PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan penerapan metode ilmiah dalam
kegiatan keilmuan. Penelitian merupakan kegiatan mengji hipotesis, yaitu menguji
kecocokan antara teori dengan fakta empirik di dunia nyata.
Hipotesis merupakan dugaan yang mungkin benar atau mungkin saja salah.
Hipotesis akan ditolak jika salah atau palsu dan akan diterima jika fakta-fakta
membenarkannya. Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara
sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan
merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi.
1
2
dengan kejadian yang tengah kita hadapi, dan dalam ranah penelitian dugan-dugan ini
sering disebut dengan hipotesis. Untuk itu agar lebih memahami tentang hipotesis dan
kegunaanya maka pada Bab Pembahasan ini akan diulas lebih dalam lagi mengenai
hipotesis.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa pengertian Hipotesis
2. Untuk mengetahui Apa tujuan dan kegunaan hipotesis
3. Untuk mengetahui Bagaimana ciri-ciri hipotesis
4. Untuk mengetahui Apa saja jenis-jenis hipotesis
5. Untuk mengetahui Apa saja syarat-syarat hipoesis
6. Untuk mengetahui Bagaimana merumuskan dan menggali hipotesis
7. Untuk mengetahui Bagaimana menguji hipotesis
8. Untuk mengetahui Bagaiman tahap-tahap pembentukan hipotesis secara
umum
3
Hipotesis berasal dari bahasa yunani ; hypo yang artinya di bawah, thesis
artinya pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian. Artinya, hipotesa merupakan
sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti
kaidah & kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti dan terarah. Dalam penggunaannya
sehari-hari, hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis, tidak ada perbedaan
makna di dalamnya. Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap
masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data.
Oleh karena itu, setiap penelitian yang dilakukan memiliki suatu hipotesis
atau jawaban sementara terhadap penelitian yang akan dilakukan. Dari hipotesis
tersebut akan dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan apakah hipotesis
tersebut benar adanya atau tidak benar. Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah
penelitian yang menggunakan pendekatankuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak
dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya
hipotesis, tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif. Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap
masalah yangakan diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul
tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis,
peneliti dapat saja dengansengaja menimbulkan atau menciptakan suatu gejala
"esengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji
kebenarannya disebut teori.
5
6
Sementara itu hipotesis kerja baru terus menerus diusahakan agar dapat
ditemukan.
Berikut ini beberapa penjelasan mengenai Hipotesis yang baik :
a. Hipotesis harus menduga Hubungan diantara beberapa variabel.
Hipotesis harus dapat menduga hubungan antara dua variabel atau lebih, disini
harus dianalisis variabel-variabel yang dianggap turut mempengaruhi gejala-
gejala tertentu dan kemudian diselidiki sampai dimana perubahan dalam
variabel yang satu membawa perubahan pada variabel yang lain.
b. Hipotesis harus Dapat Diuji.
Hipotesis harus dapat di uji untuk dapat menerima atau menolaknya, hal ini
dapat dilakukan dengan mengumpulkan data-data empiris.
c. Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuan
8
Hipotesis yang telah terencana dengan baik akan memberikan arah dan
mengemukakan penjelasan-penjelasan. Karena hipotesis itu dapat diuji dan divalidasi
(diuji keshahihannya) melalui penyelidikan ilmiah, maka hipotesis dapat membantu
kita memperluas pengetahuan.
dapat diuji. Misalnya, orang tidak akan menguji pertanyaan “Apakah komentar guru
terhadap pekerjaan murid menyebabkan peningkatan hasil belajar secara nyata?”
Akan tetapi orang dapat menguji hipotesis yang tersirat dalam pertanyaan tersebut:
“Komentar guru terhadap hasil pekerjaan murid menyebabkan meningkatnya hasil
belajar hasil belajar murid secara nyata”. Atau yang lebih spesifik lagi, “Skor hasil
belajar siswa yang menerima komentar guru atas pekerjaan mereka sebelumnya akan
lebih tinggi daripada skor siswa yang tidak menerima komentar guru atas pekerjaan
mereka sebelumnya”. Selanjutnya orang dapat meneliti hubungan antara kedua
variabel itu, yaitu komentar guru dan prestasi siswa.
Fakta-fakta yang harus dipilih dan diamati adalah fakta yang ada
hubungannya dengan pertanyaan tertentu. Hipotesislah yang menentukan relevansi
fakta-fakta itu. Hipotesis dapat memberikan dasar bagi pemilihan sampel serta
prosedur penelitian yang harus dipakai. Hipotesis juga dapat menunjukkan analisis
statistik yang diperlukan agar ruang lingkup studi tersebut tetap terbatas, dengan
mencegahnya menjadi terlalu sarat. Sebagai contoh, lihatlah kembali hipotesis
tentang latihan prasekolah anak-anak kelas satu yang mengalami hambatan kultural.
