Anda di halaman 1dari 28

BAB II

ISI BUKU

2.1 Buku Utama


2.1.1 Identitas Buku
Judul Buku : Filsafat Pendidikan : Teori dan Praktik
Pengarang : Drs. H. Soegiono, M.M, Dr. Tamsil Muis
Penerbit : Rosda
Kota Terbit : Bandung
Tahun Terbit : 2012
Jumlah Halaman : 134 + v
ISBN : 978-979-692-086-0

2.1.2 Ringkasan Isi Buku


BAB I : Orientasi Materi
Dalam sejarah kehidupan manusia, muncul dan berkembang aktivitas
manusia yang disebut filsafat. Filsafat memiliki makna yaitu kemampuan berpikir
manusia yang dimaknai secara umum dengan makna yang sama yaitu kemampuan
untuk menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah. Berfilsafat merupakan
dorongan manusia untuk mengetahui seluk beluk dirinya dan di luar dirinya. Orang-
orang yang melakukan kegiatan ini disebut dengan filsof. Filsof dipandang sebagai
orang terhormat karena pemikirannya yang dianggap lebih tinggi dibandingkan dari
kebanyakan orang dan dipakai sebagai acuan dalam kehidupan manusia lainnya
yang mengaguminya. Oleh karena itu, mahasiswa diharapkan memiliki tentang
seluk beluk filsafat khusunya dalam hal-hal yang berkaitan dengan pengertian,
manfaat, kedudukan, kaitan filsafat dan segala macam hal yang berkaitan filsafat.

BAB II : Memahami Pengertian Filsafat


1. Pengertian Filsafat Ditinjau dari Asal Kata
Sebagian orang berpendapat bahwa filsafat berasal dari bahasa Arab yakni
falsafah yang dikaitkan dengan kata sofiah dari bahasa Yunani yang artinya

3
4

bijaksana. Di pihak lain, filsafat dipercaya berasal dari bahasa Latin (Yunani) dan
merupakan penyatuan dua kata yakni philo yang berarti teman, sahabat, yang
mungkin berkaitan dengan bahasa Inggris fellow, dan kata Sophia. Namun, ada
yang berpendapat bahwa dalam kata filsafat kuncinya bukan kebijaksanaan
melainkan kebenaran sehingga kata filsafat diartikan sebagai cinta kebijaksanaan
atau cinta kebenaran. Filsafat mengandung misi moral dan juga pedoman hidup.
2. Pengertian Filsafat menurut para Filosof
Plato, Aristoteles, Bernard Russel, William James, Al-Farasbi, serta
Immanuel Kant merupakan sebagian para filososf yang mendefinisikan arti filsafat.
Menurut Plato, filsafat merupakan pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran
asli. Aristoteles mengatakan filsafat sebai ilmu yang meliputi kebenaran yang
tergabung di dalamnya metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik, dan estetika.
Bernard Russel mengatakan filsafat sebagai the attent to answer ultimate question
critically, dan masih banyak lagi definisi filsafat yang lain.
3. Pengertian Filsafat menurut Beberapa Penulis Buku
Misalnya, Prof. Ir. Poedjawijatna dalam bukunya Pembimbing ke Arah
Filsafat mengatakan filsafat sebagai ingin mengerti dengan mendalam atau cinta
pada kebenaran. Ada banyak penulis buku lain yang mendefinisikan arti filsafat.
4. Pengertian Filsafat menurut Kamus
Menurut KBBI, filsafat diartikan sebagai pengetahuan dan penyelidikan
akal budi mengenai segala yag ada, sebab, asal, dan hukumnya.
5. Pemaduan arti Filsafat
Filsafat dapat dipadukan dengan berbagai unsur unsur dari semua
pengertian filsafat yang ada. Dari rumusan filsafat yang telah diuraikan terlihat
adanya komponen-komponen yang membentuk bangunan ari filsafat yaitu wujud,
aktivitas, mode, objek, lingkup, tujuan dan hasil. Banyak bentuk definisi yang bisa
dipakai untuk memberi arti pada suatu konsep yakni definisi luas, demonstrative,
sinonim, lukisan dan uraian. Definis lukisan (menggambarkan apa yang
didefinisikan) dan uraian (menguraikan bagian-bagian pokok yang didefinisikan)
mungkin yang paling tepat untuk medefinisaikan pengertian filsafat.
Kajian empirik tentang unsur-unsur rumusan filsafat :
5

a. Eksistensi filsafat : filsafat merupakan pengetahuan dan ilmu pengetahuan serta


salah satu kegiatan yang menganggap filsafat sebagi pemikiran yang teoritik.
Filsafat juga bisa dipandang hasil karya manusia, yaitu hasil berfilsafat
b. Apa yang dilakukan orang berfilsafat? : Berfilsafat merupakan kegiatan berpikir
teoritik. Berpikir menyeluruh berarti bahwa dalam memikirkan sesuatu tidak hanya
memikirkan sesuatu hal yang dipikirkan saja, tetapi memikirkan juga semua hal
yang terkait dengan satu hal yang dipikrkan itu.
c. Apa yang difilsafatkan? : Filsafat membahas segala sesuatu yang ada yang
meliputi sesuatu yang benar-benar dapat ditangkap oleh indra, ada yang diyakini
benar-benar ada yang tidak tertangkap oleh alat indera, ada yang hanya dapat
ditangkap oleh pikiran, da nada yang bersifat kemungkinan ada.
d. Apa tujuan orang berfilsafat? : Terbagi dua, yaitu tujuan subjektif yakni
menyangkut kepentingan orang berfilsafat itu sendiri serta tujuan objektif yakni
terkait dengan kebutuhan orang banyak.
e. Bagaimana Berpikir Filsafat? : Berpikir filsafat dimulai dari ketidaktahuan,
ketidakmengertian, keraguan, kebingungan, atau hal lain, yang menyebabkan orang
tergugah untuk bertanya tentang keberedaan sesuatu maupun hubungan antara yang
satu dengan yang lain. Untuk menjawab itu semua perlu dilakukan kegiatan berpikir
dengan cara bertanya terus menerus mengenai hal yang dipikrkan tersebut hingga
merasa puas dan menemukan hakikat dari pertanyaan tersebut.
f. Genus dan term Filsafat : Ada beberapa hal yang dijadikan genusnya filsafat yakni
: aktivitas manusia, hasil aktivitas manusia, pengetahuan, ilmu pengetahuan, namun
filsafat dipilih genus imu karena genus yang lain terlalu luas. Diferensiasinya
berupa berbedanya ilmu filsafat dengan ilmu-ilmu yang lain yaitu objeknya, metode
kajiannya serta tujuannya.

