Anda di halaman 1dari 15

BUKTI KEBENARAN AL-QURAN

Makalah

DiajukanUntukMemenuhiTugasTerstrukturDalamMataKuliah

“PengantarIlmual-Qur‟andanHadits”

DosenPengampu:MuhammadEffendi,S.Th.i.,

Oleh:

YUDHA SEPRIMA 1930404126

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS


SYARIAHFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ISLAMUNIVERSITASISLAMNEGERI (UIN)
MAHMUD YUNUS
BATUSANGKAR1444 H/2023 M
BAB I

PENDAHULUAN

1. LatarBelakang

Al-Qura’n Al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu
diantaranya adalah ia merupakan kitab yang kebenarannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah
kitab yang selalu dipelihara.
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya. (QS Al-Hijr ayat 9).2."
Sikap skeptis terhadap kebenaran Al-Qur’an sudah ada sejak zaman Jahiliyah sampai
kiamat nanti tiba. Terdapat agitasi beberapa kaum orientalis dan pendukung-pendukungnya
yang ingin menghancurkan ketentuan-ketentuan agama dengan cara yang berlebih-lebihan.
Haekal menolak pemikiran agitatif yang menyatakan bahwa Al-Qur’an bukan dokumen sejarah
yang otentik, bahwa Al-Qur’an sudah diubah-ubah setelah Nabi Muhammad Saw., wafat dan
pada masa permulaan Islam. Skeptisisme itu bukan ditujukan untuk mencari kebenaran tetapi
mempunyai tujuan tersembunyi yang tak ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan.
Sebagai bukti cukup apa yang mereka katakan, bahwa versi “Dan membawa berita gembira dengan
kedatangan seorang Rasul sesudahku, Namanya Ahmad ”Dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata:
"Hai Bani Israil, Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, Yaitu
Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang
namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-
bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata." (QS, As-Shaf 61: 6)
Menurut mereka ayat ini ditambahkan sesudah Nabi wafat untuk dijadikan bukti atas kenabian Muhammad
dan risalahnya dari kitab-kitab sebelum Al-Qur’an.

1
2. RumusanMasalah
Dari latar berlakang yang menjadi rumusan masalah penilis makalah ialah,
yaitu sebagai bertikut:
1. Apa Makna dari Kemukjizatan Al-Quran i?
2. Apa Bukti Kebenaran Al-Quran dari segi Bahasa?
3. Bagaimana Bukti Kebenaran Al-Quran dari Isi Kandungannya?
4. Apa saja bukti kebenaran Al-Quran dari segi bandingannya dengan kitab suci
sebelumnya ?
5. Apa saja Bukti Kebenaran Al-Quran dari segi Historis?
6. Apakah Bukti Kebenaran Al-Quran dari segi Fitrah Manusia?

3. TujuanMasalah
Dari rumusan masalah yang menjadi tujuan rumusan masalah pada penulisan
lah ini, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bukti Kebenaran Al-Quran dari segi Bahasa


2. Untuk bagaimana Bukti Kebenaran Al-Quran dari isi Kandungannya
3. Untuk menjelaskan bukti kebenaran Al-Quran dari segi bandingannya dengan kitab
suci sebelumnya
4. Untuk menjelaskan apa saja bukti kebenaran Al-Quran dari segi Historis
5. Untuk menjelaskan apakah bukti kebenaran Al-Quran dari segi fitrah manusia

2
BAB II

PENDAHULUAN

1. Makna dari Kemukjizatan Al-Quran

Allah Swt. mengirim para nabi dan rasul kepada manusia untuk mengajarkan kepada mereka
ajaran-Nya. Di antara manusia, ada yang mengimani kenabian dan kerasulan tersebut, namun tidak
sedikit pula yang mengingkarinya. Untuk melegitimasi eksistensi mereka sebagai utusan-Nya,
Allah menguatkan mereka dengan mukjizat-mukjizat. Mukjizat-mukjizat tersebut ditantangkan
kepada pembangkangnya untuk mendatangkan hal serupa jika mereka tetap tidak mau beriman.

Al-Qur‟an adalah salah satu dari mukjizat-mukjizat tersebut, diberikan oleh Allah Swt.
kepada nabi Muhammad Saw. Ia adalah mukjizat beliau yang abadi, yang tidak habis atau terhenti
bersamaan dengan wafatnya beliau. Tantangan bagi pengingkarnya terus berlaku sepanjang
zaman. Ketidakmampuan manusia sampai hari ini untuk mendatangkan semisal dengannya,
merupakan mukjizat luar biasa yang menakjubkan.

Menyikapi kemukjizatan Al-Qur‟an ini, ada yang berpendapat bahwa kemukjizatan Al-
Qur‟an berasal dari luar (faktor eksternal), bukan dari Al-Qur‟an itu sendiri. Sementara yang lain
berpendapat bahwa, kemukjizatan Al-Qur‟an ituberasal dari Al-Qur‟an itu sendiri (faktor
internal). Tulisan ini, selain akan menjelaskan dua pendapat di atas, juga menyertakan beberapa
contoh segi kemukjizatan internal Al-Qur‟an ditinjau dari segi keindahan bahasa, munasabah,
berita gaib, informasi sejarah, ilmu pengetahuan, hukum dan bilangan.

A. Pengertian Mukjizat
Kata “Mukjizat” telah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia, mukjizat diartikan sebagai: kejadian (peristiwa) ajaib yang sukar dijangkau oleh
kemampuan akal manusia (Tim Penyusun Kamus, 1990, Cet.3 : 596). Pengertian ini bukanlah
pengertian yang dimaksud dalam istilah agama Islam. Mukjizat berasal dari bahasa Arab. Dalam
kamus al-Munjid, akar kata mukjizat adalah „ajaza yang berarti lemah, bentuk aktifnya adalah
a‟jaza yang berarti melemahkan atau menjadikan lemah.
Mukjizat diartikan sebagai suatu peristiwa luar biasa yang menjadikan manusia lemah
(tidak mampu) mendatangkan yang semisal dengannya. Mukjizat dalam istilah agama Islam,
sebagaimana yang didefinisikan oleh pakar agama Islam, antara lain: sebagai suatu hal atau
peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya,
yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun
mereka tidak mampu melayani tantangan itu.

B. Teori Kemujizatan Al-Qur’an


Sebagaimana telah disebutkan dalam pendahuluan, bahwa dalam memandang sumber
kemukjizatan Al-Qur‟an, ada dua pendapat yang saling berlawanan: pertama, memandangnya
sebagai sebab eksternal. Sedangkan kedua, sebab internal. Teori pertama adalah pendapat
sebagian tokoh Mu‟tazilah dan Syiah, sedangkan teori kedua adalah pendapat mayoritas ulama
Islam.

1) Teori eksternal
Penganut teori eksternal mengatakan bahwa kemukjizatan Al-Qur‟an bukan dari
Al-Qur‟an itu sendiri, namun berasal dari luar, yaitu Allah Swt. Pendapat itu dikenal
dengan istilah ash-shorfah atau mu‟jiz bi ash-shorfah. Ash- sharfah terambil dari akar
kata sharafa yang berarti memalingkan; dalam arti Allah memalingkan manusia dari
upaya membuat semacam Al-Qur‟an, sehingga seandainya tidak dipalingkan, maka
manusia akan mampu. Dengan kata lain, kemukjizatan Al-Qur‟an lahir dari faktor
eksternal, bukan dari Al-Qur‟an itu sendir

2) Teori Internal

Penganut teori internal mengatakan, bahwa kemukjizatan Al-Qur‟an itu ada pada
Al-Qur‟an itu sendiri (Mu‟jiz bidzatih). Maksud pendapat ini adalah bahwa Al-Qur‟an
dengan seluruh yang ada di dalamnya, termasuk struktur kalimat, balaghah, bayan
(penjelasan), perundang-undangan (tasyri‟), berita-berita gaib dan seluruh persoalan lain
yang merupakan mukjizat, telah menyebabkan seluruh manusia tidak mampu membuat
yang serupa dengannya. Berangkat dari teori ini, pembahasan selanjutnya akan
menjelaskan tentang kemukjizatan Al-Qur‟an dari segi keindahan bahasa, munasabah,
berita ghaib, informasi sejarah, ilmu pengetahuan, hukum dan bilangan.
a. Keindahan Bahasa
Memahami keindahan bahasa, ketelitian serta kecermatan pembahasan Al-
Qur‟an, tidak mudah untuk dilakukan, khususnya bagi orang yang tidak memiliki
“rasa bahasa” Arab, karena keindahan diperoleh melalui “perasaan” bukan melalui
nalar (Shihab, 1994, Cet.19: 29), tetapi kemukjizatan Al-Qur‟an yang utama dan
pertama justru dari segi kebahasaan ini. Kemukjizatan Al-Qur‟an dari segi inilah
yang pertama yang ditujukan kepada masyarakat Arab pada masa Rasulullah Saw

