Anda di halaman 1dari 42

FILSAFAT PENDIDIKAN

TIGA LANDASAN UTAMA


FILSAFAT PENDIDIKAN

Dosen pengampu:
Miswandi Tendrita, S.Pd., M.Pd.
Universitas Sembilanbelas November Kolaka
2021
Ontologi

Tiga Landasan Utama


Filsafat Epistemologi

Aksiologi
Landasan
Epistemologi
Episteme (pengetahuan)

Epistemolog
is
logos (ilmu)

Istilah epistemologis pertama kali dipakai oleh J.F.Feriere. .


Epistemologis adalah suatu ilmu filsafat yang yang
mempersoalkan masalah hakikat pengetahuan
Epistemologi merupakan studi tentang pengetahuan,
bagaimana mengetahui pengetahuan. Pengetahuan ini
berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: cara
manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan dan jenis-
jenis pengetahuan.
Aliran-aliran Epistemologis
Aliran Rasionalisme

Aliran ini berpendapat semua pengetahuan bersumber dari


akal pikiran atau rasio. Tokohnya antara lain Rene Descartes
(1596-1650), Spinoza (1632-1677), Leibniz (1666-1716).

Aliran
Empirisme

Aliran ini berpendirian bahwa semua pengetahuan manusia


diperoleh melalui pengalaman indra. Indra memperoleh
pengalaman (kesan-kesan) dari alam empiris, selanjutnya
kesan-kesan tersebut terkumpul dalam diri manusia menjadi
pengalaman. Tokohnya antara lain John Locke (1632-1704),
David Hume (1711-1776)
Aliran
Realisme

Realisme merupakan suatu aliran filsafat yang menyatakan


bahwa objek-objek yang kita serap lewat indra adalah nyata
dalam diri objek tersebut. Objek-objek tersebut tidak
bergantung pada subjek yang mengetahui atau dengan kata
lain tidak bergantung pada pikiran subjek. Tokohnya antara
lain Aristoteles (384-322 SM),

Aliran
Kritisisme
Kritisisme menyatakan bahwa akal menerima bahan-bahan
pengetahuan dari empiri (yang meliputi indra dan
pengalaman). Kemudian akal akan menempatkan, mengatur,
dan menertibkan dalam bentuk-bentuk pengamatan yakni
ruang dan waktu. Pengamatan merupakan permulaan
pengetahuan sedangkan pengolahan akal merupakan
pembentukannya. Tokoh aliran ini adalah Immanuel Kant
(1724-1804)
Aliran
Positivisme
Tokoh aliran ini di antaranya August Comte, yang
memiliki pandangan sejarah perkembangan pemikiran
umat manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap,
yaitu:
1)Tahap Theologis, yaitu manusia masih percaya
pengetahuan atau pengenalan yang mutlak. Manusia
pada tahap ini masih dikuasai oleh takhayul-takhayul
sehingga subjek dengan objek tidak dibedakan.
2)Tahap Metafisis, yaitu pemikiran manusia berusaha
memahami dan memikirkan kenyataan, tetapi belum
mampu membuktikan dengan fakta.
3)Tahap Positif, yang ditandai dengan pemikiran manusia
untuk menemukan hukum-hukum dan saling
berhubungan lewat fakta. Oleh karena itu, pada tahap ini
pengetahuan manusia dapat berkembang dan dibuktikan
lewat fak
Aliran
Skeptisisme

Menyatakan bahwa indra adalah bersifat menipu atau


menyesatkan. Namun, pada zaman modern berkembang
menjadi skeptisisme medotis (sistematis) yang mensyaratkan
adanya bukti sebelum suatu pengalaman diakui benar. Tokoh
skeptisisme adalah Rene Descartes (1596-1650).

Aliran
Pragmatisme

Aliran ini tidak mempersoalkan tentang hakikat pengetahuan,


namun mempertanyakan tentang pengetahuan dengan
manfaat atau guna dari pengetahuan tersebut. Dengan kata
lain kebenaran pengetahuan hendaklah dikaitkan dengan
manfaat dan sebagai saranabagi suatu perbuatan. Tokoh
aliran ini, antara lain C.S Pierce (1839-1914)
Hakikat Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap
sesuatu. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan
dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap
dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan
bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung
tindakan seseorang.
Metode Memperoleh
Pengetahuan
Empirisme

Empirisme adalah suatu cara/metode dalam filsafat yang


mendasarkan cara memperoleh pengetahuan dengan melalui
pengalaman. John Locke, bapak empirisme Britania,
mengatakan bahwa pada waktu manusia di lahirkan akalnya
merupakan jenis catatan yang kosong (tabula rasa),dan di
dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman
inderawi
Rasionalisme

Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan


terletak pada akal.. Para penganut rasionalisme yakin bahwa
kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide kita, dan
bukannya di dalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran
mengandung makna mempunyai ide yang sesuai dengan
atau menunjuk kepada kenyataan, maka kebenaran hanya
dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh
dengan akal budi
Fenomenalisme

Immanuel Kant. Kant membuat uraian tentang pengalaman.


