Anda di halaman 1dari 57

1

KONSEP DASAR METODOLOGI PENELITIAN A. Pengertian (Asal Kata ) Setelah mengetahui bahwa semua bidan perlu untuk melakukan penelitian dasar, dan merupakan bagian integral dalam praktek kebidanan, adalah diperlukan untuk mengembangkan suatu riset dan hubungannya dengan literatur lain. Ada banyak definisi riset. Yang paling dasar akan dikaji secara hatihati (Burns dan Grove, 1993, p. 3), tetapi kebanyakan definisi diperluas untuk menguraikan beberapa penjelasan seperti ditunjukkan berikut ini : o Metodologi : a. Metodos b. Logos : Cara : Ilmu

o Metodologi adalah ilmu tentang cara kerja untuk memahami phenomena alam di sekitar manusia. Riset (penelitian) adalah suatu usaha untuk meningkatkan pengetahuan didasarkan atas penemuan hubungan atau fakta baru melalui suatu proses penyelidikan ilmiah yang sistematis (Macleod Clark dan Hockey 1996, p. 4) Riset (penelitian) adalah suatu penyelidikan secara sistematis yang menggunakan metode ilmiah untuk menjawab pertanyaan atau memecahkan permasalahan (Polit dan Hungler 1997, p. 467) Penelitian (riset) adalah pemeriksaan secara sistematis dan tegas dengan menyelenggarakan pada suatu skala dan metode penggunaan yang setaraf dengan isu menyelidiki, dan merancang memimpin ke arah konstribusi ke pengetahuan generalizable Departemen Kesehatan 1993, p. 6) o Penelitian (Research / Riset ) : Upaya menemukan ilmu pengetahuan secara sistematis, ilmiah melalui pengkajian terhadap materi alam di sekitar manusia. Untuk kepentingan itu perlu dipahami Ilmi dan Pengetahuan, serta benda alam dan hakikatnya. Sebagaimana penelitian di bidang lain, penelitian kebidanan merupakan suatu way of thingking, yakni cara bagaimana menilai suatu fenomena

problematik dengan menggunakan teori yang ada, sehingga teridentifikasi dan terumuskan permasalahan utama yang dihadapi peneliti, bagaimana

mengembangkan dan merumuskan hipotesis yang relevan dalam rangka menjawab permasalahan tersebut, dan bagaimana suatu model rancangan penelitian dipilih dalam rangka pembuktian kebenaran hipotesis dan mencari jawaban yang akurat bagi permasalahan tersebut. B. Ilmu Pengetahuan dan Hakekatnya Ilmu adalah Segala sesuatu yang telah tercipta yang ada di sekitar manusia baik yang telah diketahui dan telah tersusun secara sistematis maupun belum diketahui. Pengetahuan adalah Ialah apa yang mampu diketahui dan dipahami oleh manusia dari ilmu yang ada di sekitarnya. Manusia diciptakan untuk menjadi khalifah dipermukaan bumi ini dalam kepentingan itu ia dibekali (diberikan kemampuan) untuk mengetahui/mengenal semua benda-benda alam termasuk menguasainya untuk Kesejahteraan ummat manusia dipermukaan bumi ini dan dihari kemudian. Manusia selalu berfikir dan selalu mencoba mengaitkan antara fakta atau fenomena dengan teori yang diketahuinya. C. Ilmu dan Penelitian Secara umum penelitian bertujuan untuk mengembangkan khasanah ilmu dengan memperoleh pengetahuan serta fakta baru, sehingga dapat disuse teori, konsep, hukum, kaidah atau metodologi yang baru, dan dapat diperoleh masalah baru yang kelak harus dipecahkan dengan penelitian pula. Ilmu (science) dan penelitian (research) tidak dapat dipisahkan. Ilmu tidak dapat berkembang tanpa penelitian, sebaliknya penelitian tidak akan ada bila tidak berada di dalam kerangka ilmu tertentu. Meskipun banyak definisi tentang ilmu dan penelitian, namun secara umum dapat dikatakan bahwa ilmu merupakan filosofi sedangkan penelitian merupakan suatu tindakan (action) yang akan berguna untuk membangun serta mengembangkan ilmu pengetahuan. Ilmu

pengetahuan merupakan akumulasi pengetahuan yang diperoleh dengan metode ilmiah, dengan menggunakan teori-teori yang ada. D. Berbagai Cara Memperoleh Ilmu Pengetahuan : Ilmu pengetahuan berawal pada kekaguman manusia akan alam yang dihadapinya, baik alam besar (macro cosmos), maupun alam kecil (micro cosmos). Manusia sebagai animal ration dibekali hasrat ingin tahu yang bersumber dari keinginan, karena ia dibekali dengan Pikiran (ratio), Perasaan (Feeling), dan Keinginan (Will). Sifat ingin tahu manusia telah dapat disaksikan sejak manusia masih kanak-kanak. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini apa?, itu apa? telah keluar dari mulut kanak-kanak. Kemudian timbul pertanyaan-pertanyaan mengapa begini?, mengapa begitu?, dan selanjutnya pertanyaan itu berkembang menjadi pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana hal itu terjadi?, bagaimana memecahkannya?, dan sebagainya. Bentuk-bentuk pertanyaan seperti di atas itu juga telah ditemukan sepanjang sejarah manusia. Manusia berusaha mencari jawaban atas berbagai pertanyaan itu; dari dorongan ingin tahu itulah manusia berusaha mendapatkan pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakannya. Di dalam sejarah perkembangan pikiran manusia ternyata yang dikejar itu esensinya adalah pengetahuan yang benar, atau secara singkat disebut kebenaran. Esensi obyek dari penelitian adalah fakta alam yang di dalamnya termasuk Mahluk terdiri dari Mahluk Hidup meliputi golongan Manusia, Hewan dan Tumbuhan serta benda mati, masing-masing dapat diklasifikasi berdasarkan jenisnya. Fakta alam menghasilkan 3 postulat ilmu : Postulat Pertama Benda empiris tertentu Mempunyai Sifat Kesamaan dan Perbedaan Satu Sama Lain Konsekuensi ]

o Benda alam dapat diklasifikasi lahir : Toxonomi o Konsep Perbandingan (Komparatif) berkembang kuantitatif. o Lahirah Konsep Pengukuran dan matematik Postulat Kedua] Benda dan kejadian empiris tidak berubah dalam keadaan dan jangka waktu tertentu Konsekuensi o Sifat Benda alam dan kejadiannya di sekitar manusia adalah relatif. o Perlu penelitian secara terus menerus o Konsekuensi lanjut muncul Research Postulat Ketiga Setiap gejala bukan merupakan kejadian yang bersifat kebetulan, Tetapi Mempunyai Hubungan Sebab Akibat dengan sifat tetap dengan urutan kejadian yang sama. Konsekuensinya : o Ilmu tidak menuntut Hubungan Mutlak tetapi bersifat Probabilitas o Tidak Selalu sebab mutlak menimbulkan akibat o Melahirkan ilmu Statistika Pertanyaan tentang sebab keberadaan atau terjadinya materi alam di sekitar manusia menghasilkan konsep penciptaan dengan keyakinan Agama dan Moral dalam penyelidikan pengetahuan positif, ini merupakan era konflik religi yang dimulai abad 17, dimana teori Kristen mulai dibantah dan disanggah dalam segala bentuknya. Doktrin Eropa Barat mengalami disintegrasi dimana penyelidikan Kualitatif dan

pengetahuan positif memasuki babak baru dan semangat baru dimana bidangbidang ilmu baru dibuka oleh Galileo yang merupakan pelopor ilmu pengetahuan modern dengan hanya berpegang pada yang obyektif saja, selain itu muncul

Copernicus yang menyimpulkan bahwa bumi dan planetnya mengelilingi matahari, sementara Kepler yang bergerak di bidang Astronomi. Penyelidikan di bidang pengetahuan positif terus berkembang antara lain terjadi perubahan cara berfikir yang sifatnya dogmatis ke cara berfikir rasionalisme dan empirisme dengan menggunakan logika deduktif bahwa ilmu pengetahuan dimulai dengan aksioma yang bersifat umum dan dianggap benar, kemudian dikembangkan menjadi kesimpulan yang spesifik dengan argumentasi yang kuat dimana tiap langkah Logik tidak bertentangan dengan aksioma yang dianggap benar. Selanjutnya timbul faham rasionalisme merupakan era penalaran yang dirintis oleh Plato bahwa memperoleh ilmu melalui penalaran, bahwa pengetahuan disusun secara konsisten dan kumulatif berdasarkan pengetahuan yang telah tersusun sebelumnya. Berikut faham empirisme dengan logika induktif dengan prinsip bahwa ilmu pengetahuan tidak akan memiliki hubungan dengan dunia nyata jika hanya dikembangkan berdasarkan penalaran akal, melainkan harus memiliki hubungan dengan dunia nyata melalui inferensi induktif temuantemuan empitik, bahwa suatu inferensi disebut induktif bila bertolak dari pengamatan-pengamatan pertukular/ tunggal, untuk dapat dibuat suatu

kesimpulan yang bersifat unifersal. Pertanyaan tentang bagaimana cara mengetahui tentang sesuatu yang tidak diketahui melahirkan teknik pengamatan, observasi dan penelitian. Hasrat ingin tahu manusia terpuaskan kalau ia memperoleh pengetahuan mengenai hal-hal yang dipertanyakannya. Dan pengetahuan yang diinginkannya adalah pengetahuan yang benar atau kebenaran memang secara inhaerent dapat dicapai manusia, dengan melalui pendekatan-pendekatan tertentu. 1. Pendekatan Tradisional / Non Ilmiah terdiri dari : Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum diketemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis seperti era saat ini.

Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain : a. Cara Coba-Salah (Trial and Error) merupakan cara memperoleh ilmu pengetahuan yang paling tradisional, cara yang telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum peradaban manusia. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahan masalah dilakukan dengan coba-coba saja. Dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua gagal pula, maka dicoba kembali dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan ke empat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. b. Cara Kekuasaan (Otoritas) Kebiasaan atau tradisi dilakukan tanpa penalaran, diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi pada masyarakat tradisional dan modern. Kebenaran mutlak dari suatu sumber secara otoritas misalnya pemimpin formal/non formal, ahli Agama, pemegang pemerintahan, ahli pengetahuan dsb. c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi Mengulangi kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang lain dapat pula menggunakan cara tersebut. Tetapi bila ia gagal, ia tidak dapat mengulangi cara tersebut, dan berusaha mencari cara lain, sehingga ia dapat berhasil memecahkannya. Misalnya seorang ibu inpartu yang mengalami persalinan macet dapat segera melahirkan setelah meminum air yang dicampur dengan minyak makan, akan mengulangi lagi cara itu pada waktu melahirkan

berikutnya. Bahkan orang tersebut mungkin akan menyebar luaskan pengetahuannya kepada para tetangganya. Sedangkan pengalaman orang lain menunjukkan bahwa orang yang mengalami persalinan macet apabila ia mendapatkan pengobatan secara medic atau teknologi secara professional. Karena itu semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dari pengalaman dengan benar. Namun untuk dapat menarik kesimpulan dari pengalaman dengan benar diperlukan cara berfikir kritis dan logis. d. Melalui Jalan Pikiran (Penalaran) 1) Cara berfikir Induksi : Proses penarikan kesimpulan yang bersifat umum, atau bertitik tolak khusus ke pernyataan yang bersifat umum, atau bertitik tolak dari pengetahuan atau fakta-fakta yang bersifat khusus atau individual kemudian diambil kesimpulan yang bersifat umum. Cara berfikir induktif itu disebut juga faham empiris. Dari kesi,pengalaman yang ditangkap oleh indra disimpulkan dalam suatu konsep untuk memahami gejala Induksi sempurna : Indektifikasi kesamaan seluruh subyek yang menjadi anggota subyek. Seperti dicontohkan semua anak yang lahir premature, perkembangannya lambat. Induksi Tak Sempurna : Bagian dari keseluruhan subyek yang menjadi sampel : Indonesia Negara Berkembang IMR tinggi India Negara Berkembang IMR tinggi Tanzania Negara berkembang IMR tinggi Semua Negara Berkembang IMR nya tinggi