Hipotesis itu menunjukkan metode penelitian yang diperlukan serta sampel yang
harus dipakai. Hipotesis itu pun bahkan menuntun peneliti kepada tes statistik yang
mungkin diperlukan untuk menganalisis data. Dari pernyataan hipotesis itu, jelas
bahwa peneliti harus melakukan eksperimen yang membandingkan hasil belajar di
kelas satu dari sampel siswa yang mengalami hambatan kultural dan telah mengalami
program prasekolah dengan sekelompok anak serupa yang tidak mengalami program
11
prasekolah. Setiap perbedaan hasil belajar rata-rata kedua kelompok tersebut dapat
dianalisis dengan tes atau teknik analisis variansi, agar dapat diketahui
signifikansinya menurut statistik.
Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar.
Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian. Meskipun
hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional, jika hipotesis tersebut masih
abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, melainkan juga sukar diuji
secara nyata. Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar,
sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
Untuk menilai kelayakan hipotesis, ada beberapa kriteria atau ciri hipotesis
yang baik yang dapat dijadikan acuan penilaian Kriteria atau ciri hipotesis yang baik
menurut Furchan (2004: 121-129) yaitu:
Menurut Nazir (2005: 152) hipotesis yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut: harus menyatakan hubungan, harus sesuai dengan fakta, harus berhubungan
dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuhnya ilmu pengetahuan, harus dapat diuji,
harus sederhana, harus bisa menerangkan fakta.
Hipotesis harus dapat diuji, baik dengan nalar dan kekuatan memberi
alasan ataupun dengan menggunakan alat- alat statistika.Alasan yang
diberikan biasanya bersifat deduktif. Sehubungan dengan ini, maka supaya dapat
diuji, hipotesis harus spesifik. Pernyataan hubungan antar variabel yang terlalu
umum biasanya akan memperoleh banyak kesulitan dalam pengujian kelak.
Prosedur induktif merupakan sumber hipotesis yang sangat berguna bagi para
guru kelas, karena dapat mengamati tingkah laku siswa setiap hari dan mencoba
16
b. Hipotesis deduktif
hipotesis, maka hasil penelitian tersebut kemudian dapat di masukkan ke dalam teori.
Proses ini berfungsi sebagai tehnik untuk menguji kemampuan suatu teori.
a. Hipotesis Deskriptif
Menurut Sugiyono (2001: 83) hipotesis deskriptif adalah dugaan tentang nilai
suatu variabel mandiri, tidak membuat perbandingan atau hubungan. Sebagai contoh,
bila rumusan masalah penelitian sebagai berikut ini, maka hipotesis (jawaban
sementara) yang dirumuskan adalah hipotesis deskriptif yaitu :
Dari tiga pernyataan tersebut antara lain dapat dirumuskan hipotesis seperti
berikut:
sehingga dapat dibuat keputusan yang tegas, yaitu kalau Ho ditolak pasti alternatifnya
diterima. Hipotesis statistik dinyatakan melalui simbol-simbol. Hipotesis statistik
dirumuskan dengan simbol-simbol statistik, dan antara hipotesis nol (Ho) dan
alternatif selalu dipasangkan. Dengan dipasangkan itu maka dapat dibuat keputusan
yang tegas, mana yang diterima dan mana yang ditolak.
Ha : µ1 ≠ µ2 - Ho : µ1 ≥ µ2 Ha : µ1 < µ2 - Ho : µ1 ≤ µ2 Ha : µ1 > µ2
b. Tidak terdapat perbedaan (persamaan) produktivitas kerja antara golongan I, II, III.
- Ho : µ1 = µ2 = µ3 Ha : µ1 ≠ µ2 = µ3 (salah satu berbeda sudah merupakan Ha)
Dalam hal ini harga µ (mu) dapat merupakan rata-rata sampel, simpangan baku,
varians dan proporsi.
d. Menentukan statistik uji, yaitu menentukan statistik atau rumus yang akan
digunakan untuk menguji hipotesis.
