Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia adalah hewan yang berakal sehat, yang mengeluarkan
pendapatnya, yang berbicara berdasarkan akal pikirannya (the animal that
reasons). Manusia memiliki akal pikiran yang senantiasa bergolak, berfikir,
karena situasi dan kondisi alam dimana dia hidup selalu berubah-ubah dan
penuh dengan peristiwa-peristiwa penting bahkan dahsyat, yang kadang-
kadang dia tidak kuasa untuk menentang dan menolaknya, menyebabkan
manusia itu tertegun, termenung, memikirkan segala hal yang terjadi disekitar
dirinya.
Ketakjubannya melihat dunia dan kenampakan yang ada disekitar
kehidupan dan menyalurkan ruh dan jiwa kepada benda-benda yang mati,
mencairkan benda-benda yang beku, menimbulkan topan dan gelombang,
menggerakan angin, air bah dan banjir, dinyalakan api ditengah padang,
dihiasinya keindahan alam dengan warna, disemerbakanya bunga dengan
keharuman dan kewangian surgawi. Hal-hal seperti itulah yang menakjubkan
manusia, menyebabkan dia termenung, merenungkan segala sesuatu. Dia
berpikir dan berpikir, sepanjang masa dan sepanjang zaman. Dia memikirkan
dirinya sebagai micro kosmos dan memikirkan jagad aya sebagai macro
kosmos. Dia memikirkan juga alam gaib, alam dibalik dunia yang nyata ini,
alam metafisika. Dan diapun mulai membangun pemikiran filsafat.
Didalam sejarah umat manusia, setelah kemampuan intelektual dan
kemakmuran manusia meningkat tinggi, maka tampilah manusia-manusia
yang unggul merenung dan memikir, menganalisa, membahas dan menghapus
berbagai problema dan permasalahan hidup dan kehidupan, sosial
kemasyarakatan, alam semesta dan jagad raya. Maka lahirlah untuk pertama
kalinyafilsafat alam periode pertama, selanjutnya filsafat alam periode kedua,
lalu Shopiesme, kemudian filsafat klasik yang bermula kurang lebih enam
abad sebelum masehi.
2

Filsafat mengandung pengertian suatu ikhtiar untuk berfikir secara radikal,


dalam arti mulai dari akarnya suatu gejala (hal kehendak permasalahan)
sampai mencapai kebenaran yang dilakukan dengan kesungguhan dan
kejujuran melalui tahapan-tahapan pikiran. Oleh karena itu seorang yang
berfilsafat adalah orang yang berfikir secara sadar dan bertanggung jawab
dengan pertama adalah terhadap dirinya sendiri.
Kebenaran dalam pengetahuan yang diterima filsafat adalah apabila isi
pengetahuan yang diusahakan sesuai dengan objek yang diketahui yang
didasari oleh kebebasan berfikir (diatur oleh logika) untuk menyelidiki atau
tata pikir yang bermetoda, bersistem, dan berlaku universal, sehingga dengan
demikian filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari ketetapan dan sebab-
sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu (seluruh dunia dan alam
ini), sebagai pandangan hidup. Apabila pandangan ini mengenai manusia
adalah meliputi segala soal hidup manusia: pikiran, budi, tingkah laku dan
nilai-nilainya dan tujuan hidup manusia, baik didunia maupun sesudah didunia
ini tiada yang kemudian dikenal dengan sebutan pedoman hidup.
Ilmuan selalu mengembangkan apa yang diyakini benar, dia ingin
mengetahui apa sebenarnya hakekat ilmu dalam konteks pengetahuan lainnya.
Seorang ilmuan ingin tahu sejauh mana hubungan antara ilmu pendidikan
dengan pengembangan sumber daya manusia, apakah Filsafat pendidikan itu
sendiri mempunyai peranan dalam pengembangan sumber daya manusia serta
dapat membawa kebahagiaan kepada dirinya. Oleh karena itu dalam makalah
ini penulis ingin mencoba mengkaji Peranan filsafatpendidikan terhadap
pengembangan sumber daya menusia.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian filsafat pendidikan?


2. Bagaimana pengertian sumber daya manusia?
3. Bagaimana hubungan antara filsafat pendidikan dengan sumber daya
manusia?
4. Bagaimana Urgernsi filsafat pendidikan terhadap peningkatan sumber
daya manusia?
3

5. Bagaimana Filsafat pendidikan dan sumber daya manusia serta


hubungannya dengan tujuan pendidikan?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui arti dari filsafat pendidikan


2. Untuk mengetahui arti dari sumber daya manusia
3. Untuk mengetahui hubungan antara filsafat pendidikan dengan sumber
daya manusia
4. Untuk mengetahui urgensi filsafat pendidikan terhadap sumber daya
manusiaa
5. Untuk mengetahui filsafat pendidikan dan sumber daya manusia serta
hubungannya dengan tujuan pendidikan

D. Manfaat Penulisan
1. Secara Teoritik
Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi
mahasiswa STAIM dalam mengkaji filsafat, khususnya pada Mata Kuliah
Filsafat Pendidikan dalam usahanya yang akan menuntun kita untuk
berfikir kritis, logis, metodik, dan radikal guna menemukan kebenaran
yang dapat dipertanggung jawabkan.
2. Secara Praktis
Makalah ini diharapkan dapat memberikan hasil positif pada
mahasiswa STAIM dalam mewujudkan generasi yang cinta akan
kebenaran dan kebijaksanaan dengan pemikiran yang mendalam,
khususnya dalam filsafat pendidikan.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah yang berjudul “Filsafat Pendidikan dan Sumber
Daya Manusia (SDM) Serta hubungannya dengan Tujuan Pendidikan” ini
terdiri dari
BAB I Pendahuluan yang memuat prinsip-prinsip; a) Latar
Belakang Masalah, b) Rumusan Masalah, c) Tujuan Penulisan, d) Manfaat
Penulisan e) Sistematika Penulisan.
4

Pada BAB II dari makalah “Filsafat Pendidikan dan Sumber Daya


Manusia (SDM) Serta hubungannya dengan Tujuan Pendidikan” meliputi;
1) Pengertian Filsafat Pendidikan 2) Pengertian Sumber Daya Manusia 3)
Hubungan antara Filsafat Pendidikan dan Sumber Daya Manusia 4)
Urgensi Filsafat Pendidikan Terhadap Peningkatan Sumber Daya Manusia
5) Filsafat Pendidikan dan Sumber Daya Manusia Serta Hubungannya
dengan Tujuan Pendidikan.
Pada BAB III Penuutup yang memuat prinsip-prinsip; a)
Kesimpulan, dan b) Penutup
5

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Filsafat Pendidikan


Filsafat Pendidikan didefinisikan sebagai kaidah filosofis dalam bidang
pendidikan yang menggambarkan aspek-aspek pelaksanaan falsafah umum dan
menitikberatkan pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang
menjadi dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan-persoalan
pendidikan secara praktis.1
Filsafat Pendidikan memuat pemikiran-pemikiran seputar masalah
pendidikan. Jadi baru berupa gagasan-gagasan yang bersifat abstrak. Gagasan
yang bersifat antologis, epistimologis, dan aksiologis tentang pendidikan. Apa
yang dimaksud dengan pendidikan itu, bagaimana proses penyelenggaraannya,
dan nilai-nilai apa yang akan diperoleh darinya? Selanjutnya gagasan-gagasan
diwujudkan secara konkret dengan aktivitas pendidikan.2
Filsafat Pendidikan adalah pengetahuan yang menyelidiki substansi
pelaksanaan pendidikan yang berkaitan dengan tujuan, latar belakang, cara,
hasil, dan hakikat ilmu pendidikan yang berhubungan dengan analisis kritis
terhadap struktur dan kegunaannya.3
Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang memikirkan hakikat pendidikan
secara komprehensif dan kontemplatif tentang sumber, seluk beluk pendidikan,
fungsi, dan tujuan pendidikan.
Pengertian Filsafat Pendidikan menurut para ahli:
a. Mohammad Labib Al-Najihi
Fisafat Pendidikan yaitu aktivitas pikiran yang teratur yang menjadikan
filsafat itu sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memdukan
proses pendidikan (Mumahammad Oemar Al-Toumy Al-Syaibany:31)4
b. John Dewey
1
Prof. Dr. H. Jalaluddin, dan Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed. Filsafat Pendidikan, Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2013, Hal. 6
2
Prof. Dr. H. Jalaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2012, Hal. 73
3
Redja Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, Bandung: Rosda Karya, 2004, Hal.3-4
4
Prof. Dr. H. Jalaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2012, Hal. 73
6

Filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar dan


fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya
perasaan (emosisonal), menuju tabi’at manusia.
c. Imam Barnadib (1993: 3)
Filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada hakikatnya merupakan
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan. Filsafat
pendidikan merupakan aplikasi sesuatu analisis filosofis terhadap bidang
pendidikan.
d. Brubachen (Arifin, 1993: 3)
Filsafat Pendidikan adalah menaruh sebuah kereta di depan seekor kuda,
dan filsafat dipandang sebagai bunga, bukan sebagai akar tunggal
pendidikan.5
Filsafat pendidikan adalah suatu cabang ilmu yang didalamnya membahas
dan mempelajari tentang pendidikan secara rasional dan mendasar yang
meliputi tiga aspek yaitu: Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
2. Pengertian Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia adalah individu produktif yang bekerja sebagai
penggerak suatu organisasi, baik itu didalam institusi maupun perusahaan yang
meimiliki fungsi sebagai aset sehingga harus dilatih dan dikembangkan
kemampuannya. Sumber daya manusia merupakan suatu hal yang sangat penting
dan harus dimiliki dalam upaya mencapai tujuan organisasi atau perusahaan,
sumber daya manusia merupakan elemen utama organisasi dibandingkan dengan
elemen sumber daya yang lain seperti modal, teknologi, karena manusia itu
sendiri yang mengendalikan faktor yang lain.6
Sumber Daya Manusia adalah satu faktor yang sangat penting bahkan tidak
dapat dilepaskan dari sebuah organisasi, baik institusi maupun perusahaan.
Sumber daya Manusia juga merupakan kunci yang menentukan perkembangan
perusahaan. Pada hakikatnya, sumber daya manusia berupa manusia yang

5
Prof. Dr. H. Jalaluddin, dan Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed. Filsafat Pendidikan, Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2013, Hal 6-7
6
https://www.padamu.net/pengertian-sumber-daya-manusia
7

dipekerjakan di sebuah organisasi sebagai penggerak. Pemikir dan perencana


untuk mencapai tujuan organisasi itu.
Dewasa ini, perkembangan terbaru memandang karyawan bukan sebagai
sumber daya belaka, melainkan lebih berupa modal atau aset bagi intuisi atau
organisasi. Karena itu kemudian muncullah istilah baru di luar H.R. (Human
Rosurces), yaitu H.C atau Human Capital. Di sini sumber daya manusia dilihat
bukan sekedar sebagai aset utama, tetapi aset yang bernilai dan dapat
dilipatgandakan, dikembangkan (bandingkan dengan portofolio investasi) dan
juga bukan sebaliknya sebagai liability (beban,cost). Di sini perspektif sumber
daya manusia sebagai investasi bagi institusi atau organisasi lebih mengemuka.
Pengertian smber daya manusia dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengertian
mikro dan makro. Pengertian sumber daya manusia secara mikro adalah individu
yang bekerja dan menjadi anggota suatu perusahaan atau institusi dan biasa
disebut sebagai pegawai, buruh, karyawan, pekerja, tenaga kerja dan lain
sebagainya. Sedangkan pengertian sumber daya manusia secara makro adalah
penduduk suatu negara yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang
belum bekerja maupun yang sudah bekerja.
Secara garis besar, pengertian sumber daya manusia adalah individu yang
bekerja sebagai penggerak suatu organisasi, baik institusi maupun perusahaan
dan berfungsi sebagai aset yang harus dilatih dan dikembangkan
kemampuannya.7
Pengertian sumber daya manusia menurut para ahli:
a. Sonny Sumarsono
Sumber daya manusia memiliki beberapa pengertian yaitu sumber daya
manusia merupakan usaha kerja yang bermanfaat bagi keberlangsungan
produksi. Sedangkan makna kedua yaitu sumber daya manusia adalah
kelompok manusia yang terdiri dari manusia yang mempunyai kemampuan
untuk memberikan jasa.
b. M. T. E. Hariandja

7
https://id.m.wikipedia.org/wiki/sumber_daya_manusia
8

Sumber daya manusia adalah salah satu faktor penting sebuah perusahaan
selain faktor modal. Faktor sumber daya manusia ini dianggap amat penting
karena memerlukan pengelolaan yang baik dalam rangka peningkatan mutu
organisasi maupun suatu perusahaan.
c. Mathis dan Jackson
Sumber daya manusia adalah rancangan berbagai sistem formal dalam
perusahaan maupun organisasi yang memiliki fungsi untuk menjaga agar
penggunaan bakat dan minat manusia bisa dipakai untuk mencapai tujuan
organisasi atau perusahaan itu secara efektif dan efisien.
d. Hasibuan
Sumber daya manusia yaitu manusia yang memiliki kemampuan terpadu
yang dicirikan dengan pola pikir serta daya fisik yang baik. Perilaku dan
watak sumber daya manusia berasal dari lingkungannya sedangkan prestasi
serta motivasi kerja berasal dari keinginan pada dirinya sendiri.
e. Ermaya
Sumber daya manusia yaitu suau faktor utama yang penting dalam setiap
proses pembangunan negara, perusahaan, serta organisasi. Didalam
ppembangunan ini sumber daya manusia memberi pengaruh besar dan
bermanfaat hingga harus diatur dan dijaga. Peran yang dimiliki sumber daya
manusia ada dua yaitu sebagai objek serta subjek dari proses pembangunan.8
f. Sadili Samsudin
Sumber daya manusia adalah orang-orang yang merancang dan
menghasilkan barang atau jasa, mengawasi mutu, memasarkan produk,
mengalokasikan sumber daya finansial, serta merumuskan seluruh strategi
dan tujuan organisasi.
Sumber Daya Manusia adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi
sebuah organisasi atau lembaga untuk pengelolaan yang bertujuan untuk
keberlangsungan produksi yang didalamnya terdiri dari sekelompok
manusia yang mampu memberikan jasa.

8
http://meteribelajar.co.id/sumber-daya-manusia/
9

3. Hubungan antara Filsafat Pendidikan dan Sumber Daya Manusia

Hubungan filsafat pendidikan dengan peningkatan kualitas sumber daya


manusia. Disusunlah suatu sistem pendidikan yang layak dan serasi dengan
tujuan sumber daya manusia. Misalnya Amerika yang mempunyai prinsip-prinsip
demokratis, sehingga berkembanglah berbagai aliran termasuk filsafat
pendidikan. Sesuatu dianggap benar, bila dapat direalisasikan dan bermanfaat
bagi kehidupan yang diterapkan dalam bentuk sekolah masyarakat yang
mempunyai tujuan mendidik para siswa menjadi tenaga praktisi yang siap pakai.
A. Teori Kebenaran Menurut Pandangan Filsafat dalam Bidang Ontologi,
Epistemologi, dan Aksiologi
a. Ontologi
Ontologi sering dikaitkan dengan metafisika, yang juga disebut
sebagai proto-filsafat atau filsafat yang pertama, atau filsafat ketuhanan
yang bahasanya adalah hakikat sesuatu, keesaan, persekutuan, sebab dan
akibat, realita, prima atau Tuhan dengan segala sifatnya, malaikat, relasi
atau segala sesuatu yang ada di bumi dengan tenaga-tenaga yang di
langit, wahyu, akhirat, dosa, neraka, pahala dan surga.
Persoalan tentang ontologi ini menjadi pembahasan utama di bidang
filsafat, baik filsafat kuno maupun filsafat modern. Ontologi adalah teori
dari cabang filsafat yang membahas realitas. Relitas ialah kenyataan yang
selanjutnya menjurus pada sesuatu kebenaran. Bedanya, realitas dalam
ontologi ini melahirkan pertanyaan-pertanyaan: apakah sesungguhnya
hakikat realitas yang ada ini? Apakah realitas yang tampak ini sesuatu
realita materi saja? Adakah sesuatu di balik realita itu? Apakah realita ini
terdiri dari satu unsur (monoisme), dua unsur (dualisme) atau serta
banyak (pluralisme).
Menurut Bramel, interprestasi tentang suatu realita itu dapat
bervariasi. Mengenai bentuk meja misalnya, pasti setiap orang berbeda-
beda pendapat. Tetapi jika ditanyakan bahannya, pastilah meja itu
substansinya adalah kualitas materi. Inilah yang dimaksud meja itu satu
10

realita yang konkret. Jadi, realitas yang dibahas pada ontologi ini
dipergunakan untuk membedakan apa yang tampak saja atau nyata.
Sebagai contoh, sebuah tongkat yang lurus, menurut perasaan kita masih
lurus bila diceburkan ke air, tetapi menurut penglihatan tongkat itu
bengkok dan setelah diangkat ternyata tongkatnya itu lurus.
Plato mengatakan jika berada di dalam gua, dunia yang kita lihat dan
kita hayati dengan kelima pancaindera kita tampaknya cukup nyata.
Binatang, tumbuhan, air, bulan, bintang dan semua yang ada adalah
semata-mata dunia bayangan atau dunia tiruan dari dunia nyata, yang
sejati adalah dunia ide murni, yang diballik dunia sekarang, yang kita
hayati, dengar, lihat, raba dan rasakan.
Di dalam pendidikan, pandangan otologi secara praktis akan menjadi
masalah yang utama. Sebab, anak bergaul dengan llingkungannya dan
mempunyai dorongan yang kuat untuk mengerti sesuatu. Anak-anak,
baik di masyarakat maupun di sekolah, selalu dihadapkan pada realita,
objek pengalaman, benda mati, benda hidup, dan sebagainya.
Membimbing anak untuk memahami realita dunia dan membina
kesadaran tentang kebenaran yang berpangkal atas realita ini merupakan
tahap pertama sebagai stimulus untuk menyelami kebenaran itu. Dengan
sendirinya, potensi berpikir kritis anak-anak untuk mengerti kebenaran
itu telah dibina. Disini, kewajiban pendidik ialah membina daya pikir
yang tinggi dan kritis.
b. Epstemologi
Istilah epistemologi pertama kali dipakai oleh L.F Ferier pada abad
ke-19 di Institut of Metaphisics (1854). Dalam Encyclopedia of
Philosophy, epistemologi didefinisikan sebagai cabang filsafat yang
bersangkutan dengan sifat dasar dari ruang lingkup pengetahuan pra
anggapan dan dasar-dasarnya serta realitas umum dari tuntutan
pengetahuan sebenarnya. Epistemologi ini adalah nama lain dari logika
materiil atau logika mayor yang mebahas dari isi pikiran manusia, yakni
pengetahuan (Dardini, 1986:18). Sementara itu, Brameld mendefinisikan
11

epistemologi dengan “It is epistemology that gives the teacher the


assurance that he is conveying the truth to his student.” Maksudnya,
epistemologi memberikan kepercayaan dan jaminan bagi guru bahwa ia
memberikan kebenaran kepada murid-muridnya.
Epistemologi adalah studi tantang pengetahuan, bagaimana kita
mengetahui benda-benda. Untuk lebih jelasnya, ada beberapa contoh
pertanyaan yang menggunakan kata “tahu” dan mengandung pengertian
yang berbeda-beda, baik sumbernya maupun validitasnya. Contoh :
a) Tentu saja saya tahu ia sakit, karena saya melihatnya.
b) Percayalah, saya tahu apa yang saya bicarakan.
c) Kami tahu mobilnya baru, karena baru kemarin kami menaikinya
(Hamdani Ali, 1993: 50).
c. Aksiologi
Akhlak adalah suatu bidang yang menyelidiki nilai-nilai (value).
Menurut Brameld, ada tiga bagian yang membedakan di dalam aksiologi.
Pertama, moral conduct, tindakan moral. Bidang ini melahirkan disiplin
khusus yaitu etika. Kedua, esthetic expression, ekspresi keindahan yang
melahirkan estetika. Ketiga, socio-political life, kehidupan sosio-politik.
Bidang ini melahirkan ilmu filsafat sosio-politik (Muhammad Noor
Syam, 1986: 34-36).
Nialai dan implikasi aksiologi didalam pendidikan ialah pendidikan
menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut di dalam kehidupan
manusia dan membinanya di dalam kepribadian anak. Karena untuk
mengatakan sesuatu bernilai baik itu bukanlaha hal yang mudah. Apalagi
menilai secara mendalam dalam arti untuk membina kepribadian ideal.
Berikut ini beberapa contoh yang dapat kita pergunakan untuk menilai
seseorang itu baik,
a) Baik, Bu. Saya akan selalu baik dan taat kepada Ibu!
b) Nak, bukankah ini bacaan yang baik untukmu?
c) Baiklah, Pak. Aku akan mengamalkan ilmuku.
12