BAB III : Filsafat di Tengah-Tengah Berbagai Karya Budaya


Peran dan pemanfaatan Filsafat bagi mausia perlu dipahami dari bagaiman
filsafat berinteraksi dengan berbagai bentuk hasil cipta, rasa, karsa, dan karya
manusia yang disebut budaya atau kebudayaan, serta dengan agama yang juga
merupakan pedoman hidup manusia yang berasal dari Tuhan. Filsafat merupakan
salah satu komponen yang harus diperhatikan dalam keberadaab, tumbuh kembang,
6

dan pemanfaatan semua unsur budaya yang berupa politik, ekonomi, sosial, budaya,
ilmu pengetahuan, teknologi, dan pendidikan. Filsafat merupakan dasar pijak,
panduan, dan pengontrol semua aktivitas manusia, baik sebagai makhluk individu
maupun sebagai makhluk sosial
Nilai praktik filsafat dalam hidup manusia dijelaskan menjadi lima, yaitu :
a. Filsafat sebagai salah satu sarana meningkatkan taraf hidup manusia. Dalam hal
ini manusia menggunakan pikirannya untuk mengelola dirinya sendiri dan
lingkungannya untuk kepentingan hidupnya.
b. Kaitan antara filsafat dan ilmu-ilmu di luar ilmu filsafat. Filsafat sebagai ilmu
merupakan diawali dengan filsafat dipandang sebagai ilmu yang pertama kali
muncuul. Pada awalnya sifat keilmuan ini berupaya mencari penjelasan yang
objektif dan masuk akal seperti yang sekarang. Meskipun filsafat merupakan induk
dari semua ilmu, ilmu-ilmu yang berkembang sesudahnya memiliki kekhususan
dibandingkan induknya. Perbedaan dan persamaan antara ilmu filsafat dan ilmu-
ilmu lain dapat dilihat dari kedalaman pembahasannya,sifat kebenarannya, cara
memperoleh kebenaran , daya jangkau menyentuh sasaran, fungsi dan
pemanfaatannya.
c. Kaitan antara filsafat dan teknologi. Kaitannya dapat dilihat dalam dua bentuk
yaitu pengaruh teknologi terhadap keberadaan filsafat dimana dengan
perkembangan teknologi seseorang dapat mengalami perubahan dalam bagaimana
pandangannya mengenai suatu fenomena. Dan yang kedua yaitu pengaruh filsafat
terhadap teknologi dimana menyangkut pengembangan dan penggunaan teknologi.
Dalam hal penggunaan hasil teknologi merupakan aspek aksiologinya lalu
pengembangan dan penggunaan teknologi harus mempertimbangkan filsafat yang
dianut masyarakat apakah sesuai atau tidak.
d. Kaitan filsafat dengan agama. Pengaitannya semata-mata karena keduanya
merupakan sumber tata perilaku moral yang dipakai masyarakat pada umumnya.
Dalam hal pedoman moral, filsafat maupun agama memberikan sesuatu yang dapat
dipakai sebagai pedoman atau pegangan hidup manusia. Namun, kebenaran filsafat
bersifat relative,berbeda-beda bahkan bisa berubah. Berbeda dengan agama bahwa
kebenarannya mutlak bagi pemeluknya,
7

e. Kaitan filsafat dengan politik, ekonomi, social, budaya, hokum dan pendidikan.
Pengelompokan ini didasarkan pada pengelompokan bidang-bidang pembangunan.
Filsafat diperlukan pada bidang-bidang ini menyangkut bagaimana menghadapi
suatu masalah dalam bidang-bidang tersebut yang menuntut diselesaikan dengan
pemikiran filsafat.

BAB IV : Aliran dan Cabang Filsafat


Filsafat dapat memberikan kontribusi pada pemikiran dan pelaksanaan
pendidikan dalam bentuk memberikan pemikiran dan hasil pemikiran yang
mendalam, yaitu berupa hakikat segala sesuatu, khususunya terkait dengan
pendidikan. Meskipun pemahaman tentang hakikat bermanfaat untuk menentukan
titik tolak berpikir dan berbuat pendidikan, namun para pemikir dan pelaksana
pendidikan harus mengadakan pilihan secara cerdas, karena apa yang disebut
hakikat yang seharusnya merupakan kebenaran terakhir, paling benar, tetapi
nyatanya terhadap hal yang sama para filosof menghasilkan hakikat yang berbeda-
beda.
Cabang-cabang filsafat dapat memberikan masukan unruk menetapkan
komponen-komponen pendidikan. Dalam memilih aliran filsafat yang dipandang
paling tepat para pemikir pendidikan maupun pelaksana pendidikan harus tetap
memilih yang diyakini mana yang paling baik, sesuai dengan visi dan misi
pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.
Didalam filsafat sering terjadi perbedaan sudut pandang, yang merupakan
hal yang biasa. Karena berpikir filsafat adalah akibat logis dari salah satu filsafat
yaitu merupakan kegiatan yang berpikir bebas sehingga hasilnya pun juga bisa
terjadi tidak sama meskipun yang dipikirkan sama. Perbedaan proses dan hasil
berpikir yang diikuti sikap yang saling mempertahankan pendapatnya mau tidak
mau akan memunculkan aliran-aliran.
Terjadinya aliran-aliran filsafat lebih banyak disebabkan oleh rekayasa para
pakar filsafat lebih banyak disebabkan oleh rekayasa para pakar filsafat untuk
menggolong-golongkan materi filsafat yang dikemukan oleh para filosof dan
bukan karena pemikiran para filosof sendiri. Para pakar melihat adanya perbedaan-
perbedaan pendapat atau pandangan tentang sesuatu yang sama.
8

Berikut akan ditampilkan aliran-aliran filsafat yang banyak digunakan


dalam kehidupan praktis, khususnya yang secara langsung menyangkut teori dan
praktik pendidikan.
1. Idealisme
Sudut pandang ini mengatakan bahwa realita atau kenyataan atau kebenaran
yang sungguh-sungguh benar adalah sesuatu yang disebut ide bukan seperti yang
dapat dilihat dengan indra manusia. Ide ada pada jiwa atau pikiran manusia bersifat
abstraj, universal, dan abadi. Sedangkan apa yang data ditangkap oleh indra justru
menurut idealism merupakan sesuatu yang semu bukan realita. Menurut paham ini,
manusia dalam upaya mengenali objek diluar dirinya dengan menangkap objek
melalui indranya dan baru melalui proses intelektualnya. Jadi, yang menjadi hakikat
manusia sendiri adalah bukan seperti yang dapat dilihat oleh mata atau ditangkap
indra lain karena seorang manusia dengan manusia yang lain jelas berbeda dalam
segala hal.
Dalam banyak hal, idealisme bersentuhan pendapatnya dengan
rasionalisme. Namun, rasionalisme lebih banyak menyangkut cara memperoleh
kebenaran dan tentang kriteria kebenaran. Rasionalisme berpendapat bahwa
pengetahuan dan kebenaran hanya dapat diperoleh dengan cara berpikir dan
kebenaran juga hanya berada di pikiran. Yang ditangkap oleh indera manusia bukan
kebenaran sebenarnya dan justru merupakan yang meragukan.
a. Empirisme
Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan dan pengalaman manusia didapat dari
hubungan manusia dengan lingkungannya melalui alat indera bukan melalui
pikiran. Empirisme berpendapat bahwa manusia lahir tidak mempunyai
pengetahuan atau pengalaman apa pun. Pengetahuan baru diperoleh setelah
manusia menggunakan indranya untuk menangkap apa yang ada di lingkungannya.
b. Positivisme
Bagi positivism hakikat sesuatu adalah benar-benar pengalaman indra , tidak ada
campur tangan yang bersifat batiniah.
c. Pragmatisme
Filsafat pragmatism adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata dan
filsafat tidak boleh larut dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis
9

