Anda di halaman 1dari 17

BAB II

ISI BUKU

2.1 Buku Utama


2.1.1 Identitas Buku
Judul Buku : Profesi Keguruan
Pengarang : Djam’an Satori, dkk
Penerbit : Universitas Terbuka
Kota Terbit : Tanggerang Selatan
Tahun Terbit : 2013
Jumlah Halaman : 354
ISBN : 979-689-863-2

2.1.2 Ringkasan Isi Buku


BAB I : PROFESI KEGURUAN DALAM MENGEMBANGKAN SISWA
1.1 Apa, Mengapa dan Bagaimana Pekerjaan Profesi?
Bab I dari buku ini diawali dengan pembahasan profesi secara umum yang
diketahui oleh masyarakat. Kemudian, penulis buku mengajak pembaca untuk
mengetahui bagaimana sebenarnya konsep profesi. Profesi tidak identik dengan
professional saja, akan tetapi dalam kajian profesi dikenal juga beberapa istilah yakni
seperti: profesionalisme, profesionalitas, dan profesionalisasi. Berikut ini adalah
pengertian dari istilah-istilah tersebut:
 Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) dari
para anggotanya
 Profesional menunjuk pada dua hal. Pertama, orang yang menyandang suatu
profesi, misalnya, “Dia seorang profesional”. Kedua, penampilan seseorang dalam
melakukan pekerjaannya yang sesuai dengan profesinya.
 Profesionalisme menunjuk kepada komitmen para anggota suatu profesi untuk
meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan
strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan
profesinya.
 Profesionalisasi, menunjuk pada proses peningkatan kualifikasi maupun
kemampuan para anggota profesi dalam mencapai kriteria yang standar dalam
penampilannya sebagai suatu profesi.

*Ciri-ciri Profesi
Ciri-ciri profesi yang disajikan dalam buku ini sangatlah banyak sekali. Hal ini
dikarenakan penulis buku merincikan profesi berdasarkan pendefenisian para ahli.
Namun, pada akhir sub-bab ini, penulis memberikan kesimpulan mengenai ciri-ciri
profesi dari pendapat berbagai ahli tersebut sebagai berikut:
1. Memiliki standar unjuk kerja yang baku atau dengan kata lain memiliki aturan yang
jelas tentang hal yang dikerjakannya.
2. Anggota profesinya memperoleh pendidikan tinggi yang memberikan dasar
pengetahuan yang bertanggung jawab.
3. Memiliki lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan tenaga profesi yang
dibutuhkan. Contohnya: untuk menghasilkan tenaga guru maka ada perguruan tinggi
keguruan seperti UPI, IKIP, FKIP dan STKIP.
4. Memiliki organisasi profesi yang memperjuangkan hak-hak anggotanya, serta
bertanggung jawab untuk meningkatkan profesi yang bersangkutan.
5. Adanya pengakuan yang layak dari masyarakat.
6. Adanya sistem imbalan yang memadai sehingga anggota profesi dapat hidup dari
profesinya.
7. Memiliki kode etik yang mengatur setiap anggota profesi.

*Mengapa Pekerjaan Harus Profesional dan Bagaimana Caranya


Sekarang ini, masyarakat menginginkan semua pelayanan yang diberikannya
adalah yang terbaik. Misalnya, setiap orang tua menginginkan anaknya bersekolah di
sekolah yang gurunya profesional, setiap orang menginginkan menyimpan uang di
bank yang pelayanannya profesional, dan sebagainya. Tuntutan-tuntutan masyarakat
inilah yang membuat setiap profesi untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik.
Jika setiap anggota profesi dapat melakukan pekerjaannya dengan profesional, maka
dengan sendirinya dia akan membangun profesinya sehingga semua ciri-ciri profesi
yang diuraikan sebelumnya dapat tercapai.

