Anda di halaman 1dari 14

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN DI

MADRASAH DAN SEKOLAH

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata kuliah : Manajemen Madrasah dan Persekolahan

Dosen pengampu : Baqiyatush Sholihah, S.TH.I., M.Si.

DisusunOleh :

1. Lilis Assifah (1703036089)


2. Diemas Nur Falahur Rozaq (1703036112)

MENEJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepemimpinan atau leadership adalah kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain agar bekerjasama sesuai dengan rencana demi
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian
kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting dalam manajemen,
bahkan dapat dinyatakan bahwa kepemimpinan adalah inti dari manajemen
Di dalam kenyataan, tidak semua orang yang menduduki jabatan pemimpin
memiliki kemampuan untuk memimpin atau memiliki “kepemimpinan”,
sebaliknya banyak orang yang memiliki bakat kepemimpinan tetapi tidak pernah
mendapat kesempatan untuk menjadi pemimpin dalam arti yang sebenarnya.
Pada sistem organisasi sekolah, kepala sekolah merupakan pemimpin bagi
masyarakat sekolah lainnya baik guru, karyawan, dan siswa. Sebagai pemimpin,
maka perilaku kepala sekolah akan berpengaruh terhadap perilaku masyarakat
sekolah lainnya. perilaku positif dari kepala sekolah akan memacu guru dan
karyawan memberikan perilaku yang positif dalam mencapai tujuan pendidikan.
Sebaliknya, perilaku kepala sekolah yang negatif merupakan awal dari gagalnya
penyelenggaraan pendidikan di sekolah tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian Kepemimpinan dalam Organisasi Pendidikan?


2. Bagaimana Peran dan Fungsi Kepemimpinan?
3. Bagaimana Tipe Kepemimpinan Pendidikan?
4. Bagaimana Karakteristik Kepemimpinan Pendidikan Berbasis Islam?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan dalam Pendidikan

Kepemimpinan adalah terjemahan dari kata “leadership” yang berasal dari


kata “leader”. Pemimpin (leader) adalah orang yang memimpin, sedangkan
pimpinan merupakan jabatannya. Secara etimologi kepemimpinan berasal dari
kata dasar “pimpin” yang artinya bimbing atau tuntun. Kata kepemimpinan
memiliki arti yang sangat luas sekali, sehingga para peneliti biasanya
mendefinisikannya sesuai dengan perspektif individual dan dari aspek fenomena
yang paling menarik perhatian mereka.1
Definisi kepemimpinan menurut Stogdill (1974) ialah: 1) Fokus dari proses
kelompok, 2) Penerimaan kepribadian seseorang, 3) Seni mempengaruhi
peilaku, 4) Alat untuk mempengaruhi perilaku, 5) Suatu tindakan perilaku, 6)
Bentuk dari ajakan (persuasi), 7) Bentuk dari relasi yang kuat, 8) Alat untuk
mencapai tujuan, 9) Akibat dari interaksi, 10) Peranan yang diferensial, dan 11)
Pembuat struktur.
Menurut Yulk(1978), beberapa definisi yang di anggap cukup mewakili selama
seperempat abad adalah sebagai berikut :
a) Kepemimpinan adalah perilaku dari seseorang individu yang memimpin
aktivitas-aktivitas suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama
(shared goal).
b) Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit, pada dan
berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin
organisasi.
c) Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas-aktifitas sebuah
kelompok yang di organisasikan kearah pencapaian tujuan.
Fiedler (1993: 356) berpendapat, “Leader as the individual in the group given
the task of directing and coordinating task relevant group activities.”

