Anda di halaman 1dari 12

GROUNDED RESEARCH

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Metode Penelitian

Dosen Pengampu : Prof., Mifdewil Jandra

Disusun Oleh:

1. Fuat Aulia (1600031067)


2. Muflikhah (1600031068)
3. Aprilia Dyah Widya Ningrum ( 1600031071)

Kelas A / Kelommpok 8

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian dalam bidang ilmu-ilmu: keeagamaan, sosial, termasuk bidang
pendidikaaan dan kebudayaan, memilki puluhan tawaran metodologis.1 Pada
hakekatnya, penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan
yang benar tentang suatu masalah. Pengetahuan yang diperoleh dari penelitian terdiri
dari fakta, konsep, generalisasi dan teori yang memungkinkan manusia dapat
memahami fenomena dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Masalah
penelitian dapat timbul karena adanya kesulitan yang mengganggu kehidupan
manusia atau semata-mata karena dorongan ingin tahu sebagai sifat naluri manusia.
Dan semua itu diperlukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan
pengetahuan yang benar. Kebenaran yang dipegang teguh dalam penelitian adalah
kebenaran ilmiah, yaitu kebenaran yang bersifat relatif, bukan kebenaran yang
sempurna dan bersifat mutlak.
Kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar sebagai
penyempurnaan pengetahuan sebelumnya telah dilaksanakan oleh para peneliti dan
ilmuwan dalam ilmunya masing-masing. Secara akumulatif, pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi, dan teori-teori yang telah
dihasilkan dari berbagai penelitian itu merupakan sumbangan penting bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai bidang.
Berdasarkan pendekatannya, penelitian dibedakan menadi dua macam yaitu
kualitatif dan kuantitatif. Keduanya memiliki asumsi, karakteristik dan prosedur
penelitian yang berbeda. Pembahasan yang akan dikaji di dalam makalah ini adalah
penelitian kualitatif menggunakan Grounded Research/Grounded Theory. Yang di
awali dengan mengemukakan pengertian, latar belakang Grounded Research/
Grounded Theory, ciri-ciri Grounded Research/Grounded Theory, tipe-tipe dalam
Grounded Research/Grounded Theory, prosedur pelaksanaan Grounded Research/
Grounded Theory, dan tantangan yang dihadapi para peneliti dalam menggunakan
studi Grounded Research/Grounded Theory.

1
Wayan Suwendra, Metodologi Peneliitian Kualitatif (Bandung: Nilacakra, 2018), hlm. X.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Grounded Research/ Grounded Theory?
2. Apa yang melatarbelakangi munculnya Grounded Research/ Grounded Theory?
3. Apa saja ciri-ciri Grounded Research/ Grounded Theory?
4. Bagaimana tipe-tipe dalam Grounded Research/ Grounded Theory?
5. Bagaimana Prosedur Pelaksanaan Riset Grounded Theory?
6. Apa saja tantangan yang dihadapi para peneliti dalam menggunakan studi
Grounded Theory?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami maksud dari Grounded Research/ Grounded Theory.
2. Mahasiswa dapat mengetahui hal-hal yang melatarbelakangi kemunculan
Grounded Research/ Grounded Theory.
3. Mahasiswa dapat mengetahui ciri-ciri Grounded Research/ Grounded Theory.
4. Mahasiswa bisa mengetahui tipe-tipe Grounded Research/ Grounded Theory.
5. Mahasiswa dapat mengetahui prosesdur pelaksanaan Grounded Research/
Grounded Theory.
6. Mahasiswa mampu mengetahui tantangan yang ada di dalam Grounded Research/
Grounded Theory.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Latar Belakang Grounded Theory