dan tidak ada faedahnya. Pendapat ini tidak memperhatikan kriteria kebenaran yang
lain seperti masuk akal atau harus tidak bertentangan dengan nilai moral,nilai
estetika, nilai hukum, nilai agama dan sebagainya
d. Materialisme
Materialism berpendapat bahwa keberadaan dan kebenaran semua yang ada didunia
adalah materi atau benda semata-mata. Wujud keberadaan manusia misalnya tidak
lain adalah keberadaan jasmaninya, tidak ada wujud lain termasuk keberadaan jiwa
atau roh. Pikiran hanya aktivitas otak, benda yang ada pada kepala manusia dan
yang terdiri dari susunan saraf serta kumpulan sel saraf yang jumlahnya jutaan.
Perasaan hanyalah ekspresi manusia yang muncul karena keluarnya enzim-enzim
tertentu. Dalam hal yang menyangkut kebutuhan manusia, materialisme
berpendapat bahwa semua kebutuhan manusia dapat terpenuhi melalui pemenuhan
kebutuhan materi dan semua nilai yang ada harus melewati pemenuhan materi
terlebih dahulu.
e. Naturalisme
Naturalism diartikan dalam konteks eksistensi segala sesuatu adalah benda alam
atau berupa hukum alam. Lalu naturalism juga diartikan menyangkut sifat alami,
alamiah, wajar dan tidak dibuat-buat. Jika naturalism diterapkan didunia pendidikan
maka materi dapat diambil dari alam peserta didik. Lalu, dalam memilih pendekatan
atau metode mendidik atau mengajar atau memilih alat pendidikan yang dipilih
harus sesuai dengan alamiahnya peserta didik ataupun alamiahnya materi yang
disampaikan.
f. Sekularisme
Sekularisme dianggap sebagai gerakan yang tidak menyetujui ajaran Kristiani
dalam kehidupan manusia. Makna dasar sekularisme sebagai gerakan moral
maupun sebagai filsafat adalh suatu paham yang hanya memikirkan jepentingan
duniawi dan mengabaikan hal-hal yang bersifat spiritual, keagamaan, moral, mistik,
keramat dan sebagainya.
2. Cabang dan aliran filsafat
Cabang filsafat terjadi karena proses spesialisasi terhadap objek yang
difilsafatkan. Terdapat banyak pendapat tentang macam-macam cabang filsafat
yang ada, diantaranya:
10

a. Dalam ENSIE disebutkan cabang-cabang filsafat metafisika, logika, filsafat


mengenal, filsafat pengetahuan, filsafat alam, filsafat kebudayaan, filsafat etika,
filsafat antropologi.
b. Ajaran Plato membedakan menjadi cabang-cabang dialektika, fisika dan etika.
c. Ajaran Aristoteles dibedakan menjadi logika, filsafat teoritik yang terdiri dari
fisika, matematika, metafisika
d. Filsafat praktis yang tediri dari etika, ekonomi, politik
Atas dasar objek filsafat ada cabang filsafat yang disebutkan metafisika,
ontology, logika, filsafat alam, filsafat manusia. Atas dasar pada kaitan filsafat
dengan ilmu ada sebutan cabang filsafat ilmu, filsafat pengetahuan, filsafat
metodologi, filsafat epistemology, filsafat fisika, filsafat matematika, filsafat
biologi, filsafat sosiologi, filsafat ekonomi. Sedangkan atas dasar kegiatan dasar
manusia ada filsafat etika, filsafat estetika, filsafat politik, filsafat hikum dan
sebagainya.

3. Metafisika
Metafisika adalah sesuatu yang ada dibalik alam indra. Alam indra adalah
alam yang dapat ditangkap oleh indra manusia, baik tentang dirinya sendiri maupun
diluar dirinya. Pengertian tidak dapat ditangkap dengan indra bukan karena sesuatu
itu ditutup dengan sesuatu tetapi tidak dapat dengan indra dan hanya ditangkap oleh
akal, pikiran atau budi. Jadi metafisiak adalah cabang filsafat yang membahas
tentang hakikat segala sesuatu.
Pembahasan metafisika ditempatkan pada urutan yang pertama karena
kenyataannya manusia secara keseluruhan maupun secara individual, cenderung
menaruh perhatian yang pertama pada sesuatu yang paling jauh dari dirinya yaitu
dibalik alam, baru memperhatikan alam, dan justru manusia sendiri diperhatikan
kemudian. Hal ini dapat dikaitkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan secara
umum, yaitu muncul pertama adalah ilmu filsafat disusul ilmu-ilmu alam baru ilmu-
ilmu social. Aliran-aliran filsafat metafisika adalah materialism, monoisme,
dualism, monodualisme, paralelisme, pluralism, rasionalisme, kausalisme,
determinisme, interdeterminism, dan lainnya.
11

4. Logika
Ditinjau dari asal usul, kata Logika berasal dari bahasa Latin Logike (kata
sifat) dan Logos (kata benda) yang artinya pikiran atau sesuatu yang dinyatakan
dari pikiran. Yang dimaksud dengan sesuatu. Yang dimaksud dengan sesuatu yang
dinyatakan oleh pikiran adalah bahsa atau kata. Plato menyebutkan bahwa bahasa
adalah pikiran yang diucapkan sedangkan pikiran adalah bahasa dalam hati.
Aristoteles menyebutkan logika dengan istilah organon yang berarti alat. Alat yang
digunakan orang untuk berfilsafat.
Dalam bentuk deskriptif Partap Sing Mehra, penulis buku filsafat
memberikan batasan logika sebagai ilmu yang memberikanaturan-aturan berpikir
valid, artinya ilmu yang memberikan prinsip-prinsip yang harus diikuti supaya
dapat berpikir valid (menurut aturan yang sah), sedangkan Langeveld
menggambarkan fungsi logika sebagai kegiatan mempelajari syarat-syarat yang
harus dicukupi oleh pemikiran yang menurut akal untuik menghasilkan
pengetahuan yang benar. Komponen-komponen logika adalah term, proposisi, dan
penarikan kesimpulan yang hakikatnya seperti arti dan fungsi yang ada pada
komponen-komponen bahasa yaitu kata, kalimat, dan pemikiran.
Manfaat memahami logika: dapat menyatakan, menjelaskan, dan
menggunakan prinsip-prinsip abstrakyang berguna untuk semua ilmu
pendidikan,mengembangkan daya piker abstrak dan disiplin intelektual,
mengembangkan daya kritis pada manusia, mencegah kesesatan berpikir dan
membantu kemampuan manusia berbahasa yang benar.

5. Filsafat Etika
Kata etika bersumber dari bahsa Latin, Etos yang kata turunannya menjadi
etika, etiket, etis, dan sebagainya. Dalam KBBI terdapat tiga arti filsafat etika,
yaitu:1. ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral. 2.kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. 3. nilai
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan ataun masyarakat.
Aliran-aliran dalam Filsafat Etika
a. Naturalisme, tingkah laku yang sesuai dengan sifat alamiahnya/fitrahnya.
12

b. Hedonisme, baik tidaknya tingkah laku manusia dinilai dari sudut


kenikmatannya.
c. Vitalisme, orang tidak dilarang berbuat apapun asal yang diperbuat itu berguna
untuk hidupnya, meskipun tidak sesuai dengan aturan yang berlaku
dilingkungannya.
d. Utilitalisme, baik tidaknya perbuatan manusia bergantung pada nilai
kemanfaatannya.
e. Idealisme, perbuatan yang baik adalah perbuatan yang sesuai dengan norma yang
bernilai tinggi.
f. Theologis, norma yang berasal dari firman Tuhan

