Rubi Babullah
Institut Madani Nusantara Sukabumi (IMN), Jl. Begeg No. 74, Cikondang, Kec. Citamiang
Kota Sukaumi
rubibabullah99@gmail.com
Abstract
Hypothesis is an important element in quantitative research. Hypothesis can said to be a
theoretical working tool. This hypothesis can be seen from the theory used to explain the
problem to be studied. For example, the causes and effects of conflict can be explained
through conflict theory. Hypotheses can be tested and shown to be true or not true or
falsified. hypothesis is a powerful tool for advancing knowledge because it allows the
scientist to get out of himself. However, not all researchers are able to formulate
hypotheses well, especially novice researchers. There are still many mistakes in
preparing hypotheses. To develop a good hypothesis, at least the researcher must refer
to the criteria for formulating a hypothesis, how the types of hypotheses are in research,
as well as an understanding of research without using hypotheses. In addition, a
researcher must also know how to test hypotheses in order to avoid mistakes that might
occur in hypothesis testing.
Abstrak
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif. Hipotesis dapat
dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang
digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan
akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik. Hipotesis dapat diuji
dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau difalsifikasi. hipotesis adalah
alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan
dapat keluar dari dirinya sendiri. Namun tidak semua peneliti mampu menyusun
hipotesis dengan baik terutama peneliti pemula. Masih banyak terdapat kesalahan
dalam menyusun hipotesis. Untuk menyusun hipotesis yang baik setidaknya peneliti
harus mengacu pada kriteria perumusan hipotesis, bagaimana jenis-jenis hipotesis
dalam penelitian, maupun pemahaman tentang penelitian tanpa menggunakan
hipotesis. Selain itu seorang peneliti juga harus mengetahui bagaimana cara menguji
hipotesis agar terhindar dari kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian
hipotesis.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi pustaka
(literature review) metode ini tak lepas dari acuan-acuan nilai akademis dan
teoritis, penggunaan referensi yang variatif dan relevatif serta literatur ilmiah
lainnya yang berkaitan dengan nilai, norma dan budaya, yang berkembang pada
situasi sosial yang diteliti dalam upayanya metode ini mampu berkontribusi
melahirkan rumusan-rumusan metodologis yang akurat dan kuat secara teori
dalam topik tertentu.
Sedangkan untuk sumber data peneliti menggunakan sumber data
primer dan sekunder dalam pencarian dan pendalam data itu sendiri. Teruntuk
data primer secara kepustakaan peneliti mendalami prihal teori-teori
multikulturalisme secara general sedangkan data sekunder yang peneliti dalami
prihal kajian-kajian teoritis yang mampu menunjang dan memperkuat data
primer itu sendiri.
Adapaun teknik analisis datanya penulis menggunakakan teknik analisis
deskriptif sehingga pencarian dan pengumpulan data informasi yang telah
diperoleh akan diinterpretasikan dan disistematisasikan, sehingga data yang
telah diperoleh dari kepustakaan dapat dipahami dengan benar oleh pembaca.
PEMBAHASAN
Pengertian Hipotesis
Tujuan dari penelitian adalah menelaah hubungan sistematis antara
variabel-variabel. Hubungan ini biasanya disajikan dalam bentuk hipotesis yang
merupakan suatu unsur penelitian yang amat penting. Perumusan hipotesis
penelitian merupakan langkah ketiga dalam suatu penelitian, setelah peneliti
mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Tetapi perlu diketahui
bahwa tidak setiap penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian yang
2
bersifat eksploratif dan deskriptif sering tidak perlu merumuskan hipotesis
(Hardani, 2020).
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahi sesuatu yang ada pada tingkat
tertentu dipercaya sebagai sesuatu yang benar. Ia bertitik tolak dari pertanyaan yang
disusun dalam bentuk masalah penelitian. Untuk menjawab pertanyaan itu disusun
suatu jawaban semantara yang kemudian dibuktikan melalui penelitian empiris.
Jawaban jawaban seperti itu banyak kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, jika sepeda motor kita tidak mau hidup mesinnya, maka kita menduga
mungkin businya kotor, atau bahan bakarnya habis, atau ada yang tidak beres pada
platinanya kotor. Tetapi pernyataan ini masih bersifat dugaan. Atas dasar dugaan itu
kita mulai memeriksa businya, bensinnya, ada platinanya. Pada tahap ini kita
mengumpulkan data untuk menguji hipotesisi kita.