Menurut Burhan Bungin dalam bukunya “penelitian kualitatif: komunikasi,
ekonomi, kebijakan publik, dan ilmu sosial lainnya” bahwa pada penelitian grounded
(grounded research) proses pembutaan terhadap teori adalah penting dimana peneliti
tidak perlu memahami teori tentang data yang akan diteliti. Peneliti berkeyakinan
bahwa data harus terlebih dahulu diperoleh untuk mengungkap misteri penelitian
kemudian teori baru akan dipelajari apabila seluruh data sudah diperoleh.
Menurut sudarto dalam buku “Metodologi Penelitian Filsafat” Grounded
Theory (teori dari dasar) merupakan penelitian kualitatif yang lebih menghendaki arah
bimbingan penyusunan teori substantif yang berasal dari data. Hal ini disebabkan dari
beberapa hal: pertama, tidak ada teori apriori yang dapat mencakup kenyataan ganda
yang mungkin akan dihadapi. Kedua, penelitian ini mempercayai apa yang dilihat
sehingga ia berusaha untuk menjauh sampai netral. Ketiga, teori ini lebih responsif
terhadap nilai kontekstual.
Sementara itu, Sudira (2009: 2) menyimpulkan bahwa Grounded research
adalah sebuah metodologi penelitian kualitatif yang menekankan penemuan teori dari
data observasi empirik di lapangan dengan metode induktif (menemukan teori dari
sejumlah data), generatif yaitu penemuan atau konstruksi teori menggunakan data
sebagai evidensi, konstruktif menemukan konstruksi teori atau kategori lewat analisis
dan proses mengabstraksi, dan subjektif, yaitu merekonstruksi penafsiran dan
pemaknaan hasil penelitian berdasarkan konseptualisasi masyarakat yang dijadikan
subjek studi.
Jadi, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa Grounded research/Grounded Theory
adalah metode penelitian kualitatif yang mencoba mengonstruksi atau merekonstruksi
teori atas suatu fakta yang terjadi di lapangan berdasarkan data melalui analisis
induktif.
Penelitian Grounded Theory dikembangkan pertama kali pada tahun 1960-an
oleh dua ahli sosiologi, Barney Glaser and Anselm Strauss, berdasarkan penelitian
yang mereka lakukan pada pasien-pasien berpenyakit akut di Rumah Sakit Universitas
California, San francisco.
Glaser dari Universitas Columbia yang desertasi doktornya (1961) tentang
karir professional para ilmuan. Penelitian untuk desertasinya ini menggunakan
pendekatan kualitatif terhadap data sekunder. Glaser sangat terpengaruh oleh pola
kerja pikiran induktif (baik kualitatif maupun kuantitatif) yang dikembangkan oleh
Paul Lazarsfeld dan koleganya. Disertasi Gleser di bimbing oleh Robert K. Merton
yang menjadi murid Talcott Persons. Setelah lulus program doktornya, Gleser
bergabung dengan university of California Medical Center di San Fransisco, tempat ia
kemudian bertemu dengan Anselm L. Strauss (sosiolog) yang menyelesaikan program
doktornya (1945) di University of Cicago. Strauss cenderung untuk berkonsentrasi
dalam menentukan prosedur dalam mengaplikasikan pendekatan. Sedangkan Gleser
menentang perubahan apapun dari gagasan awalnya. Dua versi grounded theory
kemudian muncul, straussian dan glaserian.2
Catatan-catatan dan metode penelitian yang digunakan dipublikasikan dan
menarik minat banyak orang untuk mempelajarinya. Sebagai respon, Glaser dan
Strauss menerbitkan The Discovery of Grounded Theory (1967), buku yang
menjelaskan prosedur metode Grounded Theory secara terperinci. Hingga saat ini,
buku ini diterima sebagai peletetak konsep-konsep mendasar Grounded Theory.

B. Ciri Utama Grounded Theory


Dari penjelasan Strauss dan Corbin Dari penjelasan-penjelasan Strauss dan
pendapat tentang grounded theory tersebut di atas juga dapat ditarik kesimpulan
tentang ciri-ciri grounded theory adalah sebagai berikut kesimpulan tentang ciri-ciri
grounded theory adalah sebagai berikut:
1. Grounded theory dibangun dari data tentang suatu fenomena, bukan suatu hasil
pengembangan teori yang sudah ada.
2. Penyusunan teori tersebut dilakukan dengan analisis data secara induktif bukan
secara deduktif seperti analisis data yang dilakukan pada penelitian
kuantitatif.Agar penyusunan teori menghasilkan teori yang benar disamping
3. Agar penyusunan teori menghasilkan teori yang benar disamping harus dipenuhi 4
(empat) kriteria yaitu: cocok (fit), dipahami (understanding), berlaku umum
(generality), pengawasan (controll), juga diperlukan dimilikinya kepekaan teoretik
2
Daymon, Cristin, dan Holloway, Immy. Metode-metode Riset Kualitatif dalam Public Relations dan Marketing
Communication (Yogyakarta: Bentang, 2008), hlm. 182.
(theoretical sensitivity) dari si peneliti. Kepekaan teori adalah kualitas pribadi si
peneliti yang memiliki pengetahuan yang mendalam sesuai bidang yang diteliti,
mempunyai pengalaman penelitian dalam bidang yang relevan. Dengan
pengetahuan dan pengalamannya tersebut si peneliti akan mampu memberi makna
terhadap data dari suatu fenomena atau kejadian dan peristiwa yang dilihat dan
didengar selama pengumpulan data. Selanjutnya si peneliti mampu menyusun
kerangka teori berdasarkan hasil analisis induktif yang telah dilakukan. Setelah
dibandingkan dengan teori-teori lain dapat disusun teori baru disusun teori baru.
4. Kemampuan peneliti untuk memberi makna terhadap data sangat diperngaruhi
oleh kedalaman pengetahuan teoretik, pengalaman diperngaruhi oleh kedalaman
pengetahuan teoretik, pengalaman dan penelitian dari bidang yang relevan dan
banyaknya literatur yang dibaca. Hal-hal tersebut menyebabkan si peneliti
memiliki informasi yang kaya dan peka atau sensitif terhadap kejadiankejadian
dan peristiwa-peristiwa dalam fenomena yang diteliti.3

