Anda di halaman 1dari 29

A.

Kyai

Pengertian Kyai
Kyai adalah orang yang memiliki ilmu agama (Islam) plus amal

dan akhlak yang sesuai dengan ilmunya. Menurut Saiful Akhyar Lubis,
menyatakan bahwa Kyai adalah tokoh sentral dalam suatu pondok
pesantren, maju mundurnya pondok pesantren ditentukan oleh wibawa dan
kharisma sang kyai. Karena itu, tidak jarang terjadi, apabila sang kyai di
salah satu pondok pesantren wafat, maka pamor pondok pesantren tersebut
merosot karena kyai yang menggantikannya tidak sepopuler kyai yang
1

telah wafat itu.

Menurut Nurhayati Djamas mengatakan bahwa kyai adalah


sebutan untuk tokoh ulama atau tokoh yang memimpin pondok
pesantren.

Sebutan kyai sangat populer digunakan di kalangan

komunitas santri. Kyai merupakan elemen sentral dalam kehidupan


pesantren tidak saja karena kyai yang menjadi penyangga utama
kelangsungan sistem pendidikan di pesantren, tetapi juga karena sosok
kyai merupakan cerminan dari nilai yang hidup di lingkungan komunitas
santri. Kedudukan dan pengaruh kyai terletak pada keutamaan yang
dimiliki pribadi kyai, yaitu penguasaan dan kedalaman ilmu agama,
kesalehan yang tercermin dalam sikap dan perilakunya sehari-hari yang
sekaligus mencerminkan nilai-nilai yang hidup dan menjadi ciri dari
pesantren seperti ikhlas, tawadhu`, dan orientasi kepada kehidupan
ukhrowi untuk mencapai riyadhah.
Kyai merupakan elemen yang paling esensial dari suatu pesantren.
Ia seringkali bahkan merupakan pendirinya. Sudah sewajarnya bahwa
pertumbuhan suatu pesantren semata-mata tergantung kemampuan
kepribadian kyainya.
Menurut asal-usulnya perkataan kyai dalam bahasa jawa dipakai
untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda :
a. Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap kramat ;
umpamanya, Kyai Garuda Kencana dipakai untuk sebutan Kereta
Emas yang ada di Kraton Yogyakarta.
b. Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya.

c. Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama


Islam yang memiliki atau yang menjadi pimpinan pesantren dan
mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santri. Selain gelar kyai,
ia juga disebut dengan orang alim (orang yang dalam pengetahuan
keislamanya).

B. Santri

Pengertian Santri
Istilah santri mempunyai dua konotasi atau pengertian,. Pertama,

dikonotasikan

dengan

orang-orang

yang

taat

menjalankan

dan

melaksanakan perintah agama Islam, atau dalam terminologi lain sering


disebut sebagai muslim orotodoks. Istilah santri dibedakan secara
kontras dengan kelompok abangan, yakni orang-orang yang lebih
dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya jawa pra Islam, khususnya nilai-nilai
yang berasal dari mistisisme Hindu dan Budha.
Istilah santri dikonotasikan dengan orang-orang yang tengah menuntut
ilmu di lembaga pendidikan pesantren. Keduanya jelas berbeda, tetapi jelas
pula kesamaannya, yakni sama-sama taat dalam menjalankan syariat Islam.5
Kata santri berasal dari kata Cantrik (bahasa Sansekerta) yang berarti orang
yang selalu mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan oleh Perguruan
Taman Siswa dalam sistem asrama yang disebut Pawiyatan. Istilah santri
juga terdapat dalam bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji. C.C Berg
berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri, yang dalam
bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau
seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Terkadang juga dianggap
sebagai gabungan kata saint (manusia baik) dengan suku kata tra (suka
menolong) sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan
manusia baik-baik.4

1. Lubis, Syaiful. 2007. Konseling Islami Kyai dan Pesantren, eLSAQ Press :
Yogyakarta
2. Nurhayati Djamas, 2008. Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pasca
kemerdekaan. PT Raja Grafinda Persada : Jakarta

3. Zamakhsyari, Dhofier. 1982. Tradisi Pesantren; Studi tentang Pandangan


Hidup Kyai. LP3ES : Jakarta

4. Rahmat, Nurtia. 2011. Diakses dari


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27048/4/Chapter%20II.pdf pada
tanggal 08 Maret 2015 : 09.00

Remaja

Kata remaja berasal dari bahasa Inggris teenager yakni manusia


usia 13-19 tahun. Remaja dalam bahasa Latin disebut adolescence yang
artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan (Ali, 2009,
p.9). Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya
perubahan fisik, emosi dan psikis. Menurut WHO, yang disebut remaja
adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak
dan dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24
tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum
kawin. Remaja adalah anak usia 10-24 tahun yang merupakan usia
antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dan sebagai titik awal
proses reproduksi, sehingga perlu dipersiapkan sejak dini (Romauli,
2009, p.48).
Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang
dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
1. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
2. Ketidakstabilan emosi.
3. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
4. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
5. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentanganpertentang dengan orang tua.
6. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi
semuanya.
7. Senang bereksperimentasi.
8. Senang bereksplorasi.

9. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.


10. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok
Para ahli merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan untuk
menyatakan perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologis yang terjadi
dengan cepat dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat
reproduksi. Sedangkan istilah adolescence lebih ditekankan pada perubahan
psikososial atau kematangan yang menyertai masa pubertas (Soetjiningsih,
2004 p.2).

Masa Pubertas Pada Remaja


Pubertas adalah proses kematangan dan pertumbuhan yang terjadi
ketika organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan karakteristik seks
sekunder mulai muncul (Wong, et al. 2009
merupakan

p.585). Masa puber

masa transisi dan tumpang tindih. Dikatakan transisi

karena pubertas berada dalam peralihan antara masa kanak-kanak


dengan masa remajadan dikatakan tumpang tindih karena beberapa ciri
biologis-psikologis kanak-kanak masih dimilikinya, sementara beberapa
ciri remaja juga dimilikinya. Jadi masa puber meliputi tahun-tahun akhir
masa kanak-kanak dan awal masa remaja. Menjelang anak matang
secara seksual, ia masih disebut anak puber, begitu matang secara
seksual ia disebut remaja atau remaja muda (Al Mighwar, 2006,
p.70). Masa pubertas disebut sebagai masa bangkitnya kepribadian ketika
minatnya lebih ditujukan kepada perkembangan pribadi sendiri. Pribadi
itulah yang menjadi pusat pikirannya
Al-Mighwar (2006, p.20) menjelaskan masa puber terjadi secara
bertahap, yaitu :
a. Tahap Prapubertas

Tahap ini disebut juga tahap pematangan yaitu pada satu atau dua
terakhir masa kanak-kanak. Pada masa ini anak dianggap sebagai
prapuber, sehingga ia tidak disebut seorang anak dan tidak pula
seorang remaja. Pada tahap ini, ciri-ciri seks sekunder mulai tampak,
namun organ-organ reproduksinya belum berkembang secara sempurna.
b. Tahap Puber
Tahap ini disebut juga tahap matang, yaitu terjadi pada garis
antara masa kanak - kanak dan masa remaja. Pada tahap ini, kriteria
kematangan seksual mulai muncul. Pada anak perempuan terjadi haid
pertama dan pada anak laki - laki terjadi mimpi basah pertama kali.
Dan mulai berkembang ciri - ciri seks sekunder dan sel - sel
diproduksi dalam organ - organ seks.