Hipotesis (hypo = sebelum =; thesis = pernyataan, pendapat) adalah suuatu
pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum mengetahui kebenarannya, tetapi
memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan empiris. Hipotesis memungkinkan kita
menghubungkan teori dengan pengamatan, “pernyataan tentang harapan peneliti
mengenai hubungan-hubungan antara variabel-variabel di dalam persoalan.” Sebagai
contoh dapat dimulai dengan sebuah pernyataan; apakah tamatan SMA yang dimiliki
nilai ANBK tinggi akan mampu menyelesaikan studi di perguruan tinggi dalam waktu
relative lebih cepat? Pertanyaan ini dapat kita ubah menjadi pertanyaan sebagai
berikut: ada hubungan positif antara nilai ANBK di SMA dan prestasi belajar mahasiswa
di perguruan tinggi. Kalimat yang terakhir ini adalah bentuk suatu hipotesis yang
menghubungkan dua variabel, yang nilai ANBKA dan prestasi belajar. Dengan demikian
hipotesis ini mengarahkan arah pada penelitian yang harus dilakukan oleh peneliti.
Fungsi hipotesis yang seperti ini menurut Ary Donald dalam (Gulo, 2002) adalah :
1. Memberi penjelasan tentang gejala-gejala serta memudahkan perluasan
pengetahuan dalam suatu bidang.
2. Mengemukakan pertanyaan tentang hubungan dua konsep yang secra langsung
dapat diuji dalam penelitian.
3. Memberi arah pada penelitian.
4. Memberi kerangka pada penyususnan kesimpulan penelitian.
Oleh karena itu, secara harfiah hipotesis dapat diartikan sebagai sesuatu
per nyataan yang belum merupakan suatu tesis; suatu kesimpulan sementara; suatu
pendapat yang belum final, karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis
adalah suatu dugaan sementara, suatu tesis sementara yang harus dibuktikan
kebe narannya melalui penyelidikan ilmiah. Hipotesis dapat juga dikatakan kesimpulan
sementara, merupakan suatu konstruk (construct) yang masih perlu dibuktikan, sua tu
kesimpulan yang belum teruji kebenarannya. Namun perlu digarisbawahi bahwa apa
yang dikemukakan dalam hipotesis adalah dugaan sementara yang dianggap besar
kemungkinannya untuk menjadi jawaban yang benar. Dari sisi lain dapat pula dikatakan
bahwa hipotesis dalam penelitian merupakan jawaban sementara atas per tanyaan
atau masalah yang diajukan dalam penelitian.
Pendapat tersebut didukung oleh pendapat berikut. (Nachmias, 1981)
menyatakan hipotesis merupakan jawaban tentatif terhadap masalah penelitian.
Jawaban itu dinyatakan, dalam bentuk hubungan antara variabel bebas dan variabel
terikat. (Fraenkel & Wallen, 1993) menyatakan hipotesis adalah: A tentative,
reasonable, testable assertion regarding the occurance of certain behaviors,
phenomena, or events; a prediction of study outcome. Adapun (Kerlinger, 1973)
3
menyatakan, hipotesis adalah suatu pernyataan kira-kira atau suatu dugaan sementara
mengenai hubungan antara dua atau lebih variabel. Pendapat yang hampir sama
dikemukakan Sax dalam (Yusuf, 2017) sebagai berikut: hipotesis adalah pernyataan me
ngenai hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih. Dengan demikian,
jelaslah bahwa hipotesis merupakan suatu kesimpulan sementara yang belum final;
suatu jawaban sementara; suatu dugaan sementara; yang merupakan konstruk peneliti
terhadap masalah penelitian, yang menyatakan hubungan antara dua atau lebih
variabel. Kebenaran dugaan tersebut perlu dibuktikan melalui penyelidikan ilmiah.
Pengertian hipotesis perlu dibedakan antara hipotesis penelitian dan hipotesis
statistik. Pengertian dari hipotesis penelitian seperti yang telah dijelaskan diatas.