Barang sesuatu sebagaimana terdapat dalam dirinya sendiri
merangsang alat inderawi kita dan diterima oleh akal kita
dalam bentuk-bentuk pengalaman dan disusun secara
sistematis dengan jalan penalaran
Intusionisme

Menurut Bergson, intuisi adalah suatu sarana untuk


mengetahui secara langsung dan seketika. Analisa, atau
pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan, tidak
akan dapat menggantikan hasil pengenalan secara langsung
dari pengetahuan intuitif.
Dialektis

Yaitu tahap logika yang mengajarkan kaidah-kaidah dan


metode penuturan serta analisis sistematik tentang ide-ide
untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan.
Dalam kehidupan sehari-hari dialektika berarti kecakapan
untuk melekukan perdebatan. Dalam teori pengetahuan ini
merupakan bentuk pemikiran yang tidak tersusun dari satu
pikiran tetapi pemikiran itu seperti dalam percakapan,
bertolak paling kurang dua kutub
Hubungan Antara Epistemologi
dan Pendidikan
Hubungan epistemologi dengan pendidikan adalah untuk
mengembangkan ilmu secara produktif dan bertanggung
jawab serta memberikan suatu gambaran-gambaran umum
mengenai kebenaran yang diajarkan dalam proses
pendidikan.
Implikasi Epistemologi dalam
Pendidikan Indonesia
Desain sebuah pendidikan merupakan proses yang sangat
bermakna di dalam pencerdasan bangsa. Patokan atau
pedoman yang akan dilaksanakan merupakan sebuah
mekanisme bagi para pelaksana baik di tingkat pusat sampai
pada guru yang sebagai ujung tombak pendidikan. Analisis
data, pengujian data harus selalu dilakukan agar
menciptakan sebuah pengembangan metode ataupun sistem
pembelajaran

Apabila semua tindakan epistemologi di lakukan dari tingkat


pusat sampai guru, maka proses pendidikan ini tidak akan
mengalami bias yang sangat terlihat
Aplikasi Epistemologi dalam
Pendidikan
Proses pelaksanaan pendidikan tidak terlepas dari bagaimana
pendidikan itu di rancang, di rumuskan, dilaksanakan,
ataupun di evaluasi. Dalam epistimologi dikenal sebuah cara
untuk mendapatkan sebuah ilmu, maka di dalam pendidikan
mulai dari perancangan sampai evaluasi pendidikan haruslah
dilakukan secara benar, tepat dan ilmiah.

Epistemologi diperlukan dalam pendidikan antara lain dalam


hubungannya dengan penyusunan dasar kurikulum.
Pengetahuan apa yang harus diberikan pada anak didik,
diajarkan di sekolah dan bagaimana cara memperoleh
pengetahuan dan cara menyempaikannya seperti apa?
Semua itu adalah epistemologinya pendidikan
Lahirnya Kurikulum 2013 adalah salah satu usaha baik dari
pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan di
Indonesia. Baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor. Di
mana pendidikan yang sebelumnya lebih mengarahkan siswa
pada aspek kognitif saja

Dilihat dari sudut epistemologi adalah didalam kurikulum


2013 ”pengetahuan apa yang harus diberikan kepada
anak didik? Bagaimana cara memperoleh
pengetahuan?? Bagaimana cara menyampaikannya?
Landasan
Aksiologi
Aksios (nilai)

Aksiologis

logos (ilmu)

Aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai.


Dengan kata lain, aksiologi adalah teori nilai. Suriasumantri
mendefinisikan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan
kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh.
Tiga Bagian Aksiologi menurut
Bramel
Tindakan moral, bidang ini melahirkan
Moral Conduct
disiplin khusus, yaitu etika.

Ekspresi keindahan. Bidang ini


Estetic Expression
melahirkan keindahan

Kehidupan sosial politik, yang akan


Sosio-political life
melahirkan filsafat sosial politik
Dari definisi-definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas
bahwa permasalahan utama adalah mengenai nilai. Nilai
yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.
Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada
permasalahan etika dan estetika.
Etika dan Estetika dalam Filsafat
Pendidikan
Etika dalam Filsafat
Pendidikan

Antara ilmu pendidikan dan etika memiliki hubungan erat.


Masalah moral tidak bisa dilepaskan dengan tekat manusia
untuk menemukan kebenaran, sebab untuk menemukan
kebenaran dan terlebih untuk mempertahankan kebenaran,
diperlukan keberanian moral. Perkembangan iptek harus
didukung dengan adanya kendali dari nilai-nilai etika.

Untuk itulah kemudian ada rumusan pendekatan konseptual


yang dapat dipergunakan sebagai jalan pemecahannya,
yakni dengan menggunakan pendekatan etik-moral, dimana
setiap persoalan pendidikan coba dilihat dari perspektif yang
mengikut sertakan kepentingan masing-masing pihak, baik
itu siswa, guru, pemerintah, pendidik serta masyarakat luas
Pendidikan diorientasikan pada upaya menciptakan suatu
kepribadian yang mantap dan dinamis, mandiri dan kreatif.
Tidak hanya pada siswa melainkan pada seluruh komponen
yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan
Estetika dalam Filsafat
Pendidikan
Estetika adalah bagian filsafat tentang nilai dan penilaian
yang memandang karya manusia dari sudut indah dan jelek
(nyaman/tidak). Estetika merupakan bagian aksiologi yang
membicarakan permasalahan (Russel), pertanyaan (Langer),
atau issues (Farber) mengenai keindahan menyangkut ruang
lingkup, nilai, pengalaman, perilaku, dan pemikiran seniman,
seni, serta persoalan estetika dan seni dalam kehidupan
manusia

hubungan antara filsafat pendidikan dan estetika pendidikan


adalah lebih menitik beratkan kepada “predikat” keindahan
yang diberikan pada hasil seni. Dalam dunia pendidikan
sebagaimana diungkapkan oleh Randall dan Buchler
mengemukakan ada tiga interpretasi tentang hakikat seni :
Seni sebagai penembusan terhadap realitas, selain
pengalaman,Seni sebagai alat kesenangan, Seni sebagai
ekspresi yang sebenarnya tentang pengalaman.
Estetika dalam Filsafat
Pendidikan

Dalam dunia pendidikan hendaklah nilai estetika menjadi


patokan penting dalam proses pengembagan pendidikan
yakni dengan menggunakan pendekatan estetis-moral,
dimana setiap persoalan pendidikan coba dilihat dari
perspektif yang mengikut sertakan kepentingan masing-
masing pihak, baik itu siswa, guru, pemerintah, pendidik
serta masyarakat luas. Ini berarti pendidikan diorientasikan
pada upaya menciptakan suatu kepribadian yang kreatif,
berseni .
Implikasi Aksiologi dalam
Pendidikan Indonesia
Implikasi aksiologi dalam dunia pendidikan adalah menguji
dan mengintegrasikan nilai tersebut dalam kehidupan
manusia dan membinakannya dalam kepribadian peserta
didik. . Memang untuk menjelaskan apakah yang baik itu,
benar, buruk dan jahat bukanlah sesuatu yang mudah.
Apalagi, baik, benar, indah dan buruk, dalam arti mendalam
dimaksudkan untuk membina kepribadian ideal anak, jelas
merupakan tugas utama pendidikan.

Pendidikan harus memberikan pemahaman/pengertian baik,


benar, bagus, buruk dan sejenisnya kepada peserta didik
secara komprehensif dalam arti dilihat dari segi etika,
estetika, dan nilai sosial. Dalam masyarakat, nilai-nilai itu
terintegrasi dan saling berinteraksi. Nilai-nilai di dalam rumah
tangga/keluarga, tetangga, kota, negara adalah nilai-nilai
yang tak mungkin diabaikan dunia pendidikan bahkan
sebaliknya harus mendapat perhatian
Kegunaan Aksiologi dalam
Pendidikan Indonesia
1. Aksiologi Sebagai Nilai Kegunaan
Teori

Pemahaman terhadap konsep-konsep ilmiah pendidikan


secara potensial mempunyai nilai kegunaan untuk
mengembangkan isi dan metode ilmu pendidikan,
mengembangkan mutu professional teoretikus dan praktisi
pendidikan
2. Aksiologi Ilmu Pendidikan sebagai Nilai Kegunaan
Praktis

Penguasaan yang mantap terhadap konsep-konsep ilmiah


pendidikan memberikan pencerahan tentang bagaimana
melakukan tugas-tugas profesional pendidikan. Apabila hal
ini terjadi, maka seorang tenaga pendidikan akan dapat
bekerja konsisten dan efisien, karena dilandasi oleh prinsip-
prinsip pendidikan yang jelas terbaca dan kokoh

Penerapan konsep-konsep ilmiah pendidikan dalam praktek


pendidikan perlu memperhitungkan terpenuhinya kebutuhan
emosional, berupa rasa puas, rasa senang ataupun rasa yang
sejenisnya. Hal ini dapat dicapai hanya apabila dikemas
dalam bentuk prosedur dan teknik-teknik pendidikan yang
manusiawi dalam arti memperhitungkan aspek emosional
Contoh penerapan Aksiologi
dalam Pendidikan Indonesia
Teori aksiologi memiliki ranah di antaranya yaitu tentang
etika dan estetika. Apabila kita sudah memahami dan
mengetahui tentang suatu ilmu pengetahuan kemudian
dilanjutkan dengan kajian aksiologi, aksiologi ini yang akan
membahas tentang manfaat yang didapatkan dari ilmu
pengetahuan tersebut yang didapatkan. Apakah ilmu
pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat atau
malah sebaliknya.

Contoh: pengetahuan siswa tentang pentingnya


penggunaan sarana prasarana dapat memberikan manfaat
di dalam kehidupan sehari-hari
TERIMAKASIH
Atas Perhatian
Anda,,,,

Anda mungkin juga menyukai