B. Pandangan Filsafat tentang Hakikat Manusia


Ilmu yang mempelajari tentang hakikat manusia disebut antropologi
filsafat. Dalam hal ini, ada 4 aliran yang akan dibahas. Pertama, aliran
serba zat. Aliran ini mengatakan yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah
zat atau materi. Alam ini adalah zat atau materi. Alam ini adalah zat atau
materi dan manusia adalah unsur dari alam. Maka dari itu, manusia adalah
zat atau materi.
Kedua, aliran serba roh. Aliran ini berpendapat bahwa segala hakikat
sesuatu yang ada didunia ini ialah roh. Hakikat adalah manusia adalah roh
juga. Sementara zat adalah manifestasi dari roh. Menurut Fitche segala
sesuat yang ada (selain roh) dan hidup itu hanyalah perumpamaan,
perubahan atau penjelmaan dari roh. Dasar pikiran aliran ini ialah bahwa
roh lebih berharga, lebih tinggi nilainya daripada materi. Dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya betapapun kita mencuintai seseorang, jika rohnya
pisah dari badannya, maka materi / jasad tidak artinya lagi. Dengan
demikian, aliran ini menganggap roh itu ialah hakikat, sedangkan badan
ialah penjelmaan atau bayangan.
Ketiga, aliran dualisme. Aliran ini menganggap bahwa manisia itu ada
hakikatnya terdiri dari dua substansi, yaitu hasmani dan rohani. Kedua
substansi ini masing-masing merupakan unsur asal, yang adanya tidak
tergantung satu sama lain. Jadi, badan tidak bersasal dari roh dam roh tidak
bersasl dari badan. Antara badan dan roh terjadi sebab akibat keduanya
slainng memengaruhi.
Keempat,aliran eksistensialisme. Aliran filsafat modern berpandangan
bahwa hakikat manusia merupakan eksistensi dari manusia. Hakikat
manusia adalah apa yang menguasai manusia secara menyeluruh. Disini,
manusia dipandang tidak dari serba zat atau serba roh atau dualisme tetapi
dari segi eksistensi manusia di dunia ini.
Filsafat berpandangan bahwa hakikat manusia itu berkatan antara badan
dan roh, islam secara mengatakan bahwa badan dan roh adalah sustansi
alam, sedangkan alam adalah makhluk dan keduanya diciptakan oleh
13

Allah. Dalam hal ini, dijelaskan bahwa proses perkembangan dan


pertumbuhan manusia menurut hukum alam materil. Menurut islam,
manusia terdiri dari substansi materi dari bumi dan roh yang bersasal dari
Tuhan. Oleh akrena itu, hakikat manusia adalah roh sedangkan jasadnya
adalah alat yang dipergunakan oleh roh semata. Tanpa kedua substansi
tersebut tidak dapat dikatakan manusia.
Terkait dengan hakiakta manusia tersebut Poespordjo mengemukakan
bahwa :
1. Hakikat manusia haruslah diambil secara integral dari seluruh
bagiannya, bagian esensial manusia, baik yang metafisis (ani
malitas dan rasionalitas) maupun fisik (badan dan jiwa) manusia
wajib menguasai hakikat yang kompleks dan mengendalikan
bagian-bagian tersebut agar bekerja secara harmonis. Karena
manusia pada hakikatnya adalah hewan, maka ia harus hidup
seperti hewan, ia wajib menjaga badannya dan memenuhi
kebutuhannya. Namun, sebagai hewan berakal budi, manusia harus
hidup seperti makhluk yang berakal budi
2. Hakikat manusia harus diambil dari seluruh nisbahnya, tidak hanya
keselarasan batin antar bagian-bagian dan kemampuan-kemampuan
yang membuat manusia itu sendiri, tetapi juga keselarasan antara
manusia dengan lingkungannya
3. Memang keberadaan manusia di muka bumi suatu yang menarik.
Selain mansuia selalu pokok permasalahan, ia juga dapat melihat
bahwa segala peristiwa dan masalah apapun yang terjadi di dunia
ini pada akhirya berhubungan dengan manusia. Oleh karena itu,
dalam usaha mempelajarai hakikat manusia, dperlukan pemikiran
yang filosofis. Karena setiap manusia akan selalu berpikir tentnag
dirinya sendiri. Meskipun tingkat pemikiran selalu mempunyai
perbedaan. Hal itu didasarkan pada pemikiran bahwa selain sebagai
subjek pendidikan, manusia juga merupkan objek pendidikan itu
sendiri.
14

Kedudukan manusia yang paling menarik ialah bahwa manusia itu


menyelediki kedudukannya sendiri dalam lingkungan yang
diselidikinya pula. Kadang, hasil penyelidikan mengenai
lingkunganya itu ternyata lebih memuaskan daripada penyelidikan
tentang manusia itu sendiri.
Manusia memilki banyak sifat yang serupa dengan makhluk lain.
Meski demikian, ada seperangkat perbedaan antara manusia
dengan makhluk lain, yang menganugrahi keunggulan pada
manusia. Kenyataan inilah yang terkadang membuat manusi
amempunyai pandangan yang berbeda. Suatu saat manusia akan
berpikir bahwa mereka merupakan salah satu anggota margasatwa
(animal kingdom) disaat lain dia juga akan erasa dunia idea dan
nilai. Pandangan seperti itulah yang pada akhirnya akan
memperlihatkan keberadaan manusia secara utuh bahwa mereka
adalah pencari kebenaran.
1) Pandangan ilmu pengetahuan tentang manusia
Hampir semua ilmu pengetahuan berusaha menyelidiki tentang
makhluk yang bernama manusia. Begitu juga pendidikan, secara
khusus tujuannya adalah untuk memehami dan mendalami hakikat
manusia. Bagi Aristoteles (384-322 SM), manusia adalah hewan
berakal sehat, yang mengeluarkan pendapatnya dan berbicara
berdasarkan akal pikirannya.
Menurut tinjauan manusia adalah pribadi atau individu yang
berkeluarga selalu bersilaturahmi dan pengabdi Tuhan. Manusia
juga pemelihara alam sekitar, wakil Allah SWT di atas muka bumi
ini. Manusia dalam pandangan selalu berkaitan dengan kisah
tersendiri. Tidak hanya sebagai hewan tingkat tinggi yang berkuku
pipih, berjalan dengan dua kakik, dan berbicara. Islam memandang
manusia sebagai makhluk sempurna dibandingkan dengan hewan
dan makhluk ciptaan tuha yang lain, karena itu manusia disuruh
menggunakan akalnya dan inderanya agar tidak salah memahami
15

mana kebenaran yang sesungguhnya dan mana kebenaran yang


dibenarkan atau dianggap benar.
Eksistensi manusia yang padat itulah yang perlu (dan
seharusnya) dimengerti dan dipikirkan. Karena pada dasarnya
manusia adalah makhluk religius, yang dengan pernyataan itu
mewajibkan manusia memperlakukan agama sebagai suatu
kebenaran yang harus dipatuhi dan diyakini. Untuk itu, sangat
penting manusia yang sanggup melakukan pembangunan duniawi,
yang mempunyai arti bagi hidup pribadi di akhirat kelak dengan
kata lain usaha pembinaan manusia ideal tersebut merupakan
program utam dalam pendidikan modern pada masa-masa sekarang
ini.
2) Kepribadian manusia dan pendidikan
Manusia salah satu makhluk hidup yang sudah ribuan abada
lamanya menghuni bumi sebelum terjadi proses pendidikan di luar
dirinya, pada awalnya manusia cenderung berusaha melakukan
pendidikan pada dirinya sendiri dimana manusia berusaha mengerti
dan encari hakikat kepribadian tentang siapa diri mereka
sebenarnya. Dalam ilmu mantiq manusia disebut sebagai hayawan
al-nathiq (hewan yang berpikir). Berpikir maksudnya adalah
berkata-kata dan mengeluarkan pendapat serta pikiran.
Dalam prosesnya, peran efektif pendidikan terhadap
pembinaan kepribadian manusia dipengaruhi oleh lingkungan dan
didukung oleh faktor pembawaan manusia sejak lahir. Dalam
kaitan ini, perlu ditinjau kembai tentang teori natifisme, emprisme,
dan konvergensi. Pada dasrnya tujuan pendidikan secara umum
adalah untuk membina kepribadian manusia secara sempurna.
Kriteria sempurna ini ditentukan oleh masing-masing pribadi,
masyarakat, bangsa, tempat, dan waktu. Pendidkan yang tertama
dianggap sebagai transfer kebudayaan, pengembangan ilmu
pengetahuan akan membawa manusia mengerti dan memehami
16

lebih luas tentang masalah seperti itu. Dengan demikian, ilmu


memiliki nilai-nilai kehidupan, baik sebagai pribadi maupun
sebagai warga masyarakat.
3) Masalah rohani dan jasmani
Terlalu banyak sebutan yang diberikan utuk makhluk-makhluk
berakal ciptaan tuhan, seperti homo sapiens, homo sosialis, animal
social, al-insan, dan lain sebagainya.
Bentuk sebutan tersebut mencerminkan kergaman sifat dan
sikap manusia. Hal ini dapat terjadi karena didalam diri manusia
itu sendiri terdapat 6 rasa yang menjadi 1. Yaitu intelek agama,
susila, sosial, seni, dan harga diri / sifat ke-akuan.
Maka, tidak heran sejak dulu manusia tiada henti-hentiya
berusaha membedakan antara unsur manusia yang bersifat lahiriah
dan maknawiah. Kebanyakan ahli filsafat yunani berpendapat
bahwa roh itu merupakan satu unsur yang halus yang dapat
meninggalkan badan. Jika pergi dari badan, ia kembali ke alamnya
yang tinggi, meluncur keangkasa luar dan tidak mati, sebagai mana
ungkapan phytagoras kepada diasgenes.
Islam berpandangan bahwa hakikat manusia merupakan
berkaitan antara badan dan roh. Islam mengatakan denga tegas
bahwa kedua substansi ini adalah substansi alam. Islam
permasalahn roh merupakan suatu hal yang terbatas untuk
dipelajari secara mendalam. Karena itu, kendati banyak ilmu yang
dimilki manusia sampai kapan pun tidak akan memlebihi Tuhan-
Nya.9
Jadi hubungan antara filsafat pendidikan dengan sumber daya manusia
terletak pada sistem pendidikan yang memerlukan suatu pemikirian guna
terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas, yang layak dan serasi dengan
tujuan sumber daya manusia.

9
Prof. Dr. H. Jalaluddin, Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed., Filsafat Pendidkan, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta:2013, hal. 128 - 134
17

4. Urgensi Filsafat Pendidikan terhadap Peningkatan Sumber Daya


Manusia
Filsafat pendidikan, seperti dikemukakan oleh Imam Barnadib (dalam
Jalaludin dan Idi, 2012: 194 – 198) disusun atas dua pendekatan. Pendekatan
pertama bahwa filsafat pendidikan diartikan sebagai aliran yang didasarkan pada
pandangan filosofis totok-tokoh tertentu. Sedangkan pandangan ke dua adalah
usaha untuk menemukan jawaban dari pendidikan beserta problem-problem
yang ada yang memerlukan tinjauan filosofis. Dari pertama pertama, terkait
dengan kualitas manusia, terdapat tiga aliran filsafat. Pertama, aliran naturalisme
yang menyatakan bahwa manusia memiliki potensi bawaan yang dapat
berkembang secara alami, tanpa memerlukan bantuan dari luar. Secara alami
manusia akan bertambah dan berkembang sesuai dengan kodratnya masinng-
masing. Tokoh aliran ini adalah Jean Jacques Rosseau. Kedua aliran empirisme,
menurut aliran ini manusia bertumbuh dan berkembang atas bantuan atau karena
adanya intervensi lingkungan. Tokoh aliran ini adalah Schopenhauer. Ketika
aliran konvergensi, yang memiliki pandangan gabungan antara empirisme dan
naturalisme. Menurut aliran ini, manusia secara kodrati memang telah
dianugerahi potensi yang disebut bakat. Namun selanjutnya agar potensi itu
dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik, perlu adanya pengaruh dari luar
berupa tuntunandan bimbingan melalui pendidikan. Tokoh aliran ini adalah Jhon
Locke. Ketiga aliran tersebut kemudian menjadi dasar pemikiran tentang
manusia dalam kaitan dengan problema dalam pendidikan. Namun kemudian,
Khonstamm menambahkan faktor kesadaran sebagai faktor keempat. Dengan
demikian menurutnya selain faktor dasar (natur) dan faktor ajar (empiri), yang
kemudian di konvergensikan, masih perlunya faktor kesadaran iindividu.
R.Menurutnya walaupun manusia memiliki bakat bakat yang baik, kemudian
dididik secara baik pula, maka hasilnya akan menjadi lebih baik bila ada
motivasi intrinsik dari peserta didik itu sendiri. Kohnstamm, melihat bahwa
faktor lingkungan belum dapat memberi hasil yang optimal bila tidak disertai
dorongan dari dalam diri peserta didik. Pendapat ini dapat dilihat sebagai temuan
yang memperkaya pemikiran tentang manusia dalam kaitannya dengan
18

pendidikan. Keempat tokoh tersebut telah mengangkat latar belakang potensi


manusia. Kecuali J.J Rousseau, ketiga tokoh berikutnya seakan menyatu dalam
pendpat bahwa potensi manusia dapat di intervensi oleh pengaruh lingkungan.
Seperti yang dikatakan Imam Barnadib, bahwa filsafat pendidikan sebagai
sistem dapat dilihat dari dua pendekatan. Pendekatan peratama sebagai
pendekatan filosofis, sebagaimana telah diuraikan terdahulu dalam pandangan
ini terungkap bahwa konsep pendidikan dalam berbagai aliran itu mengakui
bahwa manusia memiliki berbagai potensi untuk dididik. Selanjutnya
pendekatan kedua adalah filsafat pendidikan dilihat dari sudut pandang
pendidikan. Berdasarkan pendekatan ini, filsafat pendidikan merupakan usaha
untuk menemukan jawaban tentang pendidikan dan problema-problema yang
ada yang memerlukan tinjauan filosofis. Dalam pandangan ini, filsafat
pendidikan menjadi tumpuan bagi penyusunan system pendidikan. Menurut
Hasan Langgulung, pendidikan dalam hubungannya dengan individu dan
masyarakat, dapat dilihat dari bagaimana garis hubungannya dengan filsafat
pendidikan dan sumber daya manusia dari sudut pandang individu.
Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan potensi individu,
sebaliknya dari sudut pandang kemasyarakatan, pendidikan adalah sebagai
sebagai pewaris nilai-nilai budaya.
Dalam pandangan ini pendidikan mengemban dua tugas utama, yaitu
peningkatan potensi individu, dan pelestarian nilai-nilai budaya. Manusia
sebagai makhluk berbudaya dan hakikatnya adalah pencipta budaya itu senidir.
Budaya itu kemudian meningkat sejalan dengan peningkatan potensi manusia
pencipta budaya itu sendiri.
Tingkat perkembangan kebudayaan suatu masyarakat atau bangsa sangat
ditentukan oleh tingkat kualitas sumber daya manusia yang menjadi pendukung
nilai-nilai-nilai budaya tersebut. Pada masyarakat yang masih memiliki
kebudayaan asli, berbeda dengan masyarakat yang memiliki kebudayaan
campuran.
Kemajuan peradaban manusia sebagian besar ditentukan oleh IPTEK.
Semakin tinggi penguasaan IPTEK, makin maju pula perdapan suatu bangsa.
19

Juga tingkat kualitas sumber daya manusianya. Salah satu sarana yang paling
efektif dala pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia
adalah pendidikan.
Sejalan dengan tujuan tersebut, disusunlah suatu sistem pendidikan yang
layak dan serasi dengan tujuan pengembangan sumberdaya manusia sebagai
pendukung nilai-nilai budaya bagi peningkatan kemajuan peradaban yang
dimiliki. Kemudian agar system tersebut tetap terjaga, diperlukan adanya suatu
landasan filsafat pendidikan yang dinilai mengakar pada kepribadian bangsa itu
masing-masing. Dalam kaitan ini, terlihat bagaimana kaitan hubungan antara
filsafat pendidikan dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia.
Jadi urgensi antara filsafat pendidikan terhadap peningkatan dan sumber daya
manusia adalah untuk menjaga sistem yang telah ada dalam sumber daya
manusia. Maka dari itu terdapat kesinambungan antara filsafat pendidikan dan
sumber daya manusia yang tidak bisa dipisahkan. Karena seyogyanya sumber
daya manusia yang dibutuhkan adalah sumber daya yang berkualitas dan
berpendidikan.
5. Filsafat Pendidikan dan Sumber Daya Manusia serta Hubungannya
dengan Tujuan Pendidikan
A. Filsafat Pendidikan

Filsafat sebagai ilmu yang mengadakan tinjauan dan mempelajari


objeknya dari sudut hakikat, juga mengadakan tinjauan dari segi sistematik.
Artinya, tinjauan dengan memperoleh pandangan mengenai problem-
problemnya yang utama dan lapangan penyelidikannya yang saling
berhubungan. Dalam tinjauan dari segi sistematik ini filsafat berhadapan
dengan tiga problem utama, yaitu sebagai berikut:

a. Realitas

Mengenai kenyataan, yang selanjutnya menjurus kepada masalah


kebenaran. Kebenaran akan timbul, bila orang telah dapat menarik
20

kesimpulan bahwa pengetahuan yang telah dimiliki ini telah nyata. Realitas
atau kenyataan ini dipelajari oleh metaisika.

b. Pengetahuan

Berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan, seperti apa hak pengetahuan,


cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan itu, dan jenis-jenis
pengetahuan. Pengetahuan dipelajari oleh epistemologi.

c. Nilai

Dipelajari oleh cabang filsafat yang disebut aksiologi. Pertanyaan yang


dicari jawabnya, antara lain nilai-nilai yang bagaimanakah yang dikehendaki
oleh manusia dan yang dapat digunakan sebagai dasar hidupnya.

Menurut John S. Brubacher, problema-problema filsafat tersebut juga


merupakan problem esensial dan pendidikan, antara ilsafat dan pendidikan
mempunyai hubungan yang erat. Pendidikan dalam pengembangan konsep-
konsepnya, antara lain, dapat menggunakannya sebagai dasar hasil-hasil yang
dicapai oleh cabang-cabang di atas. Misalnya, dalam menyelidiki dan
mengembangkan tujuan-tujuan pendidikan diperlukan pendirian tentang
pandangan, dunia yang bagaimanakah tempat kita hidup.

Jika sampai kepada persoalan ini, berarti pendidikan masuk dalam


lingkungan metaisika. Sedangkan, epistimologi diperlukan, antara lain dalam
hubungannya dengan penyusunan dasar-dasar kurikulum. Karena, kurikulum
diumpamakan sebagai jalan raya yang harus dilewati oleh siswa dalam
usahanya untuk memahami pengetahuan.

Selanjutnya, aksiologi sebagai cabang filsafat yang mempelajari nilai-nilai


dan dunia nilai, menjadi penentu dan dasar tujuan pendidikan. Tujuan
pendidikan yang dirumuskan tanpa memperhatikan ajaran dan dunia nilai
adalah hampa. Selain itu, aksiologi akan memberikan sumbangan dalam
21

penilaian hasil-hasil pendidikan dan proses pendidikan dalam kedudukannya


sebagai gejala sosial, kultural, dan politis. Terutama, apabila pembahasan
pendidikan bersangkut-paut dengan masalah kesusilaan dan keagamaan.