C. Tipe Grounded Theory


Terdapat 2 pendekatan populer dalam Grounded Theory yakni Prosedur
Sistematis dari Strauss dan Corbin (1990, 1998) dan Pendekatan Kronstruktivis dari
Charmaz (2005, 2006).
1. Dalam prosedur yang lebih analitis dan sistematis dari Strauss dan Corbin (1990,
1998).
Peneliti berusaha mengembangkan secara sistematis teori yang menjelaskan
proses, aksi, atau interaksi dari topik (misal: proses pengembangan kurikulum,
manfaat terapeutik dari penyampaian dan penjelasan hasil tes psikologi kepada
klien). Peneliti biasanya melakukan 20-30 tes wawancara ke lapangan demi
mengumpulkan data untuk memenuhi kategorinya atau terus menambah informasi
pada data sampai tidak ada lagi yang dapat ditemukan.
Pengumpulan data dalam studi Grounded Theory seperti zigzag dikarenakan
prosesnya yang pergi ke lapangan mengumpulkan informasi, kemudian masuk ke
kantor menganalisis data begitu secara terus menerus. Sementara para Partisipan
yang diwawancarai dipilih secara teoritis (Sampling Teoritis) supaya peneliti
dapat membentuk teorinya dengan baik. Proses pengambilan informasi dari

3
Warul Walidin dkk., Metodologi Penelitian Kualitatif dan Gronded Theory (Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press,
2015), hlm. 157.
kumpulan data dan pembandingannya dengan kategori baru disebut metode
analisis data komparatif konstan.
Peneliti mengawali dengan Coding Terbuka (Open Coding) yakni
mengodekan data untuk kategori informasi utamanya. Dari coding ini muncullah
Coding Aksial dimana penelitinya mengidentifikasi satu kategori coding terbuka
untuk dijadikan fokus yang disebut fenomena “inti” dan kemudian menciptakan
kategori seputar fenomena inti tersebut. Strauss dan Corbin (1990) merumuskan
berbagai tipe dari kategori-kategori yang diidentifikasi di fenomena inti, tipe-tipe
itu diantaranya: Kondisi Kausal (faktor penyebab fenomena inti tersebut), Strategi
(tindakan yang dilakukan dalam merespon fenomena inti), Kondisi Kontekstual,
Kondisi Pengganggu (faktor situasional yang luas maupun spesifik yang
mempengaruhi strategi), dan Konsekuensi (hasil dari strategi tersebut). Kategori
ini berkaitan dengan fenomena inti dalam model visual yang disebut paradigma
Coding Aksial kemudian tahap terakhir adalah Coding Selektif yang penelitiannya
mengambil model dan mengembangkan proposisi/ hipotesis. Teori yang
dikembangkan oleh peneliti kemudian diartikulasikan dibagian akhir studi dan
dapat ditulis dalam berbagai bentuk seperti narasi, gambar visual atau serangkaian
hippotesis/ proposisi.
Dalam pembahasan mengenai grounded theory, Strauss dan Corbin membawa
model tersebut selangkah lebih maju untuk mengembangkan Matriks Kondisional.
Matriks ini adalah rangkaian dari lingkaran konsentris yang luas yang diberi label
mulai dari individu, kelompok, organisasi hingga komunitas, daerah, bangsa dan
dunia global. Pengembangan matriks kondisional sebagai alat pengodean untuk
membantu peneliti membuat hubungan antara kondisi makro dan mikro yang
mempengaruhi fenomena tersebut. Namun matriks ini jarang digunakan karena
peneliti lebih memilih mengakhiri studi mereka dengan teori yang dikembangkan
dalam coding selektif.
2. Gagasan konstruktivis dari Charmaz (2005, 2006).
Charmaz mendukung perspektif konstruktivis sosial yang menekankan pada
ragam dunia lokal, realitas, kompleksitas dari dunia, aksi tertentu, pandangan,
nilai, keyakinan, perasaan, asumsi, dan ideologi dari individidu daripada meetode
penellitian meskipun dia juga mendeskripsikan praktik pengumpulan data,
pengodean data, memoing, dan penggunaan sampling teoritis.
Menurut Charmaz, Grounded Theory Kontruktivis terletak tepat pada
pendekatan interpretatif dalam penelitian kualitatif dengan pedoman yang
fleksibel, fokus pada teori yang akan dikembangkan berdasarkan pandangan
peneliti yang mempelajari tentang pengalaman dalam jaringan, situasi, dan
hubungan yang tertanam dan tersembunyi serta memperlihatkan hierarki
kekuasaan, komunikasi dan kesempatan.
Menurut Charmaz, prosedur Grounded Theory tidak mengecilkan peran
peneliti selama proses tersebut. Tetapi peneliti membuat keputusan tentang
kategori di sepanjang proses tersebut , mengajukan pernyataan tentang data, dan
menjelaskan nilai, pengalaman, dan prioritas pribadi. Setiap kesimpulan yang
dikembangkan oleh para teoritis dasar bersifat sugestif, tidak lengkap dan
inkonklusif.

