- “tidak sama dengan nol“ berarti lebih besar atau kurang (-) dari nol
berarti ada hubungan, 𝜌 = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.

E. CARA MERUMUSKAN HIPOTESIS

Rumusan hipotesis penelitian dapat berdasarkan arah atau kecenderungannya, dapat


kita klasifikasikan menjadi dua, yaitu:

1. Hipotesis terarah (directional hypothesis)

2. Hipotesis tak berarah (non-directional hypothesis).

Hipotesis terarah, sesuai dengan namanya, menunjukkan arah kesimpulan yang


diharapkan. Hipotesis ini dinnnuskan oleh peneliti karena peneliti sendiri mempunyai alasan
tertentu untuk mengharapkan terjadinya hubungan khusus atau perbedaan khusus antara
kedua kelampok yang menjadi objek penelitiannya.

Contoh;

“Siswa yang dibelajarkan dengan metode assignment memiliki prestasi Belajar lebih
tinggi daripada siswa yang dibealajarkan dengan metode ceramah.”

Di samping rumusan hipotesis yang dirumuskan secara terarah di atas, hipotesis


dirumuskan secara tak berarah. Hipotesis ini tidak menerapkan adanya arah perbedaan atau
hubungan yang diharapkan. Apabila dirumuskan secara tak berarah rumusan di atas menjadi:

“ Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diajar dengan metode assignment
dengan siswa yang diajar dengan metode ceramah.”

Pada umumnya, peneliti bekerja dengan dua hipotesis yang secara eksplisit rumusan
itu juga menyatakan arah kecenderungan atau perbedaan khusus yang diharapkan terjadi.
Kedua hipotesis itu, yaitu:

1) hipotesis kerja atau hipotesis alternatif; dan

2) hipotesis nol atau hipotesis statistik.

Hipotesis kerja ini dirumuskan dengan harapan hipotesis ini menyatakan hubungan
atau perbedaan yang terjadi di antara dua kelompok. Hipotesis ini bersifat apriori, artinya
menerima kebenaran teori yang ada. Walaupun demikian, kebenaran atau terbukti tidaknya

10
hipotesis ini perlu diuji dengan data empiris yang dikumpulkan. Rumusan hipotesis kerja atau
hipotesis alternatif penelitian seperti pada contoh di atas. Hipotesis nol atau hipotesis statistik
dirumuskan dengan maksud untuk menyangkal terhadap apa yang diharapkan atau
diramalkan terjadi oleh peneliti. Dengan kata lain, hipotesis nol ini menyatakan bahwa tidak
ada hubungan atau perbedaan antara variabel dalam masalah tersebut. Rumusan hipotesis nol
seperti berikut:

“Siswa yang diajar dengan metode assignment memiliki prestasi belajar yang tidak
lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan metode ceramah”

“Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diajar dengan metode
assignment dengan siswa yang diajar dengan metode ceramah”

F. HIPOTESIS KONSEPTUAL DAN OPERASIONAL

Secara garis besar berkenaan dengan perumusan hipotesis, peneliti biasanya


berhadapan dengan dua keadaan, yaitu pada tingkat konseptu al dan operasional. Pada tingkat
konseptual kita harus mendefinisikan peristiwa atau keadaan berkenaan dengan komunalitas
(kebiasaan) yang mendasarinya dengan peristiwa lain. Tingkat konseptual ini memberikan
peluang kepada kita untuk membuat abstraksi dari suatu keadaan khusus ke keadaan atau
kondisi-kondisi yang umum. Dengan demikian, kita mulai dari pemahaman bagaimana
fenomena terjadi dan variabel penelitian kita berinteraksi.

Sebaliknya, pada tingkat operasional, kita mendefinisikan peristiwa. peristiwa dalam


ungkapan atau istilah-istilah yang dapat diamati agar mudah mengoperasikan dalam situasi
nyata yang diperlukan dalam penelitian. Rumusan hipotesis seringkali dimulai dari dari yang
operasional (konkret) menuju yang konseptual (abstrak). Sebagai gambaran marilah kita
simak contoh berikut ini.

Dalam rangka meningkatkan kinerja para guru, pihak dinas pendidikan akan
menyelenggarakan lokakarya tentang metode mengajar. Lokakarya yang bertujuan untuk
melatih para guru ini bervariasi, yaitu mulai dari yang sangat terstruktur (ketat), cukup
terstruktur, dan kurang terstruktur (kurang ketat). Tujuan lokakarya dimaksudkan untuk
melihat dampak lokakarya terhadap kinerja guru yang mendapat perlakuan yang berbeda.
Katakan lokakarya itu dikategorikan menjadi kategori A, B, dan C. Lokakarya A berorientasi
pada pengembangan kognitif guru, tugas, dan disiplin. Sebaliknya, lokakarya C lebih
mengutamakan pada hubungan manusiawi, lebih berkaitan dengan pengembangan afektif,

11
emosi, dan sikap. Adapun lokakarya B menekankan keduanya, yaitu mendasarkan pada in the
head dan in the heart.

Berdasarkan paparan di atas, kita perlu mendefinisikan secara konseptual apa yang
dimaksud Sangat terstruktur, Cukup terstruktur, dan Kurang terstruktur. Ungkapan atau
rumusan hipotesis di atas dapat saja di“ kemukakan, misalnya sebagai berikut.

“Lokakarya B paling efektif karena memberikan struktur tanpa membatasi


kemungkinan guru berkembang jika dibandingkan dengan lokakarya A dan C.”

Hal di atas berbeda dengan rencana penelitian, apabila kita ingin meneliti, misalnya
pembelajaran sistem modul dan pembelajaran melalui presentasi (ceramah). Kedua variabel
ini sudah operasional karena keduanya ditandai oleh adanya dimensi-dimensi,yaitu: derajad
umpan balik, tingkat penguatan, format pembelajaran, pengendalian kecepatan, jumlah satuan
pembelajaran, dan tingkat kerja sama di antara pebelajar. Berdasarkan dimensi ini, maka
ungkapan hipotesis misalnya:

“Subjek didik yang dibelajarkan dengan sistem modul memiliki tingkat kecepatan
belajar lebih tinggi jika dibandingkan dengan pembelajaran melalui presentasi.“

“Guru baru sekitar 30% dikategorikan qualified untuk mengajar, dan sisanya sebanyak
70% dikategorikan unqualified, underqualified, dan bahkan mismatch.“

Berdasarkan paparan di atas, perlu upaya penelitian yang berkait-an dengan


peningkatan kualitas pendidikan guru baik di tingkat SMP maupun SMA .

12
DAFTAR PUSTAKA

Setyosari, Punaji. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan. Jakarta:

PRENADAMEDIA GROUP

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R & D). Bandung: ALFABETA

Suharsaputra, Uhar. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.

Bandung: PT Refika Aditama

13

Anda mungkin juga menyukai