Adalah hasil penelitian yang telah diungkapkan dan diterangkan melalui metode ilmiah, disertai dengan bukti-bukti empiris atau yang dapat diterima akal sehat Common Sinse

2) Cara Deduksi : Pembuatan kesimpulan dari pernyataan yang bersifat umum ke pernyataan yang lebih khusus. Cara berfikir Silogisme (Aristoteles, 384-322 SM), adalah suatu bentuk deduksi yang memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai kesimpulan yang lebih baik. Di dalam proses berfikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga pada semua peristiwa yang terjadi pada kelas itu. Hal itu menghasilkan tiga pernyataan : o Premis mayor : pernyataan bersifat umu : Semua anak yang status gizinya baik cerdas. o Premis Minor : Pernyataan lebih khusus : Ruli Status gizinya baik o Konklusi (konsekuen) : pernyataan merupakan kesimpulan seperti yang dicontohkan : Semua anak yang status gizinya baik, cerdas (premis mayor), Ruli status gizinya baik (Premis minor). Jadi Ruli adalah anak yang cerdas (konklusi). Silogisme dibagi menjadi dua macam, yakni silogisme kategoris yakni proses berfikir, dengan melakukan penyelidikan identitas (kesamaan) atau diversitas (perbedaan) dua konsep obyektif, dengan membandingkannya ketiga konsep secara berturut-turut. Contohnya : Semua wanita yang hamil mengalami anemia Si A sedang hamil saat ini, maka si A anemia Silogisme hipotesis adalah silogisme dimana premis mayornya merupakan pernyataan hipotesis, dan premis minornya mengakui atau menolak salah satu atau bagian dari premis mayor tersebut. Karena itu silogisme hipotesis terdiri dari tiga macam, yakni silogisme kondisional, silogisme disjunctive (pemisahan), dan silogisme konjunctive (penghubung).

Silogisme kondisional adalah silogisme, dimana premis mayornya berbentuk suatu keputusan bersyarat, yang dirumuskan dengan katakata : jika, apabila atau maka. Contoh : Apabila Minah pada saat hamil mendapatkan vaksinasi Tetanus Toksoid (TT), anaknya tidak akan mengalami tetanus pada masa neonatal. Bayi Minah ketika lahir tidak mengalami penyakit tetanus neonatorium jadi Minah telah mendapatkan vaksinasi TT. Silogisme pemisahan ialah silogisme, dimana premis mayornya berbentuk hipotesis yang bersifat memisahkan. Contoh : Didi atau Dudung yang kekurangan gizi, Didi berat badannya normal, jadi Dudung kekurangan gizi. Sedangkan silogisme penghubung adalah silogisme yang premis mayornya berbentuk pernyataan yang menghubungkan. Contoh : Tidak mungkin ibu hamil yang gizinya baik menderita anemia. Ibu Ani hamil, gizinya baik, Jadi Ibu Ani tidak menderita anemia. 2. Cara Modern : Cara baru atau cara modern dalam memperoleh ilmu pengetahuan secara sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini juga disebut Metode penelitian ilmiah atau lebih populernya disebut dengan metodologi penelitian, cara yang mula-mula dikembangkan oleh : Francis Bacon (1561-1626) mengembangkan metode berfikir Induktif yakni mengadakan pengamatan langsungterhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasil pengamatannya dikumpulkan dan diklasifikasikan, dan akhirnya diambil kesimpulan umum. Metode ini dilanjutkan oleh Deobold van Dallen. Ia mengatakan bahwa memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung

10

dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya. Pernyataan ini mencakup 3 hal pokok : a. Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan pengamatan. b. Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan. c. Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yakni gejala-gejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu. Berdasarkan hasil pencatatan ini kemudian ditetapkan ciri-ciri atau unsurunsur yang pasti ada pada sesuatu gejala. Selanjutnya hal tersebut dijadikan dasar pengambilan kesimpulan atau Generalisasi kemudian dijadikan dasar untuk mengembangkan metode penelitian yang lebih praktis. Selanjutnya diadakan penggabungan antara proses berfikir deduktif-induktif-verivikatif seperti yang dilakukan oleh Newton dan Galileo. Akhirnya lahir suatu cara melakukan penelitian, yang dewasa ini kita kenal dengan metode penelitian (Scientific Research Method). Meskipun perkembangan ilmu-ilmu alamiah yang dilandasi penelitian empiris telah menunjukan tingkat yang canggih, seringkali dengan metode dan teknik yang canggih pula, namun pada hakekatnya perkembangan ilmu mengikuti pola yang sama. Peneliti melihat kesenjangan antara teori dan fenomena alamiah (metode deduksi). Kesenjangan ini dikembangkan menjadi masalah penelitian, kemudian dirumuskan dalam hipotesis. Peneliti kemudian membuat rancangan penelitian, dan dengan metode yang sesuai dilakukan pengumpulan data. Daya yang diperoleh, diolah atau dianalisis, kemudian dilakukan induksi (inferensi) sehingga menjadi teori baru. Dari teori ini peneliti dapat menyusun masalah penelitian baru, kembali pada metode deduktif. Dengan demikian jelas bahwa perkembangan ilmu-ilmu alamiah merupakan akumulasi dari sirkulus metode berfikir deduktif dan yang berjalan terus menerus, berkesinambungan.

11

E. metode Ilmiah 1. Pengertian Metode penelitian sebagai salah suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu masalah, pada dasarnya

menggunakan metode ilmiah. Menurut Almack (1939) membuat batasan bahwa metode ilmiah adalah suatu cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan, dan penjelasan kebenaran. Kebenaran ilmiah Adalah hasil penelitian yang telah diungkapkan dan diterangkan melalui metode ilmiah, disertai dnegan bukti-bukti empiris atau yang dapat diterima akal sehat CommonSense 2. Sifat Kebenaran Ilmiah a. Koheren (Konsisten) : Pernyataan dianggap benar, bila pernyataan tersebut konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. b. Koresponden : Pernyataan dianggap benar bila materi pengetahuan yang terkandung dalam pernyataan tersebut berhubungan atau mempunyai korespondensi dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. c. Pragmatis : Pernyataan dipercayai benar karena mempunyai sifat fungsional dalam kehidupan praktis, atau suatu kesimpulan dianggap benar jika pernyataan tersebut mempunyai sifat fragmatis dalam kehidupan sehari-hari. Bahasan metode ilmiah sekurang-kurangnya mencakup dua hal yakni menyangkut masalah kriteria dan langkah-langkah. 3. Kriteria Metode Ilmiah : a. Berdasarkan fakta : Hasil yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisis harus berdasarkan fakta-fakta yang nyata, bukan berdasarkan pemikiran-pemikiran sendiri atau dugaandugaan.

12

b. Bebas dari prasangka (bias) : Penggunaan fakta atau data, hendaknya berdasarkan bukti yang lengkap dan objektif, bebas dari pertimbanganpertimbangan subjektif. c. Menggunakan prinsip analisis : Dalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks, digunakan prinsip analisis, yakni semua masalah harus dicari penyebabnya serta pemecahannya dengan menggunakan analisis yang logis. d. Menggunakan hipotesis : Suatu dugaan sementara untuk memandu jalan pikiran kearah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang akan diperoleh mengenai sasaran yang tepat. e. Menggunakan ukuran obyektif : Pelaksanaan penelitian atau pengumpulan data harus menggunakan ukuran-ukuran yang objektif. Ukuran tidak boleh dinyatakan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan subjektif (pribadi) f. Gunakan teknik kuantifikasi : Untuk data kuantitatif gunakan ukuran yang lazim dipakai dan sifatnya baku, atau dengan menggunakan skala pengukuran variabel yang telah baku (nominal, interval, atau ratio). F. Fungsi Dan Tujuan Penelitian 1. Fungsi Penelitian ditinjau dari Ciri-cirinya : a. Mengkaji fenomena alam sekeliling manusia dengan menggunakan metode ilmiah untuk kepentingan kesejahteraan manusia. b. Mengkaji, mengungkapkan, mengembangkan potensi-potensi, fenomena alam dengan menggunakan metode-metode ilmiah. c. Mengkaji secara ilmiah (metode ilmiah) fenomena alam yang belum diketahui. d. Membantu manusia untuk dapat mengerti dan menerangkan segala sesuatu (fenomena alam) disekelilingnya (ciri manusia).

13

2. Tujuan Penelitian Kesehatan a. Menemukan atau menguji fakta baru maupun fakta lama sehubungan dnegan bidang kesehatan atau kedokteran. b. Mengadakan analisis terhadap hubungan atau interaksi antara fakta-fakta yang ditemukan dalam bidang kesehatan atau kedokteran. c. Menjelaskan tentang fakta yang ditemukan serta hubungannya dengan teori-teori yang ada. d. Mengembangkan alat, teori, atau konsep baru dalam bidang

kesehatan/kedokteran yang memberi kemungkinan bagi peningkatan kesehatan masyarakat khususnya, kesejahteraan umat manusia pada umumnya. Secara Garis Besar Tujuan Penelitian Kesehatan dikelompokkan menjadi tiga : a. Untuk menemukan teori, konsep, dalil, atau generarisasi baru tentang kesehatan/ kedokteran. b. Untuk memperbaiki ( modifikasi teori,sistem atau program pelayanan kesehatan/ kedokteran. c. Untuk memperkokoh teori, konsep, sistem atau generalisasi yang sudah ada. 3. Tujuan Utama Penelitian Kebidanan (Mengikuti Logika Berfikir Burns dan Crove, 1992) : a. Mengembangkan basis pengetahuan ilmiah (development Scientific knowledge base) untuk praktik kebidanan yang efektif dan efisien. b. Penelitian kebidanan bertanggung jawab kepada masyarakat bagi kualitas layanan dan merumuskan cara-cara untuk meningkatkan mutu pelayanan. c. Melahirkan temuan untuk menjadi dasar tindakan kebidanan yang efektif dan positif dalam upaya meningkatkan rasionalisasi dalam membuat tindakan spesifik dalam sebuah situasi.