Hipotesis statistik akan ada jika penelitian bekerja dengan sampel. Jika penelitian tidak
menggunakan sampel maka tidak akan ada hipotesis statistik. Terdapat dua macam
hipotesis penelitian, yaitu hipotesis kerja dan hipotesis nol. Hipotesis kerja merupakan
kalimat positif dan hipotesis nol merupakan kalimat negatif. Dalam statistik juga
terdapat dua macam hipotesis, yaitu hipotesis kerja dan hipotesis alternatif. Pada
kegiatan penelitian yang diuji terlebih dahulu adalah hipotesis penelitian terutama
hipotesis kerjanya. Jika penelitian akan membuktikan hasil pengujian hipotesis itu
signifikan atau tidak, maka akan diperlukan adanya hipotesis statistik (Hardani, 2020).
Proses pembentukan hipotesis merupakan sebuah proses penalaran yang melalui
tahap-tahap tertentu. Hal demikian juga terjadi dalam pembuatan hipotesis ilmiah,
yang dilakukan dengan sadar, teliti dan terarah sehingga dapat dikatakan bahwa sebuah
hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang langsung dapat diuji.
Menurut (Kuncoro, 2013) hipotesis perlu dinyatakan dalam bentuk konsep yang
dapat dinilai benar atau salah. Hipotesis berfungsi untuk memandu peneliti
merumuskan hasil-hasil penelitian yang diperoleh. Dalam menyusun hipotesis perlu
diperhatikan beberapa karakteristik sebagai berikut:
1. Rasional
Oleh sebab penelitian itu adalah cara untuk menyimpulkan suatu
permasalahan dengan rasional, maka proses penelitian juga harus dilakukan
secara rasional. Dengan demikian pernyataan hipotesis pun harus dibuat secara
rasional. Pernyataan yang dikemukakan harus mengandung logika yang benar.
2. Berdasarkan teori atau penelitian terdahulu
Hipotesis harus didasarkan pada penelitian terdahulu baik dilakukan untuk
menolak atau mendukung kesimpulan penelitian terdahulu. Logika yang
dibangun harus berkaitan dengan logika penelitian sebelumnya. Oleh sebab itu
hipotesis memiliki kerangka teori untuk membangunnya.
3. Kejelasan dan ketegasan pernyataan
Pernyataan hipotesis yang sederhana dan jelas akan memudahkan peneliti
untuk mengerti, menyederhanakan pengujian, memudahkan analisis data., dan
memudahkan formulasi kesimpulan. Ketegasan pernyataan juga memudahkan
peneliti memahami apa yang seharusnya dilakukan untuk menguji data.
4. Dapat diuji secara ilmiah
Hipotesis yang baik akan mengarahkan pada uji yang dilakukan dengan
tepat. Data memang menentukan apakah hipotesis bisa diuji dengan baik atau
tidak namun pernyataan hipotesis mempermudah pengujian yang dilakukan.
Untuk dapat mengungkapkan hipotesis dengan benar, peneliti harus
memahami terlebih dahulu pola hubungan yang terdapat dan mungkin terjadi, atau tipe
hubungan di antara variabel yang diteliti. Sekurangkurangnya ada tiga tipe hubungan
dalam penelitian. Hubungan pertama, yang menunjuk dan dapat dikatakan pengaruh,
4
yaitu hubungan yang bersifat asymetris. Hubungan kedua, dan tidak menyatakan
pengaruh, yaitu hubungan yang bersifat symetris; dan tipe hubungan ketiga adalah
reciprocal. Mengingat adanya berbagai hubungan maka pemahaman secara konseptual
teoretis hubungan dua variabel perlu dikaji secara jelas, sebelum dinyatakan dalam
hipotesis.
1. Tipe hubungan asymetris biasanya digambarkan dengan anak panah yang berarti
memberikan pengaruh, contoh:
5
Dari skema di atas, dapat disusun beberapa alternatif hubungan sebagai
berikut:
X1 mempunyai pengaruh terhadap Y.
X2 mempunyai pengaruh terhadap Y.
X3 mempunyai pengaruh terhadap Y.
X1, X2, dan X3 secara serempak berpengaruh terhadap Y.
Keterangan:
t1 adalah waktu pada periode pertama.
t2 adalah waktu pada periode kedua.
t3 adalah waktu pada periode ketiga.
t4 adalah waktu pada periode keempat.