c. Tahap Pascapuber
Pada tahap ini menyatu dengan tahun pertama dan kedua
masa remaja. Pada tahap ini ciri -ciri seks sekunder sudah
berkembang dengan baik dan organ-organ seks juga berfungsi secara
matang.
Wong, et al (2009 p.585) mengatakan bahwa pubertas dibagi
atas tiga tahap yaitu:
1) Prapubertas
Yaitu periode sekitar 2 tahun sebelum pubertas ketika anak
pertama kali mengalami perubahan fisik yang menandakan
kematangan seksual.
2) Pubertas
Merupakan titik pencapaian kematangan seksual, ditandai
dengan keluarnya darah menstruasi pertama kali pada remaja putri
sedangkan pada remaja putra indikasi seksualitasnya kurang jelas.
3) Pascapubertas
Merupakan periode 1 sampai 2 tahun setelah pubertas,
ketika pertumbuhan tulang telah lengkap dan fungsi reproduksinya
terbentuk dengan cukup baik

Al-Mighwar, M. 2006. Psikologi Remaja. Bandung : CV Pustaka Setia


Gunarsa, S. D. 1989. Psikologi Perkembangan: Anak dan Remaja. Jakarta: BPK.
Gunung Mulia.

Romauli, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika


Soetjiningsih. 2004. Pertumbuhan Somatik Pada Remaja Dalam
Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Sagung Seto :
Jakarta
Wong, Donna L, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 2. EGC : Jakarta

Lanjutan Tinjauan Pustaka Masa Pubertas


1. Faktor Penyebab Perubahan Pubertas
Kelenjar endokrin merupakan kelenjar yang berhubungan dengan
pertumbuhan dan kematangan, karena kelenjar endokrin bermuara langsung
dalam saluran darah melalui zat anatara jaringan kelenjar dan hormon.
Hormon-hormon akan memberikan stimulasi yang menyebabkan adanya
rangsangan hormonal (Lubis,2011)
Sekitar lima tahun sebelum memasuki puber, pengeluaran hormon seks
sangat jarang terjadi menyebabkan terjadinya penimbunan hormon yang
dikeluarkan menyebabkan terjadinya kematangan struktur dan fungsi organ
seks. Semua perubahan ini bersumber dari kelenjar pitutary pada dasar otak,
dimana pembentukannya bersamaan dengan gonad dan kelenjar seks. Gonad
pubertas pria adalah testis, sedangkan gonad bagi pubertas wanita ialah telur.
(Lubis,2011)
a. Pengaruh Kelenjar Pituitary
Pengaruh

pituitary

akan

mengeluarkan

hormon

pertumbuhan

gonadotrofik. Hormon pertumbuhan adalah hormon yang berpengaruh


menentukan besar tidaknya individu. Hormon gonadotrofik berpengaruh
dalam merangsang gonad untuk meningkatkan kegiatan. Sebelum masa

pubertas secara bertahap jumlah hormon gonadotrofik bertambah.


(Lubis,2011)
b. Pengaruh Gonad
Perubahan gonad menyebabkan organ seksual akan membesar
dan fungsinya semakin matang. Pertumbuhan ciri-ciri seks sekunder
terlihat pada rambut kemaluan mulai tumbuh dan daerah kemaluan mulai
berwarna gelap. (Lubis,2011)
c. Pengaruh Interaksi Kelenjar Pituitary dan Gonad
Hormon akan dikeluarkan oleh gonad yang dirangsang gonadotrofik.
Gonadotrofik dikeluarkan oleh kelenjar pituitary, selanjutnya bereaksi
sehingga menyebabkan penurunan jumlah hormon pertumbuhan. Kondisi
ini bisa menyebabkan terhentinya proses petumbuhan. Interaksi antara
hormon gonadotrofik dan gonad berlangsung terus sepanjang reproduksi
individu

dan

akan

berkurang

menjelang

masa

monopause

dan

klimakterium. (Lubis,2011)
2. Perubahan Fisik Masa Pubertas
a. Perubahan Ukuran Tubuh
Selama masa puber ukuran tubuh semakin tinggi. Bagi pubertas
perempuan, tinggi badan terus bertambah tiap tahun terutama menjelang
memasuki periode haid. Bagi pubertas pria tinggi badan terjadi setahun
awal pubertas dan mengalami penurunan usia 20-21 tahun (Pieter,2011)
Penambahan berat badan tidak hanya dalam lemak, tetapi juga pada
tulang dan jaringan otot. Penambahan berat badan paling banyak terjadi
pada pubertas perempuan sesaat sebelum dan sesudah haid. Adapun
bagipubertas pria penambahan berat badan terjadi 1-2 tahun sebelum dan

sesudah masa pubertas dan mencapai puncak perkembangan pada usia 16


tahun. (Pieter,2011)
b. Perubahan Porsi Tubuh
Perubahan fisik yang menonjol pada masa pubertas adalah perubahan
proporsi badan. Badan kelihatan kurus dan panjang. Bagian daerah pinggul
dan bahu akan melebar. Lebar pinggul dan bahu dipengaruhi oleh
kematangan orga seksual. Bagi pubertas pria cepat matang akan
mempunyai pinggul yang lebih besar. Sementara ukuran pinggang tampak
tinggi dikarenakan kaki menjadi lebih panjang dari badan. (Pieter,2011)
Perubahan berikutnya ialah kaki, dimana kaki akan lebih panjang
dibandingkan dengan badan dan kondisi ini akan terus bertahan hingga
mencapai usia 15 tahun. Pada pubertas lambat matang, pertumbuhan
tungkai kaki lebih lama sehingga tungkai kaki lebih panjang dan lebih
ramping. Tungkai kaki dan lengan pada pubertas cepat matang terlihat
lebih pendek dan gemuk dibandingkan dengan anak yang lambat matang.
(Pieter,2011)
c. Perkembangan Seks Primer
Yang dimaksud dengan perkembangan seks primer adalah organ
seksual. Pada pria, gonad atau testis terletak di scrotum(sac) dan matang
pada usia 14 tahun. Testis berkembang penuh pada usia 20-21 tahun,
seiring

dengan

semakin

memanjang

dan

membesarnya

penis.

Perkembangan inilah menyebabkan pria mengalami ejakulasi dan mimpi


basah. Penyebab timbulnya mimpi basah pubertas pria adalah awal
berfungsinya organ reproduksi dan telah penuhnya sel sperma.
(Pieter,2011)

Sedangkan, bagi wanita perubahan seks primer terlihat dengan


bertambahnya berat uterus. Ketika usia 11-12 tahun , berat uterus berkisar
3,5 gram. Saat usia 16 tahun berat uterus berkisar 43 garam. Petunjuk
pertama mekanisme reproduksi wanita matang ialah datangnya haid, yaitu
serangkaian pengeluaran darah, lendir, dan jaringan sel yang hancur dari
uterus secara berkala setiap 28 hari. Peristiwa ini akan berakhir saat
memasuki masa monopause. (Pieter,2011)
d. Perkembangan Seks Sekunder
Perbedaan ciri-ciri seks sekunder dapat dilihat dalam kotak
sebagai berikut ini.
Pada laki-laki
Rambut
Rambut kemaluan mulai timbul sekitar 1
tahun setelah testis dan penis mulai
membesar. Rambut diketiak dan wajah
mulai tumbuh setelah pertumbuhan alat
kelamin. Semula rambut kemaluan tersebut
halus dan warna terang kemudian akan
berubah menjadi kasar, keriting, subur, dan
gelap
Kulit dan Otot
Kulit akan menjadi kasar, tidak jernih,
berwarna pucat, dan pori-pori semakin
luas. Otot-otot pada area tangan,tungkai
kaki, dan bahu semakin besar dan kuat.
Kelenjar
Kelenjar lemak akan bertambah dan
sebagian lagi menimbulkan jerawat.
Kelenjar keringat dan minyak akan
bertambah banyak dan lebih aktif.
Suara
Suaranya akan menjadi serak dan tinggi
suara akan menurun dan volume
meningkat. Suara pecah selalu terjadi

Pada Perempuan
Rambut
Rambut
kemaluan
timbul
setelah
perkembangan pada pinggul dan payudara.
Bulu ketiak dan wajah akan tumbuh
setelah memasuki periode haid. Semula
rambut kemaluan tersebut lurus dan warna
terang kemudian akan berubah menjadi
kasar, keriting, subur, dan gelap
Kulit dan Otot
Kulit akan lebih kasar, tebal, agak pucat,
dan lubang pori-pori aka membesar. Otototot pada bahu, lengan dan tungkai kaki
semakin besar dan kuat.
Kelenjar
Kelenjar lemak akan bertambah dan
sebagian lagi bisa menimbulkan jerawat.
Kelenjar keringat ketiak bertambah dan
bau sebelum dan selama haid.
Suara
Suara menjadi penuh dan merdu. Suara
serak dan suara yang pecah jarang terjadi
pada anak pubertas perempuan.

apabila kematangan bejalan pesat.


Benjolan dada
Terdapat benjolan kecil pada kelenjar susu
pria dan akan timbul pada usia 12-14
tahun. Kondisi ini berlangsunghanya
beberapa minggu.

Payudara
Saat pinggul membesar, maka payudara
pun ikut berkembang. Puting susu akan
menjadi besar dan menonjol. Pertumbuhan
yang pesat pada kelenjar susu akan
menyebabkan
payudara
semakin
membesar.
Pinggul
Pinggul
Pinggul pubertas laki-laki akan bertambah Pinggul bertambah lebar dan bulat akibat
besar dan akan sering terjadi pada pubertas adanya pertumbuhan tulang pinggul dan
yang cepat matang.
lemak bawah kulit.
(Pieter,2011)
3. Perubahan Psikologis Masa Pubertas
Perubahan psikolgis selama masa pubertas berhubungan dengan sikap
dan perilaku. Terjadinya perubahan psikologi merupakan akibat dari :
a. Perubahan fisik, seperti akibat kelenjar endokrin dan pituitary.
b. Cepat dan lambatnya kematanga (early matures and late matures).
c. Waktu kematangan (rapid mature and slow mature).
d. Kemampuan (ability individual)
e. Kemauan (drive)
Akibat dari perubahan fisik yang menyebabkan perubahan psikologis
pada masa pubertas terhadap perubahan sikap dan perilaku adalah:
1) Ingin menyendiri
Keinginan untuk menyendiri berawal dari:
a. Sikap menarik diri dari kegiatan keluarga atau temannya.
b. Sering bertengkar dengan saudara atau temannya.
c. Sering melamun terhadap perlakuan yang tidak baik.
d. Bereksperimen seks melalui masturbasi
e. Ketidak inginan berkomunikasi dan malas berhubungan sosial
2) Kebosanan
Pada dasarnya, anak pubertas merasa bosan diakibatkan adanya perubahan
fisik dan psikis. Dampak kebosanan antara lain :
a. Menolak permaianan yang sebelumnya dia gemari.
b. Malas menyelesaikan tugas sekolah.
c. Malas mengikuti kegiatan sekolah.
d. Anak malas bekerja atau belajar.
e. Menurunnya prestasi.
f. Terbiasa berprestasi dibawah kemampuannya.
3) Inkoordinasi

Pertumbuhan pesat dan tidak seimbang menyebabkan pubertas mengalami

4)

5)

6)

7)

inkoordinasi:
a. Koordinasi gerakan dan aktivitas.
b. Merasa kikuk atau canggung dalam tindakan.
Perubahan Emosi
a. Kemurungan atau merajuk dan ledakan kemarahan.
b. Menangis kecil, terutama pada pubertas perempuan.
c. Sedih, gelisah, cemas, marah, dan selalu terjadi sebelum haid.
Antagonis Sosial
a. Tidak mau bekerja sama, sering membantah, dan menantang.
b. Permusuhan terbuka akibat peran seks.
c. Penuh dengan bentuk kritikan dan komentar merendahkan.
Hilangnya Kepercayaan Diri
Hilangnya kepercayaan diri anak pubertas diakibatkan oleh :
a. Perubahan tubuh atau penampilan fisik.
b. Tidak percaya diri dalam menyelesaikan tugas dan rendah diri.
c. Takut kritikan orang tua, orang dewasa, atau teman.
Pola Sikap Sederhana
a. Takut menjadi pusat perhatian orang dewasa lainnya.
b. Takut dikomentari penampilan pakaian dan cara berpakaian.
c. Takut dikritik buruk mengenai keadaan dirinya.
(Pieter,2011)

2.2.1 Dinamika Masa Remaja


Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa pubertas menuju masa dewasa.
Selama periode ini, mereka akan banyak mengalami perubahan baik secara fisik,
psikologis ataupun sosial. Oleh sebab itu, untuk memudahkan pemabahasannya, maka
kita mebagikan masa remaja menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Remaja Awal
Adapun ciri-ciri dinamika perkembangan psikologi pada remaja awal terlihat
dari:
a. Mulai menerima kondisi dirinya.
b. Berkembangnya cara berpikir.
c. Menyadari bahwa setiap manusia memiliki perbedaan potensi.
d. Bersikap over estimate, seperti meremehkan setiap masalah, meremehkan
e.
f.
g.
h.
i.

kemampuan orang lain, dan terkesan sombong.


Akibat sombong menyebabkan dia gegabah dan kurang waspada.
Proporsi tubuh semakin proporsional.
Tindakan masih kanak-kanak, akibat ketidakstabilan emosi.
Sikap dan moralitasnya masih bersifat egosentris.
Banyak perubahan dalam kecerdasan dan kemampuan mental.

j. Selalu merasa kebingungan dalam status.


k. Periode yang sulit dan kritis.
2. Remaja Tengah
Ciri-ciri dinamika perkembangan psikologis pada remaja tengah yaitu :
a. Bentuk fisik makin sempurna dan mirip dengan orang dewasa.
b. Perkembangan sosial dan intelektual lebih sempurna.
c. Semakin berkembang keinginan untuk mendapatkan status.
d. Ingin mendapatkan kebebasan sikap, pendapat dan minat.
e. Keinginan untuk menolong dan ditolong orang lain.
f. Pergaulan sudah mengarah pada heteroseksual.
g. Belajar bertanggung jawab.
h. Apatis akibat selalu ditentang sehingga malas mengulanginya.
i. Perilaku agresif akibat diperlakukan seperti kanak-kanak.
3. Remaja Akhir
Ciri-ciri dinamika perkembangan psikologis pada remaja akhir yaitu :
a. Disebut dewasa muda dan meninggalkan dunia kanak-kanak.
b. Berlatih mandiri dalam membuat keputusan.
c. Kematangan emosional dan belajar mengendalikan emosi.
d. Dapat berpikir objektif sehingga mampu bersikap sesuai situasi dan kondisi.
e. Belajar menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku.
f. Membina hubungan sosial secara heteroseksual.
(Pieter,2011)
2.2.2 Ciri-Ciri Umum Masa Remaja
1.

Sebagai Periode Peralihan


Peralihan berarti terputus atau berubah dari apa yang pernah terjadi
sebelumnya. Peralihan adalah proses perkembangan dari satu tahap ke tahap
berikutnya. Apa yang tertinggal pada satu tahap akan memberikan dampak di
masa akan datang. Osterrieth mengatakan bahwa, struktur psikis dari remaja
ialah kelanjutan dari perkembangan masa pubertas. (Pieter,2011)

2.

Periode Mencari Identitas Diri


Kini remaja merasa tidak puas lagi untuk sama dengan teman-temannya.
Remaja selalu mencari identitas diri guna menjelaskan siapa dirinya, apa
peranannya, apakah dia masih kanak-kanak atau telah menjadi orang dewasa.
Apakah siap menjadi suami atau istri, apakah percaya diri dengan latar
belakang berbeda. (Pieter,2011)

Tugas penting yang dihadapi oleh para remaja ialah mengembangkan


sense of individual indentity, yaitu menemukan jawaban dari pertanyaan
mengenai dirinya, mencakup keputusan, dan standar tindakan. Semua
dievaluasi secara pribadi atau orang lain. Persepsi identitas diri remaja
berkembang secara perlahan melalui pengulangan identifikasi saat masa
kanak-kanak. Nilai dan standar moral orang tua akan dikombinasikan dengan
nilai dan standar moral menjadi nilai dan standar baru. (Pieter, 2011)
Mencari identitas diri dan mengangkat harga diri akan mengarahkan
remaja untuk memakai simbol status harga diri, seperti mobil, pakaian, atau
bentuk harta benda lainnya. Kondisi ini tentu akan membuat remaja menjadi
pusat perhatian dan sekaligus mempertahankan hubungan sosial. Manakala
pandangan orang tua berbeda dengan pandangan teman-teman sebaya atau
figur tokoh ideal, memungkinkan timbulnya konflik. Konflik dapat membuat
bingung peran (role confusion). Namun biasanya remaja akan mencoba
mereduksi konflik peran secara bergantian, terutama jika mereka menghadapi
kesulitan. Remaja akan mensintesiskan ke dalam berbagai peran dan
membentuk satu identitas diri yang bisa diterimanya secara personal oleh
kelompoknya. Konsep dasar seperti ini membuat remaja selalu bereksperimen
dalam menjalankan pesan sesuai waktu dan situasi. (Pieter,2011)
2.2.3 Perubahan Fisik Masa Remaja
Perkembangan fisik mulai pada periode remaja awal hingga periode remaja akhir
terlihat lebih sedikit mengalami penurunan. Penurunannya terutama terjadi pada
perkembangan eksternal. Akan tetapi, perkembangan internal pada masa ini terlihat
semakin lebih menonjol. (Lubis,2011)
1. Perubahan Eksternal

a. Tinggi dan Berat Badan


Penambahan tinggi badan remaja putri rata-rata pada usia 17-18 tahun
dan penambahan tinggi remaja putra kira-kira pada usia 18-19 tahun.
Sementara untuk perubahan berat badan remaja mengikuti jadwal yang sama
dengan tinggi. Perkembangan berat badan terjadi pada bagian tubuh yang
mengandung lemak sedikit ataupun pada bagian tubuh yang tidak
mengandung lemak
b. Organ Seks dan Ciri-ciri Seks Sekunder
Perkembangan organ seksual akan mencapai ukuran yang matang ketika
masa remaja akhir. Akan tetapi, fungsi-fungsinya belumlah matang atau
sempurna hingga beberapa tahun. Sementara untuk perkembangan ciri-ciri
seks sekunder akan sempurna matang pada remaja akhir.
c. Proporsi Tubuh
Untuk beberapa dari bagian tubuh secara perlahan-lahan akan mencapai
perbandingan proporsi tubuh yang lebih seimbang, misalnya untuk badan,
dimana badan akan semakin melebar dan memanjang sehingga bentuk tubuh
mereka tidak lagi kelihatan panjang seperti masa pubertas.
2. Perubahan Internal
a. Sistem Pencernaan
Secara fisik bentuk perut lebih panjang dan tidak lagi berbentuk pipa.
Usus bertambah panjang dan besar, otot-otot perut, dan dinding usus menjadi
lebih kuat dan tebal. Kondisi ini juga diikuti dengan bertambah beratnya hati
dan kerongkongan yang semakin memanjang.
b. Sistem Peredaran Darah dan pernapasan
Ketika remaja memasuki usia 17-18 tahun perkembangan jantung sangat
cepat. Demikian juga dengan panjang dan tebal dinding pembuluh darah
akan

meningkat dan mencapai kematangan seiring dengan bertambah

matangnya kekuatan otot-otot jantung. Bagi remaja perempuan kapasitas

paru-paru akan meningkat ketika usia 17 tahun dan lebih cepat matang
dibandingkan dengan kematangan paru-paru remaja pria.
c. Sistem Endokrin dan Jaringan Tubuh
Ketika masa remaja kegiatan gonad yang meningkat menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan sementara pada seluruh sistem endokrin.
Kondisi ini menyebabkan kelenjar seksual berkembang pesat dan semakin
berfungsi hingga tahap remaja akhir dan awal dewasa. Sementara, untuk
jaringan otot dan tulang terus berkembang pesat dan akan berhenti ketika
usia 18 tahun.
2.2.4 Perubahan Psikologis Masa Remaja
1.

Perubahan Kemampuan Intelektual


Pesatnya perkembangan kemampuan intelektual remaja akan terjadi pada
saat usia 11 hingga 15 tahun. Biasanya mereka terdorong memahami dunia
luar, mengembangkan, ataupun mengorganisasikan ide-idenya. Bukti pesatnya
perkembangan kognitif remaja ditunjukkan dengan perubahan mental, seperti
belajar, daya ingat, menalar, berpikir, dan bahasa. Kini perkembangan
intelektual dari remaja telah memasuki tahap formal operasional, yaitu tahap
berpikir

abstrak,

independen,

fleksibel,

berpikir

logis,

dan

mampu

memprediksi masalah.
2.

Perubahan Emosi
Pola emosi masa remaja hampir sama dengan pola emosi kanak-kanak.
Perbedaannya hanya terletak pada rangsangan yang bisa membangkitkan
emosi. Misalnya, adanya perlakuan terhadap remaja seperti kanak-kanak
ataupun diperlakukan dengan tidak adil. Kondisi ini membuat remaja sangat
marah. Namun ungkapan rasa marah mereka tidak lagi dengan cara ledakan

emosi, tetapi dengan cara menggerutu, malas bicara, atau suka memberikan
kritikan. Dan jikalau muncul iri hati, biasanya iri hati remaja tertuju pada orang
yang memiliki harta benda lebih banyak dari dirinya.
Dampak perubahan emosi yang lebih mengakibatkan minimnya
kemampuan remaja untuk menguasai dan mengontrol emosi. Kondisi ini
membuat remaja selalu mengalami strom and stress. Perubahan emosi remaja
merupakan akibat perubahan hormonal dan terhenti seiring bertambahnya usia.
Remaja diakatakan matang secara emosi, jika mampu menguasai dan
mengontrol emosi, menunggu dan mengungkapkan emosi, mengungkapkan
emosi dengan cara yang lebih dapat diterima, kritis terlebih dahulu sebelum
bereaksi secara emosio, bereaksi dengan berpikir, emosi lebih stabil dan tidak
berubah-rubah.
3.