14

d. Dasar ilmiah pengetahuan kebidanan kebidanan dibangun dari focus atau keunikan perspektif disiplin ilmu pengetahuan yang dibangun melalui penelitian yakni Esensial bagi kepentingan : o Deskripsi : Narasi atau uraian yang merupakan pengidentifikasian atas hakekat dan atribut fenomena kebidanan. o Penjelasan/klarifikasi : Proses untuk membuat fenomena menjadi jelas, tidak kabur atau samar-samar. o Prediksi : Estimasi probabilitas keluaran yang bakal muncul pada situasi apa adanya. o Kontrol : Kemampuan untuk mengontrol dan memanupulasi situasi atas hasil prediksinya untuk menghasilkan out put yang diinginkan. G. Ruang Lingkup Penelitian Kebidanan Ruang lingkup penelitian kebidnan yang merupakan bagian dari bidang ilmu-ilmu kedokteran dan kesehatan mencakup penelitian dasar, penelitian klinis, dan komunitas yang dalam langkah-langkahnya mempunyai perbedaan

karakteristik, akan tetapi sekaligus juga mempunyai saling keterkaitan yang sangat erat, serta tetap berada dalam suatu kerangka keilmuan yakni ilmu kebidanan mencakup asuhan kebidanan klinik, asuhan kebidanan komunitas, dan pengelolaan program kebidanan dalam konteks kesehatan ibu dan anak. Tingkat penelitian sebagaimana dalam bidang ilmu kedokteran atau kesehatan dapat dibagi ke dalam 2 golongan besar, yakni penelitian yang bersifat deskriptif dan analitik. Dalam penelitian deskriptif peneliti melakukan eksplorasi fenomena tersebut. Dalam penelitian analitik, di samping melakukan identifikasi serta pengukuran variabel, peneliti pun mencari hubungan antar-variabel untuk menerangkan kejadian ataupun fenomena yang diamati. Dalam penelitian analitik ini peneliti dapat hanya mengukur fenomena saja tanpa melakukan intervensi terhadap variabel (yakni bersifat analitik observasional), tetapi ia dapat pula melakukan intervensi terhadap variabel bebas dan menilai efek intervensi atau manipulasi tersebut terhadap variabel tergantung

15

melalui penelitian eksprimental atau intervensional. Namun hal yang perlu diingat adalah bahwa tidak selalu penelitian deskriptif (yang secara metodologis dapat dikatakan desainnya bersifat sederhana) nilainya rendah atau lebih rendah disbanding penelitian analitik. H. Sistematika Langkah-Langkah Penelitian Suatu penelitian ilmiah memerlukan rencana kerja yang terdiri atas langkahlangkah menurut pola tertentu. Langkah-langkah itu disusun secara sistematis sebagai berikut : 1. Memilih atau mengidentifikasi dan merumuskan masalah penelitian dimulai dengan observasi suatu fenomena yang disusun dengan suatu pertanyaan. 2. Menetapkan tujuan penelitian Setelah masalah penelitian ditetapkan, selanjutnya tujuan penelitian dirumuskan. Tujuan penelitian pada hakikatnya adalah suatu pernyataan tentang informasi (data) apa yang akan digali melalui penelitian tersebut. 3. Studi Literatur Untuk memperoleh dukungan teoritis terhadap masalah penelitian yang dipilih, maka peneliti perlu banyak membaca buku-buku literatur, dapat berupa buku teks (teori) maupun hasil-hasil penelitian orang lain, majalah, jurnal, dan sebagainya. Dari studi literatur atau sering juga orang menyebut tinjauan teoritis, yakni mempelajari literatur dalam usaha mengumpulkan data/pengetahuan yang sudah diketahui dan diteliti oleh para peneliti sebelumnya, akan mempermudah dalam merumuskan kerangka konsep penelitian. Kerangka konsep pada hakikatnya adalah suatu uraian dan visualisasi konsep-konsep serta variabel-variabel yang akan diukur atau diteliti. Kerangka konsep dirumuskan agar memperoleh gambaran secara jelas kearah mana penelitian itu berjalan, atau data apa yang dikumpulkan. 4. Memformulasikan hipotesisi Berdasarkan fakta/data yang terkumpul dan kemampuan berfikir dan kreativitas peneliti, agar analisis penelitian terarah, maka perlu dirumuskan

16

hipotesis terlebih dahulu. Hipotesis pada hakikatnya adalah dugaan sementara terhadap terjadinya hubungan variabel yang akan diukur (diteliti), untuk menjelaskan masalahnya. 5. Merumuskan metode penelitian Dalam merumuskan metode penelitian ini mencakup jenis dan metode penelitian yang akan digunakan, populasi dan sampel penelitian, cara (metode) dan alat ukur (pengumpul data), serta rencana analisis data. 6. Mengumpulkan data Pengumpulan data dilaksanakan berdasarkan cara dan alat pengumpul data. 7. Mengolah, menganalisis dan memberikan interpretasi Setelah data terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data. Pengolahan dan analisis data dapat dilaksanakan secara manual atau dengan bantuan komputer. 8. Membuat generalisasi dan kesimpulan Laporan penelitian pada dasarnya adalah penyajian data yang di dalamnya akan disajikan data hasil penelitian.

17

CARA PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN Memahami metodologi penelitian kebidanan sebagai way of thinking, seorang bidan peneliti tidak cukup hanya menguasai substansi ilmu yang akan diteliti serta kemampuan mengeksplorasi data kebidanan saja, karena kemampuan metodologik seorang peneliti tidak mungkin dapat dicapai hanya dengan mempelajari buku-buku metodologik saja. Praktik penyusunan perencanaan (proposal) penelitian, melaksanakan serta mengevaluasinya, yang didasari pemahaman metodologi yang adekuat, merupakan jalan yang paling tepat bagi kemampuan di atas. Makin banyak siklus perencanaanpelaksanaan-evaluasi penelitian yang ia laksanakan, makin meningkat kemampuan penelitiannya. Bila peneliti telah menetapkan untuk melakukan penelitian, maka sebelum melaksanakannya ia harus membuat rancangan penelitian tertulis yang bersifat formal dinamakan sebagai usulan penelitian (research proposal). Secara esensial usulan penelitian dimaksudkan sebagai penuntun peneliti dalam seluruh rangkaian proses penelitian. Sistematika usulan penelitian sangat bervariasi dari lembaga yang satu ke lembaga yang lain, meskipun sebstansinya sama. Secara umum penyusunan usulan (proposal) penelitian untuk dijadikan panduan diuraikan sebagai berikut : Judul A. Pendahuluan 1. Latar Belakang 2. Rumusan Masalah 3. Tujuan Penelitian 4. Manfaat Penelitian B. Tinjauan Pustaka C. Kerangka Konsep 1. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian 2. Kerangka Konsep

18

3. Identifikais Variabel Penelitian 4. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif 5. Hipotesisi Penelitian D. Metodologi 1. Jenis Penelitian 2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3. Populasi dan Sampel 4. Besar Sampel 5. Cara pengambilan Sampel 6. Metode Pengumpulan Data 7. Pengolahan dan Penyajian Data 8. Analisis Data E. Jadwal Pelaksanaan F. Organisasi G. Daftar Pustaka H. Lampiran Judul Usulan penelitian memerlukan beberapa persyaratan, yakni : Harus menggambarkan keseluruhan isi penelitian yang direncanakan Ditulis dalam kalimat atau frase yang sederhana dan tidak terlalu panjang (biasanya minimal 5 kata dan maksimal 20 kata) Tidak menggunakan singkatan kecuali yang baku Pencantuman tentang nama tempat dan waktu penelitian dalam judul terletak pada tujuan penelitian. Apabila peneliti ingin peroleh deskripsi gambaran elektroensefalografi penderita ensefalopati-dengue pada umumnya (dengan populasi terjangkau pada pasien yang berobat ke Rumah Sakit DR. Wahidin Sudirohusodo), maka nama Rumah Sakit DR. Wahidin Sudirohusodo dan tahunnya tidak perlu dicantumkan dalam judul. Sebagian peneliti tidak mencantumkan nama tempat dan tahunnya tersebut karena khawatir pasien yang diteliti tersebut tidak mewakili populasi pasien pada

19

umumnya. Hal tersebut dianggap terlalu berhati-hati, karena meskipun populasi pasien di RSWS tidak representative untuk pasien pada umumnya, tetapi mereka tetap dapat mewakili pasien lain yang mempunyai karakteristik sama dengan pasien di RSWS yang menjadi sampel penelitian. A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Penulisan latar belakang masalah merupakan bagian paling awal yang perlu diuraikan pada bab pendahuluan dari penelitian yang direncanakan sebagai identifikasi masalah penelitian sebelum masalah tersebut dirumuskan. Dalam kenyataan sehari-hari, masalah dalam bidang kesehatan amat banyak, namun demikian apakah semua masalah yang ada dapat diangkat menjadi masalah dalam penelitian? Jawabannya adalah tidak. Tidak setiap masalahmasalah kesehatan (kebidanan) layak dikembangkan menjadi masalah penelitian. Masalah penelitian harus dapat dipecahkan sebagian atau seluruhnya dengan penelitian, dan kemungkinan jawabannya harus lebih dari satu. Misalnya, masalah kesehatan bahwa sebagian besar pasien anak yang lahir dengan penyakit jantung bawaan di Indonesia tidak dioperasi bukanlah merupakan masalah penelitian, oleh karena jawabannya sudah ada dan hanya satu, yakni kekurangan uang dan fasilitas yang diperlukan. Agar suatu masalah kesehatan (Kebidanan) dapat diangkat menjadi masalah penelitian diperlukan beberapa syarat yang harus dipenuhi, yakni mampu laksana, menarik, memberikan sesuatu yang baru, etis, serta relevan. Kelima hal ini dirumuskan oleh Hulley yang Cummings sebagai FINNER : a. Feasible Tersedia subyek penelitian Tersedia dana Tersedia waktu, alat, dan keahlian Fisible menunjukkan kemampulaksanaan merupakan hal praktis yang tidak dapat ditawar-tawar. Banyak kesenjangan dalam bidang kedokteran

20

dan kesehatan yang dapat dikembangkan menjadi masalah penelitian yang baik, menjanjikan hal yang baru, dan relevan dengan pengembangan ilmu, namun tidak cukup subyek penelitian, dana, sarana, keahlian atau waktu. Sebagian kendala tersebut dapat diatasi dengan modifikasi desain, menyesuaikan besar sampel, jenis pemeriksaan dan lain-lain. Sehingga pertimbangan praktislah yang akhirnya menentukan, apakah masalah kesehatan dapat dijawab dengan penelitian. b. Interesting : Masalah hendaknya menarik bagi peneliti Penelitian adalah aktivitas yang sangat menyita pikiran, waktu, dan biaya. Pelbagai kendala, baik yang telah diantisipasi maupun yang

muncul kemudian, mengancam dari waktu ke waktu. Di lain sisi, peneliti dituntut jujur dan taat asas dalam seluruh tahapan penelitian dan pelaporan hasilnya. Oleh karena itulah peneliti harus tertarik pada subyek yang ditelitinya. Bila peneliti tidak tertarik terhadap materi penelitiannya, maka ada dua kemungkinan yang akan terjadi; mungkin ia akan cepat menyerah bila dihadapkan pada pelbagaio kendala, atau ia tidak akan taat asas pada rencana penelitian yang dibuatnya sendiri. c. Novel : Mengemukakan sesuatu yang baru Membantah atau mengkonfirmasi penemuan terdahulu Melengkapi atau mengembangkan hasil penelitian terdahulu Nilai baru dalam penelitian seringkali digabungkan dengan orisinalitas suatu penelitian, hal yang sering membuat gamang peneliti. Penelitian yang sama sekali baru disebut Orisinil, sedangkan yang mengulangpenelitian terdahulu disebut reflekatif. Penelitian yang sematamata mengulang penelitian terdahulu yang hasilnya telah jelas (established), memang berarti membuang banyak sumber daya secara siasia. Namun bukan berarti semua penelitian harus sama sekali baru.