Setiap anggota profesi dapat belajar baik secara sendiri-sendiri atau dengan cara
bersama melalui wadah organisasi profesi. Belajar yang dimaksud, yaitu belajar untuk
mendalami pekerjaan yang sedang disandangnya dan belajar dari masyarakat apa yang
menjadi kebutuhan mereka saat ini dan saat yang akan datang. Telah dikemukakan
pada bagian muka kegiatan belajar ini tentang profesionalisasi, yaitu usaha untuk
mengembangkan profesi melalui pendidikan prajabatan dan pendidikan dalam jabatan,
sehingga pelayanan kepada pemakai (klien) akan semakin meningkat.

1.2 Pengertian dan Ciri-ciri Profesi Keguruan


Pada dasarnya profesi guru adalah profesi yang sedang tumbuh. Walaupun ada
yang berpendapat bahwa guru adalah jabatan semiprofesional, namun sebenarnya lebih
dari itu. Hal ini dimungkinkan karena jabatan guru hanya dapat diperoleh pada lembaga
pendidikan yang lulusannya menyiapkan tenaga guru, adanya organisasi profesi, kode
etik dan ada aturan tentang jabatan fungsional guru (SK Menpan No. 26/1989). Usaha
profesionalisasi merupakan hal yang tidak perlu ditawartawar lagi karena uniknya
profesi guru. Profesi guru harus memiliki berbagai kompetensi seperti kompetensi
profesional, personal dan sosial.
Ciri-ciri jabatan guru adalah sebagai berikut :
a. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.
b. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
c. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama (bandingkan dengan
pekerjaan yang memerlukan latihan umum belaka).
d. Jabatan yang memerlukan „latihan dalam jabatan‟ yang berkesinambungan.
e. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen.
f. Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri.
g. Jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
h. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

1.3 Latar Belakang dan Ruang Lingkup Profesi Keguruan


Jabatan guru dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan tenaga guru. Kebutuhan
ini meningkat dengan adanya lembaga pendidikan yang menghasilkan calon guru
untuk menghasilkan guru yang profesional. Pada masa sekarang ini LPTK menjadi
satu-satunya lembaga yang menghasilkan guru. Walaupun jabatan profesi guru belum
dikatakan penuh, namun kondisi ini semakin membaik dengan peningkatan
penghasilan guru, pengakuan profesi guru, organisasi profesi yang semakin baik, dan
lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga guru sehingga ada sertifikasi guru
melalui Akta Mengajar.
Organisasi profesi berfungsi untuk menyatukan gerak langkah anggota profesi
dan untuk meningkatkan profesionalitas para anggotanya. Setelah PGRI yang menjadi
satu-satunya organisasi profesi guru di Indonesia, kemudian berkembang pula
organisasi guru sejenis (MGMP). Ruang lingkup layanan guru dalam melaksanakan
profesinya yaitu terdiri atas: 1) layanan administrasi pendidikan, 2) layanan
instruksional, dan 3) layanan bantuan, yang ketiganya berupaya untuk meningkatkan
perkembangan siswa secara optimal. Ruang lingkup profesi guru dapat pula dibagi ke
dalam dua gugus yaitu gugus pengetahuan dan penguasaan teknik dasar profesional
dan gugus kemampuan profesional.

BAB II : KOMPETENSI KEPRIBADIAN, SOSIAL DAN PROFESIONAL


GURU
2.1 Kompetensi Kepribadian Guru
Kompetensi kepribadian guru merupakan sejumlah kompetensi yang
berhubungan dengan kemampuan pribadi dengan segala karakteristik yang mendukung
pelaksanaan tugas guru. Fungsi utama seorang guru adalah sebagai teladan bagi murid
dan hal ini terungkap dalam istilah ing ngarso
Beberapa komptensi guru kepribadian guru antara lain sebagai berikut:
1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa
2. Percaya kepada diri sendiri
3. Tenggang rasa dan toleran
4. Bersikap terbuka dan demokratis
5. Sabar dalam menjalani profesi keguruannya
6. Mengembangkan diri bagi kemajuan profesinya
7. Memahami tujuan pendidikan
8. Mampu menjalin hubungan insani
9. Memahami kelebuhan dan kekurangan diri
10. Kreatif dan inovatif dalam berkarya