6. Filsafat Estetika
Kemampuan manusia untuk membedakan sesuatu yang indah dan yang
tidak indah. Keindahan terkait dengan perasaan manusia dan mungkin perasaan
hewan yang menyebabkan manusia atau hewan sendiri mengagumi apa yang
dihadapinya. Keberadaan rasa indah dan keindahan, khususnya yang ada pada
manusia juga merupakan objek kajian filsafat yang dikenal dengan filsafat estetika.
Kata estetika sendiri meskipun bukan kata asli bahasa Indonesia, tetapi sudah
diserap dan dipakai di kalangan banyak orang dan disetarakan dengan kata
keindahan atau seni.
Aliran-aliran filsafat estetika :
1. Terjadinya aliran atau perbedaan selera tentang estetika atau seni menyangkut
persoalan reaksi psikologis pribadi manusia.
2. Tentang darimana munculnya keindahan yang terwujud dalam bentuk karya seni.
3. Penilaian keindahan karya seni juga menyangkut pertannyaan apakah indahnya
seni itu perlu ditinjau dari kemurnian ciptaan.
4. Perbedaan pendapat dalam kaitan bagaimana menilai keindahan karya seni dari
sudut nilai uang.
5. Perbedaan tentang seni sebagai wujud ekspresi keindahan juga terdapat pada
persoalan bentuk pemanfaatan karya seni.
Manfaat memahami Filsafat Estetika :
13

1. Memahami bahwa manusia memiliki potensi yang berupa perasaan yang dapat
membedakan sesuatu yang indah dan yang tidak indah.
2. Memahami bahwa kriteria keindahan lebih bersifat subjektif di samping ada segi
objektifnya.
3. Memahami bahwa setiap manusia berhak memilih aliran-aliran yang terjadi
dalam filsafat estetika.
4. Bagi guru/pendidik pemahaman tentang filsafat estetika dapat dipakai sebagai
titik tolak untuk mengembangkan kemampuan estetika siswa.

7. Filsafat Manusia
Filsafat manusia adalah cabang filsafat yang membahas tentang eksitensi
manusia, kemampuan dasar manusia, struktur kepribadian manusia, perilaku
manusia, dan asal muasal, serta arah hidup manusia. Seorang filosof yang cukup
terkenal Descartes sempat meragukan keberadaannya sendiri meskipun akhirnya
percaya bahwa dirinya ada. Kesimpulan bahwa dirinya ada ini setelah berpikir keras
dan menemukan jawabannya, yaitu bahwa dirinya terbukti dapat berfikir. Jadi
menurut Descartes eksitensi manusia adalah pada kemampuan berpikirnya.
Aliran-aliran filsafat manusia :
1. Uraian tentang aliran terkait dengan struktur atau unsur-unsur yang ada pada
manusia, yaitu tentang ontologisnya manusia, menyangkut pertanyaan tentang
bahan pembentuk manusia dan berapa jumlah bahan tersebut.
2. Bahasa filsafat tentang perilaku manusia menelaah tentang sumber perilaku dan
tentang tata tingkah laku manusia.
3. Terkait asal dan arah hidup manusia.
Manfaat memahami filsafat manusia :
1. Orang tahu kedudukan, hak, dan kewajibannya di tengah-tengah makhluk yang
ada di dunia ini
2. Orang tahu kemampuan dasar yang dimilikinya
3. Orang memahami kewajiban hidupnya
4. Orang dapat mengontrol hidupnya agar dapat mencapai tujuan hidupnya
5. Untuk kegiatan pendidikan pemahaman tentang manusia dapat dipakai sebagai
acuan untuk menetapkan kebijakan dan praktik pendidikan.
14

8. Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang mengkaji segala persoalan yang
berkaitan dengan ilmu dari sudut pandang filsafat. Satu hal yang perlu dicermati
menyangkut konsep filsafat dan konsep ilmu adalah bahwa filsafat sendiri adalah
ilmu, sehingga makna ilmu dalam filsafat ilmu yang dimaksudkan adalah ilmu
secara umum, termasuk filsafat sendiri sebagai ilmu.
Will Durant menyatakan bahwa tiap ilmu dimulai dengan filsafat dan
diakhiri dengan seni. Sedangkan Aguste Comte membagi perkembangan ilmu
menjadi tiga tahap, yaitu tahap religious, metafisik, dan positif. Dua pendapat ini
sama-sama mendukung pendapat bahwa keberadaan ilmu didahului oleh filsafat.
Manfaat memahami filsafat ilmu: 1. penggunaan ilmu bukan tanpa batas,
tetapi dibatasi oleh nilai-nilai yang ada dan yang tumbuh dalam masyarakat. 2. ilmu
memiliki keterbatasan, yaitu hanya dapat menelaah apa yang dapat ditangkap oleh
indra manusia. 3. ilmu selalu berkembang dan manusia mampu mengembangkan
ilmunya dengan kemampuan bernalarnya. 4. Manusia akan memiliki sifat dan sikap
kritis, selalu berupaya mempertanggungjawabkan bahan, prosedur, dan hasil
kegiatan ilmiahnya. 5. Pemahaman filsafat ilmu bermanfaat antara lain sebagai
bahan pertimbangan dalam pemilihan materi pendidikan dalam hal upaya
pengembangan kemampuan dan sikap ilmiah peserta didik.

9. Filsafat Pendidikan
Pendidikan sebagai salah satu aktivitas manusia yang bersifat universal
dengan sendirinya menjadi objek material filsafat dan pendidikan sebagai ilmu
cabang filsafat mendapatkan pengendalian dari filsafat. Kilpatrick dalam bukunya
Phylosophy of Education (1951:32) mengemukakan fungsi filsafat, fungsi
pendidikan dan fungsi filsafat pendidikan sebagai berikut Filsafat adalah berpikir
sebagai upaya mencari nilai yang lebih baik dan ideal, sedangkan pendidikan
merealisasikan nilai tersebut dalam hidup manusia, dalam kepribadian manusia.
Filsafat pendidikan diartikan sebagai studi komparatif tentang efek filsafat yang
bertentangan dalam hidup dan tentang alternatif proses pembentukan karakter dan
15

untuk mendapatkan manajemen pendidikan demi membentuk karakter yang paling


konstruktif bagi pemuda dan orang dewasa.
Cabang-cabang filsafat yang terkait dengan pemikiran dan praktik
pendidikan: 1. Metafisika. 2. Logika. 3. Etika. 4. Estetika. 5. Filsafat ilmu. 6.
Filsafat kebudayaan
Pengambilan kebijakan ataupun pelaksanaan pendidikan harus dengan cerdas
menentukan pilihan yang sesuai dengan visi dan misi pendidikan yang diembannya.

BAB V : Sudut Pandang Filosofi dalam Pendidikan


Menyatunya filsafat dengan pendidikan menghasilkan cabang filsafat yang
disebut filsafat Pendidikan. Sesuai dengan salah satu karakter filsafat yang
menghasilkan aliran-aliran, maka ada tiga aliran utama filsafat pendidikan yakbi
progresivisme, esensialisme, dan perenialisme. Konsep tiap aliran-aliran filsafat
pendidikan tentang komponen-komponen system pendidikan tidak lepas dari
aliran-aliran filsafat yang mendukungnya. Para pemikir dan pelaksana pendidikan
harus kritis dalam memilih filsafat pendidikan yang sesuai dengan visi dan misi
pendidikan yang diembannya.
Dalam hal menetapkan tujuan pendidikan ada tiga dasar pemikiran yang
harus diingat, yaitu kebutuhan dan arah hiduppeserta didik, kebutuhan masyarakat,
dan ideology pemangku kepentingan. Kebutuhan peserta didik merupakan acuan
utama dalam menetapkan tujuan pendidikan karena filosofi pendidikan modern
adalah bahwa pendidikan merupakan kegiatan melayani peserta didik dan bukan
sebaliknya penyelenggara pendidikan harus dilayani oleh peserta didik.
1. Pandangan filosofis tentang pendidik
a. Apakah semua manusia pada hakikatnya pendidik ataukah hanya manusia
tertentu yang berhak menjadi pendidik.
b. Terdapat pandangan yang berbeda tentang pendidik, yaitu tentang syarat yang
harus dipenuhi seorang pendidik.
c. Bagaimana dengan orang yang belum dewasa, apakah sudah boleh menjadi
pendidik atau belum.
d. Siapa yang sebenarnya pemilik hak mendidik, orangtua ataukah pihak lain.
e. Hanya manusiakah yang dapat mendidik.
16

