Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertian Hipotesis

Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo = di bawah;thesis = pendirian, pendapat


yang ditegakkan, kepastian. Artinya, hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang
digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa,
secara sadar, teliti, dan terarah. Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering
juga disebut dengan hipotesis, tidak ada perbedaan makna di dalamnya.

Pengertian Hipotesis Menurut Para Ahli

1. Menurut Prof. Dr. S. Nasution, Hipotesis adalah dugaan tentang apa yang kita amati
dalam upaya untuk memahaminya. (Nasution:2000)
2. Zikmund (1997:112), Menurut Zimund Hipotesis adalah proposisi atau dugaan belum
terbukti bahwa tentatif menjelaskan fakta atau fenomena, serta kemungkinan jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Dikutip dari : http://www.asikbelajar.com/
3. Menurut Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti (2007:137), Hipotesis
adalah pernyataan atau tuduhan bahwa sementara masalah penelitian yang
kebenarannya masih lemah (belum tentu benar) sehingga harus diuji secara empiris.
4. Menurut Mundilarso, Hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah tingkat
kebenaran yang masih harus diuji dengan menggunakan teknik tertentu.
Hipotesis dirumuskan dalam hal teori, dugaan, pengalaman pribadi / orang lain, kesan
umum, kesimpulannya adalah masih sangat awal. Hipotesis adalah pernyataan
keadaan populasi yang akan diverifikasi menggunakan data / informasi yang
dikumpulkan melalui sampel.
5. Menurut Kerlinger (1973), Hipotesis adalah pernyataan dugaan hubungan antara dua
variabel atau lebih.

Dari definisi ahli di atas dapat dsimpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban atau dugaan
sementara yang harus diuji lagi kebenarannya melalui penelitian ilmiah.

Hipotesis kerja (Hipotesis Alternatif Ha atau H1) yaitu hipotesis yang dirumuskan untuk
menjawab permasalahan dengan menggunakan teori-teori yang relevan dengan masalah
penelitian dan belum berdasarkan fakta dan dukungan data yang nyata di lapangan.
Hipotesis alternatif (Ha) dirumuskan dengan kalimat positif.
Secara statistik, hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi
(Parameter) yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel
penelitian. Dengan demikian dalam perhitungan statistik yang diuji adalah hipotesis nol
(H0). Jadi, hipotesis nol adalah pernyataan tidak ada hubungan, pengaruh atau perbedaan
antara parameter dengan statistik dan lawannya adalah Ha yang menyatakan adanya
hubungan, pengaruh atau perbedaan antara parameter dengan statistik. Hipotesis nol (H0)
dinyatakan dengan kalimat negatif (Riduan, 2010:36).
Setiap penelitian tidah harus dirumuskan masalahnya. Agar rumusan masalah dapat terjawan
dan hipotesis dapat teruji, keduanya harus dirumuskan dengan menggunakan kalimat yang
jelas, tidak menimbulkan banyak penafsiran dan spesifik supaya dapat diukur. Masalah
penelitian dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, sedang hipotesis dalam bentuk kalimat
pernyataan.
Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian, yaitu:[10]

1. Untuk menguji teori,


2. Mendorong munculnya teori,

3. Menerangkan fenomena sosial,

4. Sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian,

5. Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.

Karakteristik

Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar.[2] Kegagalan
merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian.[2] Meskipun hipotesis telah
memenuhi syarat secara proporsional, jika hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja
membingungkan prosedur penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata.[4]

Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki
beberapa ciri-ciri pokok, yakni:[11]

1. Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan
dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban
atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan tujuan
penelitian.
2. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara
operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus
mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui
secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
3. Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan
memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis deskriptif
berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu
variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai
makna.
4. Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi
subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam
hipotesis.
5. Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat
dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang
diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat
digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang bersih,
bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk
mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-
metode untuk mengujinya, baik metode pengamatan, pengumpulan data, analisis data,
maupun generalisasi.
6. Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan
sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang
sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara
variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan
bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y
dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau
unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan
di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk
dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus
dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah
hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
7. Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis
yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel
dibuat secara eksplisit.

Pertanyaan Penelitian (research questions)


Di posting sebelumnya telah dibahas tentang apa saja yang harus dicakup
dalam proposal penelitian. Tentang apakah penelitian yang diajukan, apa
yang akan diteliti, bagaimana cara melakukannya, dan apa yang akan kita
pelajari/dapatkan dari penelitian tersebut.
Lebih rinci dari hal di atas ialah tentang pertanyaan penelitian (research
questions). Perlu dipahami inti dari suatu penelitian ialah dikarenakan
adanya masalah yang perlu diatasi, ada fenomena yang belum diketahui dan
penting untuk diketahui. Cara peneliti untuk merumuskan hal tersebut secara
jelas ialah dengan membuat pertanyaaan penelitian yang akan di jawab
dalam penelitian.
Kita dapat membagi pertanyaan penelitian dalam dua kategori:
1. Pertanyaan umum (general research questions)
2. Pertanyaan spesifik (specific research questions).
Poin 1.
Pertanyaan umum sesuai dengan namanya, pada umumnya berupa satu
pertanyaan saja. Pertanyaan ini sifatnya lebih umum, lebih abstrak dan
biasanya tidak dapat dijawab secara langsung (karena sangat umum).