6
Dari contoh di atas, para pembaca dapat mengamati bahwa pada waktu
permulaan memang variabel X1 memengaruhi variabel Y1, namun kemudian
variabel Y1 yang sudah terpengaruh akan memengaruhi lagi variabel X pada t2.
Variabel X pada t2 akan memengaruhi lagi variabel Y pada waktu t2, dan
seterusnya sehingga masing-masing variabel saling memperkuat pada waktu
berikutnya. Hubungan ini perlu di amati secara sistematis sebelum menentukan
variabel mana yang memengaruhi dan variabel mana yang dipengaruhi.
hubungan itu dapat diputus pada saat penelitian, namun perlu kehati-hatian
dalam menarik kesimpulan.
Karakteristik Hipotesis
Hipotesis dapat diuji jika hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar.
Meskipun hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional, jika hipotesis tersebut
masih abstrak akan membingungkan prosedur penelitian dan juga sukar untuk diuji
secara nyata. Untuk dapat menyusun hipotesis yang baik dan benar, harus memiliki ciri-
ciri pokok (Hardani, 2020), yaitu:
1. Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah
dan dinyatakan dalam proposisi proposisi. Maka dari itu hipotesis dianggap
sebagai jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau
yang searah dengan tujuan penelitian.
2. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, istilah yang benar dan secara
operasional. Untuk menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus
mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan
diketahui secara pasti variabel bebas dan variabel terikatnya.
3. Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan
memberikan gambaran mengenai masalah yang diteliti.untuk hipotesis
deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran,
penggunaan suatu variabel atau fenomena yang dinyatakan dalam nilai-nilai
yang mempunyai makna.
4. Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan
memberikan gambaran mengenai masalah yang diteliti.untuk hipotesis
deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran,
penggunaan suatu variabel atau fenomena yang dinyatakan dalam nilai-nilai
yang mempunyai makna.
5. Hipotesis harus spesifik. Artinya hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk
kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk pada
kenyataan yang sebenarnya. Hipotesis akan menekankan hubungan yang
diharapkan di antara variabel.
6. Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar variabel. Satu
hipotesis yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di
antara variabel yang dibuat secara eksplisit.
Hipotesis yang benar akan memberikan arah yang tepat dalam penelitian,
sebaliknya penyusunan hipotesis yang tidak benar dapat menimbulkan “bias” pada
hasil penelitian. Ada dua kesalahan yang sering ditemukan dalam pembuktian suatu
hipotesis dalam penelitian (Yusuf, 2017), yaitu:
1. Kesalahan tipe pertama (type one error) adalah terterimanya hipotesis yang
sebenarnya harus ditolak; sedangkan
7
2. Kesalahan tipe dua (type two error) adalah menolak hipotesis yang seharusnya
diterima.
Di samping itu, ada lagi kesalahan tipe tiga, yaitu pembuktian secara benar
tetapi masalah yang salah (solving the wrong problem). Justru karena itu, kesalahan
tipe tiga ini adalah seseorang atau peneliti memecahkan masalah secara benar,
pembuktian hipotesis juga benar, tetapi yang dipecahkan bukan masalah yang
sebenarnya. Keadaan seperti itu perlu mendapat perhatian utama dari peneliti sejak
awal penelitian. Pertanyaan yang mendasar sejak dini yaitu:
1. Apakah masalah yang akan diteliti itu benarbenar masalah yang sebenarnya dan
wajar untuk diteliti?
2. Apakah dari situasi yang problematis setelah dikonseptualisasikan secara benar
situasi tersebut, tampak substantif masalah yang sebenarnya?
3. Benarkah setelah dilakukan identifikasi masalah, pembatasan masalah dan
perumusan masalah dengan benar, akan didapatkan masalah riil, jelas, spesifik,
dan layak untuk diteliti?