3. Menerapkan metode ini serta mengumpulkan data yang dapat dianalisis untuk
menunjukkan apakah hipotesis tersebut didukung oleh data atau tidak.
tersebut memberikan alasan kepada kita untuk menerima hipotesis, dan hipotesis
adalah konsekuensi logis dari bukti yang diperoleh. Untuk menguji hipotesis
diperlukan data atau fakta-fakta. Kerangka pengujian harus ditetapkan terlebih
dahulu sebelum si peneliti mengumpulkan data. Pengujian hipotesis memerlukan
pengetahuan yang luas mengenai teori, kerangka teori, penguasaan penggunaan
teori secara logis, statistik, dan teknik-teknik pengujian.
Cara pengujian hipotesis bergantung dari metode dan disain penelitian yang
digunakan. Yang penting disadari adalah hipotesis harus diuji dan dievaluasikan.
Apakah hipotesis tersebut cocok dengan fakta atau dengan logika? Ilmuwan tidak
akan mengakui validitas ilmu pengetahuan jika validitas tidak diuji secara
menyeluruh. Satu kesalahan besar telah dilakukan jika dipikirkan bahwa hipotesis
adalah fakta, walau bagaimanapun baiknya kita memformulasikan hipotesis
tersebut.
Secara umum hipotesis dapat diuji denga dua cara, yaitu mencocokkan
dengan fakta, atau dengan mempelajari konsistensi logis. Dalam menguji
hipotesis dengan mencocokkan fakta, maka diperlukan percobaan-percobaan
untuk memperoleh data. Data tersebut kemudian kita nilai untuk mengetahui
apakah hipotesis tersebut cocok dengan fakta tersebut atau tidak. Cara ini biasa
dikerjakan dengan menggunakan disain percobaan. Jika hipotesis diuji dengan
konsistensi logis, maka si peneliti memilih suatu desain di mana logika dapat
digunakan, untuk menerima atau menolak hipotesis. Cara ini sering digunakan
dalam menguji hipotesis pada penelitian yang menggunakan metode
noneksperimental seperti metode deskriptif, metode sejarah, dan sebagainya.
penelitian berpindah dari satu situasi ke situasi yang lain, tugasnya menguraikan dan
menafsirkan akibat yang baru. Hal itu dilakukan dalam kerangka kenaikan yang
ditemukan dalam setiap situasi yang baru. Generalisasi barulah datang kemudian. Jika
kita memberikan bobot yang tepat terhadap kondisi setempat, generalisasi apa pun
yang ditarik merupakan hipotesis kerja bukanlah kesimpulan.
Kondisi setempat membuat seseorang sukar sekali mengadakan generalisasi.
Masalahnya terletak senantiasa pada adanya perbedaan dalam konteks dari satu
situasi ke situasi lainnya, bahkan pada satu situasi pun terjadi perbedaan sepanjang
masa. Jadi, bagaimanakah seseorang mengatakan bahwa satu hipotesis kerja yang
dikembangkan pada konteks A dapat diaplikasikan pada konteks B?. Menurut Lincoln
dan Guba (1985:123-125) hal itu dapat dicapai melalui penerapan criteria empiris dan
strategis deskripsi suatu situasi. Kriteria tersebut adalah dapatnya ditransfer dan
kesamaan (simillarity) antara dua konteks yang dinamakan kecocokan (fittingness).
Kecocokan didefinisikan sebagai derajat kesesuaian antara konteks pengirim dan
penerima. Jika konteks A dan konteks B secukupnya sesuai (congruence), maka
hipotesis kerja konteks pengirim sebelumnya dapat diaplikasikan pada konteks
penerima.
Sewaktu memanfaatkan generalisasi dalam bentuk hipotesis kerja tersebut,
tetap ada persoalan yang dihadapi ditinjau dari segi paradigma alamiah. Seorang
peneliti tidaklah cukup apabila hanya mengasumsikan bahwa kedua konteks, baik
pengirim maupun penerima, itu sama. Hal demikian lazim dilakukan dalam penelitian
konvensional, yaitu menggeneralisasikan suatu konsep dengan jalan mengasumsikan
bahwa konteks teresebut berasal dari konteks sampel yang representative, kemudian
digeneralisasikan pada populasi yang diasumsikan memiliki cirri-ciri yang sama.
Dari segi penelitian kualitatif hal demikian belumlah cukup. Peneliti yang
ingin membuat keputusan tentang dapatnya dialihkan hal tersebut, jelas masih
bergantung pada kriteria kecocokannya. Untuk itu seseorang memerlukan informasi
tentang kedua konteks teresebut agar keputusan yang dibuat benar-benar terjamin.
Peneliti sangat perlu menyediakan informasi yang cukup sebagai dasar membuat
29
keputusan. Informasi ini dinamakan uraian rinci. Menyusun uraian rinci merupakan
strategi suatu situasi.