21

Mungkin saja penelitian ingin mengulang suatu penelitian untuk menguji konsistensi hasil penelitian, menerapkannya pada kondisi atau populasi yang berbeda, atau justru karena ia melihat kekurangan pada metodologi, pelaksanaan, analisis, ataupun simpulan penelitian sejenis yang

dipublikasikan sebelumnya. Alasan untuk melakukan penelitian replikatif harus dijelaskan di dalam usulan penelitian. Suatu penelitian replikatif akan sangat bermanfaat bila ia dirancang lebih baik serta dapat mengeliminasi kekurangan yang ada pada penelitian sebelumnya; sebaliknya suatu penelitian replikatif yang justru lebih lemah metodologi, pelaksanaan, atau analisisnya, tidak dapat diterima. d. Ethical : Tidak bertentangan dengan etika Penelitian apapun, khususnya yang menggunakan manusia sebagai subyek, tidak boleh bertentangan dengan etika. Kesulitan mungkin timbul adalah karena etika bukan hal yang mudah didefinisikan. Seseorang mungkin mengatakan sesuatu hal secara etis masih diterima, namun bagi orang lain mungkin sudah melanggar etika. Karena itulah maka setiap penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek harus mendapatkan persetujuan dari komisi etika setempat. Penggunaan plasebo pada uji klinis senantiasa menjadi bahan diskusi dalam komisi etika. Modifikasi usulan penelitian mungkin perlu dilakukan atas saran dari komisi etika tersebut. e. Relevan Relevan bagi pengembangan ilmu pengetahuan Relevan untuk tata laksana atau kebijakan kesehatan Relevan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya Relevan merupakan hal utama yang harus dipikiran pada awal penelitian. Tiap penelitian harus dapat memprediksi hasil penelitian yang

22

akan diperoleh, apakah relevan dengan kemajuan ilmu, tata laksana pasien, atau kebijakan kesehatan, ataupun sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya. Dapat ditambahkan bahwa setelah menentukan topik suatu penelitian harus membatasi diri pada pertanyaan penelitian yang paling penting. Menjawab satu atau dua pertanyaan penelitian yang penting secara adekuat jauh lebih bermakna daripada menjawab banyak pertanyaan yang remeh-remeh. Pada studi tentang merokok pada remaja, misalnya, usia pada saat mulai merokok, apakah ayahnya merokok, atau berapa jumlah rokok dalam sehari, mungkin relevan dengan masalah penelitian. Namun apakah rokoknya dibeli di Supermaket, atau di tukang rokok di gang tidak relevan dipermasalahkan. Masalah ini perlu ditekankan, karena terlalu banyak pertanyaan dalam satu penelitian akan menambah kesulitan pembuatan desain, penghitungan besar sampel, interpretasi uji staistik, serta masalah metodologis lainnya, disamping memerlukan tambahan logistik berupa biaya, waktu, tenaga, serta fasilitas lain. Para peneliti muda cenderung untuk memasukkan sebanyak mungkin pertanyaan dalam satu penelitian ; hal ini harus dihindarkan. Butir-butir Uraian dalam Latar Belakang Masalah mencakup hal-hal berikut : Pembenaran (justification), mengapa suatu masalah kesehatan perlu diangkat menjadi suatu masalah penelitian, dalam Studi

Epidemiologis, hal ini mencakup : o Besarnya masalah yang dapat dilihat seberapa besar persentase kejadian di masyarakat. Insidens atau prevalens penyakit yang tinggi merupakan masalah kesehatan apabila menyebabkan kesakitan dan kematian yang tinggi. Insidens yang rendah, bila

23

menyebabkan Kematian atau kecacatan bermakna juga merupakan masalah yang perlu diteliti. o Waktu. Apakah masalah tersebut masih berlangsung sampai sekarang. o Area geografik dan demografik. Pada kelompok atau pada segmen populasi mana masalah tersebut terdapat o Karakteristik masyarakat yang terkena o Penyebab masalah, pemecahan yang telah dan masih perlu dilakukan. Pernyataan alternatif pemecahan Masalah Alternatif yang dipilih untuk memecahkan masalah, dengan menyebut alasan mengapa alternatif tersebut dipilih. 2. PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN Salah satu tugas peneliti yang amat menentukan keberhasilan kegiatan penelitiannya ialah bagaimana ia mengidentifikasi dan merumuskan masalah penelitiannya. Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa kedudukan rumusan masalah dalam suatu alur penelitian bukan merupakan kelengkapan prosedur yang tanpa arti, sebagaimana anggapan sebagian orang, melainkan benarbenar sesuatu yang penting dan membawa konsekuensi pada tahapan prosedural berikutnya. Seorang peneliti yang tidak mengetahui secara pasti apa masalah, terlebih dahulu perlu dijelaskan tentang pengertian, bagaimana mencari masalah, kriteria, sifat penting dan sumber masalah penelitian. a. Pengertian Masalah Penelitian Masalah adalah suatu kesenjangan (gap) antara yang seharusnya dengan apa yang terjadi tentang sesuatu hal, atau antara kenyataan yang ada atau terjadi dengan seharusnya ada atau terjadi, antara harapan dan kenyataan.

24

Permasalahan

penelitian

adalah

pertanyaan

tentang

situasi

problematik yang timbul dari kesenjangan antara kenyataan dengan teori atau fakta empiric penelitian terdahulu, yang memungkinkan untuk dijawab, dan terdapat lebih dari satu kemungkinan jawaban. Secara operasional, permasalahan penelitian adalah suatu rumusan kalimat interrogatif mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih yang belum terjawabkan dengan teori atau penelitian yang ada. Pada hakekatnya masalah penelitian kebidanan adalah segala bentuk pertanyaan yang perlu dicari jawabannya, atau segala bentuk rintangan dan hambatan atau kesulitan yang muncul pada bidang kesehatan kebidanan, yang perlu diatasi atau dipecahkan. b. Mencari Masalah Melakukan suatu penelitian mengacu kepada upaya untuk menjawab pertanyaan berkaitan dengan masalah apa yang layak untuk diteliti. Mencari masalah yang layak dan relevan untuk diteliti, ada beberapa kriteria dalam pemilihan masalah. Kriteria Pemilihan/pencarian Masalah Penelitian : Masih baru : Masalah tersebut belum pernah diungkap atau dilakukan penelitian oleh orang lain. Dengan kata lain masalah tersebut merupakan masalah yang hangat menjadi perhatian orang. Aktual : Masalah yang betul-betul terjadi atau berlangsung di dalam masyarakat. Praktis : Masalah tersebut dianggap mempunyai nilai yang praktis; artinya, hasil penelitian harus dapat menunjang kegiatan yang bersifat praktis dalam artian tidak mempunyai kepentingan praktis yang hanya akan menimbulkan pemborosan dan penghamburan sumber daya saja. Memadai : Masalah dengan ruang lingkup yang terbatas, tidak terlalu luas, tetapi tidak terlalu sempit. Sesuai dengan kemampuan sumber daya yang tersedia meskipun tidak terlalu sempit.

25

Sesuai dengan kemampuan peneliti : Masalah yang akan diteliti memiliki kesesuaian dengan kemampuan peneliti, baik secara ilmiah (akademis) maupun secara praktis. Dengan kata lain harus menguasai pengetahuan mengenai masalah yang akan diteliti.

Sesuai dengan Kebijakan Pemerintah : Artinya masalah yang akan diangkat menjadi obyek penelitiannya sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah, masyarakat. undang-undang pemerintah, ataupun adat istiadat

Ada yang mendukung : Dalam mengangkat masalah penelitian mempunyai dukungan dari pihak lain (sponsor).

Sebelum melakukan pemilihan atas masalah penelitian, secara umum, masalah penelitian dapat dipilih dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan sebagai berikut : Apakah masalah itu merupakan sesuatu yang baru, relatif belum banyak diteliti oleh peneliti lain? Untuk ini calon peneliti perlu menelaah beberapa hal : Isu-isu yang muncul kekinian Isu-isu yang unik Penelitian sejenis pada skala institusi Penelitian sejenis pada skala wilayah Penelitian sejenis pada skala nasional Penelitian sejenis pada skala internasional Penelitian sejenis menurut periode waktu

o Apakah masalah itu mengundang rasa ingin tahu peneliti kebidanan atau pihak luar yang akan membaca atau memanfaatkan hasil penelitian itu? Untuk ini, calon peneliti perlu memperhatikan : Nilai teoritis hasil penelitian bagi dirinya dan bagi bidan atau dokter specialis kebidanan dan kandungan.

26

Nilai preaktis hasil penelitian bagi dirinya dan bagi dokter spesialis kebidanan dan kandungan. Nilai teoritis hasil penelitian bagi pengembangan ilmu kebidanan. Nilai praktis hasil penelitian bagi keperluan praktik kebidanan.

o Apakah masalah yang dipilih berada dalam lingkup keilmuan yang ditekuni oleh penelitian selama ini. Untuk ini, calon peneliti perlu membuat pertimbangan mengenai : Apakah fokus masalah termasuk dalam lingkup anatomi keilmuan kebidanan yang dikuasainya? Apakah fokus penelitian ada berhubungan dengan lingkup keilmuan kebidanan yang dikuasainya? Apakah fokus penelitian mensyaratkan latar belakang peneliti yang bervariasi secara keilmuan? Apakah fokus masalah penelitian tidak begitu mementingkan kekhususan latar belakang keilmuan? o Apakah alat, bahan dan metode kerja yang akan dipakai

memungkinkan terlaksananya pengkajian terhadap fokus masalah kebidanan yang dipilih? Beberapa hal khusus yang dipertimbangkan : Ada/tidaknya alat/bahan pendukung penelitian Ketersediaan biaya penyelenggaraan penelitian Fasilitas pendukung lainnya, seperti keterbukaan sumber data, masalah perizinan dari instansi terkait. Metode penelitian yang dipakai menurut situasi dan karakteristik spesifik subjek penelitian? o Apakah segi-segi teknis lain memungkinkan terselenggaranya

penelitian sesuai dengan fokus masalah? Jawaban atas pertanyaan ini banyak bertumpu pada kapasitas peneliti sendiri, seperti : Ketahanan fisik peneliti Ketahanan psikologis peneliti

27

Kesediaan peneliti menyediakan waktu untuk mengkaji fokus penelitian secara memadai Kapasitas peneliti dalam bekerja sama dengan anggota lain.

c. Kriteria Rumusan Masalah yang Adekuat Secara Substantif o Aktualitas (minimal memenuhi dua dari tiga kemanfaatan : Kegunaan Teoritik Kegunaan metodologik Nilai Aplikatif

o Permasalahan belum terjawabkan oleh teori maupun penelitian terdahalu Aspek Formulasi o Dirumuskan dalam kalimat interrogative : Jelas, tajam dan akurat, menyangkut inti permasalahan yang dikehendaki. Pertanyaan yang disusun dengan baik adalah pertanyaan yang mengandung setengah jawaban. o Rumusan mempermasalahkan hubungan antara dua variabel atau lebih. Aspek Teknis Permasalahan dapat dijawab secara empiric atas pertimbangan peneliti, metodologik dan ketersediaan fasilitas dan prasarana. d. Sifat Penting Perumusan Masalah penelitian Langkah awal penyusunan mata rantai metodologik berikutnya, penunjuk model kerangka teoritis untuk penyusunan hipotesis, petunjuk tentang rancangan baik menyangkut subyek (populasi), sampel dan pemilihannya, maupun instrumentasinya. Dapat mengetahui prognosis penelitian sebagai warning disamping antisipasi.