2.1 Komponen Kompetensi Sosial Guru


Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk menyesuaikan diri
kepada rancangan kerja di lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya
sebagai guru. Peran yang dibawa guru dalam masyarakat berbeda dengan profesi yang
lain. Oleh karena itu, perhatian yang diberikan masyarakat terhadap guru pun berbeda
dan ada kekhususan terutama adanya tuntutan untuk menjadi pelopor pembangunan di
daerah tempat guru tinggal.
Beberapa kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah
sebagai berikut :
1. Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik
2. Bersikap simpatik
3. Dapat bekerjasama dengan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah
4. Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan cinta pendidikan
5. Memahami dunia sekitarnya (lingkungannya)

2.2 Komponen Kompetensi Profesional


Kompetensi professional guru adalah sejumlah kompetensi yang berhubungan
dengan profesi yang menuntut berbagai keahlian di bidang pendidikan atau keguruan.
Kompetensi professional merupakan kemampuan dasar guru dalam pengetahuan
tentang belajar dan tingkah laku manusia, bidang studi yang dibinanya, sikap yang
tepat terhadap lingkungan proses belajar mengajar dan mempunyai keterampilan dalam
teknik mengajar.
Beberapa komponen kompetensi professional guru adalah sebagai berikut:
1. Penguasaan bahan belajar beserta konsep-konsep
2. Pengelolaan program belajar mengajar
3. Pengelolaan kelas
4. Pengelolaan dan penggunaan media serta sumber belajar
5. Penguasaan landasan-landasan kependidikan
6. Kemampuan menilai prestasi belajar
7. Memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program pendidikan di sekolah
8. Menguasai metode berpikir
9. Meningkatkan kemmpuan dan prinsip professional
10. Memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta didik
11. Memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan
12. Mampu menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran
13. Mampu memahami karakteristik peserta didik
14. Mampu menyelenggarakan administrasi sekolah
15. Memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan
16. Berani mengambil keputusan
17. Memahami kurikulum dan perkembangannya
18. Mampu bekerja berencana dan terprogram
19. Mampu menggunakan waktu secara tepat

2.4 Hubungan Penguasaan Materi dan Kemampuan Mengajar


Penguasaan materi menjadi landasan pokok seorang guru untuk memiliki
kemampuan mengajar. Penguasaan materi seorang guru dilakukan dengan cara
membaca buku-buku pelajaran. Kemampuan penguasaan materi memiliki hubungan
yang erat dengan kemampuan mengajar guru, semakin dalam penguasaan seorang guru
dalam materi/bahan ajar maka dalam mengajar akan lebih berhasil jika ditopang oleh
kemampuannya dalam menggunakan metode mengajar. Penggunaan bahan ajar dapat
diawali dengan mengetahui isi materi dan cara melakukan pendekatan terhadap materi
ajar. Guru yang menguasai bahan ajar akan lebih yakin di dalam mengajarkan materi,
senantiasa kreatif dan inovatif dalam metode penyampaiannya.

2.5 Keputusan Situasional dan Transaksional


Keputusan situasional menyangkut keputusan tentang apa dan bagaimana
pengajaran akan diwujudkan berdasarkan analisis situasi dan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai, bahan yang akan disampaikan, waktu serta fasilitas yang tersedia dan
perilaku bawaan siswa. Keputusan situasional diambil guru pada saat persiapan tertulis
guru dalam bentuk satuan pelajaran ataupn RPP.
Keputusan transaksional merupakan penyesuaian yang dilakukan oleh guru
yang berkaitan dengan pelaksanaan dari keputusan situasional berdasarkan umpan
balik yang diperoleh guru dari interaksinya dengan siswa maupun interaksi antar siswa
dalam proses belajar mengajar yang sedang berlangsung. Keputusan transaksional
diambil karena adanya perubahan situasi dan kondisi yang berkembang dalam
melaksanakan program belajar bengajar.

