Pada bagian ini akan dibicarakan topik-topik tentang pengertian kerangka pikir dan
hipotesis, fungsi hipotesis bagi penelitian, jenis-jenis hipotesis, dan karakteristik
kerangkapikir dan hipotesis yang baik. Setelah mengikuti topik-topik tersebut kalian
diharapkan mempunyai kemampuan untuk:
1) Menjelaskan pengertian kerangka pikir penelitian.
2) Membuat kerangka pikir penelitian.
3) Menjelaskan pengertian hipotesis penelitian.
4) Membedakan jenis-jenis hipotesis penelitian.
5) Merumuskan pernyataan hipotesis.
A. KERANGKA PIKIR
Kerangka pikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian
tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah
variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping
mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi
terhadap variasi besaran variabel yang diteliti .
Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya dirumuskan
hipotesis yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu dalam rangka
menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi, maka
perlu dikemukakan kerangka pikir.
Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi
dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Krangka pemikiran
ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi obyek
permasalahan.
Kiteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan, adalah
alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka pikir yang membuahkan
kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi kerangka pikir merupakan sintesa tentang
hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan.
Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara
kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel
yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk
merumuskan hipotesis.
Dalam suatu penelitian, hipotesa tidak harus selalu ada, tetapi apabila oleh peneliti
dirasakan perlu ada (jenis eksplanatif ), maka hipotesis ini tidak lain adalah jawaban
teoritis, dugaan dengan berdasar teori dan atau pemikiran-pemikiran tertentu
sehubungan dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian terutama masalah yang telah
dirumuskan. Sudah pasti hipotesa ini nantinya akan diadu/diuji dengan data empirik
yang merupakan bukti temuan lapangan. Tidak menjadi persoalan apakah hipotesa ini
diterima (diperkuat dengan bukti/data lapangan) ataukah ditolak (tidak memperoleh
penguatan/bukti data lapangan ), yang lebih dipentingkan dalam hubungan ini adalah
kejelasan tentang tingkat signifikasi dari penerimaan/penolakan tersebut serta
keterangan atau catatan peneliti walau agak bersifat spekulatif tentang alasan kenapa
hipotesa tersebut diterima atau ditolak.
Selanjutnya dari suatu hipotesis dapat berkembang suatu teori. Ini akan terjadi bila
menurut si peneliti, suatu hipotesis mempunyai potensi yang benar untuk menjelaskan
banyak peristiwa atau gejala dan mempunyai daya prediksi/ramalan yang tinggi.
Akhirnya hipotesis ini memberi gambaran dan pengertian yang lebih jelas tentang gejala
yang berkenaan dengan hipotesis itu sendiri setiap kali kita mengujinya secara empiris.
Bahkan bila ternyata hipotesis itu tidak terbukti kebenarannya, masih ada faedah usaha
memperluas pngetahuan. Manusia banyak belajar dari kegagalan-kegagalan dalam
percobaan-percobaan untuk mentes hipotesis tertentu.
Syarat-syarat hipotesis
Hipotesis harus disusun dengan baik agar memberikan arah yang benar terhadap
penelitian. Pembuatan hipotesis hanya bisa dilakukan setelah melalui analisis terhadap
teori serta hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dan latar belakang masalah yang
faktual secara mendalam. Oleh karena itu, agar dapat berfungsi sesuai dengan
kedudukannya, hipotesis harus memenuhi beberapa syarat, yaitu: