Anda di halaman 1dari 20

Makna dan Hakikat

Kurikulum Pendidikan
Indonesia
Pengertian:
✎ Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya
pelari dan curere yang berarti jarak yang ditempuh oleh pelari.
✎ Istilah ini pada mulanya digunakan dalam dunia olahraga yang berarti “a litle race
course” yang artinya suatu jarak yang harus ditempuh dalam pertandingan olahraga.
✎ Pendapat yang lain dikemukakan bahwa kurikulum adalah arena pertandingan,
tempat pelajaran bertanding untuk menguasai pelajaran guna mencapai garis finis
berupa ijazah, diploma atau gelar kesarjanaan.
✎ Dalam bahasa Arab, kata kurikulum biasa diungkapkan dengan manhaj yang berarti
jalan yang terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan.
Sedangkan kurikulum pendidikan (manhaj al-dirasah) dalam Kamus Tarbiyah adalah
seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan
dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.
Pengertian secara terminologi
✎ Crow and Crow mendefinisikan bahwa kurikulum adalah rancangan pengajaran atau
sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis untuk menyelesaikan suatu
program untuk memperoleh ijazah.
✎ M. Arifin memandang kurikulum sebagai seluruh bahan pelajaran yang harus
disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu sistem institusional pendidikan.
✎ Zakiah Daradjat, memandang kurikulum sebagai suatu program yang direncanakan
dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan
pendidikan tertentu.
✎ Dr. Addamardasyi Sarhan dan Dr. Munir Kamil memandang bahwa kurikulum
adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga dan kesenian
yang disediakan oleh sekolah bagi peserta didiknya di dalam dan di luar sekolah
dengan maksud menolong untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan
merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan Pendidikan.
Qur’anic world view kurikulum pendidikan islam

 Alquran mengungkap bahwa kurikulum pendidikan Islam meliputi 3 perkara yaitu masalah
keimanan (aqidah), masalah keislaman (syariah) dan masalah ihsan (akhlak).
 Kurikulum sudah dikenal pada masa islam klasik dengan istilah al-maddah, hal ini
dikarenakan pada masa itu kurikulum lebih identik dengan serangkaian mata pelajaran
 Pendapat asy-Syaukany dan ath-Thabari menyatakan bahwa manhaj adalah jalan dan
kebiasaan.
 Ilmu – ilmu agama dan ilmu-ilmu umum hanya dibedakan dari segi objek bahasanya saja.
Penggunaan dua istilah tersebut bukan berarti keduanya berada pada kutub dikotomis, namun
bersifat komplementer.
Asas dan Komponen Kurikulum
● Suatu kurikulum pendidikan, termasuk pendidikan Islam diharapkan mengandung
beberapa unsur yang harus tersusun dan mengacu pada sumber kekuatan yang menjadi
landasan dalam pembentukannya. Sumber kekuatan tersebut dikatakan sebagai asas-asas
pembentuk kurikulum pendidikan.
● Pendidikan dalam pengembangan kurikulum mempunyai empat asas yaitu; filosofis,
sosiologis, organisatoris dan psikologis.
● Muhammad At-Thoumy Al-Syaibany juga mengemukakan bahwa asas-asas umum yang
menjadi landasan pembentukan kurikulum dalam pendidikan Islam adalah asas agama,
falsafah, psikologis dan asas sosial.
● Keempat asas diatas harus menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga terbentuk suatu
kurikulum pendidikan yang relevan dengan kebutuhan anak didik.
menurut An-Nahlawi kurikulum pendidikan Islam juga harus
memenuhi kriteria sebagai berikut :

1) Sistem dan perkembangan kurikulum hendaknya selaras dengan fitrah insani


2) Kurikulum hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan akhir pendidikan Islam yaitu
ikhlas, taat, dan beribadah kepada Allah.
3) Pentahapan serta pengkhususan kurikulum hendaknya memperhatikan periodesasi
perkembangan peserta didik maupun unitas(kekhasan) terutama karakteristik anak-anak dan
jenis kelamin.
4) Dalam berbagai pelaksanaannya, aktivitas, contoh, dan nash yang ada dalam kurikulum
harus memelihara kebutuhan nyata kehidupan masyarakat
5) Secara keseluruhan struktur dan organisasi kurikulum hendaknya tidak bertentang dan
tidak menimbulkan pertentangan dengan pola hidup insani.
6) Hendaknya kurikulum bersifat realistik atau dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi dan
kondisi dalam kehidupan Negara tertentu.
7) Hendaknya metode pendidikan atau pengajaran dalam kurikulum bersifat luwes
8) Hendaknya kurikulum ini efektif dalam arti berisikan nilai edukatif yang dapat membentuk
afektif(sikap) islami dalam kepribadian anak.
9) Kurikulum harus memperhatikan aspek-aspek tingkah laku amaliah islami seperti
pendidikan untuk berjihad dan dakwah islamiyah serta membangun masyarakat muslim
dilingkungan sekolah.
Menurut Muhaimin, komponen kurikulum paling tidak
mencakup 4 hal pokok, antara lain:
● Komponen dasar
● Kloster komponen pelaksana
● Kloster komponen pelaksana dan pendukung kurikulum
● Kloster komponen usaha pengembangan
Menurut Noor Wood dan kawan-kawan hendaknya
kurikulum juga mengandung beberapa unsur