BAB III : BERBAGAI PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN


3.1 Peran Guru dalam Memahami Siswa sebagai Dasar Pembelajaran
Pembelajaran sebagai proses pengembangan pribadi siswa, maka
perkembangan siswa harus menjadi dasar bagi pembelajaran. Aspek-aspek
perkembangan siswa yang mencakup perkembangan fisik dan motoric, kognitif,
pribadi, dan sosial mempunyai implikasi penting bagi proses pembelajaran. Implikasi
itu menyangkut pengembangan isi dan strategi pembelajaran, dan kerja sama sekolah
dengan orangtua.
Proses pembelajaran di sekolah harus bersifat terpadu dengan perkembangan
fisik, kognitif, sosial, mental dan emosional. Pendidikan di sekolah dasar ini
berorientasi berorientasi kepada isi, artinya menekankan pada penguasaan isi, ilmu
pengetahuan yaitu materi pelajaran. Pendekatan perkembangan dalam pembelajaran
menekankan kepada kepadanan kurikulum dan proses pembelajaran yang sesuai
dengan perkembangan fisik. Konsep pendekatan perkembangan ini ada dua dimensi,
yaitu dimensi umum dan individual. Sisi penting dari perkembangan pendekatan ini
adalah pengetahuan tentang faktor-faktor yang secara individu padan dengan anak
tertentu di dalam kelas.

3.2 Peran Guru dalam Pengembangan Rancangan Pembelajaran


Proses pembelajaran merupakan proses inkuiri dan reflektif, yang menekankan
pentingnya pengalaman dan penghayatan guru terhadap proses itu. Inkuiri dalam
pembelajaran mengandung makna, mempertanyakan, memnjelajahi lebih luas dan
memperluas pemahaman tentang situasi. Sedangkan refleksi mengimplemantasikan
adanya dugaan, penilaian dalam pertimbangan faktor-faktor signifikan untuk mencapai
tujuan. Rancangan pembelajaran harus dikembangkan atas dasar tujuan-tujuan
instruksional yang berorientasi kepada perkembangan siswa.
Perkembangan adalah tujuan pembelajaran. Rancanagan pembelajaran baik
rancangan jangka pendek maupun jangka panjang mencakup komponen-komponen:
1. Analisis kurikulum, yaitu kegiatan untuk merumuskan rencana dan bahan ajar yang
lebih bermakna dan sesuai dengan perkembangan peserta didik.
2. Tujuan pembelajaran, ada empat yaitu tipe tujuan pembelajaran yaitu tujuan
perilaku, tujuan pemecahan masalah, tujuan afektif dan tujuan ekspresif.
3. Rencana kegiatan, berisi kegiatan wal, kegiatan inti dan kegiatan penutup
4. Rencana evaluasi, terdiri dari kegiatan evaluasi simulative dan evaluasi formatif

3.3 Peran Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran dan Manajemen Kelas


Pembelajaaran yang efektif terwujud dalam perubahan perilaku peserta didik
baik sebagai dampak instruksional, maupun dampak pengiring. Proses pembelajaran
berlangsung dalam suatu adegan yang perlu ditata dan dikelola menjadi suatu
lingkungan atau kondisi belajar yang kondusif.
Pendekatan pluralistic dalam manajemen kelas memadukan berbagai
pendekatan, dan memandang manajemen kelas sebagai seperangkat kegiatan untuk
mengembangkan dan memelihara lingkungan belajar yang efektif. Masalah pengajaran
dan manajemen kelas merupakan dua hal yang dapat dibedakan tetapi sulit dipisahkan.
Keduanya saling terkait: manajemen kelas merupakan prasyarat bagi berlangsungnya
proses pembelajaran yang efektif.
Lingkungan belajar dipelihara dan dikembangkan dengan memperhatikan
faktor keragaman dan perkembangan peserta didik. Manajemen kelas dikembangkan
melalui tahap-tahap: perumusan kondisi ideal, analisis kesenjangan, pemilihan strategi
dan efektivitas strategi. Penataan lingkungan fisik kelas merupakan unsur penting
dalam manajemen kelas karena memberikan pengaruh kepada perilaku guru dan
peserta didik.