Uraian tersebut di atas, jika dipahami lebih jauh memberikan pengertian


bahwa ilsafat mencakup nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi dan dijadikan
pedoman dalam perbuatan, terutama dalam pekerjaan mendidik. Dengan kata
lain, mendidik adalah merealisasikan nilai-nilai yang dimiliki guru selama
nilai-nilai tersebut tidak bertentangan dengan hakikat anak didik. Nilai-nilai
dalam pendidikan bersumber pada filsafat atau ajaran filsafat, yang telah
berakar dalam sosio kultural atau kepribadian suatu bangsa, yang akan
tumbuh sebagai realitas dan filsafat hidup.

Jadi jelas, bahwa ide-ide filsafat menentukan pendidikan. Jika masalah


pendidikan merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan hidup
dan kehidupan manusia, maka masalah kependidikan pun mempunyai ruang
lingkup yang luas, yang di dalamnya terdapat masalah sederhana menyangkut
praktik dan pelaksanaan sehari-hari. Tetapi, banyak pula di antaranya yang
menyangkut masalah yang mendasar dan mendalam, sehingga memerlukan
bantuan ilmu-ilmu lain untuk memecahkannya. Bahkan, pendidikan juga
menghadapi persoalan-persoalan yang tidak mungkin dijawab dengan
menggunakan analisis ilmiah semata, tetapi memerlukan analisis dan
pemikiran yang mendalam atau analisis secara filosois pula.10

B. Sumber Daya Manusia

Manusia adalah makhluk berakal yang mampu mengembangkan diri dan


potensi yang dimilikinya untuk menjadi lebih baik dari sebelummnya.
Kemampuan ini yang menyebabkan manusia berpeluang untuk membentuk
dirinya baik secara fisik maupun mental. Peningkatan dan pengembangan diri
yang dilakukan meanyebabkan manusia memiliki tingkat peradaban yang
berbeda dan mengarah dari zaman ke zaman.

10
Muhammad Anwar, Filsafat Pendidikan: 2017, Hal. 72-74
22

Manusia memiliki berbagai potensi atau sumber daya untuk meningkatkan


kualitas kehidupannya. Sumber daya ini pada dasarnya baru berupa
kemungkinan, layaknya lembaga atau benih pada tumbuh-tumbuhan. Hasilnya
baru akan terlihat apabila potensi tersebut dapat disalurkan melalui
pengarahan, bimbingan maupun latihan yang terarah, teratur dan sinambung.
Manusia adalah makhkuk yang memiliki beberapa potensi bawaan. Dari sudut
pandang yang dimiliki itu, manusia dinamai dengan berbagai sebutan. Dilihat
dari potensi inteleknya manusia disebut homo faber, karena manusia memiliki
kempampuan untuk membuat barang atau peralatan. Kemudian manusia pun
disebut sebagai homo sacinss atau homo saciale abima, karrena manusai
adalah makhluk bermasyarakat. Di lain pihak manusia juga memiliki
kemampuan merasai, mengerti, membeda-bedakan, kearifan, kebijaksanaan,
sapiens.

C. Hubungannya dengan Tujuan Pendidikan


Setiap kegiatan pendidikan merupakan bagian dari suatu proses yang
diharapkan untuk menuju ke suatu tujuan, dan tujuan-tujuan ini ditentukan
oleh tujuan-tujuan akhir. Pada umumnya, esensi ditentukan oleh masyarakat,
yang dirumuskan secara singkat dan padat, seperti kematangan dan integritas
atau kesempurnaan pribadi, dan terbentuknya kepribadian Muslim. Integritas
atau kesempurnaan pribadi ini (meliputi integritas jasmaniah, intelektual,
emosional dan etis, dan individu ke dalam diri manusia paripurna), meru
pakan cita-cita pedagogi atau dunia cita-cita yang kita temukan sepanjang
sejarah, pada hampir semua negara, baik oleh para ilsuf atau moralis. Yaitu di
antara para ahli teori pendidikan yang telah banyak membantu dalam
memberikan inspirasi terhadap bermacam-macam usaha pendidikan yang
dianggap mulia pada segala zaman.
Dengan demikian, tujuan pendidikan selalu terpaut pada zamannya,
dengan kata lain rumusan tujuan pendidikan yang dapat dibaca unsur filsafat
dan kebudayaan suatu bangsa yang dominan. Sebagai contoh dapat
dikemukakan sebagai berikut:
23

a. Tujuan pendidikan di Amerika Serikat, yaitu: he objective of self-


realization; he objective of human relationship; he objective of economics
eiciency; he objective of civic responsibility.
b. Tujuan pendidikan di Jerman Barat, yaitu:
a) Kesehatan dan kecakapan.
b) Kesanggupan umum untuk hidup bermasyarakat, yang khusus
diperlukan untuk pekerjaannya dan pendidikan untuk masyarakat
berpolitik.
c) Membawa anak didik secara humanistis ke dunia kerohanian, yang
akhirnya menjadikan betah dalam lingkungannya.
d) Memahami dan melaksanakan agamanya sebaik mungkin.
c. Tujuan pendidikan di Indonesia
Tujuan pendidikan di Indonesia sebagaimana terdapat dalam Undang
Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab
II Pasal 3, menyebutkan: ”Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar men jadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
Ketiga contoh negara yang mempunyai tujuan pendidikan sebagai cita-cita
pedagogi dirumuskan secara singkat, padat, dan sarat dengan nilai-nilai yang
bersifat fundamental, seperti nilai-nilai sosial, nilai ilmiah, nilai moral, dan
nilai agama. Oleh karena nilai-nilai tadi berkembang secara dinamis, maka
Edgar Faure dan kawan-kawannya menghimbau dan mengajak kita,
“we can and we must, given the present state of affairs, inquire to the
profound meaning of education for the contemporary worlds and reassess its
responsibilities toward the present generation which its must preparefor
tomorrows world we must inquire into its powers and its myths, its prospects
and its aims.”
Ungkapan tadi berisi himbauan, agar kita dapat dan harus mengetahui
duduk perkara dan menyelidiki arti yang dalam dari pendidikan untuk dunia
24