2. Pandangan filosofis tentang keimbangan hubungan antara pendidik dan


peserta didik
a. Pandangan yan pertama, pendidik harus mempunyai kedudukan yang lebih
tinggi daripada peserta didik.
b. Pandangan yang kedua, pendidikan peserta didik mempunyai kedudukan yang
lebih tinggi daripada pendidik.
c. Pandangan ketiga, kedudukan pendidik dan peserta didik adalah setara.
1. Pandangan filosofis tentang materi pendidikan
a. Mana yang lebih banyak diberikan kepada peserta didik, apakah hal-hal yang
menyangkut moral ataukah ilmu pengetahuan dan keterampilan.
b. Lebih menekankan materi masa lampau, kekinian, ataukah masa depan.
c. Apakah materi pendidikan menyesuaikan dengan tujuan pendidikan atau
sebaliknya.
Aliran-aliran filsafat pendidikan :
a. Aliran progresivisme
Secara umum, progresivisme berpijak pada aliran filsafat pragmatisme,
yaitu aliran filsafat yang berpandangan bahwa kebenaran segala sesuatu ada pada
kegunaan praktisnya. Pandangan progresivisme tentang beberapa hal mengenai
pendidikan :
1. Pendidikan harus membawa kemajauan, tidak konservatif dan tidak otoriter
2. Pendidikan harus memperhatikan kemampuan-kemampuan dasar manusia
3. Ada ilmu-ilmu potensial yang dapat membantu pemikiran dan praktik
pendidikan
4. Realita berupa ide dapat digunakan untuk kemajuan
5. Dalam mencari ilmu pengetahuan lebih menekankan pada pendekatan
induktif, rasional, dan empiric
6. Memandang nilai/norma bukan sebagai ide murni dan harus diuji secara
empiric
7. Peserta didik memiliki potensi yang berupa akal dan kecerdasan yang dapat
digunakan untuk menghadapi lingkungan dan memecahkan berbagai
masalah
17

8. Kurikulum harus fleksibel, tidak bersifat universal, harus sesuai kebutuhan


setiap anak, serta sesuai dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan
setempat.

b. Aliran esensialisme
Perubahan ada yang sifatnya abadi yaitu esensinya sesuatu seperti wujud riil
manusia dari satu waktu ke waktu, dari satu tempat ke tempat lain yang berbeda,
berubah, tetapi hakikat manusia tetap ada yaitu bagaimanapun manusia.
Pandangan esensialisme terhadap pendidikan :
1. Ada materi pelajaran yang sifatnya tetap seperti bahasa, moral, matematika,
ilmu alam dan sebaginya. Hal-hal yang esensinya tetap ada meskipun wujud
riilnya bisa berbeda-beda.
2. Pendidikan harus dapat menemukan hal-hal yang merupkan esensi tersebut
3. Kurikulum tidak perlu terlalu banyak menyajikan pengetahuan atau
pengalaman. Cukup diberikan yang esensi, yang merupakan inti dari
berbagai pengalaman dan selanjutnya peserta didik mengembangkannya
sendiri

c. Aliran parenialisme
Merupakan pandangan bahwa dalam zaman yang selalu berubah tetap ada
benang merah yang menghubungkan zaman yang satu dengan zaman yang lain,
atau, antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain. Muncul karena kurang
puas dengan pandangan progresivisme yang selalu harus dengan yang baru.
Pandangan perenialisme menyangkut dengan pendidikan
1. Kurikulum merupakan alat untuk mengembangkan akal dan memori
2. Kurikulum harus meliputi pengalaman langsung maupun tidak langsung
3. Titik tolak belajar adalah bahwa manusia adalah makhluk rasionalis
4. Dari berpikir berkembanglah kebebasan, keterampilan, berbahasa, dan
sebagainya
5. Belajar adalah persoalan latihan dan disiplin mental
6. Ada belajar yang terjadi dalam bentuk pengajaran dan ada belajar yag
berupa penemuan sendiri oleh peserta didik.
18

BAB VI : Filsafat Pendidikan Indonesia


Meskipun dalam sistem pendidikan nasional Indonesia tidak dikenal secara
eksplisit istilah filsafat pendidikan, namun dengan menerapkan Pancasila sebagai
dasar pendidikan, pendidikan di Indonesia sudah memiliki landasan filosofis yang
dapat dipertanggungjawabkan. Pancasila dapat dipertanggungjawabkan sebagai
dasar filsafat pendidikan di Indonesia karena Pancasila sendiri hakikatnya juga
filsafat, dasar Negara, dan ideologi bangsa dan Negara. Pancasila dapat
mengakomodasi berbagai paham filsafat semua bangsa karena hakikat Pancasila
bersifat universal. Dengan dasar pendidikan Pancasila dan UUD 1945, pendidikan
di Indonesia mampu menerapkan konsep-konsep global yang terkait dengan
pendidikan. Bahwa Pancasila sudah cukup menjadi dasar filosofis pendidikan di
Indonesia diperlukan kepahaman dan keyakinan yang mendalam tentang ontology,
epistemology, dan aksiologinya Pancasila. Hakikat Pancasila yang mendukung
dipakainya sebagai dasar filsafat pendidikan adalah:
1. Pancasila diakui sebagai filsafat bangsa dan sebagai dasar Negara.
2. Pancasila telah ditetapkan sebagai paradigma pembangunan bangsa.
3. Hakikat pancasila baik dalam keseluruhan maupun sila demi sila telah diberikan
rumusan yang jelas.
4. Hakikat pancasila diposisikan sebagai hal yang universal.
5. Hakikat pancasila dapat mencakup ide-ide pokok berbagai filsafat yang ada.

2.2 Buku Pembanding


2.2.1 Identitas Buku
Judul Buku : Filsafat Pendidikan : Manusia, Filsafat, dan
Pendidikan
Pengarang : Prof. Dr. H. Jalaluddin dan Prof. Dr. H.
Abdullah Idi, M.Ed
Penerbit : Rajawali Pers
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2014
Jumlah Halaman : 242 + xvi
ISBN : 978-979-769-372-5
19

2.2.2 Ringkasan Isi Buku


BAB I : Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
A. Filsafat
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yakni philosophia yang artinya
cinta pengetahuan. Terdiri dua kata yakni philo yang berarti cinta dan sophia berarti
pengetahuan, hikmah, kebijaksanaan. Muhammad Mufid mengungkapakan bahwa
filsafat adalah sejumlah keyakinan, sikap, cita-cita, aspirasi, dan tujuan, nilai,
norma, aturan dan prinsip etis. Berpikir secara filsafat merupakan cara berpikir
radikal, sistematis, menyeluruh dan mendasar untuk suatu permasalahan yang
mendalam.
Filsafat menjagkau semua persoalan manusia dengan mencoba mengerti,
menganalisis, menilai dan menyimpulkan semua persoalan-persoalan secara
mendalam meskipun tetap saja ia masih bersifat relative dan subjektif. Kebenaran
bersifat relative artinya kebenaran selalu mengalami perkembangan sesuai dengan
perubahan zaman dan peradaban manusia.
Jadi, filsafat adalah ilmu pengetahuan komprenhensif yang berusaha
memahami persoalan-persoalan yang timbul di dalam ruang lingkup pengalaman
manusia. Filsafat dibutuhkan dalam upaya menjawab pertanyaan yang timbul
dalam berbagai lapangan kehidupan manusia.

B. Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan bisa didefinisikan sebagi kaidah filosofis dalam bidang
pendidikan yang menggambarkan aspek-aspek pelaksanaan falsafah umum dan
menitikberatkan pada pelaksanaan prisnsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi
dasar filsafat umum dalam upaya memcahkan persoalan-persoalan pendidikan
secara praktis. Filsafat merupakan arah dan pedoman atau pijakan dasar bagi
tercapainya pelaksanaan dan tujuan pendidikan. Filsafat pendidikan dapat
dilakukan pada gejala macam dan bentuk pendidikan.

C. Bahasan Filsafat dan Filsafat Pendidikan


Ruang lingkup filsafat adalah semua lapangan pemikiran manusia yang
komprehensif. Ruang lingkup filsafat pendidikan adalah semua aspek yang
20

berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat


pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan bagaiman pelaksanaan
pendidikan yang baik dan bagaimana tujuan pendidikan itu sendiri. Ruang lingkup
filsafat terbagi lima yakni logika, estetika, etika, politik, metafisika
John S. Brubacen, seorang guru besar filsafat Amerika, mengatakan bahwa
hubungan antara filsafat dan pendidikan sangat erat sekali karena menghadapi
problema filsafat secara bersama-sama. Filsafat pendidikan memilik akar filsafat
klasik tetapi terfokus pada analisis dan penjelasan terhadap masalah-masalah
pendidikan. Filsafat pendidikan memiliki beberapa sumber yakni manusia (people),
sekolah (school), dan lingkungan (environment).

D. Hubungan Filsfat dengan Filsafat Pendidikan


Hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan menjadi penting sekali
sebab ia menjadi arah dan pedoman suatu system pendidikan. Filsafat menetapkan
ide-ide dan idealism dan pendidikan merupakan usaha dalam merealisasikan ide-
ide tersbut menjadi kenyataan , tindakan, tingkah laku bahkan membina
kepribadian manusia. Klipatrik mengatakan bahwa berfilsafat dan mendidik adalah
dua fase dalam satu usaha.
Hubungan fungsional antara filsafat dengan teori pendidikan :
1. Filsafat dalam arti fisiologis, merupakan satu cara pendekatan yang dipakai
dalam memecahkan masalah pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan para
ahli
2. Filsafat berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut
aliran filsafat tertentu yang memiliki relevansi dengan kehidupan nyata
3. Filsafat dalam hal ini filsafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk memberikan
petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi pedagogic.
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philos yang berarti cinta dan sophia yang
berarti kebenaran. Jadi, filsafat merupakan cinta akan kebenaran.

BAB II : Latar Belakang Munculnya Filsafat Pendidikan


Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan yang mampu menjawab segala
pertanyaan dan permasalahan.
21

A. Perkembangan Pemikiran Filsafat Spiritualisme Kuno


1. Timur Jauh (China, India dan Jepang)
a. Hindu : Pemikiran spiritualisme Hindu adalah konsep karma yang berarti setiap
individu telah dilahirkan kembali secara berulang dalam bentuk manusia atau
binatang sehingga ia menjadi suci dari jiwa universal (reinkarnasi).
b. Buddha : Memiliki 8 jalur mulia, yaitu pandangan yang benar, aspirasi yang
benar, berbicara yang benar, berbuat yang benar, mata pencaharian yang benar,
berusaha yang benar, kesadaran yang benar dan renungan yang benar.
c. Taoisme : Spritualisme berkaitan dengan etika, karena Tuhan member petunjuk
bagimana manusia mesti bersikap dan bertindak di dunia agar memperoleh bahagia
dan kesempurnaan roh.
d. Shinto : Memiliki ajaran moral, yaitu Jangan melanggar kecintaan terhadat
Tuhan, jangan lupa kewajiban, jangan lupa kebaikan, jangan lupa alam merupakan
satu keluarga besar, jangan lupa atas keterbatasan diri, dll.
2. Timur Tengah
a. Yahudi : Penguraian bentuk penindasan moral dari monoteisme, peredaran,
kebenaran, dan bernilai tinggi.
b. Kristen : Agama Kristen memiliki kitab suci yang dikenal dengan pperjanjian
Lama dan Perjanjian Baru dengan Injil yang dianggap sah adalah karangan Matius,
Markus, Lukas dan Yahya.Pokok ajaran Kristen adalah mengajarkan konsep Tuhan
dalam arti monoteisme murni.
3. Romawi dan Yunani : Antromorpisme
Merupakan suatu pahan yang menyamakan sifat Tuhan (pencipta) dengan sifat
yang ada pada Manusia. Misalnya tangan tuhan disamakan dengan tangan Manusia.
B. Reaksi terhadap Spiritualisme di Yunani
Selain di Yunani, antromorpisme juga berkembang di Romawi. Nmun,
sifat-sifat persamaan manusia dengan Tuhan dalam paham antromorpisme Yunani
dan Romawi tidak sama dengan paham yang dianut oleh aliran teologi dalam islam
semisal Qadariah.
1. Idealisme
Dalam aliran ini,Manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga atau
lebih tinggi dari materi bagi kehidupan manusia. Roh merupakan hakikat yang
22

sebenarnya, sementara materi merupakan penjelmaan dari roh atau sukma. Aliran
ini berusaha menerangkan secara alami pikiran yang keadaannya secara metafisis
yang baru berupa gerakan rohaniah dan menemukan hakikat yang murni pada
kehidupan manusia.
2. Materialisme
Fokus aliran ini adalah benda dan segalanya berawal dari benda. Segala kenyataan
yang didasarkan pada zat atau unsure jiwa, roh, sukma oleh aliran materialism
dianggap sebagai materi.
3. Rasionalisme
Sumber pengetahuan yang dapat dijadikan patokan dan dapat diuji kebenarannya
adalah rasio, sebab pengetahuan berasal dari proses akal dapat memenuhi syarat-
syarat ilmiah.
a. Pemikiran Filsafat Yunani Kuno Hingga Abad Pertengahan
Bagi orang Yunani, filsafat merupakan ilmu yang meliputi semua
pengetahuan ilmiah. Di Yunanilah pemikiran ilmiah mulai tumbuh, terutama di
bidang filsafat pendidikan. Pada masa ini, keterangan mengenai alam semesta dan
penghuninya masih berupa kepercayaan. Beberapa filsuf alam yang terkenal adalah
Thales, Anaximandros, Anaximenes, Phitagoras, Heraklitos, Parmenides.
b. Pemikiran Filsafat Pendidikan Menurut Socrates
Prinsip dasar pendidikan adalah metode diakletis, untuk mendorong
seseorang belajar berpikir secara cermat untuk memperbaiki pengetahuannya.
c. Pemikiran Filsafat Pendidikan Menurut Plato
Pendidikan itu perlu baik sebagai individu maupun sebagai warga Negara.
Idealnya, dalam sebuah Negara, pendidikan memperoleh tempat yang paling utama
dan mendapat perhatian paling khusus.
d. Pemikiran Filsafat Pendidikan Menurut Aristoteles
Prinsip pokok pendidikan adalah pengumpulan dan penelitian fakta-fakta
belajar induktif, suatu pencarian yang objektif akan kebenaran sebagai dasar dari
semua ilmu pengetahuan.
23

BAB III : Aliran Filsafat Pendidikan Modern Ditinjau dari Ontologi,


Epistomologi dan Aksiologi
A. Pengertian Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi
Ontologi berarti ilmu hakikat yang menyelidiki alam nyata dan bagaimana
keadaan yang sebenarnya. Epistomologi adalah pengetahuan yang berusaha
menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti apakah pengetahuan, cara manusia
memperoleh dan menangkap pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan. Aksiologi
menyangkut nilai-nilai yang berupa pertanyaan apakah yang baik atau bagus itu.

B. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan Modern


1. Aliran Progresivisme : suatu keterangan benar kalau sesuai dengan realitas dan
dikatakan benar jika sesuai dengan kenyataan. Memilii kemajuan dalam bidang
ilmu pengetahuan meliputi ilmu hayat, antropologi, pengalaman dan pencipta
budaya.
2. Aliran Esensialisme : lebih fleksibel, dan terbuka untuk perubahan, toleran dan
tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Pendidikan harus berpijak pada nilai
yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai
terpilih.
3. Aliran Perenialisme : Perenialisme member jalan keluar dengan kembali ke
kebudayaan lama yang dianggap cukup ideal dan teruji keangguhannya. Pendidikan
sebagai jalan mengembalikan keadaan sekarang.
4. Aliran Rekonstruksionisme : berarti menyusun kembali, aliran yang berusaha
merombak tata susunan lama dengan membangun tata sususna hidup kebudayaan
yang bercorak modern. Sepaham dengan aliran perenialisme, berawal dari krisis
kebudayaan modern.

BAB IV : Hubungan antara Filsafat, Manusia dan Pendidikan


A. Teori Kebenaran menurut Pandangan Filsafat dalam Bidang Ontologi,
Epistemologi dan Aksiologi
1. Ontologi : identik dengan metafisika, filsafat yang pertama, filsafat Ketuhanan
yang bahasanya hakikat sesuatu, keesaan, persekutuan, sebab dan akibat, realita,
prima atau Tuhan dengan segala sifatnya.
24

2. Epistemologi : bersangkutan dengan sifat dasar dari ruang lingkup pengetahuan


praanggapan dan dasar-dasarnya serta realitas umum dari tuntutan pengetahuan
sebenarnya.
3. Aksiologi : suatu bidang yang menyelidiki nilai-nilai (value).

B. Pandangan Filsafat tentang Hakikat Manusia


1. Aliran serba zat
2. Aliran serba roh
3. Aliran dualisme (jasmani dan rohani)
4. Aliran eksistensialisme

C. Sistem Nilai dalam Kehidupan Manusia


1. Pengertian Penilaian : hasil kreatifitas manusia dalam rangka melakukan kegiatan
social, baik berupa cinta, simpati dll.
2. Bentuk dan Tingkatan Nilai
Nilai ada 2 bagian, yaitu : nilai objektif dan subjektif. Tingkatan nilai :
teologis, metafisik dan positif
3. Nilai Pendidikan dan Tujuan Pendidikan
Nilai pendidikan : kualitas kecerdasan, nilai ilmiah, nilai moral dan nilai agama
Tujuan pendidikan : mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya.
4. Etika Jabatan
Fungsi dan tanggung jawab mendidik dalam masyarakat adalah kewajiban
setiap warga masyarakat. Dalam pendidikan, guru harus mempunyai asas-asas
umum yang universal yang dapat dipandang sebagai prinsip umum, yaitu:
a. Melaksanakan kewajiban dasar itikad kebaikan dengan kesadaran pengabdian
b. Memperlakukan siapapun, anak didik sebagai satu pribadi yang sama dengan
pribadinya sendiri
c. Menghormati perasaan tiap orang
d. Selalu berusaha menyumbangkan ide-ide, konsepsi dan karya ilmiah demi
kemajuan bidang kewajibannya
f. Akan menerima haknya semata-mata sebagai satu kehormatan
25

D. Pandangan Filsafat tentang Pendidikan


Filsafat pendidikan adalah nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan filsafat yang
menjiwai, mendasari dan memeberikan identitas karakteristik suatu system
pendidikan. Filsafat pendidikan adalah jiwa, roh, dan kepribadian system
pendidikan Nasional.
Filsafat menjadikan manusia berkembang dan mempunyai pandangan hidup
yang menyeluruh dan sistematis. Pandangan itu kemudian dituangkan ke dalam
pendidikan dalam bentuk kurikulum dengan tujuan pendidikan.
1. Dasar dan Tujuan
Dasar pendidikan merupakn suatu asas untuk mengembangkan bidang
pendidikan dan pembinaan kepribadian, karena pendidikan membutuhkan landasan
kerja untuk memberikan arah programnya.
Ada 4 macam tujuan pendidikan:
Tujuan pendidikan nasional
Tujuan intitusional
Tujuan instruksional
Tujuan kurikuler
2. Pendidik dan peserta didik
Pendidik adalah individu yang mampu melaksanakan tindakan mendidik
untuk mencapai tujuan pendidikan. Peranan pendidik sebagai medium dalam
menjalankan pendidikan, sebagai berikut :
Wajib menemukan pembawaan pada anak didiknya
Berusaha menolong anak didik dalam perkembangannya
Menunjukkan jalan perkembangan yang tepat
Mengadakan evaluasi
Memberikan bimbingan dan penyuluhan
Mengembangkan anak berdasarkan bakat
Mengadakan penilaian diri sendiri
3. Kurikulum
Kurikulum hendaknya mempertimbangkan masalah belajar dan mengajar,
kedudukan dan peranan sekolah di masyarakat, tuntunan masyarakat terhadap
sekolah, kebijaksanaan politik, kemajuan teknologi dan pengetahuan.
26

4. Sistem Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha umtuk mengembangkan potensi anak agar
bermanfaat bagi kepentingan dirinya dan masyarakat. Beberapa aliran tentang
perkembangan manusia dan hasil pendidikan :
a. Empirisme : Bergantung pada pengalaman anak didik selama hidupnya.
b. Nativisme : Hasil akhir pendidikan dan pengembangan ditentukan oleh
pembawaan si anak didik.
c. Naturalisme : Semua anak yang baru lahir mempunyai pembawaan yang baik.
d. Konvergensi
1. Pendidikan mungkin diberikan
2. Yang membatasi pendidikan adalah pembawaan itu sendiri
3. Pendidikan sebagai penolong yang diberikan pada lingkungan anak didik
Pengertian filsafat berkaitan dengan pendidikan:
a. John Dewey memandang pendidikan sebagai proses pembentukan kemampuan
dasar yang fundamental.
b. Thompson memandang bahwa filsafat melihat seluruh masalah tanpa batasan.
c. Hasan Langgulung mengatakan filsafat pendidikan adalah:
Penerapan metode dan pandangan filsafat melalui pengalaman manusia yaitu
pendidikan
Aktivitas pemikiran teratur
Aktivitas yang dikerjakan oleh pendidik
Ideologi pendidikan yang muncul dari sikap filsafat pendidik
Korelasi antara filsafat pendidikan dan system pendidikan, sbb:
Sistem pendidikan bertgas merumuskan alat-alat, prasarana, pelaksanaan teknik-
teknik dan pengajaran dengan makna yang akan dicapai dan dibina pendidikan
Isi moral pendidikan adalah perumusan norma-norma sebagai system nilai
pendidikan
Filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi bertugas merumuskan secara
normative dasar dan tujuan pendidikan.
BAB V : Filsafat Pendidikan Pancasila
Manusia sebagai individu, sebagai masyarakat bangsa dan Negara, hidup
dalam ruang social-budaya. Aktivitas untuk mengembangkan social budaya adalah
27