3.4 Peran Guru dalam Evaluasi Pembelajaran


Evaluasi adalah proses memperoleh informasi untuk membentuk judgement
dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian ada tiga tahap evaluasi, ditambah
dengan tahap persiapan menjadi empat tahap, yaitu:
1. Tahap persiapan
2. Tahap memperoleh informasi yang diperlukan
3. Tahap membentuk judgement
4. Tahap menggunakan judgement untuk mengambil keputusan
Informasi yang diperlukan untuk kepentingan evaluasi dijaring dengan teknik-
teknik inkuiri, observasi, analisis, tes. Pemilihan teknik yang digunakan didasarkan
atas jenis informasi yang harus ditangkap sehingga dalam suatu evaluasi bisa
digunakan berbagai teknik sekaligus. Pengolahan hasil pengukuran atas hasil belajar
dimaksudkan untuk mengevaluasi proses dan hasil belajar siswa.

BAB IV : PERAN GURU DALAM BIMBINGAN/KONSELING DAN


PENGELOLAAN STRESS DALAM PEKERJAAN
4.1 Hakikat Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dapat diartikan sebagai proses membantu individu untuk mencapai
perkembangan optimal. Konseling diartikan sebagai proses membantu individu (klien)
Secara perorangan dalam situasi hubnungan tatap muka dalam rangka mengembangkan
diri atau memcahkan masalah yang dihadapinya. Konseling merupakan salah satu jenis
layanan bimbingan yang dipandang inti dari seluruh layanan bimbingan.
Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu individu atau peserta
didik agar dapat mengembangkan kepribadiannya secara optimal, baik menyangkut
aspek fisik, intelektual, emosional, sosial, maupun moral-spiritual. Bimbingan
diselenggarakan berdasarkan kepada prinsip-prinsip:
1. Individu atau peserta didik sedang berada dalam proses berkembang
2. Sasaran bimbingan adalah semua peserta peserta didik
3. Mempedulikan semua aspek perkembangan
4. Kemampuan peserta didik merupakan dasar bagi penenrasih pilihan
5. Bimbingan merupakan bagian terpadu pendidikan
6. Bantuan yang diberikan sebagai upaya mengembangkan kemampuan peserta didik
merealisasikan dirinya.

4.2 Peran Guru dalam Bimbingan dan Konseling


Masalah yang dihadapi siswa dapat dibedakan ke dalam masalah belajar dan
masalah bukan belajar. Akan tetapi, biasanya masalah-masalah tersebut bermuara
menjadi kesulitan-kesulitan dalam belajar. Kesulitan belajar siswa dapat diidentifikasi
dengan melakukan tes hasil belajar, tes kemampuan dasar dan pengamatan kebiasaan
siswa dalam belajar.
Faktor-faktor yang menimbulkan kesulitan belajar bisa digolongkan ke dalam
faktor eksternal dan internal. Ada beberapa teknik membantu siswa yang kesulitan
belajar, yaitu :
1. Pengajaran perbaikan
2. Pengayaan
3. Peningkatan motivasi belajar
4. Peningkatan keterampilan belajar
5. Pengembanhan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif
Bimbingan di sekolah meliputi: bimbingan belajar, bimbingan pribadi,
bimbingan sosial, dan bimbingan karier. Bimbingan belajar lebih dititikberatkan
kepada bidang kurikuler, bimbingan pribadi lebih terfokus kepada pengembangan diri,
bimbingan sosial lebih tertuju membantu usaha siswa agar memiliki keterampilan
berinteraksi dalam kelompoknya, sedangkan bimbingan karier dapat membantu siswa
dalam usaha pemahaman diri siswa dalam pembelajaran dan sebagainya.
Kepembimbingan guru dalam proses pembelajaran adalah upaya menciptakan
lingkungan belajar sehat, yang dapat diperoleh melalui pemanfaatan pengajaran di
kelas sebagai sarana bimbingan, pendekatan kelompok, konferensi kasus, memasukkan
sisi psikologis dalam pembelajaran dan sebagainya. Secara lebih khusus upaya bantuan
bagi siswa yang mengalami masalah belajar dapat dilakukan dengan cara: program
perbaikan pengajaran, program pengayaan, peningkatan motivasi belajar, peningkatan
keterampilan belajar, serta pengembangan sikap dan kebiasaaan belajar efektif.