● Upaya pembinaan rasa tanggung jawab dan menghargai akal budi.


● Menumbuhkan sikap mandiri serta pengembangan kekuatan intelektual
yang bebas dan bertanggung jawab.
● Memberikan pengetahuan tentang realitas yang bakal dialami.
Isi Kurikulum Pendidikan Islam
‘Ulum ad-Diniyah

‘Ulum al-Insaniyah

‘Ulum al-Kauniyah
● Kurikulum itu setidaknya terdiri dari empat unsur yaitu tujuan, isi,
metode, dan evaluasi. Unsur pertama dari kurikulum adalah tujuan.
Demikian pula Islam mengutamakan tujuan yang hendak dicapai secara
jelas.
● Tujuan yang utama dari pendidikan Islam adalah membentuk pribadi
muslim yang paripurna (insane kamil). Memahami dirinya yang terdiri
dari dua dimensi. Dimensi abdun (hamba) dan dimensi khalifah
(pemimpin).
● Unsur yang kedua adalah isi. Ibnu Khaldun mengatakan sebagaimana dikutip oleh Abdul
Mujib mengkelompokan isi kurikulum pendidikan Islam dengan dua tingkatan
diantaranya:
1. Tingkatan pemula (manhaj ibtida’i), pada tingkatan ini materi kurikulum difokuskan pada pembelajaran
al-Quran dan as-Sunnah. Beliau memandang bahwa al-Quran merupakan sumber segala ilmu pengetahuan
dan asas pelaksanaan pendidikan Islam sedangkan as-Sunah menjelaskan pemahaman terhadap isi
alQuran. Karena al-Quran dan as-Sunnah mencakup materi akidah, syariah, ibadah dan akhlak.
2. 2. Tingkat Atas (manhaj ‘ali), pada tingkatan ini memiliki dua kualifikasi yaitu ilmuilmu yang dengan
dzatnya sendiri seperti ilmu syariah yang mencakup fiqih, tafsir, hadist, ilmu kalam dan ilmu filsafat.
Sedangkan ilmu yang ditunjukan bukan untuk dzatnya sendiri seperti; ilmu lugha (ilmu lingustik), ilmu
matematika, ilmu mantiq (logika)
● Abdul Mujib memandang pendapat di atas mencerminkan dikotomi
keilmuan dan masih membedakan ilmu yang bersumber dari Allah dan
ilmu produk manusia. Padahal, dalam epistemologi Islam dinyatakan
bahwa semua ilmu bersumber dari Allah Swt, sedangkan manusia hanya
menginterprestasikannya.
● Abdul Mujib menawarkan isi kurikulum pendidikan Islam dengan tiga
orientasi, yang bersumber dari al-Quran surat Fushshilat ayat 53
Isi kurikulum yang berorientasi pada “ketuhanan”

Rumusan isi kurikulum yang berkaitan dengan ketuhanan, mengenai


dzat, sifat, perbuatan-Nya, dan relasinya terhadap manusia dan alam
semesta. Bagian ini meliputi ilmu kalam, ilmu metafisikan alam, ilmu
fiqh, ilmu akhlak (taSawuf), ilmu-ilmu tentang al-Quran dan as-
Sunnah (tafsir, hadist, lingustik, usul fiqh, dan sebagainya). Isi
kurikulum pendidikan Islam haruslah berpijak pada wahyu alQuran.
Isi kurikulum yang berorientasi pada “kemanusian”

Rumusan isi kurikulum yang berkaitan dengan prilaku manusia, baik


manusia sebagai makhluk individu, sosial, berbudaya dan makhluk
berakal. Bagian ini meliputi ilmu politik, ekonomi, kebudayaan,
sosiologi, antropologi, sejarah, lingustik, seni, arsitek, filsafat,
psikologi, paedagogis, biologi, kedokteraan, perdagangan, komunikasi,
administrasi, matematika dan sebagainya. Isi kurikulum ini berpijak
pada ayat ayat anfust.
Isi kurikulum yang berorientasi pada “kealaman”