Poin 2.
Pertanyaan spesifik adalah pertanyaan yang lebih rinci, lebih
khusus dan jelas. Pertanyaan ini dapat dijawab secara
langsung karena secara langsung mengacu pada data-data
penelitian yang akan dibutuhkan untuk menjawab
pertanyaan tersebut.
Macam-Macam Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tiga macam masalah penelitian (deskriptif, komparatif dan asosiatif), maka ada
tiga macam hipotesis penelitian (Ha), yaitu:
a. Hipotesis Deskriptif yaitu hipotesis yang tidak membandingkan dan menghubungkan
dengan variabel lain atau hipotesis yang dirumuskan untuk menentukan titik peluang,
hipotesis yang dirumuskan untuk menjawab permasalahan taksiran (estimatif).
Contoh:
1. Panen udang windu di Tambak Udang Kalinyar-Bangil mencapai 3 ton/ha.
2. Motivasi belajar siswa SDN Melayu 5 mencapai 80% dari kriteria rata-rata nilai ideal
yang ditetapkan.
3. Gaya mengajar dosen statistik mencapai 70% dari kriteria rata-rata nilai ideal.

b. Hipotesis Komparatif dirumuskan untuk memberikan jawaban pada permasalahan yang


bersifat membedakan.
1. Ada perbedaan besarnya motivasi belajar antara mahasiswa prodi Administrasi
pendidikan dengan mahasiswa PGSD.
2. Ada perbedaan kesenangan bagi anak-anak SD antara menonton TV dengan membaca
buku, bahwa menonton TV lebih disukai daripada membaca buku.
3. Ada perbedaan kemampuan berbahasa asing antara lulusan pondok pesantren Yapi
Bangil dengan lulusan SMU Darul Ulum Jombang, yaitu lulusan pondok pesantren
Yapi Bangil lebih baik daripada lulusan SMU Darul Ulum Jombang.

c. Hipotesis Asosiatif dirumuskan untuk memberikan jawaban pada permasalahan yang


bersifat hubungan. Sedangkan menurut sifat hubungannya hipotesis penelitian (Ha) ada tiga
jenis, yaitu:
1. Hipotesis hubungan simetris ialah hipotesis yang menyatakan hubungan yang bersifat
kebersamaan antara kedua variabel atau lebih, tetapi tidak menunjukan sebab akibat.
Contoh:
a) Ada hubungan antara berpakaian mahal dengan penampilan.
b) Ada hubungan yang positif antara banyaknya penonton sepak bola dengan tingkat
kerusuhan.
2. Hipotesis hubungan sebab akibat (kausal) ialah hipotesis yang menyatakan hubungan yang
bersifat mempengaruhi antara dua variabel atau lebih.
Contoh:
a) Motivasi belajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar.
b) Disiplin guru yang tinggi berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja.
3. Hipotesis hubungan interaktif ialah hipotesis hubungan antara dua variabel atau lebih yang
bersifat saling mempengaruhi.
Contoh:
a) Terdapat pengaruh timbal balik antara kreativitas siswa dengan hasil belajar.
b) Terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara status sosial ekonomi dengan
terpenuhi gizi keluarga.

Tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum

Tahap-tahap pembentukan hipotesa pada umumnya sebagai berikut:

1. Penentuan masalah.[3]

Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya


timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau
tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu
yang sudah diketahui.[3] Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan
sadar dengan perumusan yang tepat. [3] Dalam proses penalaran ilmiah
tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah. [3]
2. Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).
[4]

Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari


semua kegiatan.[4] Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. [3] Tanpa
hipotesa preliminer, pengamatan tidak akan terarah.[4] Fakta yang
terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan
suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi.[3]
Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis
priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun
merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji
coba sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan. [4]
3. Pengumpulan fakta.[3]

Dalam penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak


terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa
preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan
memilih fakta.[3]
4. Formulasi hipotesa.[3]

Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika


tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini. [3] Hipotesa diciptakan saat
terdapat hubungan tertentu di antara sejumlah fakta. [3] Sebagai contoh
sebuah anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa,
diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di
bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan
seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal dengan hukum
gravitasi.[3]
5. Pengujian hipotesa

Artinya, mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati[3]


dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran).[3] Apabila
hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi.[3]
Falsifikasi(penyalahan) terjadi jika usaha menemukan fakta dalam
pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa. Bilamana usaha itu tidak
berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan
koroborasi (corroboration).[3] Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi
atau koroborasi dapat disebut teori.[3]
6. Aplikasi/penerapan.[3]

Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam
istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok
dengan fakta.[3] Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan
dengan fakta.[3]

Anda mungkin juga menyukai