4.3 Pengertian dan Sumber Stress dalam Pekerjaan Guru


Stress adalah suatu perasaan tidak enak, tidak nyaman atau tertekan, baik psikis
ataupun fisik sebagai reaksi atau respon individu terhadap stressor yang dipandang
dapat menggangu, mengancam, membebani, atau membahayakan keselamatan,
kepentingan, atau kesejahteraan hidup seseorang.
Stress dapat muncul pada keseluruhan pada periode kehidupan manusia, baik
pada masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja maupun pada masa tua. Penyebab
strss pada masa bayi adalah lingkungan yang tidak ramah karena bayi harus menerima
penyapihan dari ibunya, munculnya peraturan baru, dan sebagainya. Dalam rangka
penyesuaian hidup terhadap lingkungan tersebut, bayi dapat mengalami stress.
Sedangkan stress pada masa kanak-kanak dapat bersumber dari keluarga, sekolah
maupun teman permainan. Salah satu sumber stress yang berasal dari sekolah, misalnya
kurang berhasilnya anak di bidang akademik. Sedangkan penyebab stress pada anak
remaja pada umumnya disebabkan oleh kurang keberhasilan remaja tersebut terhadap
lingkungan. Sementara stress yang terjadi pada orang dewasa lebih banyak disebabkan
oleh kegagalan dalam hidupnya.
Keadaan stress seseorang dapat diketahui dari gejala yang muncul, baik dalam
bentuk gejala fisik maupun gejala psikis. Sakit lambung atau sakit kepala yang
dikeluhkan seseorang mungkin merupakan gejala stress dalam bentuk fisik, sedangkan
perasaan cemas atau bersikap agresif kemungkinan merupakan gejala stress dalam
bentuk psikis.

4.4 Mengelola Stress dalam Pekerjaan


Coping atau pengelolaan stress adalah suatu upaya untuk mengatasi,
mengurangi, atau menghilangkan perasaan tertekan yang disebabkan oleh stress.
Melalui upaya ini diharapkan seseorang/klien dapat:
1. bersikap lebih toleran terhadap kenyataan yang bersifat negative;
2. memelihara citra diri yang positif;
3. memelihara keseimbangan emosi;
4. memelihara hubungan positif dengan orang lain;
5. mengurangi kondisi lingkungan yang berbahaya
Pada akhir kegiatan ini (coping) diharapkan aspek psikologis akan dapat berfungsi
dengan baik, fungsi fisiologis kembali normal, sehingga klien dapat melakukan
kegiatan sehari-hari dengan baik.
Keefektifan pengelolaan stress sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
dukungan sosial dan kepribadian. Lingkungan sosial, terutama orang dekat (orangtua,
suami/istri, teman) mempunya pengaruh kuat terhadap keberhasilan seseorang dalam
pengelolaan stress. Dari lingkungan sosial, klien akan memperoleh dukungan emosi,
bantuan penilaian terhadap masalah yang sedang dihadapi, cara mengatasi masalah,
dan juga dukungan yang bersifat material.
Disamping faktor sosial, karakteristik kepribadian seseorang juga mempunyai
pengaruh yang cukup kuat terhadap keberhasilan seseorang dalam menghadapi stress.
Orang yang selalu tabah menghadapi cobaan, selalu optimis menghadapi masa depan
dan memiliki sikap humoris akan lebih cepat berhasil dalam menghadapi stress
dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki sifat-sifat tersebut.
Stress dapat diatasi dengan beberapa pendekatan, seperti terapi rasional emosi,
meditasi, relaksasi dan mengamalkan ajaran agama. Orang yang sedang terkena stress
biiasanya tidak dapat berpikir rasional. Oleh karena itu, melalui terap rasional emosi,
klien akan terbimbing agar dapat berpikir lebih rasional. Melalui meditasi, energi,
kesehatan, dan hubungan interpersonal seseorang dapat ditingkatkan. Kekalutan
pikiran dan menurunnya gangguan fisik dapat diatasi dengan relaksasi. Tidak kalah
penting pula bahwa sifat pasrah dan tawakal juga dapat mengurangi stress. Sifat pasrah
dan tawakl ini dapat diperoleh dari pengamatan terhadap ajaran agama.