Dengan demikian, kesalahan tipe ketiga dapat diatasi dengan melakukan
kajian substantif masalah yang secara benar, dengan terlebih dahulu mencoba
mene mpatkan situasi problematis secara konseptual. Jangan terjadi meneliti suatu
aspek yang sebenarnya bukan masalah pada hakikinya, karena keadaan itu akan
membawa dampak negatif pada kegiatan selanjutnya. Justru karena itu, para
pembaca hendaknya betulbetul menyadari betapa pentingnya memilih masalah
yang sebenarnya dan menyadari pula apa substantif dari masalah (substantive
problem) yang ditemukan itu. Jangan terjadi merumuskan hi potesis secara benar,
menguji hipotesis secara benar, tetapi peneliti lupa bahwa masalah yang ditelitinya
tidak masalah yang sebenarnya. Beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam
perumusan dan penyusunan hipotesis secara benar (Yusuf, 2017):
1. Hipotesis hendaklah menyatakan hubungan dua variabel atau lebih.
Contoh: Variabel I kebodohan dan variabel II kemiskinan.
Sebelum peneliti menyatakan hubungan antarvariabel; dengan penalaran yang
jernih dan kuat peneliti menempatkan dahulu bagaimana hubungan di antara
variabel itu. Berdasarkan teori hendaklah diatur mana variabel memengaruhi
dan mana pula varia bel yang dipengaruhi. Apakah hubungan symetris atau
asymetris. Selanjutnya tunjukkan hubungan itu dalam hipotesis. Dari kedua
variabel itu dapat dirumuskan hipotesis:
a. Terdapat hubungan yang berarti antara kebodohan dan kemiskinan.
b. Makin bodoh seseorang makin miskin hidupnya.
2. Variabel dalam hipotesis harus jelas secara konseptual.
a. Kapan seseorang dikatakan miskin dan apa kriteria kemiskinan? Apakah
seorang pegawai negeri yang berpendidikan sarjana tetapi menerima
gaji di bawah Upah Minimum Ratarata (UMR) satu bulan dikatakan
miskin?
b. Apakah yang dimaksud dengan kebodohan? Apakah seseorang yang
tidak tamat SD dapat dikatakan bodoh, ataukah seseorang yang tidak
pandai tulis baca, ataukah seseorang yang tidak dapat menampilkan
dirinya sesuai dengan adanya dalam masyarakat dikatakan bodoh?
c. Bagaimana hubungan antara kemiskinan dan kebodohan?
3. Dapat diuji secara empiris
Setiap hipotesis yang disusun, bagaimanapun juga bentuknya hendaklah
didukung oleh data di lapangan. Karena setiap hipotesis membutuhkan data
8
untuk pembuktiannya. Hal itu hanya mungkin kalau datanya cukup tersedia di
lapangan dan dapat dikumpulkan dengan mudah.
Contoh yang kurang benar:
a. Semakin kaya seorang siswa, semakin berhasil dalam memahami
pelajaran
b. Terdapat hubungan yang berarti antara lulusan sarjana dan
keberhasilan dalam meraih cita-cita.
4. Hipotesis hendaklah spesifik.
Dalam hal ini, yang dimaksudkan dengan spesifik adalah aspek yang akan
dibuktikan. Dari suatu masalah yang sudah dibatasi perlu lagi dirumuskan
menjadi berbagai subaspek sehingga lebih spesifik dan dapat diukur atau
dimanipulasi. Contoh: Antara latihan kerja dan keterampilan. Latihan kerja ini
apakah jenis latihan, periode latihan, atau frekuensi latihan, proses latihan;
sedangkan aspek keterampilan: jenis dan jumlah keterampilan, kualitas
keterampilan atau sikap dalam melakukan sesuatu.
5. Hipotesis yang disusun hendaklah dapat dibuktikan dengan teknik yang
tersedia. Pengujian kebenaran hanya dapat dilakukan apabila didukung oleh
data yang akurat dan teknik yang tepat serta cara yang benar. Keanekaragaman
hipotesis yang dirumuskan hendaklah selalu berpijak pada landasan
pembuktian yang be nar. Walaupun sekarang telah banyak teknik analisis
dengan menggunakan ru musrumus statistik melalui program komputer,
seperti SPSS, SAS, dan Micro stat, namun keterbatasan pemahaman dan
kemampuan dalam membaca hasil program komputer perlu pula
dipertimbangkan dengan baik, sehingga tidak menimbulkan salah interpretasi.