D. Prosedur Pelaksanaan Riset Grounded Theory


Peneliti perlu memulai dengan menentukan apakah grounded theory paling
cocok untuk mempelajari problem risetnya. Grounded Theory adalah desain yang
baik digunakan ketika tidak di dapatkan teori untuk menjelaskan dan memahami
proses. Pada praktiknya, teori dibutuhkan untuk menjelaskan bagaimana masyarakat
mengalami suatu fenomena dan grounded theory yang dikembangkan oleh peneliti
akan menyiapkan kerangka umum tersebut.
Pertanyaan riset yang diajukan peneliti kepada partisipan diarahkan untuk
memahami bagaimana individu mengalami proses tersebut dan mengidentifikasi tahap
dalam proses tersebut (apa, bagaimana). Kemudian peneliti mengajukan pertanyaan
yang lebih detail kepada partisipan untuk membantu membentuk tahap coding aksial
seperti pertanyaan apakah yang pokok dari proses tersebut (fenomena inti)? Apa yang
mempemgaruhi atau menyebabkan fenomena ini terjadi (kondisi kausal)? Apa saja
strategi yang digunakan selama proses tersebut (strategi)? Apa efek yang terjadi
(konsekuensi)?. Selain data berupa pertanyaan/informasi, pengamatan, dokumen, dan
bahan audiovisual juga turut dikumpulkan. Tujuannya adalah mengumpulkan
sebanyak mungkin informasi untuk sepenuhnya mengembangkan/ menjenuhkan
modelnya. Ini melibatkan 20-60 wawancara.
Analisis data berlangsung secara bertahap.
a. Dalam coding terbuka peneliti membentuk kategori informasi tentang fenomena
yang sedang dipelajari dengan mensegmentasi informasi. Pada masing-masing
kategori peneliti menemukan berberapa sifat (properties) atau subkategori dan
mencari data untuk di dimensionalisasi atau memperlihatkan kemungkinan
ekstrim pada kontinum dari sifat (property) tersebut.
b. Dalam coding aksial peneliti menyusun data dengan cara baru setelah coding
terbuka. Dalam pendekatan terstruktur ini peneliti menyajikan paradigma coding
atau diagram logika (model visual) dimana penelitinya mengidentifikasi fenomena
sentral (kategori sentral dalam fenomena tersebut), mengeksplorasi kondisi kausal
(kategori dari kondisi yang mempengaruhi fenomena tsb), menentukan strategi
(aksi/interaksi yang dihasilkan dari fenomena sentral), mengidentifikasi konteks
dan kondisi pengganggu (kondisi sempit/luas yang mempengaruhi strategi), dan
menggambarkan konsekuensi (hasil dari strategi) dari fenomena tersebut.
c. Dalam coding selektif peneliti dapat menulis “alur cerita” yang menghubungkan
beberapa kategori atau proposisi atau hipotesis.
Hasil dari proses pengumpulan data dan analisis data ini adalah teori level-
substansial. Teori tersebut muncul dari proses memoing dimana penelitinya menulis
ide tentang teori baru selama proses coding terbuka, aksial, dan selektif. Teori level-
substansial dapat diuji, untuk verifikasi empirisnya menggunakan data kuantitatif
untuk menentukan apakah teori tersebut dapat digeneralisasikan terhadap
sampe/populasi atau studi tersebut mungkin berakhir pada titik ini dengan
permunculan teori sebagai tujuan dari riset tersebut.