b.Berita Gaib
Ada sekian banyak hal yang tidak mungkin diketahui manusia dalam hidup
ini, misalnya kapan terjadinya hari kiamat, atau kapan datangnya kematian. Dari
sini terlihat bahwa gaib bertingkat-tingkat, ada yang nisbi; dalam arti ia gaib bagi
seseorang tetapi bagi yang lainnya tidak, atau pada waktu tertentu gaib tetapi pada
waktu yang lain tidak lagi. Misalnya dahulu orang mengetahui tetapi kini setelah
berlalu sekian waktu tidak lagi diketahui, atau sebaliknya dahulu orang tidak
mengetahuinya tetapi kini telah diketahui, sehingga tidak gaib lagi.

c.Informasi Sejarah
Salah satu kekuatan Al-Qur‟an yang sekaligus menjadi mukjizatnya adalah
pemaparan informasi sejarah yang valid. Informasi sejarah ini dapat pula
dikategorikan dalam pemberitaan hal-hal gaib masa lampau seperti yang telah
disinggung diatas. Al-Qur‟an menceritakan sekian banyak peristiwa masa lampau,
seperti kisah para nabi beserta para pengikutnya, kisah orang-orang soleh seperti
kisah ashabul kahfi, kisah Zulqarnain, dan lain-lain. Dari sekian banyak kisah Al-
Qur‟an, telah banyak terbukti kebenarannya melalui penelitian arkeologi. Kendati
tidak semua informasi sejarah dalam Al-Qur‟an dapat dibuktikan, namun tidak
berarti bahwa informasi-informasi Al-Qur‟an tersebut salah. Karena apa yang
belum terbukti kebenarannya, juga belum terbukti kesalahannya.

Rangkaian kisah-kisah dalam Al-Qur‟an diungkapkan untuk menguraikan


ajaran-ajaran keagamaan, serta menggambarkan akibat-akibat bagi penentangnya.
Ini merupakan salah keistimewaan dan kekuatan Al-Qur‟an. Kisah-kisah tersebut
bukan suatu yang fiktif, tetapi dapat diyakini sebagai sesuatu yang pernah terjadi
di muka bumi.
2. Bukti Kebenaran Al-Quran Dari Segi Gaya Bahasanya

Al-Qur'an adalah kitab suci umat islam yang Allah turunkan melalui malaikat Jibril kepada
Nabi Muhammad dengan menggunakan bahasa Arab yang bukan merupakan bahasa Arab pada
umumnya, akan tetapi dengan bahasa Arab yang keindahannya tidak ada bandingannya. Maka
sangat wajar apabila bahasa Al-Qur'an tidak bisa ditiru oleh manusia, sebab Al-Qur'an bukanlah
karya manusia, tetapi Al-Qur'an adalah kalam Allah yang Maha Agung yang diturunkan khusus
untuk umat muslim. Pada zaman dahulu banyak sastrawan bangsa Arab yang ingin meniru Al-
Qur'an dengan gaya bahasanya masing-masing, tetapi usaha mereka tidak berhasil. Al-Qur'an tetap
menjadi kalam Allah yang agung yang tidak ada seorangpun yang bisa menandinginya.

Sekarang ini, Al-Qur'an banyak mempengaruhi perkembangan bahasa Arab dan juga sastra
Arab. Keindahan Al-Qur'an tidak hanya mempengaruhi bangsa dan bahasa Arabnya saja, tetapi
juga mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Tidak ada manusia yang bisa menandingi dan
meniru keindahan bahasa Al-Qur'an. Allah telah menantang bagi siapapun manusia yang dapat
meniru Al-Qur'an dan juga akan Allah beri pelajaran atau hukuman bagi siapapun yang berusaha
meniru Al-Qur'an. Contoh nyatanya adalah Musailamah Al-Kadzdzab, ia mencoba membuat
sebuah surat yang persis seperti surat Al-Qori'ah. Pada saat itu bukannya ia mendapat banyak
pujian dari orang Arab, akan tetapi ia mendapatkan ejekan dan cibiran, bahkan menjadi bahan
tertawaan masyarakat sekitar karena apa yang dilakukannya adalah perbuatan bodoh dan
menampakkan kelemahan jati dirinnya di hadapan orang Arab.