28

Sebagai konfirmasi ketepatan judul dan tujuan penelitian yang ditetapkan. Dapat diketahui seberapa jauh bobot dan orisinalitas penelitian.

e. Sumber Masalah Masalah penelitian dapat dikembangkan dari perbagai sumber, antara lain: Kepustakaan meliputi buku ajar, karangan asli dalam jurnal, sari pustaka, abstrak. Pernyataan dalam artikel ilmiah bahwa suatu hal tersebut perlu diteliti. Tinjauan pustaka yang baik sering kali diakhiri dengan saran tentang hal yang perlu diteliti lebih lanjut. Harus diupayakan mencari publikasi ilmiah terbaru. Termasuk dengan menggunakan internet. Bahan diskusi dan hasil konferensi, seminar, simpodium. Lokakarya dan sebagainya. Banyak hal yang muncul dalam diskusi resmi, ataupun dalam pembicaraan informal dengan pakar, dapat

memunculkan masalah yang dapat dikembangkan menjadi masalah penelitian. Masalah dalam pengalaman sehari-hari sering dapat dikembangkan menjadi masalah penelitian. Kontroversi antara yang tertulis dalam buku dengan fakta dalam praktek merupakan sumber masalah yang tidak akan habis. Dikatakan bahwa cara yang terbaik menjadi penelitiyang mandiri ialah mencari masalah penelitian yang bersumber dari praktek sehari-hari. Pendapat pakar yang masih bersifat spekulatif sering dapat dicari landasan teorinya untuk dikembangkan menjadi masalah penelitian. Sumber non-ilmiah yang dapat merupakan sumber masalah penelitian. Berita surat kabar, misalnya penyakit aneh disuatu daerah yang merenggut banyak korban dapat dijadikan dasar dan

dikembangkan menjadi masalah penelitian.

29

f. Merumuskan Masalah Penelitian o Bersifat kausalitas atau menghubungkan dua variabel atau lebih o Dapat diukur secara empiris dan objektif o Dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda, lebih baik dinyatakan dalam bentuk pertanyaan (interogatif). Rumusan masalah dalam kalimat Tanya ini sangat dianjurkan, karena dapat lebih bersifat khas dan tajam. Oleh karena itulah rumusan masalah penelitian disebut pula sebagai pertanyaan penelitian (research question). o Bila terdapat banyak pertanyaan penelitian. Maka harus dipertanyakan secara terpisah, agar setiap pertanyaan dapat dijawab secara terpisah. o Tidak mencerminkan ambisi pribadi atau masyarakat, dan tidak pula menuntut jawaban dengan pertimbangan moral subyektif. Masalah penelitian dapat dirumuskan dalam dua bentuk yakni : bentuk pertanyaan dan bentuk pernyataan. Masalah penelitian yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan paling umum dipakai. Bahkan Tuckman (1972) mengemukakan bahwa rumusan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan itu sangat dianjurkan. Kalimat tanya mempunyai dua ciri utama, yaitu memuat kata tanya dan diakhiri dengan tanda Tanya. Dalam bahasa penelitian, kata Tanya yang dipakai sebaiknya kata Tanya baku. Biasanya rumusan masalah diawali dengan kalimat pengantar, misalnya : Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : atau dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : atau uraian ringkas dalam latar belakang masalah di atas memberikan dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

30

Contoh : Apakah bayi yang lahir dari ibu yang suaminya perokok mempunyai berat lahir yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang suaminya bukan perokok? Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan keberhasilan program KB disuatu daerah urban? 3. Tujuan Penelitian Satu materi penelitian yang sama mungkin dapat dipergunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang berbeda; oleh karenanya dalam usulan penelitian perlu disebutkan tujuan penelitian secara eksplisit. Uraian tentang tujuan penelitian itu mencakup tujuan umum serta tujuan khusus. Di dalam tujuan umum (ultimate goal, ultimate objective) dinyatakan secara kategoris apakah tujuan akhir penelitian yang hendak dilaksanakan tersebut. Tujuan umum biasanya mengacu pada aspek yang lebih luas atau tujuan jangka panjang penelitian. Dalam tujuan khusus (specific objectives) disebutkan secara jelas dan tajam hal-hal yang akan langsung diukur, dinilai, atau diperoleh dari penelitian. Tujuan umum dan khususnya yang hanya terdiri dari satu atau dua butir saja, mungkin cukup ditulis secara naratif dalam satu kalimat. Tetapi bila terdapat banyak butir dan sub butir, maka tujuan umum dan khusus perlu dipisahkan, agar lebih mudah dimengerti. Uraian tentang tujuan penelitian mencakup tujuan umum dan tujuan khusus. Dalam tujuan umum dinyatakan secara katagoris apakah tujuan akhir penelitian yang hendak dilaksanakan. Rumusan tujuan penelitian meliputi : o Tujuan Umum hendaknya memuat tentang apa, dimana dan kapan o Tujuan khusus tidak diperlukan lagi penulisan tentang dimana dan kapan

31

Contoh penulisan tujuan umum dan tujuan khusus penelitian secara bersamaan : Dalam penelitian ini dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi penghentian pemberian ASI pada masyarakat urban, yang dapat dipakai sebagai masukan untuk upaya penggalakan pemberian ASI Eksklusif. Contoh tersebut diatas secara implisit tujuan khusus ditulis terlebih dahulu, diikuti tujuan umum yaitu menunjang penggalakan pemberian ASI eksklusif. Contoh penulisan tujuan umum secara terpisah dengan tujuan khusus penelitian. Tujuan umum : Diketahuinya faktor risiko yang berhubungan dengan kematian neonatal Tujuan khusus : Memperoleh data faktor risiko terjadinya kematian neonatal. Mengetahui manfaat supplementasi Fe terhadap

peningkatan Hb ibu hamil. 4. Manfaat Penelitian Manfaat apa yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan biasanya meliputi manfaat dalam bidang akademik (ilmiah), pelayanan masyarakat, serta pengembangan penelitian itu sendiri. B. Tinjauan Pustaka Berbagai hal yang perlu ada dalam penulisan tinjauan pustaka harsu diuraikan secara mendalam pelbagai aspek teoritis yang mendasari penelitian. Hal yang telah ditulis dalam latar belakang masalah perlu dirinci. Namun suatu hal perlu diingat, menulis tinjauan pustaka tidak berarti harus ditulis seluruh aspek penyakit yang dibahas ibarat membuat suatu buku ajar, akan tetapi secara

32

proporsional dan seimbang, dengan kata lain yang diperlukan adalah tinjauan komprehensif terhadap aspek yang diteliti, dengan penekanan utama pada hubungan antar variabel yang dipermasalahkan dan variabel yang mungkin berperan. Beberapa pengertian dasar perlu disebutkan, akan tetapi uraian panjang lebar dengan sistematika seperti menulis buku ajar tidak diperlukan. Sumber pustaka seyogyanya cukup baru, mungkin 5 tahun terakhir, agar informasi yang k\dikemukakan tidak kadaluarsa. Buku ajar biasanya

memberikan informasi yang terlambat beberapa tahun; artikel (baik artikel asli atau tinjauan pustaka) di dalam jurnal kedokteran merupakan sumber informasi yang cukup baru. Sumber informasi terkini (up to date) dapat diperoleh dari on line data base melalui akses internet untuk mengikuti informasi terbaru tentang materi yang akan diteliti. C. KERANGKA KONSEPSIONAL PENELTIAN Setelah pelbagai aspek teoritis disajikan dalam Tinjauan Pustaka, selanjutnya dibuat rangkumannya berupa alur pikiran yang logis sebagai dasar untuk membuat Kerangka Konseptual. Konsep diartikan sebagai abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus. Kerangka adalah hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan. Berikut ini diberikan contoh penulisan rangkuman berupa Dasar pemikiran atas variabel penelitian sebelum diagram Kerangka konsep dibuat. 1. Dasar Pemikiran variabel yang diteliti Telaah studi pustaka telah dilakukan dengan berdasar pada prinsip kajian teori pada bab kepustakaan meletakkan landasan teori dan asumsi mengenai kerangka konsep yang akan diteliti. Hasil studi pustaka telah diuraikan beberapa teori yang berdasarkan teori tersebut di tuangkan variabel-variabel yang akan diteliti. Baik variabel dependen, variabel independen dan variabelvariabel lainnya yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung

33

terhadap pelayanan Kesehatan Ibu Hamil adalah Pelayanan yang dilakukan tenaga kesehatan (bidan) untuk menetapkan terapi kehamilan pada ibu hami. Digunakan atau tidaknya pelayanan K1 tersebut oleh ibu hamil diperankan oleh beberapa faktor, a.I ; biaya, pengetahuan, pendidikan, dan motivasi petugas. Dari masing-masing faktor tersebut dirumuskan secara sistematis sebagai berikut : 2. Kerangka Konsep penelitian Biaya Pengetahuan Pendidikan Motivasi Petugas Pendidikan Petugas Jarak Lokasi Pemanfaatan Pelayanan K1 Ibu Hamil

Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti 3. Identifikasi Variabel penelitian : Semua variabel yang diteliti harus diidentifikasi, yang termasuk variabel bebas, variabel tergantung, dan perancu (confounding). Kerangka kondeptual sangat membantu identifikasi variabel ini. Dalam contoh kerangka konsep di atas dapat diidentifikasi variabel yang ada.

34

b. Variabel dependen : Pemanfaatan pelayanan K1 Ibu Hamil c. Variabel Independen : i. ii. iii. iv. Biaya Pengetahuan Pendidikan Motivasi Petugas Pendidikan Petugas Jarak Lokasi

D. Variabel Penelitian 1. Pengertian Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain. Definisi lain mengatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu. 2. Jenis-Jenis Variabel 1. Jenis Variabel Menurut Fungsi/Kedudukannya (Time Ordering) : Secara fungsional atau kedudukan (time ordering) variabel secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua : a. Variabel Bebas (Variabel Independen) : Variabel sebab, variabel pengaruh, variabel perlakuan, kausa, treatment : Adalah variabel yang keberadaannya menyebabkan munculnya variabel lain, atau terjadinya suatu efek (penyakit). Dalam benyuk lain variabel bebas, dikenal pula sebagai varaibel perantara, variabel pendahulu dan variabel prakondisi. 1) Variabel perantara : disebut juga sebagai variabel penghubung, ialah variabel yang menjembatani pengaruh suatu variabel bebas dengan variabel tergantung. Contoh : Adanya hemodilusi (variabel bebas) akan

mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil

35

(varibel tergantung) melalui anc yang teratur (variabel perantara). 2) Variabel Pendahulu : ialah variabel bebas yang berpengaruh pada variabel tergantung sekaligus berpengaruh pula pada variabel lain yang juga berperansebagai variabel bebas terhadap variabel tergantung tersebut. Contoh : Pendidikan Ibu Hamil mempengaruhi pola pengambilan kepuusan terhadap Antenatal Care, di samping itu juga mempengaruhi upayanya dalam menentukan penolong persalinan. Diketahui pula Penerimaan terhadap ANC akan mempengaruhi pengambilan keputusannya mencari tenaga

penolong persalinan. Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan ibu merupakan variabel pendahulu, penerimaan ANC sebagai variabel bebas dan pemilihan penolong persalinan sebagai variabel tergantung. 3) Variabel Prakondisi : Variabel yang keberadaannya merupakan prasyarat bagi bekerjanya suatu variabel bebas terhadap variabel tergantung. Contoh : Ibu hamil yang mempunyai riwayat manutrisi sebelum hamil rentan terhadap anemia patologis yang dapat berpengaruh terhadap perdarahan post partum. Contoh Diatas menunjukkan bahwa malnutrisi merupakan variabel prakondisi, dan anemia merupakan variabel bebas dan perdarahan post partum adalah variabel tergantung. b. Variabel dependen : Variabel tergantung, akibat terpengaruh yaitu suatu variabel yang keberadaannya ditentukan oleh variabel lain (variabel independent)