6. Hipotesis hendaklah bersumber dari atau dihubungkan dengan teori. Seperti
telah disinggung pada awal bagian hipotesis ini, bahwa untuk dapat me
rumuskan hipotesis yang tepat mulailah dari konsep yang telah ada dalam kha
zanah ilmu pengetahuan; baik untuk menguji, menerangkan, membuktikan,
menerangkan kembali, atau menemukan sesuatu yang baru. Kalau dilihat da ri
esensinya, hipotesis adalah dugaan sementara, sedangkan ilmu adalah
kebe naran (keilmuan) yang telah dibuktikan dan diakui masyarakat ilmiah.
Justru karena itu, wajar untuk dapat membuat landasan yang kuat dalam me
nyu sun hipotesis. Mulailah dari dasar yang kukuh yaitu teori yang sudah ada.
Suatu ke tika kebenaran keilmuan perlu lagi dikaji ulang dan dibuktikan lagi
kebenaran nya, seperti ilmu pengetahuan tentang peredaran Matahari
mengitari Bumi yang dikemukakan Ptolemy, ternyata kemudian dibatalkan oleh
Galileo setelah ia me nemukan alat teropong bintang untuk membuktikan
kebenaran bahwa Bumi yang mengitari Matahari bukan sebaliknya
Jenis-jenis Hipotesis
Pada umumnya hipotesis dirumuskan untuk menggambarkan hubungan dua
variabel akibat. Namun demikian, ada hipotesis yang menggambarkan perbandingan
satu variabel dari dua sampel, misaln membandingkan perasaan takut antara penduduk
tepi pantai dan penduduk pegunungan terhadap gelombang laut. Hipotesis merupakan
suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam penelitian. Oleh karena itulah
maka dari peneliti dituntu kemampuannya untuk dapat merumuskan hipotesis ini
dengan jelas. Seorang ahli bernama Borg yang dibantu oleh temannya (Gall, 1967)
mengajukan adanya persyaratan untuk hipotesis sebagai berikut:
1. Hipotesis kerja, atau disebut dengan hipotesis alternatif, disingkat Ha. Hipotesis
kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya
perbedaan antara dua kelompok.
Rumusan hipotesis kerja:
a. Jika ……………………… maka ……………………….
Contoh: Jika orang giat bekerja, maka ia akan sukses.
b. Ada Perbedaan antara ………… dan …………………
Contoh: Ada perbedaan antara orang yang berpendidikan tinggi dan
rendah dalam cara berpakaian.
c. Ada Pengaruh ………… terhadap …………………
Contoh: Ada pengaruh motivasi kerja terhadap budaya organisasi kerja.
2. Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho. Hipotesis nol sering juga disebut
hipotesis statistik, karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat
statistik, yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Hipotesis nol menyatakan
tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh
variabel X terhadap variabel Y. Pemberian nama "hipotesis nol" atau "hipotesis
nihil dapat dimengerti dengan mudah karena tidak ada perbedaan antara dua
variabel. Dengan kata lain, selisih variabel pertama dengan variabel kedua
adalah nol atau nihil.
Rumusan hipotesis nol:
a. Tidak ada perbedaan antara ……………………… dengan ……………………….
Contoh: Tidak ada perbedaan antara orang desa dan orang kota
dengan disiplin belajar.
b. Tidak ada pengaruh ………… terhadap …………………
Contoh: Tidak ada pengaruh antara mahasiswa usia 40 tahunan
terhadap kehadiran perkuliahan.
Dalam pembuktian, hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi Ho, agar
peneliti tidak mempunyai prasangka. Jadi, peneliti diharapkan jujur, tidak
terpengaruh pernyataan Ha. Kemudian dikembangkan lagi ke Ha pada rumusan
akhir pengetesan hipotesis.
Hipotesis disusun berdasarkan rumusan permasalahan yang dibangun.
Dengan demikian maka pengelompokan jenis rumusan masalah menentukan
jenis hipotesis yang disusun. Berdasar rumusan masalah yang dibahas (Fauzi &
dkk, 2022) mengemukakan tiga jenis hipotesis yaitu:
1. Hipotesis Deskriptif, merupakan hipotesis untuk menjawab permasalahan-
permasalahan deskriptif dan biasanya berkenaan dengan variabel mandiri,
contoh:
H0 :Tidak adanya kecenderungan masyarakat di desa untuk memilih
melanjutkan sekolah di sekolah negeri atau sekolah swasta.
10
Ha : Adanya kecenderungan masyarakat di desa di desa untuk memilih
melanjutkan sekolah di sekolah negeri atau sekolah swasta.
