Anda di halaman 1dari 2

Hubungan Antara Filsafat, Pendidikan dan Manusia

Manusia memiliki berbagai dimensi dasar, baik secara pribadi, jiwa,


kelompok, dll. Semua itu bercampur aduk menjadi potensi dasar atau bawaan
manusia, sehingga disadari atau tidak, manusia telah mengembangkan potensi
tersebut, baik secara maksimal atau tidak, dengan baik atau buruk. Semuanya
tergantung manusia itu sendiri dan lingkungan yang mempengaruhinya.
Di dalam sejarah umat manusia, setelah kemampuan intelektual dan
kemakmuranmanusia meningkat tinggi, maka tampullah manusia-manusia unggul
merenung dan memikir, menganalisa, membahas dan mengupas berbagai
problema dan permasalahan hidup dan kehidupan, sosial masyarakat, alam
semesta, dan jagad raya. Maka lahirlah untuk pertama kalinya filsafat dalam
periode pertama, selanjutnya filsafat alam periode dua, lalu sophisme, kemudian
filsafat klasik yang bermula kurang lebih enam abad sebelum Masehi.
Kaitanya dengan hal tersebut, dengan akal manusia yang bisa dikatakan
jenius, manusia dapat menemukan jalan untuk mengembangkan potensi-potensi
mereka dengan baik. Yaitu dengan pendidikan. Manusia mulai sadar akan arti
penting pendidikan bagi kehidupan mereka.
Dalam hal ini, saya mencoba mencari keterkaitan antara pendidikan dengan
manusia. Atau, apakah arti penting pemahaman tentang hakekat manusia tadi
terhadap proses pendidikan.
Kita harus mengakui bahwa dalam sistem, teori,dan filsafat pendidikan kita
masih mengiport dari negara lain. Meskipun para ahli kita dalam bidang ini
barangkali sudah ada, akan tetapi belum berani tampil ke depan. Baiklah marilah!
Kita gunakan sistem, teori, peralatan dan filsafat pendidikan oran lain dulu,
sebelum kita dapat menciptakan sendiri semuanya itu, asal kita usahakan untuk
menyeuaikannya dengan kepribadian kita, kita ambil mana yang baik dan kita
buang mana yang mudharat, lalu kita jadikan hak milik kita sendiri. Jadi dalam hal
ini harus ada proses indonesialisme.
Pendidikan adalah usaha sadar, terencana, sistematis dan berkelanjutan
untuk mengembangkan potensi-potensi bawaan manusia, memberi sifat dan
kecakapan, sesuai dengan tujuanpendidikan. Pendidikan adalah bagian dari suatu
proses yang diharapkan untuk mencapai suatu tujuan.
Melihat pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hubungan pendidikan
dengan manusia itu sangat erat. Adanya pendidikan untuk mengembangkan
potensi manusia, menuju manusia yang lebih baik.
Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan
kehidupan manusia. Sebaliknya, berbicara tentang kehidupan manusia berarti
harus mempersoalkan masalah kependidikan. Jadi, antara manusia dan pendidikan
terjalin hubungan kausalitas. Karena manusia, pendidikan mutlak ada; dan karena
pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri sebagai manusia yang
manusiawi.
Manusia merupakan subyek pendidikan, tetapi juga sekaligus menjadi objek
pendidikan itu sendiri. Pedagogik tanpa ilmu jiwa, sama dengan praktek tanpa
teori. Pendidikan tanpa mengerti manusia, berarti membina sesuatu tanpa
mengerti untuk apa, bagaimana, dan mengapa manusia dididik. Tanpa mengerti
atas manusia, baik sifat-sifat individualitasnya yang unik, maupun potensi-potensi
yang justru akan dibina, pendidikan akan salah arah. Bahkan tanpa pengertian
yang baik, pendidikan akan merusak kodrat manusia. Apabila digunakan secara
negative.
Esensia kepribadian manusia, yang tersimpul dalam aspek-aspek:
individualitas, sosialitas dan moralitas hanya mungkin menjadi relita (tingkah
laku, sikap) melalui pendidikan yang diarahkan kepada masing-masing esensia
itu. Harga diri, kepercayaan pada diri sendiri (self-respect, self-reliance, self
confidence) rasa tanggung jawab, dan sebagainya juga akan tumbuh dalam
kepribadian manusia melalui proses pendidikan.

Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pendidikan


Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral,
asal, atau pokok. Karena filsafat lah yang mula-mula merupakan satu-satunya
usaha manusia dibidang kerohanian untuk mencapai kebenaran atau pengetahuan.
lambat laun sesuai dengan sifatnya, manusia tidak pernah merasa puas dengan
meninjau suatu hal dari sudut yang umum, melainkan juga ingin memperhaikan
hal-hal yang khusus.
Kedudukan atau hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan atau berfikir
filosofis dan berfikir ilmiah akan dilengkapi uraian ini dengan piaget tentang
epistemologi genetis, yaitu fase-fase berfikir dan pikiran manusia dengan
mengambil contoh perkembangan akan mulai dari tahun pertama usia anak hingga
dewasa
Kedudukan Filsafat Dalam Kehidupan Manusia
Untuk memberikan gambaran bagaimana kedudukan filsafat dalam
kehidupan manusia maka terlebih dahulu diungkapkan kembali pengertian filsafat.
Filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan. Jadi seorang filosof adalah orang yang
mencintai kebijaksanaan dan hikmat yang mendorong manusia itu sendiri untuk
menjadi orang yang bijaksana. Dalam arti lain, filsafat didifinisikan sebagai suatu
pemikiran yang radikal dalam arti mulai dari akarnya masalah samapai mencapai
kebenaran melalui tahapan pemikiran. Oleh karena itu seorang yang berfilsafat
adalah orang yang berfikir secara sadar dan bertanggung jawab dengan
pertanggungjawaban pertama adalah terhadap dirinya sendiri.
pertanggungjawaban pertama adalah terhadap dirinya sendiri.
Filsafat dalam coraknya yang religius bukanlah berarti disamakan
dengan agama atau pengganti keduudkan agama, walaupun filsafat dapat
menjawab segala pertanyaan atau sial-soal yang diajukan. Kedudukan agama
sebagai pengetahuan adalah lebih tinggi daripada filsafat karena didalam agama
masih ada pengetahuan yang tak tercapai oleh budi biasa adan hanya dapat
diketahui karena diwahyukan.
Dan uraian mengenaifilsafat sebelumnya akan terasa lebih penting lagi
karena hubungan antara filsafat dan pendiidkan tidak hanya sekedar biasa
melainkan hubungan yang bersifat keharusan.
Jadi, hubungan antara filsafat, pendidikan dan manusia secara singkat
adalah sebagai berikut; filsafat digunakan untuk mencari hakekat manusia,
sehingga diketahui apa saja yang ada dalam diri manusia. Hasil kajian dalam
filsafat tersebut oleh pendidikan dikembangkan dan dijadikannya (potensi) nyata
berdasarkan esensi keberadaan manusia.

Anda mungkin juga menyukai