Rumusan isi kurikulum yang berkaitan dengan fenomena alam semesta


sebagai makhluk yang diamanatkan dan untuk kepentingan manusia.
Bagian ini meliputi ilmu fisika, kimia, pertanian, perhutanan,
perikanan, farmasi, astronomi, ruang angkasa, geologi, geofisika,
botani, zeologi, biogenetik dan sebagainya. Isi kurikulum ini berpijak
pada ayatayat afaqi.
Integrasi Kurikulum Perspektif Paradigma
Teoantropoekosentris
● Teoantropoekosentris terdiri dari kata teo, antropo, eko dan sentris. Secara etimologi, teo
berasal dari kata theos (Greek) yang bermakna tuhan. Sedangkan antropo (dari kata
Anthropos, Greek) artinya manusia. Kata eko (dari kata oikos, Greek artinya habitat atau
lingkungan). Sementara sentris artinya pusat. Teoantropoekosentris dapat diartikan
sebagai “yang berpusat pada Tuhanmanusia-lingkungan”. Dengan demikian, paradigma
teoantropoekosentris adalah paradigma keilmuan yang berpusat atau bertumpu pada
kesepaduan (integrasi) Tuhan, manusia dan lingkungan (alam)
● Tuhan (Theos) dalam konsep ini dipahami sebagai ‘ilmu ilahiy atau ’ulum an-naqliyah.
Sedangkan manusia (anthropos) dipahami sebagai ‘ulum alinsaniyah. Sementara ekologi
(oikos) atau lingkungan di sini dipahami sebagai ‘ilm al-bi’ah. Dengan demikian,
teoantropoekosentris adalah paradigma keilmuan yang menempatkan ulum an-naqliyah,
‘ulum al-insaniyyah dan ‘ilm al-bi’ah pada posisi yang integratif.
● Pada tingkat ontologi keilmuan, cara pandang teoantropoekosentris melihat bahwa
konstruk keilmuan yang terbentuk adalah hasil dialektika keilmuan antara wilayah ‘ilmu
ilahiy, ilmu insaniy dan’ilmu al-bi`ah.
● Pemeteaan keilmuan dalam paradigma teoantropoekosentris menjadi ‘ulum ad-diniyah,
‘ulum al-insaniyah dan ’ilmu al-bi`ah, atau nama lainnya yang bersinonim sesungguhnya
adalah kelanjutan dari pemahaman trilogis tentang Tuhan, manusia dan alam/lingkungan
(trilogi subjek)
● Visi integralisme keilmuan yang digagas dalam paradigma teoantropoekosentris ini
sebenarnya bukan visi baru. Visi demikian ini ¾ sebagaimana terabstraksikan dalam
sejarah intelektualisme Islam¾ telah dimiliki oleh para ilmuan klasik Muslim
● Al-Kindi dalam konsep talfiq-nya secara tegas menyatakan kesatuan gagasan, pemikiran
dan konseptual antara agama (‘ilm ilahiy) dan ‘ilm insaniy (dapat juga dibaca: filsafat).
● Al-Farabi juga memiliki pemikiran yang sama. Al-Farabi secara khusus menunjukkan
konsep intergralisme keilmuannya dalam Ihsa` al-‘Ulum.
● Dalam khazanah keilmuan klasik, tidak pernah ditemukan narasi penegasian total satu
bidang ilmu terhadap bidang ilmu lain sebagaimana terjadi di Barat.
● Ilustrasi yang didapat dari Imam alGhazali tentang hirarki ilmu mulai dari yang paling
rendah sampai yang paling tinggi adalah pengetahuan indrawi (hissiyah), pengetahuan
rasional (‘aqliyah), pengetahuan filsafat (falsafah), dan pengetahuan mistis
(ladunni/tasawwuf). Secara aksiologis, pencarian ilmu yang benar ¾secara hirarkis¾
akan menyampaikan pencarian kepada tingkat tertinggi (puncak ilmu).

● Pandangan para ilmuan Muslim bahwa ‘ilmu ilahiy sebagai ilmu tertinggi ternyata
memiliki koherensi dengan pandangan ilmuan Barat modern semisal Albert Einstein.
Dalam salah satu pernyataannya Einstein mengatakan bahwa ilmu yang utuh adalah
perpaduan ilmu empirik-rasional dan mistis-intuitif

Anda mungkin juga menyukai