Perubahan Prilaku Sosial


Salah satu tugas pokjo perkembangan dari remaja yang tersulit ialah
penyesuaian diri secara sosial dan heteroseksual, seperti meningkatkan
pengaruh teman sebaya, perubahan perilaku, dan kelompok sosial baru.
Namun, pada kurun waktu singkat remaja mengadakan perubahan sosial
radikal, yaitu perubahan perilaku sosial yang semula tidak menyukai lawan
jenis berubah menjadi menyukai lawan jenis sebagai teman kelompok.
Dampak dari keterlibatan kegiatan sosial remaja ialah meningkatkan wawasan
sosial, meningkatkan kompetensi sosial, dan bertambah dan berkurangnya
prasangka dan diskriminasi.

4.

Perubahan Minat
Meskipun banyaknya minat selama periode remaja, namun tidak semua
minat harus dimiliki oleh remaja, karena hal ini sangat tergantung dengan
karakteristik dan kebutuhan remaja itu sendiri. Ada beberapa minat tertentu

yang menjadi minat universal pada remaja. Mentuk kesamaan minat remaja
tersebut yaitu :
1) Minat Sosial
Minat sosial tergantung kesempatan yang diperoleh remaja untuk
mengembangkan minat sosial dan kepopuleran dalam kelompok. Remaja
dengan status sosial-ekonomi lebih rendah mempunyai sedikit kesempatan
minat pesta-pesta atau dansa dibandingkan dengan remaja dari sosialekonomi yang lebih baik. Demikian juga, dengan remaja yang kurang
populer akan menaruh minat sosial yang sangat terbatas dari pada remaja
yang populer.
2) Minat Rekreasi
Selama masa remaja, remaja cenderung menghentikan aktivitas
rekreasi yang menuntut banyak tenaga dan sifatnya pasif. Kini pola
aktivitas permainannya beralih menjadi bentuk rekreasi baru dan lebih
matang, seperti permainan dan olahraga, bersantai atau berpergian, dansa,
membaca, menonton televisi, radio atau kaset, atau melamun. Akan tetapi,
minat rekreasi ini sangat dipengaruhi oleh karakter personal dari remaja itu
sendiri, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi.
3) Minat Penampilan Diri
Hampir seluruh remaja menaruh minat pada penampilan diri.
Minat penampilan diri itu ditunjukkan dengan minat terhadap penampilan
fisik tubuh, daya tarik, jenis pakaian, perhiasan, dan kerapian. Pernyataan
ini telah dibuktikan dari penelitian Cross dan Cross (1971), yang

menjelaskan bahwa ada korelasi dalam penelitian tentang hidup dan karier
terhadap daya tarik seseorang.
4) Minat pada Pakaian
Karena penyesuaian pribadi dan sosial dipengaruhi teman sebaya
mengenai

pakaian,

maka

sebagian

besar

dari

remaja

berusaha

menyesuaikan diri terhadap pakaian yang dikehendaki kelompok.


Sekalipun para remaja putra selalu mengatakan bahwa mereka tidak
berminat pada pakaian, kerapian atau penampilan, namun ternyata
perilakunya lebih menunjukkan minat yang lebih besar.
5) Minat Prestasi
Prestasi yang baik memberikan kepuasan pribadi dan ketenaran,
terutama untuk bidang-bidang yang dapat meningkatkan harga diri.
Prestasi yang baik akan dipertahankan dan menjadi cita-citanya, namun
prestasi yang buruk akan ditinggalkan.
6) Minat Uang
Cepat atau lambat semua remaja akan menemukan bahwa uang
merupakan kunci dari kebebasannya. Sepanjang orang tuanya masih
mampu melayani semua kebutuhan dan meberikan uang saku buat remaja,
maka

secara

otomatis

otorita

orang

tua

masih

melekat

untuk

mengendalikan perilakunya. Minat remaja selalu berkisar bagaimana cara


mendapatkan uang sebanyak mungkin tanpa mempedulikan jenis pekerjaa
yang mereka lakukan. Kondisi seperti inilah yang memungkinkan remaja
terlibat dalam pelacuran, narkoba, atau bentuk pelanggaran hukum lainnya.
7) Minat pada Pekerjaan

Biasanya remaja menginginkan pekerjaan yang menggairahklan dan


menimbulkan daya tarik tanpa memperhatikan kemampuan atau peluang
kerja. Remaja selalu mendambakan pekerjaan yang lebih bermartabat, gaji
tinggi, dan bergengsi. Saat masa remaja akhir, minat karier akan menjadi
dasar memilih pekerjaan yang disukai atau yang dicita-citakannya.
8) Minat Pendidikan
Besarnya minat terhadap pendidikan sangat dipengaruhi peluang kerja.
Jika remaja mengaharapkan pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi,
maka pendidikan dianggap dasar cita-citanya. Efek buruk dari kurangnya
minat pendidikan ialah rendahnya prestasi sekolah, belajar dibawah
kemampuan, bolos, minta izin, dan berhenti sekolah sebelum waktunya.
Faktor penyebab remaja tidak berminat kepada pendidikan dan bahkan
membenci sekolah ialah pengaruh orang tua yang bercita-cita tinggi dan
tidak realistis pada prestasi akademik remajanya, remaja yang kurang
diterima teman sekelas, dan kematangan lebih awal.
9) Minat pada Agama
Remaja yang menaruh minat kepada agama menganggap bahwa
agama merupakan bagian penting dalam kehidupan. Ungkapan minat
agama terlihat dari besarnya kemauan remaja membahas agama, dan
mengikuti pelajaran agama baik dalam ataupun luar sekolah dan
mengunjungi tempat ibadah. Menyelidiki agama menjadi sumber
rangsangan emosi dan intelektual. Mereka mempelajari agama sesuai
pengertian intelektual. Meragukan agama bukan berarti remaja menjadi
ateis dan agnostik, namun agar lebih realistis.