2. Hipotesis Komparatif, melibatkan minimal dua lokus yang berbeda.
Rumuasan masalah komparatif memiliki populasi atau sampel yang berbeda,
waktu penelitian yang berbeda, atau tempat yang berbeda. Komparatif
dapat dilakukan dengan variabel yang beda atau sama dengan hipotesis
deskriptif.
a. Komparatif Berpasangan (Dependent; Paired), yang dimaksudkan disini
adalah Apabila data berasal dari Individu /Subyek/Sampel yang sama,
Contoh:
H0 : Tidak terdapat perbedaan berat badan siswa kelas 6 antara sebelum
dan sesudah Ujian Sekolah (US).
Ha : Terdapat perbedaan berat badan siswa kelas 6 antara sebelum dan
sesudah Ujian sekolah (US).
b. Komparatif Tidak Berpasangan (Independent; Unpaired), Tidak
Berpasangan yang dimaksud adalah Apabila data berasal dari
Individu/Subyek yang berbeda., Contoh:
H0 : Tidak terdapat perbedaan tepat waktu masuk sekolah antara siswa
di daerah perkotaan dengan siswa di daerah pedesaan.
Ha : Terdapat perbedaan tepat waktu masuk sekolah antara siswa di
daerah perkotaan dengan siswa di daerah pedesaan.
3. Hipotesis Asosiatif, menjelaskan asosiasi antara dua variabel atau lebih.
Asosiasi diartikan sebagai hubungan diantara dua variabel atau lebih.
Hubungan antar variabel dapat terjadi secara simetris dimana masing-
masing variabel memiliki derajat kasta yang sama atau asimetris dimana
masing-masing variabel derajatnya tidak sama, contoh:
H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan
masyarakat tentang sex education.
Ha : Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan
masyarakat tentang sex education.
Cara Menguji Hipotesis
Pengujian hipotesis adalah pembuktian pernyataan hipotesis dengan tujuan
memutuskan sesuai kriteria hipotesis tersebut. Oleh sebab hipotesis bersifat sementara
sampai dilakukan pengujian maka pernyataan hipotesis bisa benar atau salah. Ujian
yang dilakukan adalah dengan menganalisis dengan metode statistik dari data yang
diperoleh. Dengan menggunakan metode statistik maka penyimpulan dapat dilakukan.
Ketentuan yang umum disepakati dalam uji hipotesis adalah:
1. Jika nilai statistik yang diperoleh memiliki perbedaan cukup besar dengan nilai
hipotesis maka hal itu berarti hipotesis ditolak.
2. Jika nilai statistik yang diperoleh memiliki perbedaan yang tidak besar dengan nilai
hipotesis maka hal itu berarti hipotesis gagal ditolak.
11
Ada dua jenis pengujian statistik yaitu parametrik dan non parametrik.
Pengujian parametrik digunakan apabila data yang mendukung pengujian merupakan
data parametrik (interval dan rasio) sementara pengujian non parametrik digunakan
untuk data non parametrik (nominal dan ordinal). Berbagai alat uji dapat digunakan
untuk pembuktian hipotesis tersebut, seperti yang disajikan oleh Cooper & Schindler
dalam (Fauzi & dkk, 2022) sebagai berikut:
12
2. Menetukan Nilai α (alpha) dan β (beta)
Benar dan tidaknya hipotesis tidak ada hubungannya dengan terbukti dan
tidaknya hipotesis tersebut. Seorang peneliti mungkin merumuskan hipotesis yang
isinya benar, tetapi setelah data terkumpul dan dianalisis ternyata hipotesis
tersebut ditolak, atau tidak terbukti. Sebaliknya mungkin seorang peneliti
merumuskan sebuah hipotesis yang salah, tetapi setelah dicocokkan dengan
datanya, hipotesis yang salah tersebut terbukti. Dalam hal lain dapat terjadi
perumusan hipotesisnya benar tetapi ada kesalahan dalam penarikan kesimpulan.
Kesalahan penarikan kesimpulan tersebut barangkali disebabkan karena kesalahan
sampel, kesalahan perhitungan ada pada variabel lain yang mengubah hubungan
antara variabel belajar dan variabel prestasi yang pada saat pengujian hipotesis ikut
berperan.