Keindahan gaya bahasa Al-Qur'an membuat Al-Qur'an disegani oleh kawan dan ditakuti
oleh lawan. Hati orang Quraisy yang pada zaman Rosullah SAW boleh jadi belum menerima
Islam, belum beriman pada dakwah islam, akan tetapi hati orang-orang Quraisy pada saat itu tetap
tidak dapat memungkiri keindahan gaya bahasa Al-Qur'an, keindahan lantunan ayat suci Al-
Qur'an. Jika mendengar lantunan ayat Al-Qur'an dibacakan, sontak orang Quraisy tersebut
terheran-heran, terkagum-kagum, bahkan terpesona dengan betapa indahnya lantunan ayat suci
Al-Qur'an tersebut. Namun karena hati mereka tertutup, belum bisa menerima Islam, maka mereka
menyatakan Al-Qur'an yang indah itu hanya sebagai sebuah sihir belaka.
Dilihat dari gaya bahasanya, bahasa Al-Qur'an menggabungkan dua pendekatan sekaligus,
pendekatan rasional dan pendekatan estetik. Al-Qur'an menggabungkan keindahan dan kebenaran
sehingga menyentuh hati dan akal manusia. Keistimewaan bahasa Al-Qur'an terletak pada gaya
pengungkapannya. Ungkapan yang ada di dalam Al-Qur'an tidak akan ada di ungkapan kitab atau
karya sastra lainnya, Al-Qur'an menggunakan pemilihan kata yang lebih sopan, halus, dan etis.
Berbeda dengan kitab para penyair Arab, mereka biasanya menggunakan kata-kata yang tidak etis
dalam karangan syair mereka.

Allah menurunkan Al-Qur'an sebagai surat mulia untuk para hamba-Nya yang mau
menerima dan gaya bahasa Al-Qur'an adalah variasi yang digunakan untuk mengungkapkan dan
menyampaikan maksud yang Allah ingin sampaikan kepada hamba-Nya. Layaknya surat pada
umumnya, Al-Qur'an juga berisikan berita gembira, peringatan, perintah dan larangan serta
petunjuk-petunjuk. Akan tetapi surat yang berupa Al-Qur'an ini mempunyai gaya bahasa tersendiri
dalam penyampaian isi atau maksudnya, tidak hanya memperhatikan gagasan yang disampaikan,
tetapi juga memperhatikan manusia dan dunianya.

Penyampaian isi atau maksud Al-Quran di sesuaikan dengan kondisi psikologi, sosial,
alam, dan politik bangsa Arab. Dalam hal ini ada beberapa gaya bahasa yang digunakan dalam
Al-Qur'an, yaitu tashbih, isti'arah, majaz, dan kinayah. Gaya bahasa tersebut adalah eleman
pembangun kesempurnaan dan keindahan ungkapan atau ekspresi Al-Qur'an.

3. Bukti Kebenaran Al-Quran dari Segi Isi Kandungannya


Adapun bukti kebenaran Al-Quran dari segi isi kandungannya adalah sebagai berikut:

1. .Petunjuk mengenai aqidah, yang mewajibkan beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat, Kitab-
kitab, Rasul-rasul, dan Hari Kiamat, serta Qadha dan Qadar. Hal ini merupakan garis pembeda
antara Iman dan Kafir.
2. Petunjuk mengenai syari’ah, yaitu jalan yang harus diikuti manusia dalam berhubungan dengan
Allah dan dengan sesama insan demi kebahagiaan hidup manusia didunia ini dan diakhirat kelak.
3. Petunjuk tentang akhlak, mengenai yang baik dan buruk yang harus diindahkan oleh manusia
dalam kehidupan individual maupun kehidupan sosial.
4. Kisah-kisah umat manusia dizaman lampau, seperti riwayat dan cerita para pendusta ajaran
Allah seperti Fir’aun, Namrud, Qorun dan sebagainya.
5. Berita-berita tentang zaman yang akan datang. Tentang ini akan dikaji kehidupan akhir manusia
yang disebut kehidupan akhirat.
6. Benih dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan
7. Hukum yang berlaku bagi alam semesta. Dalam butir satu dan tujuh dimuka, sudah disebutkan
sifat sunnatullah yang berlaku di alam semesta, antara lain (1) pasti, (2) tetap, dan (3) objektif.
4. Bukti Kebenaran Al-Quran dari Segi Bandingannya dengan Kitab Suci Sebelumnya

Adapun bukti kebenaran Alquran yang diturunkan Allah Subhanahu wa ta'ala kepada Nabi
Muhammad Shalallahu Alaihi wassallam dan kitab-kitab sebelumnya. Surat Ali Imran termasuk
golongan Madaniyah atau turun di Kota Madinah.