1
Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelola pendidikan, (Yogyakarta:Pustaka Education 2010),
Hlm.81
Dari pengertian tersebut menunjukan bahwa seorang pemimpin adalah anggota
kelompok yang memiliki kemampuan unntuk mengarahkan dan
mengoordinasikan kinerja dalam rangka mencapai tujuan. Fiedler dalam hal ini
lebih menekankan pada “directing and coordinating”.2
Terry dan Rue (1985) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah hubungan
yang ada dalam diri seorang pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk
bekerjasama secara sadar dalam hubungan tugas yang diinginkan.
Pemimpin adalah orang-orang yang menentukan tujuan, motivasi, dan
tindakan kepada orang lain. Pemimpin adalah orang yang memimpin. Pemimpin
dapat bersifat resmi (formal) dan tidak resmi (non formal). Pemimpin resmi
diangkat berdasarkan surat keputusan resmi dari orang yang mengangkatnya.
Pemimpin resmi biasanya mendapat gaji. Sebaliknya, pemimpin tidak resmi
adalah pemimpin yang diangkat tanpa surat keputusan dan biasanya tanpa digaji.
Seseorang dapat diangkat sebagai pemimpin karena mempunyai kelebihan dari
anggota lainnya. Kelebihan itu yang berasal dari dalam dirinya dan ada pula yang
berasal dari luar dirinya. Kelebihan dari dalam dirinya karena ia memiliki bakat
sebagai seorang pemimpin, dan memiliki sifat-sifat pemimpin yang efektif.
Kelebihan dari luar dirinya karena ia dikenal dan memiliki hubungan baik
dengan orang yang sedang berkuasa, punya banyak teman baik, dari keturunan
orang kaya, dan dari turunan bangsawan atau penguasa. Pemimpin adalah
jabatan atau posisi seseorang di dalam sebuah organisasi.3
Kepemimpinan atau leadership dalam pengertian umum menunjukkan suatu
proses kegiatan dalam hal memimpin, membimbing, mengontrol perilaku,
perasaan serta tingkah laku terhadap orang lain yang ada dibawah
pengawasannya.
Kepemimpinan pendidikan adalah suatu proses mempengaruhi,
mengkoordinasi, dan menggerakkan perilaku orang lainserta melakukan suatu

2
Imam Machali, The Handbook of Education Management Teori dan Praktek Pengelolaan
Sekolah/Madrasah di Indonesia, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), Hlm.83
3
Husaini Usmani, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan Edisi 3, (Jakarta: Bumi
Aksara,2009), hlm.
perubahan ke arah yang lebih positif dalam mengupayakan keberhasilan
pendidikan4 .

B. Peran dan Fungsi Kepemimpinan


Kepala sekolah merupakan penggerak dan penentu arah kebijakan sekolah
yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dapat direalisasikan.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai pengelola/manajer, kepala sekolah harus
mampu menguasai tugas- tugasnya dan melaksanakan tugasnya dengan baik.
Kepala sekolah harus kreatif dan mampu memiliki ide-ide dan inisiatif yang
menunjang perkembangan sekolah.
Kepala sekolah juga harus mampu mengatur para guru, pegawai tata usaha,
pegawai sekolah lainnya, siswa, hubungan sekolah dengan masyarakat, dan
orang tua siswa. Tercapai tidaknya tujuan sekolah sepenuhnya bergantung pada
kebijakan kepala sekolah terhadap seluruh personil sekolah. Covey sebagaimana
dikutip oleh Veitzal Rivai (2005:156) membagi peran kepemimpinan menjadi
tiga bagian, yaitu5 :

1. Path Finding (Pencarian Alur); yaitu peran pencarian visi dan misi yang
pasti.
2. Aligning (penyelaras); artinya peran untuk memastikan bahwa struktur,
system, dan proses operasional organisasi memberikan dukungan pada
pencapaian visi dan misi organisasi.
3. Empowering (Pemerdaya); peran untuk menggerakkan semangat dalam diri
orang-orang dalam mengungkapkan bakat, kecerdikan dan kreatifitas untuk
mampu mengerjakan apapun dan konsisten dengan prinsip-prinsip yang
disepakati.