10) Minat pada Simbol Status


Simbol status merupakan simbol prestise yang mengarahkan remaja
untuk memperoleh pengakuan status ataupun mendapatkan status yang
lebih tinggi didalam kelompoknya. Bentuk negatif dari minat simbol buat
remaja yaitu mengikuti pola perilaku teman-temannya, melibatkan diri
dalam kenikmatan seksual, melibatkan diri dalam rekreasi simbolis orang
dewasa, mengidentifikasikan diri dengan teman-teman kelompok, seperti
meroko, minuman keras, narkoba, atau seks bebas.
11) Minat Seks dan Perilaku Seks
Meningkatnya minat seksual membuat remaja selalu berusaha mencari
lebih banyak informasi mengenai seks. Hanya sedikit remaja yang
memperoleh informasi tentang seksual dari orang tuanya. Oleh karena itu,
mereka selalu terdorong untuk mencari informasi seks melalui higienis
seks, buku-buku seks dari temanya, internet, mengadakan eksperimen
seksual, masturbasi, bercumbu, atau melakukan senggama. Minat utama
seks remaja yaitu pada hubungan seks, konteks, dan perilaku seksual.
Pieter Herri zan, S.Psi dan Lubis Namora Lumonga, M.Sc. (2011). Pengantar Psikologi
untuk Kebidanan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
1.1 Pondok Pesantren
2.1.1 Definisi
Istilah Pondok pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan satu
pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri,
sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari bambu.
Disamping itu, kata pondok berasal dari bahasa Arab yaitu Funduq yang berarti
asrama atau hotel. Di Jawa termasuk Sunda dan Madura umumnya digunakan istilah
pondok dan pesantren, sedangkan di Aceh dikenal dengan istilah Dayah, Rangkang
dan Manuasa, sedangkan di Minangkabau disebut Surau.
Pondok Pesantren di Indonesia memiliki peran yang sangat besar, baik bagi
kemajuan pendidikan Islam itu sendiri maupun bagi bangsa Indonesia secara

keseluruhan. Berdasarkan catatan yang ada, kegiatan pendidikan agama di Nusantara


telah dimulai sejak tahun 1596. Kegiatan inilah yang kemudian dikenal dengan
Pondok Pesantren.
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pusat penyiaran Islam yang
tertua di Indonesia yang lahir dan berkembang seirama dengan masuknya agama
Islam di Indonesia. Menurut Arifin, pengertian definitif tentang apa yang disebut
Pondok Pesantren itu sulit untuk dirumuskan. Hal itu terbukti dengan berbeda dan
beragamnya definisi yang dirumuskan oleh para pakar yang cukup mewakili, yaitu :
1. Arifin merumuskan bahwa Pondok Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan
agama Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar, dengan sistem
asrama (kampus) dimana santri-santri menerima

pendidikan agama melalui

sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan


dari leadership seorang atau beberapa orang Kyai dengan ciri khas yang bersifat
kharismatis serta independen dalam segala hal.
2. Marwan Raharjo mengemukakan bahwa pondik pesantren disamping merupakan
lembaga pendidikan, juga merupakan lembaga kemasyarakatan. Karena itu
beliau menrumuskan pondik pesantren sebagai lembaga sosial yang memiliki
hubungan fungsional dengan masyarakat dan hubungan tata nilai dengan kultur
masyarakat
2.1.2 Tipologi
Salah satu keunikan pesantren adalah independensinya yang kuat. Sama halnya
dengan madrasah, pesantren tumbuh dan berkembang dari masyarakat. Kuatnya
independensi yang dimiliki pesantren, menyebabkan lembaga ini memiliki keluesan
dan kebebasan relatif yang tidak harus memihak atau mengikuti model baku yang
ditetapkan pemerintah dalam bidang pendidikan. Pesantren bebas mengembangkan
model pendidikannya tanpa harus mengikuti mengikuti standarisasi dan kurikulum
yang ketat. Artinya pesantren memiliki kebebasan atau peluang untuk menentukan
sistem pendidikan yang akan diterapkan di pesantren. Sebagai akibat dari hal di atas
adalah model atau sistem pendidikan yang berjalan di pesantren menjadi sangat
beragam sesuai dengan kecendrungan dan misi yang ingin dikembangkan oleh sang
Kyai sebagai pemilik pesantren tersebut.
Berawal dari keanekaragaman di atas, pondok pesantren pun banyak ragamnya.
Husni Rahim mengemukakan sedikitnya ada enam sudut pandang yang bisa
digunakan dalam mengklasifikasikan pondok pesantren :
1. Pesantren Tradisional (salaf) dan Pesantren Modern (Kholaf). Disebut tradisional
karena sistem pengajarannya masih menggunakan sistem sorogan, wetonan dan
bandongan tanpa kelas dan batas umur. Adapun pesantren modern adalah
pesantren yang sistem pengajarannya sudah menggunakan sistem kelas, kurikulum
dan batas umur.

2. Pondok pesantren dengan pendidikan formal, yaitu jalur sekolah (SD/MI,


SLTP,MTs,dll), jalur luar sekolah (Madrasah Diniyan Awaliyah/Wustho/Ulya,
Paket A dan Paket B) dan pra sekolah (RA dan TK)
3. Pondok Pesantren dibedakan berdasarkan jumlah santrinya disebut sebagai
pesantren besar jika santrinya di atas 5000 orang; Pesantren menengah jika
santrinya antara 3000-5000 orang: Pesantren sedang kalau santrinya antara 10003000 orang; dan Pesantren kecil jika santrinya kurang dari 1000 orang.
4. Pondok pesantren yang berafiliasi dan tidak berafiliasi denganorganisasi massa
Islam tertentu seperti NU, Muhammadiyah, Persis, dll.
5. Pondok Pesantren yang menampung santri mukim dan santri kalong. Santri
mukim yaitu santri yang belajar dan bertempat tinggal di asrama lingkungan
pondok pesantren. Sedangkan santri kalong adalah santri yang bertempat tinggal
di asrama pondok pesantren tapi belajar di madrasah atau sekolah umum atau bisa
juga santri yang ikut belajar di pesantren tapi tinggal di rumah masing-masing.
6. Pondok pesantren pedesaan dan perkotaan. Hal ini bisa didasarkan pada letak
sebuah pesantren dan asal santri. Pesantren pedesaan kebanyakan berada di desa
bahkan jauh dari pusat keramaian dan para santrinya umumnya berasal dari desa,
sedangkan pesantren perkotaan biasanya terletak di pinggiran kota atau pusat
kebanyakan santrinya berasal dari kota.
Disamping pembagian diatas, Arifin dari sudut administrasi pendidikan membagi
pondok pesantren ke dalam empat kategori, yaitu :
1. Pondok pesantren dengan sistem pendidikan lama yang menggunakan metode
pengajaran semacam bandongan dan sorogan. Pesantren jenis ini pada umumnya
terdapat jauh dari luar kota : hanya memberikan pengajian
2. Pondok pesantren modern dengan sistem pendidikan klasikal berdasarkan atas
kurikulum

yang

tersusun

baik,

termasuk

pendidikan

skill

atau

vocational( ketrerampilan)
3. Pondok pesantren dengan kombinasi yang disamping membeerikan pelajaran
dengan sistem pengajian, juga madrasah yang dilengkapi dengan pengetahuan
umum menurut tingkat atau jenjangan.
4. Pondok pesantren yang tidak lebih dari asrama pelajar dari pada pondok pesantren
yang semestinya.
Selanjutnya Kafrawi sebagaimana yang dikemumukakan Ahmad Tafsir
mengatakan bahwa dari sisi pengembanagan, pondok pesantren itu setidaknya bisa
diidentifikasi ke dalam empat pola besar, yaitu :

Pola I

Pesantren yang memiliki suatu unit kegiatan dimana elemen pendukungnya


hanya terdiri dari sebuah masjid dan tempat tinggal Kyai selaku pimpinan
pondok pesantren tersebut. Pesantren jenis ini terlihat sangat sederhana.
Pengajian biasa dilakukan di masjid atau rumah Kyai dan para santrinya
biasanya hanya berasal dari daerah sekitar pondok pesantren tersebut.
Walaupun demikian pengajian telah terselenggara secara kontinyu dan

Pola II

sistematik
Pesantren dengan Pola I ditamnha dengan adanya asrama atau pondongan
atau kobong bagi santri. Jadi pada pesantren pola ini hampir seluruh
santrinya tinggal mondok di pesantren. Penyelenggaraan pengajian di
pondok pesantren jenis ini lebih teratur dan sistematis, karena hampir

Pola III

selama 24 jam para santri berada dilingkungan pondok pesantren.