36

2. Jenis

Variabel

Menurut

Tingkat

Pengukurannya

(Level

of

measurement) Berdasarkan tingkat pengukuran, secara umum dikenal ada dua macam variabel penelitian : a. Variabel diskrit (Variabel Nominal) adalah variabel yang variasinya tidak menunjukkan perurutan atau kesinambungan. Tiap variasi berdiri sendiri secara terpisah. Contoh : Golongan darah, jenis penyakit, jenis kelamin, suku bangsa, jenis pekerjaan , dan sebagainya. b. Variabel Kontinum adalah variabel yang variasi nilainya merupakan perurutan atau ada kontinuitas satu dengan yang lain. Berdasarkan kontinuitasnya dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu : 1) Variabel Ordinal adalah variabel kontinum yang batas variasi nilai ke variasi nilai yang lain tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan hanyalah nilai tersebut lebih tinggi, sama, atau lebih rendah daripada nilai yang lain. Sementara jarak atau interval antar nilai tersebut tidak dapat dibandingkan. Contoh : Tingkat pendidikan, tingkat kekayaan, tingkat keparahan penyakit, tingkat kesembuhan, derajat keganasan dan sebagainya. 2) Variabel interval adalah variabel kontinum yang batas variasi nilai yang satu dengan yang lain jelas, sehingga jarak atau intervalnya dapat dibandingkan. Nilai variasi pada variabel interval juga dapat dibandingkan seperti halnya pada variabel ordinal (sama, lebih besar atau lebih kecil), tetapi nilai mutlaknya tidak dapat dibandingkan secara matematis, oleh karena batas-batas variasi nilai pada variabel interval adalah arbitrer (angka nolnya tidak absolut)

37

Contoh

: Tingkat kecerdasan (I.Q), beberapa indeks pengukuran tertentu.

3) Variabel Rasional ialah variabel kontinum yang di samping intervalnya jelas batasnya, juga variasi nilainya mempunyai batas yang tegas dan mutlak (titik nolnya absolut). Contoh : Panjang (tinggi badan, berat badan, usia, kadar zat dan

jumlah sel tertentu, persentase, ukuran-ukuran antropometrik, dosis obat, dan sebagainya. Untuk dapat lebih memahami sifat variabel menurut tingkat pengukurannya dapat diilustrasikan berikut ini : SIFAT NOMINAL Klasifikasi ORDINAL o Klasifikasi o Penjenjangan INTERVAL o Klasifikasi o Penjenjangan o Interval RASIONAL o Klasifikasi o Penjenjangan o Interval o 0 Absolut HUBUNGAN = o o o o o o o o o o o o DESKRIPSI STATISTIK Modus Frekuensi Koef. Median Persenil Searman Kendall (R1W) Mean Std deviasi Pearson Prod Moment Multiple Prod Moment Parsial Prod Moment

= < > = < >

= < > Rasio interval Rasio skalar

o Sama dengan interval + o Mean geometrik o Koefisien Variasi

3. Mendefinisikan Variabel Masing-masing variabel yang diukur dalam penelitian harus didefinisikan secara jelas dan eksplisit. Kalau hal ini tidak dilakukan, maka tidak dapat dijamin penelitian tersebut bila dikerjakan oleh orang lain atau diulang oleh peneliti yang sama akan diperoleh penelitian yang sama pula.

38

Peneliti harus memilih definisi yang akan bermanfaat baginya untuk maksud penelitian tersebut. Ada dua macam definisi, yaitu definisi konseptual dan operasional. Definisi Konseptual mendefinisikan variabel sebagaimana yang kita fahami. Definisi ini merupakan definisi yang terdapat di dalam kamus. Misalnya obesity banyak didefinisikan sebagai adanya jaringan lemak yang berlebihan, keadaan tubuh yang secara sosial dipandang memiliki jaringan lemak yang berlebihan. Akibatnya definisi konseptual merupakan definisi dari karakteristik yang akan diukur. Sebaliknya Definisi operasional (atau definisi kerja adalah mendefinisikan karakteristik yang sesungguhnya akan diukur. Definisi ini dirumuskan dalam pengertian fakta yang bisa diamati secara obyektif, dan cukup jelas serta eksplisit untuk menghindarkan arti yang meragukan atau mendua. Bila perlu, definisi ini menyatakan juga metode untuk mendapatkan fakta-fakta. 4. Hubungan Antar Variabel Hubungan antara variabel dalam suatu penelitian tergantung dari kedudukan variabel yang dijadikan objek penelitian. Berikut ini akan ditunjukkan model-model kedudukan dalam hubungan variabel tersebut :

39

ii. Model hubungan sederhana : Variabel Independen Variabel. Dependen

1. Model hubungan sederhana dengan dua atau lebih variabel bebas Variabel Independen 1 Variabel Independen 3

Variabel Independen 2

Variabel. Dependen

2. Model hubungan dengan variabel Perantara Variabel Independen Variabel Perantara Variabel. Dependen

3. Model hubungan dengan variabel Pendahulu Variabel Pendahulu Variabel Independen Variabel. Dependen

4. Model hubungan dengan variabel Prakondisi Variabel Prakondisi Variabel Independen

Variabel. Dependen

40

5. Model hubungan dengan variabel-variabel Luar Variabel Luar

Pengendalian Variabel Luar Variabel Independen Variabel. Dependen Variabel Independen

Dikenal ada tiga macam hubungan antar variabel antara lain : Hubungan simetris terjadi bila antar dua variabel terdapat hubungan, tetapi tidak terdapat mekanisme pengaruh mempengaruhi, masing-masing bersifat mandiri. Korelasi ini terjadi karena kebetulan (misalnya kenaikan gaji dosen dengan turunnya hujan); sama-sama merupakan akibat dari faktor (variabel bebas) yang sama, misalnya hubungan antara tinggi badan dengan berat badan, keduanya merupakan variabel tergantung dari variabel bebas pertumbuhan; indikator dari konsep yang sama, misalnya hubungan antara kekuatan kontraksi uterus dengan frekuensi his, keduanya merupakan indikator kemampuan kontraksi otot. Hubungan asimetris, ialah kolarasi antara dua variabel, dengan satu variabel (variabel bebas) bersifat mempengaruhi variabel yang lain (vartiabel tergantung), Contoh : Umur ibu yang terlalu muda atau terlalu tua mempengaruhi terjadinya preeclampsia. Hubungan timbale balik : adalah korelasi antara dua variabel, yang antara keduanya saling pengaruh mempengaruhi. Contoh : hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan perdarahan. Anemia pada ibu hamil akan mempengaruhi terjadinya perdarahan, sementara perdarahan akan mengakibatkan hilangnya komponen eritrosit sebagai salah satu bentuk anemia.

41

E. MERUMUSKAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. Pengertian : o Hipo (Hupo Yunani : dibawah, kurang, lemah, mentah, sementara, premature) o Tesa (Thesis Yunani : dalil, kaidah, hukum, teori, proposisi atau kesimpulan. Hipotesis : Kesimpulan/jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan, yang kebenarannya masih harus dibuktikan melalui analisis terhadap bukti-bukti empiris. Secara Operasional : Hipotesis adalah Suatu pernyataan tentang hubungan (yang diharapkan) antara dua variabel atau lebih yang memungkinkan untuk pembuktian secara empirik.

2. Perlunya hipotesis : a. Sebagai bukti kuat : Peneliti mempunyai penguasaan yang cukup luas dan mendalam mengenai fokus kajian. b. Sebagai panduan dalam pengumpulan dan analisa data, penentuan prosedur kerja dan data yang diperlukan. c. Mempermudah penarikan kesimpulan. 3. Kegunaan Hipotesis (Ary dkk, 1977) : 1. Deskripsi/klarifikasi sementara mengenai gejala dan memudahkan penjelasan pengetahuan suatu bidang kajian. 2. Menyajikan pernyataan saling hubungan langsung dapat diuji dalam sebuah penelitian. 3. Memberi arah kerja penelitian. 4. Kerangka acuan dalam merumuskan kesimpulan. 4. Ciri Hipotesis Yang Baik : a. Merupakan kalimat deklaratif : dirumuskan dalam bentuk kalimat berita, jelas dan tidak bisa atau bermakna ganda.

42

Contoh : Prestasi belajar mahasiswa Kebidanan diduga sama atau berbeda menurut usianya (salah) Prestasi belajar mahasiswa Kebidanan diduga sama menurut usianya (benar) b. Mengekspresikan korelasi dua variabel atau lebih : Hipotesis yang dirumuskan terkait dengan konteks dan memiliki daya klarifikasi. Contoh : Matinya lampu listrik secara mendadak diduga sebagai isyarat orang tuanya menghendakiia segera pulang. c. Dapat diuji melalui analisis atas bukti empiris : Contoh : o Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kreativitas bidan dengan mutu pelayanan Kebidanan (baik) o Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara produktifitas bidan dengan produktivitas pamong praja (salah) d. Mempunyai landasan teori yang kuat, harus mengikuti alur pengetahuan, teori, atau generalisasi yang ada. Hipotesis tidak serta merta datang dengan sendirinya, namun harus dibangun atas dasar teori, pengalaman, serta sumber ilmiah lain yang sahih. 5. JENIS-JENIS HIPOTESIS a. Hipotesis Kerja (Ha) : Hipotesisi yang akan dibuktikan kebenarannya dengan mengekspresikan macam hubungan antar variabel : ada hubungan antara kecerdasan dengan kemampuan meneliti. b. Hipotesis Nihil (Null Hipotesis, Ho) : Kebalikan dari hipotesis kerja yang secara klasik pernyataannya tidak menyatakan adanya

hubungan/perbedaan. Contoh : Tidak ada hubungan antar kecerdasan dengan kemampuan meneliti.