Kepala sekolah memiliki fungsi sebagai Edukator, Manajer, Administrator,


Supervisor, Leader dan Inovator (EMASLIM). Sebagai seorang manajer kepala
sekolah bertugas menyusun perencanaan, mengorganisasi kegiatan,

4
Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 177-
178
5
Jaja jahari dan Amirullah Syarbini, Manajemen Madrasah Teori, Strategi dan Implementasi,
(Bandung: Alfabeta, 2013), Hlm. 102
mengarahkan, mengkoordinasikan, melaksanakan pengawasan, melakukan
evaluasi pelaksanaan kegiatan, menentukan kebijakan pendidikan di level
institusional, melakukan rapat koordinasi dan mengatur berjalannya proses
kegiatan, mengelola administrasi sekolah, mengatur OSIS dan hubungan sekolah
dengan masyarakat. Sebagai seorang administrator kepala sekolah bertugas
membuat perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian,
pengawasan pengelolaan kurikulum, kesiswaan, ketatausahaan, ketenagaan,
kantor, ruangan, keungan, dan semua unsur yang mendukung berjalannya
kegiatan pendidikan.

Sedangkan dalam menjalankan sebagai supervisor, kepala sekolah


menyelenggarakan supervisor yang berkaitan dengan proses belajar mengajar,
kegiatan bimbingan dan konseling, kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan
ketatausahaan, kegiatan kerjasama dengan masyarakat dan instansi terkait,
sarana dan prasarana, dan kegiatan 6K (kebersihan, keamanan, kenyamanan,
ketertian, kerapian dan keindahan). Sebagi seorang leader, kepala sekolah harus
memimpin dan membawa organisasi menuju tujuan yang akan dicapi.
Sedangkan sebagai seorang innovator, kepala sekolah harus menjadi inspirasi
dalam menemukan metode dan pendekatan terhadap segala permasalahan yang
diihadapi.6

C. Tipe Kepemimpinan Pendidikan

1. Tipe Otoriter

Tipe kepemimpinan otoriter digambarkan sebagai kepemimpinan yang


memaksakan kehendak kepada para staf dan bawahan dalam system
organisasi. Menurut Mulyasa (2006:270) kepala sekolah yang memiliki tipe
otoriter berkeyakinan bahwa dirinyalah yang bertanggung jawab atas segala
sesuatu, menganggap dirinya orang yang paling berkuasa dan mengetahui
berbagai hal. 7

6
Jaja jahari dan Amirullah Syarbini, loc.Cit
7
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2015),
Hlm. 127
2. Tipe Demokratis

Kepemimpinan demokratis tidak memposisikan dirinya sebagai penguasa


organisasi dansatu- satunya penentu kebijakan, akan tetapi ia memainkan
peran sebagai leader ditengah-tengah anggota kelompoknya. Pemimpin yang
demokratis selalu berusaha membangun anggota- anggotanya agar bekerja
secara produktif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha-
usahanya ia berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan
memperimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya.

3. Tipe Pseudo-demokratis

Tipe ini disebut juga demokrtis semu atau manipulasi diplomatic. Pemimpin
yang bertipe pseudo-demokratis hanya tampaknya saja bersikap demokratis
padahal sebenarnya dia bersikap otokratis. Misalnya, jika ia ide-ide, konsep,
pikiran, yang ingin diterapkan dilembaga yang dipimpinnya, maka hal
tersebut didiskusikan dan dimusyawarahkan dengan bawahannya, tetapi
situasi diatur dan diciptakan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya
bawahan didesak agar menerima ide/pikira/ konsep tersebut sebagai
keputusan bersama.8

4. Tipe “Laissez- Faire"

Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan


kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya.
Pemimpin sama sekali tidak memberikan control dan koreksi terhadap
pekerjaan bawahannya. Pembagian tugas dan kerjasama diserahkan
sepenuhnya kepada bawahannya. Menurut Pasolong (2008;47) pendekatan
ini bukan berarti tidak adanya sama sekali pimpinan. Tipe ini berasumsi
bahwa suatu tugas disajikan kepada sekelompok yang biasanya menentukan
teknik-teknik mereka sendiri guna mencapai tujuan tersebut dalam rangka
mencapai sasaran- sasaran dan kebijakan organisasi.