BAB V : KODE ETIK KEGURUAN DAN PENERAPANNYA DALAM


BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN GURU

5.1 Pengertian dan Fungsi Kode Etik


Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara etis sebagai pedoman
berperilaku. Etis berarti sesuai dengan nilai-nilai, dan norma yang dianut oleh
sekelompok orang atau masyarakat tertentu. Kode etik guru berfungsi :
1. agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melakukan tugasnya,
sehingga terhindar dari penyimpangan profesi
2. agar guru bertanggungjawab terhadap profesinya
3. agar profesi guru terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal
4. agar guru mampu meningkatkan kualitas dan kinerja masyarakat sehingga jasa
profesi guru diakui dan digunakan oleh masyarakat sebagai profesi yang membantu
dalam memecahkan masalah dan mengembangkan diri
5. agar profesi guru terhindar dari campur tangan profesi lain dan pemerintah secara
kurang proporsional
Guru diharapkan mampu menjalin hubungan yang harmonis, dinamis, kooperatif
dengan teman sejawat, siswa, orangtua siswa, pimpinan, masyarakat, dan dengan misi
tugasnya sendiri
5.2 Deskripsi Kode Etik Keguruan dalam Pelaksanaan Tugas Berbagai Bidang
Kehidupan
Dalam menjalankan tugas profesinya, guur pada dasarnya memerlukan kode
etik. Di Indonesia, kode etik yang dimaksud adalah Kode etik Guru Indonesia, yaitu
suatu aturan yang menjadi pedoman bagi guru Indonesia dalam menjalankan tugas
profesi dan aktivitasnya, meskipun rumusan kode etik tersebut, sesungguhnya masih
memerlukan penjabaran secara lebih rinci lagi.
Kode etik guru Indonesia yang sekarang masih berlaku adalah kode etik yang
dirumuskan oleh PGRI pada tahun1994. Perlu disadari bahwa kode etik inilah yang
harus dipedomani oleh guru Indonesia dalam mengabdikan dirinya dengan penuh rasa
tanggungjawab. Pengabdian yang guru lakukan pada hakikatnya harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, bangsa, negara, dan
masyarakat.
Kode etik tersebut mengandung nilai filosofis, teoritis, dan pragmatis. Secara
filosofis, kode etik ini mencerminkan nilai luhur dan sosial. Secara teoritis, kode etik
itu dirumuskan berdasarkan nilai-nilai standar keilmuan dan keahlian. Konsepsinya
merupakan kristalisasi dari body of knowledge ilmu keguruan pendidikan dan
didasarkan atas area azas etis.
Penerapan kode etik guru dalam keluarga sedikitnya memilki empat fungsi,
yaitu sebagai pedoman bagi guru dalam:
1. membentuk anggota keluarga menjadi manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila
2. menanamkan kejujuran pada anggote keluarganya
3. memupuk semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan anggota keluarganya
4. mendorong partisipasi anggota keluarga dalam menyuksekan jalannya pendidikan
Penerapan kode etik guru dalam menunaikan tugasnya, keluarga ataupun
masyarakat berkaitan dengan pengembangan manusia seutuhnya. Dalam hal ini guru
perlu mempertimbangkan tiga dimensi keutuhan, yaitu dimensi jasmani rohani,
dimensi sosial individual dan dimensi keselarasan perkembangan potensi yang
berlandaskan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
BAB VI : REFLEKSI DALAM TUGAS DAN PENGEMBANGAN PROFESI
MELALUI ORGANISASI