masa kini, dan menetapkan kembali tanggung jawab terhadap generasi


sekarang yang harus dipersiapkan untuk dunia pada hari esok. Kita harus
menyelidiki kekuatan serta prospek dan tujuannya. Oleh karena itu, dengan
upaya tadi orang senantiasa mempunyai pandangan optimis bahwa pendidikan
akan dapat memberikan informasi yang berharga mengenai pegangan dan
pandangan hidup masa depan dunia, dalam mempersiapkan kebutuhan anak
didik yang esensial untuk menghadapi perubahan yang akan terjadi.
Dalam pengertian yang sangat sederhana, dapat dipahami bahwa
pendidikan selalu membawa perubahan baik cepat atau lambat, terbuka dan
terpendam. Perubahan juga membawa pada kebutuhan yang makin banyak dan
beragam sehingga mungkin benar, kalau ada yang mengatakan bahwa
pendidikan mencetuskan harapan, karena harapan itu sendiri terletak pada
pendidikan.11
Kemajuan peradaban manusia sebagian besar ditentukan oleh daya ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Makin tinggi tingkat penguasaan iptek,
makin maju pula peradaban suatu bangsa. Juga tingkat kualitas sumber daya
manusianya. Salah satu sarana yang paling efektif dalam pengembangan dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah pendidikan.
Tujuan pendidikan adalah membentuk manusia yang berkepribadian,
mandiri maju, tangguh, kreatif, terampil, disiplin, beretos kerja profesional,
bertanggung jawab, produktif, serta sehat jasmani dan rohani. Sedangkan di
GBHN tahun 1993 tujuan pendidikan nasional berlandaskan filsafat pancasila
yang menghasilkan hubungan timbal balik antara filsafat hidup bangsa, filsafat
pendidikan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Menurut undang-
undang dasar 1945, tujuan pendidikan itu mencerdaskan pendidikan bangsa.
Sejalan dengan tujuan tersebut, disusunlah suatu sisitem pendidikan yang
layak dan serasi dengan tujuan pengembangan sumber daya manusia sebagai
pendukung nilai-nilai budaya bagi peningkatan kemajuan peradaban yang
dimiliki. Kemudian agar sistem pendidikan tersebut tetap terjaga, diperlukan

11
Muhammad Anwar, Filsafat Pendidikan: 2017, Hal. 102-105
25

adanya suatu landasan filsafat pendidikan yang dinilai mengakar pada


kepribadian bangsa itu masing-masing.
Menurut John Dewey, kebenaran identik dengan hasil nyata. The truth is
the making, tulisnya (Jaka, 1979:42). Sesuatu akan dinilai benar apabila ia
dapat direalisasikan dan hasilnya bermanfaat bagi kehidupan. Pemikiran ini
dijadikan landasan dalam penyusunan sistem pendidikan dan kemudian
diterapkan dalam bentuk sekolah kerja yang kemudian dinamakan sekolah
masyarakat (Community School). Sekolah ini bertujuan untuk mendidik para
siswa menjadi tenaga praktisi yang siap pakai. Bidang keahlian disesuaikan
dengan bidang profesi yang ada di masyarakat, dengan demikian , diharapkan
tamatan dari sekolah-sekolah ini akan segera mendapat pekerjaan.
Sedangkan tujuan pendidikan indonesia adalah membentuk manusia yang
berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, disiplin,
beretos kerja, profesional, bertanggungjawab, produktif, serta sehat jasmani
dan rohani. Tujuan ini mencakup pengembangan potensi individu yang
diminatkan oleh filsafat pendidikan pancasila. Secara individu, diharapkan
pesrta didik dapat memiliki keprobadian yang mencakup keenam belas
karakteristik seperti tergambar dalam tujuan pendidikan nasional.
Karakteristik ini sekaligus merupakan aspek yang menjadi muatan alam
pengembangan kualitas sumber daya manusia yang berlandaskan filsafat
pendidikan yang digali dari filsafat dan pandangan hidup hidup bangsa
Indonesia.

Lebih jauh, dalam kaitannya dengan kehidupan berbangsa, pendidikan


nasional juga menggariskan tujuan yang harus dicapai. Tujuan ini meliputi
upaya menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal cinta tanah air,
meningkatkan semangat kebenaran dan kesetiakawanan sosial, serta kesadaran
pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa pahlawan serta berorientasi
masa depan.

Dalam GBHN tahun1993 diungkapkan bahwa tujuan pendidikan nasional


yang berlandaskan filsafat pancasila itu menghasilkan adanya hubungan
26

timbal balik antara filsafat hidup bangsa, filsafat pendidikan dan peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Begitu juga dalam amanat Undang-Undang
Dasar 1945, tujuan pendidikan itu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini
berarti bahwa usaha mencerdaskan kehiupan bangsa identik dengan
peningkatan kualitas sumber daya manusia dan usaha yang paling efektif
adalah melalui pendidikan.12

Jadi, hubungan antara filsafat pendidikan terhadap sumber daya manusia


dengan tujuannya adalah untuk kelangsungan kehidupan di masa depan yang
lebih baik dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.

12
Prof. Dr. H. Jalaluddin dan Prof. Dr. H. Abdullah idi, M.Ed., Filsafat Pendidikan: 2013, Hal. 201-203
27

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
A. Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang memikirkan hakikat
pendidikan secara komprehensif dan kontemplatif tentang sumber,
seluk beluk pendidikan, fungsi, dan tujuan pendidikan
B. sumber daya manusia adalah individu yang bekerja sebagai penggerak
suatu organisasi, baik institusi maupun perusahaan dan berfungsi
sebagai aset yang harus dilatih dan dikembangkan kemampuannya.
C. Hubungan filsafat pendidikan dengan peningkatan kualitas sumber
daya manusia. Disusunlah suatu sistem pendidikan yang layak dan
serasi dengan tujuan sumber daya manusia.
D. Dalam pandangan ini pendidikan mengemban dua tugas utama, yaitu
peningkatan potensi individu, dan pelestarian nilai-nilai budaya.
Manusia sebagai makhluk berbudaya dan hakikatnya adalah pencipta
budaya itu senidir. Budaya itu kemudian meningkat sejalan dengan
peningkatan potensi manusia pencipta budaya itu sendiri.
E. Tujuan pendidikan selalu terpaut pada zamannya, dengan kata lain
rumusan tujuan pendidikan yang dapat dibaca unsur filsafat dan
kebudayaan suatu bangsa yang dominan.
2. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan. Kami sadar bahwa
didalam makalah ini masih terdapat kekurangan yang perlu dibenahi. Oleh
28

karena itu, kritik membangun sangat kami butuhkan guna perbaikan untuk
makalah yang akan datang, karena kami sadar bahwa kami yang jauh dari
kata sempurna maka dari itu bimbingan bapa/ibu dosen sangat kami
butuhkan.

DAFTAR PUSTAKA
29

Jalaluddin, Prof. Dr. H. dan Prof. Dr. H. Abdullah idi, M.Ed.: 2013
Filsafat Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Anwar, Muhammad: 2017, Filsafat Pendidikan, Jakarta, Kencana

Jalaluddin, Prof. Dr. H.: 2012, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam
Mulia.
Mudyahardjo, Redja: 2004, Filsafat Ilmu Pendidikan, Bandung: Rosda
Karya.
https://www.padamu.net/pengertian-sumber-daya-manusia
https://id.m.wikipedia.org/wiki/sumber_daya_manusia
http://meteribelajar.co.id/sumber-daya-manusia/
http://facebook.com/indonesiapustaka

Anda mungkin juga menyukai