Pesantren dengan Pola II namun pesantren ini memiliki madarasah atau
sekolah semacam MI,MTs, MA/MAK atau Perguruan Tinggi. Pesantren
jenis ini adalah pesantren berusaha enyeimbangkan antara pendidikan
agama dan umum. Hal ini didorong oleh kesadaran tinggi mereka bahwa
agama tidak membeda-bedakan antara ilmu agama dan non agama. Keduaduanya penting dan harus dipelajari karena sama-sama ilmu yang

Pola IV

bersumber dari Allah SWT.


Pesantren dengan Pola III ditambah dengan adanya pendidikan
keterampilan bagi para santrinya.

Namun keempat pola pondok pesantren diatas, secara umum kesemuanya


memiliki persamaan yaitu pengajaran dalam sistem klasikan tetap dipertahankan dan
dipergunakan.
Dalam mengklasifikan pondokan pesantren Wardi Bakhtiar dari segi pengetahuan
yang diajarkan membagi pondok pesantren hanya ke dalam dua kategori besar, yaitu :
1. Pesantren Salafi adalah pesantren yang mengajarkan kitab-kitab Islam Klasik.
Metode pengajian biasa dipakai adalah metode klasik semacam sorogan,
bandongan dan wetonan. Di pesantren jenis ini tidak diajarkan pengetahuan
umum.
2. Pesantren Khalafi

adalah peantren yang selain memeberikan pengetahuan

agama melalui pengajaran kitab-kitab klasik juga memebuka sistem sekolah


umum atau madrasah di lingkunga n dan di bawah tanggung jawab pesantren.
Dengan demikian pada pesantren jenis ini telah diajarkan penegtahuanpengetahuan umum melalui jalur sekolah.

Seluruh klasifikasi di atas mencerminkan bahwa pesantren memiliki keragaman


dan perbedaan orientasi yang bisa jadi mencolok. Bahkan bisa jadi sistem
pendidikan yang digunakan pun beragam yang disebakan oleh dua hal yaitu : tujuan
dan lingkungan pondok pesantren tersebut.
2.1.3

Elemen-elemen Pondok Pesantren


Dhofier (1994: 44) mengungkapkan bahwa lembaga pendidikan pesantren
memiliki beberapa elemen dasar yang merupakan ciri khas dari pesantren itu sendiri,
elemen itu adalah :
1. Pondok atau asrama
2. Tempat belajar mengajar, biasanya berupa Masjid dan bisa berbentuk lain.
3. Santri
4. Pengajaran kitab-kitab agama, bentuknya adalah kitab-kitab yang berbahasa arab
dan klasik atau lebih dikenal dengan istilah kitab kuning.
5. Kiai dan ustadz.
Untuk lebih jelasnya akan penulis berikan penjelasan tentang elemen-elemen
pesantren tersebut di atas sebagai berikut :
1. Pondok atau Asrama
Dalam tradisi pesantren, pondok merupakan unsur penting yang harus ada dalam
pesantren. Pondok merupakan asrama di mana para santri tinggal bersama dan
belajar di bawah bimbingan kiai. Pada umumnya pondok ini berupa komplek yang
dikelilingi oleh pagar sebagai pembatas yang memisahkan dengan lingkungan
masyarakat sekitarnya. Namun ada pula yang tidak terbatas bahkan kadang berbaur
dengan lingkungan masyarakat (Dewan Redaksi, 1993: 103).
Bangunan pondok pada tiap pesantren berbeda-beda, berapa jumlah unit bangunan
secara keseluruhan yang ada pada setiap pesantren ini tidak bisa ditentukan,
tergantung pada perkembangan dari pesantren tersebut. Pada umumnya pesantren
membangun pondok secara tahap demi tahap, seiring dengan jumlah santri yang
masuk dan menuntut ilmu di situ.
Pembiayaannya pun berbeda-beda, ada yang didirikan atas biaya kiainya, atas
kegotong royongan para santri, dari sumbangan masyarakat, atau bahkan sumbangan
dari pemerintah.
Walaupun berbeda dalam hal bentuk, dan pembiayaan pembangunan pondok pada
masing-masing pesantren tetapi terdapat kesamaan umum, yaitu kewenangan dan

kekuasaan mutlak atas pembangunan dan pengelolaan pondok dipegang oleh kiai
yang memimpin pesantren tersebut.
Dengan kondisi sebagaimana tersebut di atas, maka menyebabkan ditemuinya
bentuk, kondisi atau suasana pesantren tidak teratur, kelihatan tidak direncanakan
secara matang seperti layaknya bangunan-bangunan modern yang bermunculan di
zaman sekarang. Hal inilah yang menunjukkan ciri khas dari pesantren itu sendiri,
bahwa pesantren penuh dengan nuansa kesederhanaan, apa adanya. Namun akhirakhir ini banyak pesantren yang mencoba untuk menata tata ruang bangunan
pondoknya disesuaikan dengan perkembangan zaman.
2. Masjid
Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan pesantren, masjid
adalah bangunan sentral sebuah pesantren, dibanding bangunan lain, masjidlah
tempat serbaguna yang selalu ramai atau paling banyak menjadi pusat kegiatan warga
pesantren.
Masjid yang mempunyai fungsi utama untuk tempat melaksanakan sholat
berjamaah, melakukan wirid dan doa, itikaf dan tadarus al-Qur'an atau yang
sejenisnya (Bawani, 1993: 91-92). Namun bagi pesantren dianggap sebagai tempat
yang tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek sembahyang lima
waktu, khutbah dan pengajaran kitab-kitab agama klasik.
Seorang kiai yang ingin mengembangkan sebuah pesantren biasanya pertamatama akan mendirikan Masjid di dekat rumahnya. Hal ini dilakukan karena
kedudukan masjid sebagai sebuah pusat pendidikan dalam tradisi Islam merupakan
manifestasi universalisme dari sistem pendidikan Islam tradisional. Dengan kata lain,
kesinambungan sistem pendidikan Islam yang berpusat pada Masjid al-Quba yang
didirikan di dekat Madinah pada masa Nabi Muhammad SAW, dan juga dianut pada
zaman setelahnya, tetap terpancar dalam sistem pendidikan pesantren sehingga
lembaga-lembaga pesantren terus menjaga tradisi ini (Dhofier, 1994: 49).
Bahkan bagi pesantren yang menjadi pusat kegiatan thariqah masjid memiliki
fungsi tambahan, yaitu digunakan untuk tempat amaliyah ke-tasawuf-an seperti
dzikir, wirid, baiah, tawajjuhan dan lainnya.
3. Santri