8
Jaja jahari dan Amirulloh Syarbini, Manajemen Madrasah Teori, Strategi dan Implementasi,
(Bandung: Alfabeta, 2013), hlm.115
5. Tipe Kepemimpinan Visioner

Kepemimpinan visioner yaitu kepemimpinan yang kerja pokoknya


difokuskan pada rekayasa masa depan yang penuh tantangan, menjadi agen
perubahan yang unggul dan menjadi penentu arah organisasi yang tahu
prioritas, menjadi pelatih yang professional dan dapat membimbing personil
lainnya kearah profesionalisme kerja yang diharapkan.

Kepemimpinan visioner merupakan kemampuan memimpin dalam


menciptakan, merumuskan, mengkomunikasikan, mensosialisasikan,
mentransformasikan, dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal
yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial diantara anggota
organisasi dan stakeholder yang diyakini sebagai cita-cita organisasi dimasa
depan yang harus diarih atau diwujudkan melalui komitmen semua personil.
Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan visioner adalah kepemimpinan
yang mengacu atau berorientasi pada terwujudnya visi misi organisasi.9

6. Tipe Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional dibangun dari dua kata, yaitu


kepemimpinan (leadership) dan transformasional. Kepemimpinan
sebagaimana yang telah dijelaskan di awal merupakan setiap tindakan yang
dilakukan seseorang untuk mengkoordinasikan, mengarahkan, dan
memengaruhi orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Istilah tranformasional berasal dari kata to transform, yang
bermakna mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain
yang berbeda, misalnya mentransformasikan visi menjadi realita. 10

Pemimpin transformasional adalah agen perubahan, dan bertindak sebagai


katalisator yaitu yang memberi peran mengubah system kea rah yang lebih
baik. Dengan demikian seoeang kepala sekolah dapat dikatakan menerapkan
kepemimpinan transformasional jika ia mampu mengubah energy sumber-

9
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Op.Cit , Hlm. 142
10
Ibid, Hlm. 149
sumber daya baik manusia maupun non manusia untuk mencapai tujuan-
tujuan sekolah.

7. Tipe Kepemimpinan Transaksional

Kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang menekankan


kepada tugas yang diemban bawahan. Pemimpin adalah seseorang yang
mendesain pekerjaan beserta mekanismenya dan staf adalah seseoranag yang
melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan dan keahlian. Peran
kepemimpinan transaksional lebih kepada peran sebagai manajer karena ia
sangat terlibat dalam aspek-aspek procedural manajerial yang metodelogis
dan fisik.

Kepemimpinan transaksional tidak mengembangkan pola hubungan


“laissez faire” atau membiarkan personil menentukan sendiri pekerjaannya,
karena dikhawatirkan keadaan personil yang perlu pembinaan pola ini dapat
menyebabkan mereka menjadi pemalas dan tidak jelas mengerjakan apa.11

D. Karakteristik Kepemimpinan Pendidikan Berbasis Islam

Dalam konteks Islam, kepemimpinan Nabi Muhammad SAW merupakan


tauladan ideal bagi semua level kepemimpinan, termasuk bagi kepala sekolah
sebagai pemimpin satuan pendidikan. Empat karakter Nabi Muhammad Saw
yakni, Shiddiq, amanah, fatonah, dan tabligh menjadi keharusan bagi para kepala
sekolah untuk diinternalisasikan dalam gaya kepemimpinan yang
dikembangkannya disekolah.12