pendidikan. Pendidikan membutuhkan landasan filosofis dan ilmiah sebagai asas


normative dan pedoman pelaksanaan pembinaan.
A. Pancasila sebagai Filsafat Hidup Bangsa
Dalam ketetapan MPR Nomor 11/MPR/1978, Pancasila adalah jiwa seluruh
rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan bangsa Indonesia dan
dasar Negara. Nilai-nilai dasar dalam sosio-budaya Indonesia adalah, sbb:
1. Kesadaran Ketuhanan dan keagamaan secara sederhana
2. Kesadaran kekeluargaan
3. Kesadaran musyawarah mufakat
4. Kesadaran gotong royong
5. Kesadaran tenggang rasa

B. Pancasila sebagai Filsafat Pendidikan Nasional


Sistem pendidikan nasional di Indonesia dijiwai, didasari dan
mencerminkan identitas Pancasila. Dengan memperhatikan fungsi pendidikan
dalam membangun potensi bangsa dan Negara, khususnya melestarikan
kebudayaan dan kepribadian bangsa yang pada akhirnya menentukan eksistensi dan
martabat Negara dan bangsa , maka system pendidikan nasional dan filsafat
pendidikan Pancasila harus terbina dengan baik.

C. Hubungan Pancasila dengan Sistem Pendidikan Ditinjau dari Filsafat Pendidikan


Pancasila adalah dasar Negara Indonesia yang merupakan fungsi utamanya
dan dari segi materinya digali dari pandangan hidup dan kepribadian bangsa.Untuk
menerapkan sila-sila Pancasila, diperlukan pemikiran yang sungguh-sungguh
mengenai bagaimana nilai-nilai Pancasila itu dapat dilaksanakan, terutama peran
pendidikan yang penting dalam penerapannya.

D. Filsafat Pendidikan Pancasila dalam Tinjauan Ontologi, Epistemologi dan


Aksiologi
1. Ontologi
Ontologi adalah bagian dari filsafat yang menyelidiki tentang hakikat yang
ada. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang menjiwai system
pendidikan Nasional, tidak bias dipisahkan dengan kenyataan yang ada. Dalam
28

kenyataannya, Pancasila dapat dilihat dari pengalaman dan penghayatan dalam


kehidupan sehari-hari.
a. Sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa
Bertaqwa kepada Tuhan merupakan bagian dari system pendidikan
nasional.
b. Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Pendidikan tidak membedakan usia, agama, tingkat social dan budaya
dalam menuntut ilmu
c. Sila ketiga, Persatuan Indonesia
Persatuan merupakan kunci kemenangan
d. Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/perwakilan
Dalam dunia pendidikan, seharusnya kita menghargai pendapat orang lain
e. Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan meliputi semua kebutuhab di bidang materiil dan bidang spiritual
yang didasarkan pada asas kekeluargaan

2. Epistemologi
Merupakan studi tentang pengetahuan adanya benda-benda.
a. Sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa
Bila dihubungkan dengan Pancasila, ilmu berasal dari rasio atau datang dari Tuhan
b. Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Dengan memiliki ilmu moral Pancasila, diharapkan tidak ada lagi kekerasan dan
kesewenangan Manusia terhadap yang lainnya.
c. Sila ketiga, Persatuan Indonesia
Proses terbentuknya pengetahuan Manusia merupakan hasil kerja sama atau produk
hubungan dengan lingkungannya.
d. Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/perwakilan
Setiap manusia bebas mengeluarkan pendapat
e. Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Ilmu pengetahuan sebagai prestasi individuserta sebagai karya budaya umat
manusia sebagai kepribadian manusia.
29

3. Aksiologi
Bidang filsafat yang menyelidiki nilai-nilai. NIlai tidak timbul dengan
sendirinya melainkan karena kebiasaan dalam pergaulan sehari-hari.
a. Sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa
Pelajaran agama merupakan bagian dari system pendidikan nasional.
b. Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Pendidikan tidak membedakan usia, agama, tingkat social dan budaya dalam
menuntut ilmu.
c. Sila ketiga, Persatuan Indonesia
Negara memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan dan mengisi
kemerdekaan.
d. Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/perwakilan
Hasil musyawarah dilaksanakan dengan penuh tangggung jawab.
e. Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Menyeimbangkan antara hak dan kewajiban.

BAB VI : Filsafat Pendidikan Peningkatan Sumber Daya Manusia


Manusia adalah makhluk yang mampu mengembangkan diri. Peningkatan
dan pengembangan diri ini menyebabkan manusia memiliki tingkat peradaban yang
berbeda dan mengarah dari zaman ke zaman.
A. Filsafat Pendidikan dan Kepribadian
Dilihat dari sudut pandang individu, pendidikan merupakan usaha untuk
membimbing dan menghubungkan potensi individu. Dari sudut pandang
kemasyarakatan, pendidikan merupakan usaha pewarisan nilai budaya.
Rantai hubungan filsafat pendidikan dan kepribadian dapat dilihat dari:
1. Setiap masyarakat memeiliki system nilai ideal
2. Nilai ideal dipertahankan sebagai pandangan hidup
3. Nilai dapat dipelihara dan dilestarikan
4. Pendididkan merupakan usaha pelestarian nilai-nilai
5. Menyelaraskan pendidikan dengan nilai yang menjadi pandangan hidup
B. Filsafat Pendidikan dan Sumber Daya Manusia
30

Filsafat pendidikan didsusun atas 2 pendekatan :


1. Pendekatan pertama terkait denga kualitas potensi manusia. Ada 3 aliran:
a. Aliran naturalism
Manusia memiliki potensi bawaan secara alami
b. Aliram empirisme
Manusia tumbuh dan berkembang atas bantuan intervensi lingkungan
c. Aliran konvergensi
Manusia telah dianugerahi bakat
d. Pendekatan kedua adalah usaha untuk menemukan jawaban dari pendidikan
beserta problema yang memerlukan tinjauan filosofis.

BAB VII : Pendidikan Nasional dan Pembinaan Karakter


Tujuan filosofis pendidikan nasional adalah upaya membentuk anak didik
memiliki kompetensi sains teknologi maupun sains agama agar mereka beriptek
atau berimtak.
A. Urgensi pendidikan karakter
Ki Hajar Dewantara merpandangan bahwa pendidikan karakter mempunyai prinsip:
1. Hak seseorang untuk mengatur diri sendiri
2. Mendidik anak dengan batin, pikiran dan tenaganya
3. Pendidikan harus selaras dengan kehidupan
4. Kultur yang selaras dengan kodrat harus member kedamaian hidup
5. Bekerja menurut kekuatan sendiri
6. Memberikan pelayanan kepada peserta didik

B. Proses pembentukan karakter


Proses pendidikan dan menanamkan nilai moral pada anak sangat tergantung pada
jenis pola asuh yang diterapkan keluarga (Pola asuh demokratik, authotatif, dan
permisif)

Anda mungkin juga menyukai