E. Tantangan
Grounded theory merupakan bentuk penelitian kualitatif dimana peneliti perlu
menyingkirkan ide maupun pengertian teoritis sehingga nantinya teori substantif
analitis dapat muncul. Pendekatan menggunakan studi grounded theory ini bersifat
induktif dan mengembang sehingga ini merupakan pendekatan riset sistematis dengan
langkah yang spesifik dalam analisis data.
Dalam perspektif Corbin dan Strauss (2007), peneliti akan menghadapi
kesulitan dalam menentukan kapan kategori telah jenuh/ kapan teori dapat diperinci,
sehingga pendekatan ini memungkinkan sebagian dari peneliti kualitatif tidak
memiliki fleksibilitas sebagaimana yang diharapkan. Terdapat satu strategi yang
digunakan untuk bergerak kearah pemenuhan (saturasi) yaitu Sampling Diskriminan,
dimana penelitinya mengumpulkan informasi tambahan dari individu atau kelompok
yang berbeda dari sebelumnya untuk diwawancara kemudian ditentukan apakah teori
tersebut tetap benar untuk partisipan tambahan ini. Hasil utama dari studi ini adalah
teori terhadap komponen yang spesifik, komponen spesifik ini merupakan kategori
informasi yang telah ditetapkan dalam teori tersebut, contohnya: fenomena sentral,
kondisi kasual, strategi, kondisi dan konteks, serta konsekuensi.
Dalam kasus ini, perspektif Charmaz (2006) lebih adaptel dan tidak kaku sehingga
dapat digunakan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Grounded research/Grounded Theory adalah metode penelitian kualitatif yang
mencoba mengonstruksi atau merekonstruksi teori atas suatu fakta yang terjadi di
lapangan berdasarkan data melalui analisis induktif. Dan dikembangkan pertama
kali pada tahun 1960-an oleh dua ahli sosiologi, Barney Glaser and Anselm
Strauss. Ciri-cirinya adalah:
1. Grounded theory dibangun dari data tentang suatu fenomena.
2. Penyusunan teori tersebut dilakukan dengan analisis data secara induktif.
3. Agar penyusunan teori menghasilkan teori yang benar disamping harus
dipenuhi 4 (empat) kriteria yaitu: cocok, dipahami, berlaku umum,
pengawasan, juga diperlukan dimilikinya kepekaan teoretik (theoretical
sensitivity) dari si peneliti.
4. Peneliti mempunyai wawasan yang luas.
Menurut Creswell pengumpulan data dalam studi grounded theory merupakan
proses “zigzag”, keluar lapangan untuk memperoleh informasi, menganalisis data,
dan seterusnya. Partisipan yang diwawancarai dipilih secara teoritis –dalam
theoritical sampling- untuk membantu peneliti membentuk teori yang paling baik.
Proses analisis data dalam grounded theory meliputi: pengodean terbuka (open
coding), pengkodean poros (axial coding), pengodean selektif (selective coding),
dan proposition Proses analisis data dalam grounded theory meliputi: pengodean
terbuka (open coding), pengodean poros (axial coding), pengodean selektif
(selective coding).

B. Saran
Dalam memahami makalah yang sangat jauh dari kesempurnaan ini,
Alhamdulillah telah selesai kami susun. Semoga bisa memberi pengetahuan baru
tentang “Grounded Research” kepada semua pembaca makalah ini. Untuk
perbaikan makalah ini, sudi kiranya dosen pembimbing serta para pembaca
memberikan kritik dan saran yang mendukung terhadap makalah ini agar kami
bisa lebih baik di masa yang akan datang. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Bungin, B. (2008). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial Lainnya. Jakarta: Prenada Media Group.

Creswell, J. W. (2015). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset Memilih Diantara Lima
Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Creswell, J. W. (2012). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudarto. (2002). Metodologi Peneltian Filsafat. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Walidin, Warul. (2015). Metodologi Penelitian Kuaalitatif dan Grounnded Theory. Banda Aceh: FTK
Ar-Raniry Press.

Anda mungkin juga menyukai