1. Karakter Shiddiq

Kata Shiddiq berarti orang-orang yang jujur. Kata shiddiq adalah bentuk
penekanan (mubalaghah) dari shadiq, yang artinya orang yang didominasi
oleh kejujuran. Shaddiq adalah orang yang benar dalam kata-katanya, sedang
shiddiq adalah orang yang benar-benar jujur dalam semua kata-kata,

11
Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 190
12
Jaja jahari dan Amirulloh Syarbini, Manajemen Madrasah Teori, Strategi dan Implementasi,
(Bandung: Alfabeta, 2013), hlm.117
perbuatan, dan keadaan batinnya. Kejujuran menggambarkan keterbukaan
terhadap berbagai hal tanpa ada yang disembunyikan sehingga orang shiddiq
akan selalu berkata dan berbuat secara benar. Agama Islam memrintahkan
umatnya untuk senantiasa hidup dan menjalani kehidupan ini dengan benar.
Benar, jujur dalam ucapan dan tindakan, ucapan yang selaras tindakan, tiddak
bohong dan tidak ada dusta diantara sesame merupakan nilai dasar shiddiq
yang diteladankan rasul bagi umatnya. Kejujuran dan kebenaran itu
senantiasa dimiliki dan dilaksanakan dalam berbagai aktifitas kehidupan
termasuk dalam memimpin keluarga, sahabat, dan memimpin peperangan,
dan itu merupakan kunci sukses dalam meraih kesejahteraan hidup lahir batiin
dunia akhirat. Kepala sekolah sebagai pemimpin dunia pendidikan maka sifat
shiddiq tidak dapat ditinggalkan. Seorang pemimpin harus belajar
menjalankan niat kepemimpinannya dengan sungguh-sungguh, serius atau
menjiwai (kaffah). Seorang kepala sekolah harus belajar berbicara dan
mengucapkan sesuatu berdasarkan kemampuan dan keyakinannya agar tidak
berbohong sebagai akibat dari ketidakmampuan.

2. Karakter Amanah

Amanah yaitu segala sesuatu yang dipercayakan kepada manusia, baik yang
menyangkut hak dirinya, hak orang lain, maupun hak Allah SWT; atau
sesuatu yang diberikan kepada seseorang yang dinilai memiliki kemampuan
untuk mengembannya. Allah SWT percaya bahwa manusia mampu
mengemban amanah tersebut sesuai dengan keinginan Allah SWT.
Pengertian amanah disini adalah hadirnya suattu kekuatan yang dengannya
seorang pemimpin mampu memelihara kemantapan ruhaninya, tidak
berkeluh kesah jika ditimpa kesusahan, tidak melampaui batas ketika
mendapatkan kesenangan, serta tiidak berkhianat kepada Allah SWT.13

Amanah artinya punya kelayakan untuk dipercaya dan kredibel. Lawannya


adalah khianat, artinya menyalahgunakan kepercayaan (Muhammad Mahdi

13
Ibid,
bin Abi Dzar an Naraqi, 2003: 119). Sementara Ibnu Katsir menjelaskan
bahwa amanah ini sebagai kewajiban yang harus dilaksankan, yaitu segala
macam amal berbuatan yang diamanahkan Allah kepada hambanya.

Dengan demikian, seorang pemimpin termasuk kepala sekolah untuk


memiliki kualifikasi kredibel dan dapat dipercaya langkah awalnya harus
membangun kualitas moral. Bentuk-bentuknya seperti kejujuran, ketaatan
terhadap nilai-nilai kebenaran, integritas, pengabdian dan lainya.

3. Karakter Tabligh

Tabligh dalam makna bahasa berarti menyampaikan sedangkan dalam


makna istilah tabligh adalah menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang
diterima dari Allah SWT kepada umat manusia untuk dijadikan pedoman dan
dilaksanakan agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akkhirat. Isi yang
utama an aktivitas tabligh adalah amar makruf nahi munkar. Tabligh bukan
saja diartikan mahir dan ahli menyampaikan kebenaran-kebenaran ketuhanan
dan kenabian kepada orang lain, akan tetapi lebih focus kepada diri sendiri
dan lingkungan dekatnya. Seseorang atau diri yang cerdas secara ruhaniyah
adalah ia yang mampu menyampaikan atau bertabligh kepada dirinya dan
lingkungan terdekat.14

Karakter tabligh merupakan kunci dan erat kaitannya dengan membangun


relasi, hubungan yang harmonis dan jalinan komunikasi antar sesama, atasan
dan bawahan, dan seterusnya.