13
Daerah kritik merupakan daerah penolakan hipotesis (hipotesis nihil)
dan disebut daerah signifikansi. Sebaliknya daerah yang terletak di antara dua
daerah kritis, yang tidak diarsir, dinamakan daerah penerimaan hipotesis, atau
daerah non-signifikansi.
3. Menetukan Teknik Uji Statistik yang Tepat
Sebelum memilih metode statistik yang sesuai, maka perlu dilakukan uji
kesesuaian distribusi, yang bertujuan untuk mengidentifikasi jenis distribusi statistik
pada data, misalnya uji normalitas. Bila hasil uji statistik menunjukkan distribusi
normal, maka uji statistik yang cocok adalah uji statistik parametrik. Sedangkan jika
data menunjukkan tidak terdistribusi normal, maka uji statistik menggunakan
statistik non parametrik. Adapun langkah-langkah lebih jelas yang harus dilakukan
adalah:
a. Menentukan Skala Pengukuran Data: Kategorik & Numerik
b. Menentukan Jenis Hipotesis: Komparatif – Korelatif
c. Menentukan Data dari Sampel Berpasangan atau Tidak Berpasangan
d. Menentukan Jumlah Kelompok Sampel: 2 Kelompok – Lebih 2 dari Kelompok.
e. Identifikasi Persyaratan Uji Parametrik dan Non Parametrik
4. Menetukan Kesimpulan atau Interpretasi Hasil Uji Hipotesis
Untuk menarik kesimpulan atau memberikan interpretasi terhadap hasil Uji
Statistik atau Uji Hipotesis, dapat dilakukan dengan menggunakan Pedoman
sebagai berikut:
a. Membandingkan nilai ‘t’ hitung dengan nilai ‘t’ tabel.
Bila nilai ‘t’ hitung Lebih Besar dari nilai ‘t’ pada tabel, maka berarti H0
ditolak dan Ha diterima.
Dan sebaliknya.
b. Membandingkan Harga Signifikansi (p).
Bila harag ‘p’ < 0.05 ; berarti H0 ditolak dan Ha diterima.
Dan sebaliknya.
14
KESIMPULAN
Hipotesis penelitian merupakan dugaan/pendapat dalam penelitian yang
sifatnya masih lemah dan perlu diuji. Pengujian di sini bukan bertujuan membuktikan
kebenaran hipotesis namun menentukan apakah menolak atau menerima hipotesis.
Terdapat berbagai jenis hipotesis yang terbagi berdasarkan arah kesimpulan, jumlah
variabel, arah/tujuan penelitian, hubungan antar variabel, dan jenis parameternya.
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus diuji. Pengujian itu bertujuan
untuk membuktikan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Hipotesis berfungsi sebagai
kerangka kerja bagi peneliti, memberi arah kerja, dan mempermudah dalam
penyusunan laporan penelitian.
Ada 2 macam hipotesis, yaitu hipotesis kerja, yang juga disebut hipotesis
alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho) (hipotesis nihil) yang juga disebut hipotesis
statistik.Tahap-tahap untuk melakukan uji hipotesa antara lain: (1) menentukan
formulasi hipotesis; (2) Menetukan Nilai α (alpha) dan β (beta) ; (3) Menetukan Teknik
Uji Statistik yang Tepat; (4) Menetukan Kesimpulan atau Interpretasi Hasil Uji Hipotesis;
dan (5) membuat kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2020). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.
Fauzi, A., & dkk. (2022). Metodologi Penelitian. In Suparyanto dan Rosad (2015.
Fraenkel, J. R., & Wallen, N. E. (1993). How to Design and Evaluate Research in
Education. McGraw Hill-Inc.
Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Hardani, dkk. (2020). Buku Metode Penelitian Kualitatif dan Kualitatif. In
Repository.Uinsu.Ac.Id (Issue April).
Kerlinger. (1973). Foundation of Rehavioral Research. Winston-Inc.
Kuncoro, M. (2013). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi.
Nachmias. (1981). Research Methods in Social Science. S. Martin Press.
Setyawan, D. A. (2014). Hipotesis (Handout Metodologi Penelitian). Kementrian
Kesehatan RI, 1–14.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Yusuf, A. M. (2017). Metodologi Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif & Gabungan.
Kencana.
15