6.1 Refleksi dalam Tugas dan Berbagai Bentuknya


Agar ada kesesuaian antara Tujuan Pendidikan Jangka Panjang (TPJP), Tujuan
Utuh Pendidikan (TUP), dengan Tugas Yang Dirancang (TPY), diperlukan tindakan-
tindakan yang sistemik. Tindakan tersebut hendaknya dilakukan pada:
1. Tingkat struktural (organisasi penyelenggara sistem pendidikan nasional di tingkat
pusat dan daerah)
2. Tingkat institusional (satuan penyelenggaraan sistem pendidikan, baik pada jalur
jenjang, jenis persekolahan maupun luar sekolah)
3. Tingkat operasional ( satuan pelaksana kegiatan prosespembelajaran dan pendidikan
pada jalur, jenjang, jenis persekolahan dan pendidikan luar sekolah).
Untuk lebih dapat meningkatkan dan mengangkat citra profesi kependidikan,
seorang guru, selain harus mampu mengejawamahkan TPJP, dan TUP, pada TYP, ia
juga dipandang perlu untuk melakukan refleksi professional dan memilih serta
merumuskan tindakan-tindakan positif demi kemajuan profesi kependidikan ini.

6.2 Organisasi Profesi Guru


Profesi merupakan jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian
tanggungjawab dan kesetiaan dalam mengabdikan diri. Keahlian itu pada umumnya
diperoleh melalui suatu pendidikan formal dalam jangka waktu tertentu dan relative
lama. Dalam melaksanakan tugas keprofesiannya, pengemban suatu profesi harus
mempertanggungjawabkannya kepada dirinya sendiri, lembaga dan organisasi
masyarakat, dan kepada Tuhannya. Unsur pengabdian menjadi sangat utama baginya,
sehingga sikap altruisme sangat diperlukan oleh seorang pengemban suatu profesi,
Suatu profesi muncul pada hakikatnya karena ada kepercayaan masyarakat
(public trust) yang ditopang oleh masyarakat bahwa:
1. Seorang professional memiliki keahlian khusus (expertise) dan kompetensi
(competence) yang tidak pernah ditemui di masyarakat lain
2. Kelompok professional memiliki kodifikasi yang menjadi standar perilakunya dan
masyarakat yakin bahwa kelompok professional tersebut akan menjunjung tinggi nilai-
nilai kodifikasi tersebut
3. Kelompok professional memiliki motivasi yang tinggi untuk memberikan layanan
kepada masyarakat sehingga menempatkan kepentingan masyarakat di atas
kepentingan pribadi dengan berpegang teguh pada standar profesionalnya.
Suatu pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi jika memiliki ciri-ciri, antara
lain:
1. Menunjukkan suatu pelayanan sosial
2. Didasari disiplin keilmuan yang sistematis
3. Memerlukan pendidikan atau latihan dalam waktu yang relative lama
4. Memiliki kode etik
5. Memiliki kekuasaan
6. Memiliki organisasi profesi
7. Mendapat pengakuan dari masyarakat
8. Sebagai konsekeusi profesi secara perorangan maupun kelompok memperoleh
imbalan finansial ataupun materiil.
Profesi keguruan/kependidikan tampaknya adalah memiliki ciri-ciri profesi tersebut
sampai batas tertentu
Profesi kependidikan memiliki organisasi tersendiri sebagai wadah berkiprah
dan mengembangkan diri. Organisasi tersebut berfungsi mempersatukan berbagai
potensi di bidang pendidikan yang oada gilirannya profesi ini memiliki kekuatan
(power) dan kekuasaan (authority). Selain itu, organisasi profesi kependidikan
berfungsi meningkatkan dan/atau mengembangkan professional anggotanya yang
mencakup:
 Performace
 Subject Component
 Professional Component
 Process Component
 Adjusment Component
 Attitudes Component
Organisasi profesi bertujuan meningkatkan dan mengembangkan karier, kemampuan,
kewenangan professional, martabat dan kesejahteraan anggotanya.

Anda mungkin juga menyukai