4. Karakter Fathonah

Fathonah adlah hikmah yang diberikan Allah kepada siapa saja yang
dikehendaki-Nya sebagai salah satu buah ketaatan dalam beribadah.
Seseorang yam memiliki sifat fathonah dapat bersikap bijaksana dan kuat
dalam melakukan perubahan, perbaikan, pengembangan, dan penyembuuhan.

14
Jaja jahari dan Amirulloh Syarbini, loc.cit
Ia juga akan paham dan eksis dalam rahasia ketuhanan, dan terhinndar dari
kebodohan ruhani.

Seseorang dikatakan memiliki kecerdasan berpikir bukan dilihat dari


penyampaian buah pemikiran dengan gaya bahasa yang tinggi dan penuh
dengan istilah-istilah filsafat, akan tetapi dari kemampuan memahamkan
orang lain. Rasulullah Saw dalam kecerdasannya ditunjukkan oleh
kemampuannya dalam menghubungkan pemikiran kreatif, inovatif, dan
positive thingking. Hal ini dapat dibuktikan dari peristiwa memidahkan hajar
aswad yang dipertentangkan bahkan akan menimbulkan peperangan
diselesaikan atas inisiatif dan kecerdasan rassul dapat dipindahkan dengan
damai.15

15
Jaja jahari dan Amirulloh Syarbini, Op.cit., hlm.125
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepemimpinan sebagaimana yang telah dijelaskan di awal merupakan
setiap tindakan yang dilakukan seseorang untuk mengkoordinasikan,
mengarahkan, dan memengaruhi orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kepemimpinan pendidikan adalah suatu proses
mempengaruhi, mengkoordinasi, dan menggerakkan perilaku orang lainserta
melakukan suatu perubahan ke arah yang lebih positif dalam mengupayakan
keberhasilan pendidikan.

PERAN DAN FUNGSI

Tipe kepemimpinan pendidikan yaitu otoriter, demokratis, pseudo-


demokratis, laissez faire, visioner, transformasional dan transaksional.
Karakteristik kepemimpinan pendidikan berbasis Islam yaitu meneladani sifat-
sifat beliau Nabi Muhammad Saw. Sifat dan perilaku yang harus kita contoh dari
Nabi Muhammad Saw adalah Karakter shiddiq, amanah, tabligh dan fathonah.

B. Kritik dan Saran

Pemakalah mengucapkan terimaksih kepada pembaca yang telah


meluangkan waktu untuk membaca makalah kami. Apabila dalam penyusunan
malakah ini terdapat kesalahan atau kekeliruan pemakalah memohon maaf yang
sebesar-besarnya. Kritik dan saran pembaca sangat berguna bagi perbaikan
makalah kami untuk lebih sempurna lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Engkoswara dan Aan Komariah. 2011. Administrasi Pendidikan. Bandung:


Alfabeta.

Hidayat, Ara dan Imam Machali. 2010. Pengelola pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Education

Jahari, Jaja dan Amirulloh Syarbini. 2013. Manajemen Madrasah Teori, Strategi
dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.

Machali, Imam. 2016. The Handbook of Education Management Teori dan Praktek
Pengelolaan Sekolah/Madrasah di Indonesia. Jakarta: Prenadamedia. Group.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. 2015. Manajemen Pendidikan. Bandung:


Alfabeta.

Usmani, Husaini. 2009. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan Edisi 3.
Jakarta: Bumi Aksara,

Anda mungkin juga menyukai