43

c. Hipotesis Tandingan : Hipotesis dari variabel-variabel luar yang merupakan variabel tandingan bagi variabel pengaruh yang ada dalam hipotesis kerja. d. Hipotesis deskriptif : Hipotesis dimana peneliti terlebih dahulu menentukan katagori variabel penelitian. Contoh : Bagaimanakah intensitas belajar mahasiswa Jurusan Kebidanan yang tinggal di Asrama? F. Berbagai Macam Jenis penelitian 1. Jenis Penelitian Menurut Tujuan a. Penelitian Eksploratif : Penelitian yang bertujuan untuk menggali (mengeksplorasi) sebanyak-banyaknya ciri-ciri fenomena alam untuk menemukan ciri-ciri baru secara deskriptif. b. Penelitian Verificatif : Penelitian berupa pengamatan yang bertujuan untuk menguji kebenaran suatu peristiwa (ilmu) yang diragukan kebenarannya. c. Penelitian Exolanatory : penelitian berupa pengamatan yang bertujuan mencari hipotesis dan menjelaskan hubungan yang ada. d. Penelitian Basic/Pure : Penelitian berupa pengamatan yang bertujuan untuk menemukan ilmu (Science), teori, dalil baru yang dijabarkan secara umum. e. Penelitian Applide : Penelitian berupa pengamatan yang bertujuan untuk menemukan cara-cara pemecahan masalah sehari-hari atau masalah pembangunan.. 2. Jenis Penelitian Menurut Sifat Dasar : a. Penelitian Observasional : Penelitian yang dilakukan dengan cara pengamatan (observasi) dan mencatat ciri-ciri / fenomena alam. b. Penelitian Experimental : Penelitian yang dilakukan melalui pengamatan atau perlakuan sering juga disebut dengan penelitian treatment terhadap faktor (variabel bebas) kemudian dilihat akibatnya (variabel terikat).

44

c. Penelitian Ex Post Facto : Penelitian melalui pengamatan terhadap akibat suatu peristiwa (variabel bebas tidak dapat dimanipulasi), sehingga penelitian ini bersifat retrospektif. 3. Jenis Penelitian Menurut Pendekatan a. Penelitian Cross Sectional (Studi Potong Lintang) : Jenis penelitian berupa pengamatan satu kali dalam waktu sesaat dimana variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel yang termasuk variabel efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama, menggunakan analisis deskriptif atau inferensial untuk uji hipotesis. b. Penelitian Longitudinal : Penelitian berupa pengamatan yang dilakukan beberapa kali dalam waktu tertentu, biasa dikenal dengan istilah Follow Up Research) c. Penelitian Prospektif : penelitian yang dilakukan berupa pengamatan terhadap peristiwa yang belum dan yang akan terjadi (Follow Up Research) dilakukan satu kali atau lebih. d. Penelitian Retrospektif : Penelitian berupa pengamatan terhadap peristiwa-peristiwa yang telah terjadi bertujuan untuk mencari faktor yang berhubungan dengan penyebab. 4. Jenis Penelitian Menurut Metode : a. Penelitian Survei terdiri dari : o Survei Deskriptif (Exploratory Study) o Survei Analitik (Explanatory Study) yang terdiri dari : Penelitian Retrospektif (Retrospective Study) Penelitian Seksional Selang (Cross Sectional Study) dan Prospektif (Prospective Study) b. Penelitian Experimental

45

RANCANGAN PENELITIAN A. Pengertian Rancangan Penelitian (Research design, atau ada yang menyebut model Penelitian) : adalah Suatu rencana, struktur dan strategi penelitian yang dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi, dengan

mengupayakan optimasi yang berimbang antara validitas dalam dan validitas luar, dengan melakukan pengendalian varians B. Rancangan Penelitian yang adekuat : 1. Dapat menjawab persoalan penelitian yang paling dihadapi atau secara adekuat dapat menguji kebenaran hipotesis. 2. Sejauh mungkin dapat mengendalikan atau mengontrol varians yaitu suatu upaya metodologik yang dilakukan oleh seorang peneliti untuk dapat meningkatkan validitas dalam suatu penelitian bukan sekedar meniadakan pengaruh variabel-variabel luar saja, tetapi juga meliputi upaya

mengaktualkan secara nyata pengaruh variabel yang diteliti dan meniadakan kesalahan-kesalahan yang terjadi berkaitan dengan kegiatan pengukuran. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan tiga macam langkah dalam pengendalian varians yakni : a. Maksimasi varians penelitian b. Kontrol variabel luar c. Minimasi varians kesalahan. C. Hubungan Rancangan Penelitian dengan Pembuktian Hipotesis Suatu rancangan penelitian merupakan hal yang penting terutama dalam pembuktian hipotesis, sebagai konfirmasi kebenaran hipotesis dalam rangka menjawab permasalahan yang ada. Dari permasalahan yang dihadapi dengan menggunakan teori, fakta yang diperoleh pada penelitian terdahulu, dan asumsi peneliti, dikembangkan kerangka teoritik yang mendasari perumusan hipotesis. 1. Hubungan Kausal Hubungan adalah suatu hubungan keterikatan atau saling pengaruh antara dua atau lebih variabel, dimana hubungan tersebut dapat bersifat

46

hubungan sebab akibat maupun yang bukan hubungan sebab akibat. Sedangkan hubungan keterikatan (dependency association) adalah hubungan antara variabel, dimana adanmya perubahan pada variabel yang satu (independent) akan ikut pula mempengaruhi variabel yang lainnya (dependen). Suatu hubungan atau korelasi berhubungan dengan dua faktor berkaitan atau saling bergantung. Mungkin kita akan menemukan adanya kenaikan atau pertambahan pada variabel bebas dibarengi dengan

pertambahan yang berpadanan pada variabel tergantung, atau suatu penurunan pada variabel tergantung. Bila dapat ditunjukkan bahwa perubahan pada satu variabel pengaruh bertalian dengan perubahan pada variabel akibat, maka kedua variabel tersebut dikatakan berhubungan. Hubungan posiotif jika X dan Y keduanyan bertambah atau berhubungan negatif jika variabel X bertambah sementara varaibel lainnya berkurang. 2. Bentuk-Bentuk Hubungan Kausal a. Hubungan Asimetris : Ada hubungan Antara dua variabel, tetapi tidak ada mekanisme pengaruh mempengaruhi, masing-masing bersifat mandiri. Terjadi karena : Contoh : Kebetulan : kenaikan gaji dosen dengan turunnya hujan. Sama-sama merupakan akibat dari faktor (variabel bebas) Yang sama : Hubungan antara tinggi badan dan berat badan, keduanya merupakan variabel tergantung dari variabel bebas pertumbuhan. Indikator dari konsep yang sama : Hubungan antara kekuatan kontraksi otot dengan ketahanan kontraksi otot, keduanya indikator kemampuan kontraksi otot. b. Hubungan Simetris : Korelasi antara dua variabel, dengan satu variabel (bebas) bersifat mempengaruhi variabel yang lain (tingginya kadar lipoprotein berat jenis rendah dalam darah akan mengakibatkan aterosklerosis).

47

c. Hubungan timbale balik : Korelasi antara dua variabel saling mempengaruhi. Contoh : Korelasi antara malnutrisi dan malabsorbsi 3. Validitas : Membicarakan validitas sebagai terminology penelitian, setidak-tidaknya akan sampai pada dua pengertian, yakni berkaitan dengan pengukuran dan yang kedua berkaitan dengan penelitian itu sendiri. Validitas pengukuran berkaitan dengan tiga unsur : alat ukur, metode ukur dan pengukur (peneliti) Validitas ukur adalah Suatu keadaan dimana alat ukur yang digunakan untuk mengukur suatu karakteristik seperti yang diinginkan oleh peneliti untuk diukur. Validitas penelitian mempunyai pengertian yang berbeda dengan validitas pengukuran, walaupun untuk tercapainya validitas penelitian syarat validitas pengukuran harus terpenuhi pula. Ada dua macam validitas penelitian yakni : a. Validitas Internal : Ikhwal kesahihan penelitian yang menyangkut pertanyaan; sejauh mana perubahan yang diamati dalam suatu penelitian (terutama penelitian eksperimental) benar-benar hanya terjadi karena perlakuan yang diberikan dan bukan karena pengaruh faktor lain (variabel luar). Faktor-faktor yang mempengaruhi validitas Internal : 1) Sejarah (History) : Peristiwa yang terjadi pada waktu yang lalu dan kadang-kadang dapat berpengaruh terhadap variabel terikat. 2) Kematangan (Maturitas) : Adanya perubahan baik secara biologis maupun non biologis yang prosesnya dapat berpengaruh. 3) Seleksi (Selection) : Adanya perbedaan ciri-ciri atau sifat-sifat dari suatu populasi. 4) Prosedur (Testing) : terjadinya stress yang dapat berpengaruh terhadap hasil tes.

48

5) Instrument (Instrumentation) Adanya pengaruh yang diakibatkan oleh alat ukur terhadap hasil tes. 6) Mortalitas (Mortality). Adanya perubahan yang terjadi karena adanya anggota dari populasi yang Drop Out. 7) Nilai Rata-Rata : Terjadinya perubahan akibat adanya nilai ekstrim tinggi atau yang rendah sehingga mempengaruhi hasil tesnya. b. Validitas Eksternal : Ikhwal penelitian yang menyangkut pertanyaan : sejauh mana hasil suatu penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi induk (asal sampel) penelitian diambil. Contoh : Apabila kita meneliti tingkat efektivitas suatu metode penyuluhan baru mengenai program imunisasi dengan mengambil sampel di suatu desa dan ternyata baik hasilnya. Pertanyaan yang timbul adalah : Seberapa jauh efektivitas metode penyuluhan tersebut kalau diterapkan sebagai program yang sesungguhnya dalam masyarakat luas. Dengan ungkapan lain apakah penelitian yang dilakukan representative dapat menggambarkan kejadian yang sesungguhnya dalam masyarakat, kalau suatu rangsang (variabel perlakuan) berlangsung. Faktor-faktor yang mempengaruhi Validitas (a) Efek seleksi berbagai anggota sampel (b) Gangguan penanganan perlakuan berganda D. BERBAGAI RANCANGAN PENELITIAN DASAR Tujuan RANCANGAN PENELITIAN Eksploratif Deskriptif Analitik (Prospektif & Retrospektif) Eksperimental Potong lintang (Cross Scetional) Longitudinal Observasional Intervensional Klinik = Uji Klinik (Clinical Trial) Lapangan (Field Trial)

Pendekatan Keterlibatan Peneliti Lokasi Penelitian

49

E. Strategi Pemilihan Rancangan Penelitian : 1. Untuk menelusuri faktor penyebab timbulnya penyebab penyakit baru yang penyebab dan mekanisme terjadinya penyakit belum diketahui, lebih cocok digunakan antara kasus kontrol dan eksploratif. 2. Untuk mengetahui prevalensi penyakit tertentu dalam suatu populasi dan menguraikan ciri-ciri penderita untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam untuk digunakan sebagai dasar untuk penelitian yang spesifik dilakukan pada penelitian Deskriptif dan Cross sectional. 3. Untuk menelusuri faktor-faktor penyebab penyakit menggunakan klarifikasi yang telah ada dilakukan pada penelitian Eksploratif-deskriptif. 4. Untuk memberikan penjelasan fungsi organ tubuh pada prang normal atau menentukan batas normal atau membandingkan dengan penyakit lain dilakukan pada penelitian Eksplanatori. 5. Untuk mencari adanya hubungan sebab-akibat antara faktor risiko dengan timbulnya penyakit dilakukan pada penelitian Eksperimen atau Analitik. 6. Untuk penelitian lapangan dengan tujuan memperbaiki program pelayanan kesehatan di masa yang akan datang dilakukan pada penelitian Operasional (Operations Research) Bila mungkin gunakan rancangan eksperimental atau Eksperimental semu, bila tidak memungkinkan gunakan rancangan Non Eksperimental. F. Jenis Rancangan Penelitian Penelitian digolongkan menjadi dua : yang bersifat deskriptif dan analitik. Rancangannya dapat dibuat sebagai berikut : 1. Rancangan Penelitian Deskriptif a. Gambaran Umum : Rancangan penelitian deskriptif merupakan rancangan penelitian non eksperimental yang bersifat sederhana berupa sampling survey. Oleh karena itu, rancangan ini tidak membutuhkan kelompok kontrol dan hipotesis yang spesifik.