Istilah santri mempunyai dua konotasi atau pengertian, pertama; dikonotasikan


dengan orang-orang yang taat menjalankan dan melaksanakan perintah agama Islam,
atau dalam terminologi lain sering disebut sebagai muslim orotodoks. Istilah
santri dibedakan secara kontras dengan kelompok abangan, yakni orang-orang
yang lebih dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya jawa pra Islam, khususnya nilai-nilai
yang berasal dari mistisisme Hindu dan Budha (Raharjo (ed), 1986: 37). Kedua;
dikonotasikan dengan orang-orang yang tengah menuntut ilmu di lembaga
pendidikan pesantren. Keduanya jelas berbeda, tetapi jelas pula kesamaannya, yakni
sama-sama taat dalam menjalankan syariat Islam (Bawani, 1993: 93). Santri dalam
dunia pesantren dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu :
a. Santri Mukim
Adalah santri yang selama menuntut ilmu tinggal di dalam pondok yang
disediakan pesantren, biasanya mereka tinggal dalam satu kompleks yang berwujud
kamar-kamar. Satu kamar biasanya di isi lebih dari tiga orang, bahkan terkadang
sampai 10 orang lebih.
b. Santri Kalong
Adalah santri yang tinggal di luar komplek pesantren, baik di rumah sendiri
maupun di rumah-rumah penduduk di sekitar lokasi pesantren, biasanya mereka
datang ke pesantren pada waktu ada pengajian atau kegiatan-kegiatan pesantren yang
lain (Dewan Redaksi, 1993: 105).
Para santri yang belajar dalam satu pondok biasanya memiliki rasa solidaritas dan
kekeluargaan yang kuat baik antara santri dengan santri maupun antara santri dengan
kiai. Situasi sosial yang berkembang di antara para santri menumbuhkan sistem
sosial tersendiri, di dalam pesantren mereka belajar untuk hidup bermasyarakat,
berorganisasi, memimpin dan dipimpin, dan juga dituntut untuk dapat mentaati dan
meneladani kehidupan kiai, di samping bersedia menjalankan tugas apapun yang
diberikan oleh kiai, hal ini sangat dimungkinkan karena mereka hidup dan tinggal di
dalam satu komplek.
Dalam kehidupan kesehariannya mereka hidup dalam nuansa religius, karena
penuh dengan amaliah keagamaan, seperti puasa, sholat malam dan sejenisnya,
nuansa kemandirian karena harus mencuci, memasak makanan sendiri, nuansa
kesederhanaan karena harus berpakaian dan tidur dengan apa adanya. Serta nuansa

kedisiplinan yang tinggi, karena adanya penerapan peraturan-peraturan yang harus


dipegang teguh setiap saat, bila ada yang melanggarnya akan dikenai hukuman, atau
lebih dikenal dengan istilah tazirat seperti digundul, membersihkan kamar mandi
dan lainnya.
4. Pengajaran Kitab-kitab Agama Klasik
Salah satu ciri khusus yang membedakan pesantren dengan lembaga-lembaga
pendidikan yang lain adalah adanya pengajaran kitab-kitab agama klasik yang
berbahasa Arab, atau yang lebih populer disebut dengan kitab kuning.
Meskipun kini, dengan adanya berbagai pembaharuan yang dilakukan di pesantren
dengan memasukkan pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian penting
dalam pendidikan pesantren, namun pengajaran kitab-kitab Islam klasik terutama
karangan-karangan ulama yang menganut faham Syafiiyah tetap diberikan di
pesantren sebagai usaha untuk meneruskan tujuan utama pesantren, yaitu mendidik
calon-calon ulama, yang setia kepada faham Islam tradisional.
Spesifikasi kitab dilihat dari formatnya terdiri dari dua bagian : materi, teks asal
(inti) dan syarh (komentar, teks penjelas atas materi). Dalam pembagian semacam
ini, materi selalu diletakkan di bagian pinggir (margin) sebelah kanan maupun kiri,
sementara syarh karena penuturannya jauh lebih banyak dan panjang diletakkan di
bagian tengah kitab kuning (Wahid, 1999: 233).
Bila dilihat dari segi cabang keilmuwannya dapat dikelompokkan menjadi 8
kelompok, yaitu; a. nahwu (syintaq) dan sharaf (morfologi); b. fiqh; c. ushl fiqh; d.
hadits; e. tafsir; f. tauhid; g. tasawuf dan etika; h. cabang-cabang lain seperti tarkh
dan balgah (Wahid, 1999: 233).
Ciri khas lain dalam kitab kuning adalah kitab tersebut tidak dilengkapi dengan
sandangan (syakal) sehingga kerapkali di kalangan pesantren disebut dengan istilah
kitab gundul. Hal ini kemudian berakibat pada metode pengajarannya yang bersifat
tekstual dengan metode, sorogan dan bandongan.
5. Kiai atau Ustadz
Keberadaan kiai dalam lingkungan pesantren merupakan elemen yang cukup
esensial. Laksana jantung bagi kehidupan manusia begitu urgen dan pentingnya
kedudukan kiai, karena dialah yang merintis, mendirikan, mengelola, mengasuh,
memimpin dan terkadang pula sebagai pemilik tunggal dari sebuah pesantren.

Oleh karena itu, pertumbuhan suatu pesantren sangat bergantung kepada


kemampuan pribadi kiainya, sehingga menjadi wajar bila kita melihat adanya banyak
pesantren yang bubar, lantaran ditinggal wafat kiainya, sementara dia tidak memiliki
keturunan yang dapat meneruskan kepemimpinannya.
Gelar kiai, sebagaimana diungkapkan Mukti Ali yang dikutip Bawani (1993: 90),
biasanya diperoleh seseorang berkat kedalaman ilmu keagamaannya, kesungguhan
perjuangannya

di

tengah

umat,

kekhusyuannya

dalam

beribadah,

dan

kewibawaannya sebagai pemimpin. Sehingga semata hanya karena faktor pendidikan


tidak dapat menjamin bagi seseorang untuk memperoleh predikat kiai, melainkan
faktor bakat dan seleksi alamiah yang lebih menentukannya.
Di masyarakat, kiai merupakan bagian dari kelompok elite dalam struktur sosial,
politik dan ekonomi, yang memiliki pengaruh yang amat kuat di masyarakat,
biasanya mereka memiliki suatu posisi atau kedudukan yang menonjol baik pada
tingkat lokal maupun nasional. Dengan demikian kiai merupakan pembuat keputusan
yang efektif dalam sistem kehidupan sosial, tidak hanya dalam kehidupan keagamaan
tetapi juga dalam soal-soal politik.
Dengan kelebihan pengetahuannya dalam bidang agama, para kiai seringkali
dianggap sebagai orang yang senantiasa dapat memahami keagungan Tuhan dan
rahasia alam sehingga mereka dianggap memiliki kedudukan yang tidak terjangkau
oleh kebudayaan orang awam, atau dalam istilah lazimnya disebut kiai khos
sehingga dalam beberapa hal mereka menunjukkan kekhususan mereka dalam bentuk
pakaian seperti kopiah dan surban serta jubah sebagai simbol kealiman.
Di lingkungan pesantren, seorang kiai adalah hirarki kekuasaan satu-satunya yang
ditegakkan di atas kewibawaan moral sebagai penyelamat para santri dari
kemungkingan melangkah ke arah kesesatan, kekuasaan ini memiliki perwatakan
absolut sehingga santri senantiasa terikat dengan kiainya seumur hidupnya, minimal
sebagai sumber inspirasi dan sebagai penunjang moral dalam kehidupan pribadinya
(Wahid, 2001: 6-7).

Anda mungkin juga menyukai