Menyusun uraian rinci pada dasarnya bergantung pada focus konteks. Uraian
tersebut hendaknya memaparkan secara khusus segala sesuatu yang perlu diketahui
oleh pembaca agar ia dapat memahami penemuan-penemuan.
yang memutuskan apakah menunjang atau tidak menunjang hipotesis kerja tertentu.
Sehubungan dengan itu, seyogianya peneliti tidak menyewakan pekerjaan analisis
data ini pada orang lain, tidak peduli apakah dia ahli ataupun berpengalaman.
Pekerjaan mencari dan menemukan data yang menunjang atau tidak
menunjang hipotesis kerja pada dasarnya memerlukan seperangkat kriteria tertentu.
Kriteria ini perlu didasarkan atas pengalaman, pengetahuan, atau teori tertentu
sehingga akan sangat membantu pekerjaan ini. Kriteria itu dapat ditetapkan secara
kasar sementara data sudah mulai masuk dan ditetepkan pada saat mengadakan
peemberian kode pada data. Menyusun hipotesis kerja, Hal ini dilakukan dengan jalan
merumuskan suatu pernyataan yang proposional, hipotesis kerja ini sudah merupakan
teori substantive (yaitu teori yang berasal dan masih terkait dengan data).
Hipotesis kerja itu hendaknya terkait dan sekaligus menjawab pertanyaan
penelitian. Secara garis besar analisis data menurut metode perbandingan tetap adalah
sebagai yang dikemukakan tersebut di atas.
2.11 Penelitian Tanpa Hipotesis
a. Hipotesis Deskriptif
Contoh:
Seorang peneliti ingin mengetahui apakah bakso di restoran Bakso Idola Malang
mengandung boraks atau tidak. Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah
seperti berikut: Apakah bakso di restoran Bakso Idola Malang mengandung boraks?
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel tunggal yakni
bakso di restoran Bakso Idola Malang, maka hipotesis yang digunakan adalah
hipotesis deskriptif. Ada dua pilihan hipotesis yang dapat dibuat oleh peneliti sesuai
dengan dasar teori yang ia gunakan, yakni:
Contoh:
Seorang peneliti hendak mengetahui bagaimana sikap loyal antara pendukung club
sepakbola Manchester United jika dibandingkan dengan sikap loyal pendukung club
sepakbola Chelsea. Apakah pendukung memiliki tingkat loyalitas yang sama ataukah
berbeda. Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti berikut: Apakah
pendukung club sepakbola Manchester United dan Chelsea memiliki tingkat loyalitas
yang sama?
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel jamak. Variabel
pertama adalah loyalitas club sepakbola Manchester United, sedangkan variabel
kedua adalah loyalitas club sepakbola Chelsea. Karena rumusan masalah
mempertanyakan perihal perbandingan antara dua variabel, maka hipotesis yang
digunakan adalah hipotesis komparatif. Ada dua pilihan hipotesis yang dapat dibuat
oleh peneliti sesuai dengan dasar teori yang ia gunakan, yakni:
Ho: Pendukung club Manchester United memiliki tingkat loyalitas yang sama
dengan pendukung club Chelsea
H1: Pendukung club Manchester United memiliki tingkat loyalitas yang tidak
sama (berbeda) dengan pendukung club Chelsea
c. Hipotesis Asosisatif
Contoh:
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel jamak. Variabel
pertama adalah sinetron berjudul “Anak Jalanan”, sedangkan variabel kedua adalah
gaya remaja laki-laki dalam mengendarai motor. Karena rumusan masalah
mempertanyakan perihal hubungan antara dua variabel, maka hipotesis yang
digunakan adalah hipotesis asosiatif. Ada dua pilihan hipotesis yang dapat dibuat oleh
peneliti sesuai dengan dasar teori yang ia gunakan, yakni:
3.2 Saran
Makalah ini masih dalam pengembangan dan jauh dari sempurna, oleh karena
itu dalam pengembangannya dibutuhkan saran dan kritik untuk perkembangan
makalah ini agar dapat lebih baik lagi, dan bisa bermanfaat bagi kami dan orang lain.
35
36
Daftar Pustaka
https://helmyluthfi.files.wordpress.com/2017/04/pertemuan-7-hipotesis-penelitian.pdf
https://www.academia.edu/14956100/Makalah_Hipotesis_Penelitian
http://elidakusumastuti.blogspot.com/2014/12/tugas-makalah-hipotesis-
penelitian.html
https://www.wawasanpendidikan.com/2015/10/teori-hipotesis-penelitian.html
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131808346/pendidikan/Makalah+Hipotesis.pdf