50

Penelitian deskriptif disebut juga studi prevalensi atau samplingsurvey dan merupakan penelitian pendahuluan yang kemudian menghasilkan hipotesis untuk penelitian lebih lanjut. Penelitian deskriptif merupakan penelitian dengan menggunakan

pendekatan Cross Sectional yang dilakukan secara murni untuk mengadakan deskripsi tanpa dilakukan analisis yang mendalam. b. Ciri-ciri Penelitian Deskriptif 1) Merupakan penelitian kuantitatif dengan tujuan untuk

mendeskripsikan variabel-variabel utama subyek studinya. 2) Tidak dibutuhkan kelompok kontrol sebagai pembanding karena yang dicari adalah prevalensi penyakit atau fenomena tertentu atau untuk memperoleh gambaran tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan. 3) Terdapatnya hubungan sebab akibat hanya merupakan perkiraan yang didasarkan atas tabel silang yang disajikan. 4) Hasil penelitian hanya disajikan sesuai dnegan data yang diperoleh tanpa dilakukan analisis yang mendalam. Penyajian data berupa tabel distribusi frekuensi, tabel silang dan grafik. Perhitungan berupa persentase, proporsi, rata-rata, rate, rasio, simpangan baku, dan lainlain sesuai skala ukur data yang diperoleh. 5) Merupakan penelitian pendahuluan, digunakan bersama-sama dengan hampir semua jenis penelitian. 6) Pengumpulan data dilakukan satu saat atau satu periode tertentu dan setiap subyek studi selama penelitian hanya diamati satu kali. 7) Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan Cross sectional berupa sampling survey atau data sekunder dari rekam medis. 8) Dapat dilakukan pada wilayah terbatas atau meliputi wilayah yang lebih luas.

51

c. Manfaat Penelitian Deskriptif : 1) Digunakan untuk menyusun perencanaan pelayanan Kebidanan pada masyarakat 2) Diperlukan untuk mengadakan evaluasi program pelayanan Kebidanan yang telah dilakukan 3) Usulan untuk penelitian lanjutan 4) Diperlukan untuk membandingkan prevalensi masalah penyakit tertentu antar daerah atau satu daerah dalam waktu yang berbeda. d. Keuntungan : 1) Relatif mudah dilaksanakan 2) Tidak membutuhkan kelompok kontrol sebagai pembanding 3) Diperoleh banyak informasi penting yang dapat digunakan untuk perencanaan program pelayanan kebidanan pada masyarakat. 4) Dapat ditentukan apakah temuan yang diperoleh membutuhkan penelitian lanjutan. e. Kerugian : 1) Pengamatan pada subyek hanya dilakukan satu kali sehingga tidak dapat diketahui perubahan-perubahan yang terjadi dengan berjalannya waktu. 2) Tidak diketahui ada tidaknya hubungan sebab-akibat. f. Bentuk pertanyaan penelitian (Contoh) : 1) Apakah tekanan darah ibu hamil akan meningkat dengan

bertambahnya umur kehamilan? 2) Berapa besar prevalensi hipertensi dalam kehamilan bagi ibu hamil yang berumur lebih dari 35 tahun? 3) Apakah distribusi frekuensi pemakaian alat kontrasepsi hormonal oleh pasangan usia subur meningkat dengan bertambahnya umur dan paritas?

52

4) Berapa besar prevalensi penggunaan tablet Fe oleh ibu hamil untuk mengatasi kekurangan zat besi pada ibu hamil yang menderita anemia? g. Rumusan tujuan penelitian : 1) Untuk mengetahui prevalensi penyakit hipertensi dalam kehamilan pada wanita hamil dengan umur kehamilan lebih dari 35 tahun. 2) Untuk mengetahui pemakaian tablet Fe oleh ibu hamil di wilayah kerja . Dalam mengatasi kekurangan zat besi pada wanita hamil yang menderita anemia. 3) Untuk mengetahui prevalensi dan ciri-ciri akseptor dengan kontrasepsi hormonal di .. h. Pengolahan data menggunakan rumus : p f = persentase yang dicari = jumlah pengamatan

N = jumlah sampel (populasi) 2. Rancangan Penelitian Analitik

f p = N x 100

Survey analitik adalah survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena, baik antara faktor risiko dengan faktor efek. Faktor efek adalah suatu akibat dari adanya faktor risiko. Sedangkan faktor risiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya efe. Faktor risiko adalah faktor yang kehadirannya meningkatkan probabilitas kejadian penyakit sebelum fase ireversibilitas. Secara garis besar survey analitik dibedakan dalam 3 pendekatan (jenis) yakni : a. Rancangan Penelitian Analitik Cross Sectional Rancangan Cross Sectional adalah suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara mengamati status penyebab dan akibat secara serentak pada individu dari populasi tunggal, pada satu saat atau periode. Studi Cross Sectional dikenal juga dengan survey prevalensi (Kleinbaum et al., 1982),

53

sering pula disebut penelitian transversal. Rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut : Rancangan Penelitian Cross Sectional Populasi (Sampel)

Faktor Risiko (+)

Faktor Risiko (-)

Efek (+)

Efek (-)

Efek (+)

Efek (-)

Langkah-Langkah : o Mengidentifikasi variabel penelitian dan faktor risiko serta faktor efek o Menetapkan subyek penelitian o Melakukan observasi atau pengukuran variabe-variabel yang

merupakan faktor risiko dan efek sekaligus berdasarkan status keadaan variabel pada saat itu. o Melakukan analisis korelasi dengan membandingkan proporsi antar kelompok-kelompok hasil observasi Pengolahan data dapat dilakukan dengan rumus

Untuk table 2 x 3 (lebih) Keterbatasan-Keterbatasan : o Diperlukan subyek penelitian yang besar o Tidak dapat menggambarkan penyakit secara akurat o Tidak valid untuk meramalkan suatu kecendrungan

54

o Kesimpulan korelasi faktor risiko dengan faktor efek paling lemah bila dibandingkan dengan dua rancangan epidemiologi yang lain. Keuntungan : o Pelaksanaanya murah sebab tidak memerlukan follow up o Efisien dan cukup kuat dari segi metodologik o Tidak memaksa subyek untuk mengalami faktor yang diperkirakan bersifat merugikan kesehatan o Tidak ada subyek yang kehilangan kesempatan memperoleh terapi yang diperkirakan bermanfaat bagi subyek yang kebetulan menjadi kontrol. b. Rancangan Penelitian Analitik Case Control Penelitian Case Control adalah suatu penelitian survey analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospective. Dengan kata lain, efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko

diidentifikasi adanya atau terjadinya pada waktu yang lalu. Rancangan Penelitian Case Control Faktor Risiko (+) Faktor Risiko (-) Sampel Faktor Risiko (+) Retrospektif Faktor Risiko (-) Tahap pelaksanaan penelitian Case Control : o Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor risiko dan efek) o Menetapkan obyek penelitian (populasi dan sampel) o Identifikasi kasus Kontrol Efek (-) Populasi Retropektif Efek (+) Kasus

55

o Pemilihan subyek sebagai kontrol o Melakukan pengukuran secara retrospektif untuk melihat faktor risiko o Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi antara variabel obyek penelitian dengan variabel kontrol. Kelebihan Rancangan Penelitian : o Adanya kesamaan ukuran waktu antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol o Adanya pembatasan atau pengendalian faktor risiko sehingga hasil penelitian lebih tajam dibandingkan dengan hasil rancangan Cross Sectional o Tidak menghadapi kendala etik seperti pada penelitian eksperimen atau cohort o Tidak memerlukan waktu lama (lebih ekonomis) Kekurangan Rancangan P)enelitian Kasus Kontrol : o Pengukuran variabel yang retrospektif, obyektivitas dan reliabilitasnya kurang karena subyek penelitian harus mengingatkan kembali faktorfaktor risikonya. o Tidak dapat diketahui efek variabel luar karena secara teknis tidak dapat dikendalikan o Kadang-kadang sulit memilih kontrol yang benar-benar sesuai dengan kelompok kasus karena banyaknya faktor risiko yang harus dikendalikan. Pengolahan data dengan tabel 2 x 2 menggunakan rumus OR : a c b d ad bc

OR

c. Rancangan penelitian Analitik Cohort Penelitian Cohort sering disebut penelitian prospektif adalah penelitian survey (non eksperimen) yang paling baik dalam mengkaji

56

hubungan antara faktor risiko dengan efek. Penelitian Cohort adalah penelitian yang digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor risiko dengan efek melalui pendekatan longitudinal ke depan atau prospektif. Artinya faktor risiko yang akan dipelajari diidentifikais dulu, kemudian diikuti ke depan secara prospektif timbulnya efek, yaitu penyakit atau salah satu indikator status kesehatan. Penelitian Cohort memiliki ciri dimana dimungkinkannya perhitungan laju insidensi dari masing-masing kelompok studi. Langkah-langkah pelaksanaan penelitian Cohort : o Identifikasi faktor-faktor rasio dan efek o Menetapkan subjek penelitian o Memilih subyek yang akan menjadi anggota kelompok kontrol o Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang ditentukan, selanjutnya mengidentifikasi timbul tidaknya efek pada kesu kelompok. o Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapat efek positif dengan subjek yang mendapat efek negatif baik pada kelompok risiko positif maupun kelompok kontrol. Efek (+) Faktor Risiko (+) Prospektif Efek (-) Populasi Sampel Efek (+) Faktor Risiko (-) Prospektif Efek (-)

Keuntungan Rancangan Penelitian Cohort : o Dapat mengukur komparabilitas antara dua kelompok sejak awal penelitian

57

o Dapat secara langsung menetapkan besarnya risiko dari suatu waktu ke waktu yang lain o Ada keseragaman observasi, baik terhadap faktor risiko maupun efek dari waktu ke waktu. Keterbatasan Rancangan Penelitian Cohort : o Memerlukan waktu yang cukup lama o Memerlukan sarana dan pengelolaan yang rumit o Kemungkinan adanya subjek penelitian yang drop out dan akan mengganggu analisis hasil o Karena faktor risiko yang ada pada subjek akan diamati sampai terjadinya efek sehingga kurang atau tidak etis. Menganalisis hasil : Pada studi kohor sederhana, besaran efek yang diperoleh

menggambarkan insides kejadian pada setiap kelompok. Perbandingan insidens penyakit antara kelompok dengan faktor risiko dengan kelompok tanpa risiko disebut risiko relatif (relative risk), atau rasio risiko (risk ratio). Perhitungan risiko relatif (RR) ini dengan mudah dapat disimak pada skema rancangan studi kohor. Setelah pengamatan selesai dari kedua kelompok penelitian akan diperoleh 4 kelompok subyek yaitu : Faktor Efek Jumlah Risiko FR (+) a b a+b FR (-) c d c+d Jumlah a+c b+d a+b+c+d Sel a : Subyek dengan faktor risiko yang mengalami efek Sel b : Subyek dengan faktor risiko yang tidak mengalami efek Sel c : Subyek tanpa faktor risiko yang mengalami efek Sel d : Subyek tanpa faktor risiko yang tidak mengalami efek Rumus (RR) = a/(a+b) : c/(c+d)

Anda mungkin juga menyukai