Surat Ali Imran berada di urutan ketiga dalam Alquran dan satu-satunya yang membahas
pedoman cara memahami isi Al-Kitab (Alquran). Selain itu, surat ini juga memiliki berbagai
pengajaran dalam setiap ayat, salah satunya tentang Alquran dan kitab-kitab sebelumnya yang
terdapat pada ayat 1 hingga 9.

ِ ْ ‫ص ِدِّقًا ِلِّ َما بَيْنَ يَدَ ْي ِه َواَ ْنزَ َل التَّ ْو ٰرىةَ َو‬
‫اْل ْن ِج ْي َل‬ ِ ِّ ‫ب بِ ْال َح‬
َ ‫ق ُم‬ َ ‫علَيْكَ ْال ِك ٰت‬
َ ‫ن ََّز َل‬

Artinya:

Dia menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) yang mengandung kebenaran,


membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya, dan menurunkan Taurat dan Injil,

Dia menurunkan Kitab Al-Qur'an secara berangsur-angsur kepadamu, wahai Nabi


Muhammad, yang mengandung kebenaran dan dalam keadaan hak, baik kandungan, cara
menurunkan, yang membawanya turun, maupun yang menerimanya.

Kandungan Al-Qur'an itu membenarkan wahyu-wahyu Allah dalam kitab-kitab suci


sebelumnya yang pernah diwahyukan kepada para nabi dan rasul, yakni yang berkaitan dengan
pokok-pokok akidah, syariah dan akhlak. Dan Allah juga menurunkan sekaligus, tidak berangsur-
angsur, kepada Nabi Musa kitab Taurat dan kepada Nabi Isa Kitab Injil sebelum turunya Al-
Qur'an.
Ketiga kitab suci tersebut berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia. Dan Dia menurunkan
ketiga kitab suci tersebut sebagai al-Furqan yang berfungsi membedakan antara yang haq dan yang
batil.

Sungguh, orang-orang yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah dengan menutupi tanda-tanda
keesaanNya, baik yang terbentang di alam raya, melalui kitab suci maupun fitrah yang melekat
pada diri setiap insan, akan memperoleh azab yang berat. Allah Maha Perkasa yang tidak
seorangpun dapat mengalahkanNya, lagi mempunyai hukuman bagi orang yang mengingkari
bukti-bukti keesaan dan kekuasaan-Nya.

5. Bukti Kebenaran Al-Quran dari segi Historis


Al-Quran secara harfiah berarti “bacaan yang maha sempurna”. Al-Quran AlKarim berarti
“bacaan yang mahasempurna dan mahamulia”. Kemahamuliaan dan kemahasempurnaan
“bacaan” ini tidak hanya dapat dipahami oleh para pakar, tetapi juga oleh semua orang yang
menggunakan “sedikit” pikirannya.
Tidak ada satu bacaan pun, selain Al-Quran yang dipelajari dan diketahui sejarahnya bukan
sekedar secara umum, tetapi ayat demi ayat, baik dari segi tahun, bulan, masa dan musim
turunnya-malam atau siang, dalam perjalanan atau di tempat berdomisili penerimanya (Nabi
Muhammad SAW), bahkan sebab-sebab serta saat turunnyapun dipelajari oleh manusia. Itulah
salah satu kemahamuliaan dan kemahasempurnaan Al-Quran Kalamullah.
Karenanya, memaknai Nuzulul Quran pada bulan Ramadhan penuh berkah ini adalah
dengan menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup, sumber informasi dan motivasi, obat
penguat jiwa, penyebar kasih sayang serta bacaan kegemaran sehari-hari. Seperti Allah SWT
menyebut di dalam Surat Al-Isra ayat 82 :

‫ارا‬
ً ‫س‬ ّٰ ‫َونُن ِ َِّز ُل مِ نَ ۡالـقُ ۡر ٰا ِن َما ه َُو ِشفَا ٓ ٌء َّو َر ۡح َمةٌ لِّ ِۡـل ُم ۡؤمِ ن ِۡينَ َو َْل يَ ِز ۡيدُ ال‬
َ ‫ظلِمِ ۡينَ ا َِّْل َخ‬

Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian” (QS. Al-Isra‟ : 82)

Makna lain dari Nuzulul Quran adalah menjadikan isinya benar-benar sebagai pedoman
kehidupan, yang mampu mengangkat manusia dari kegelapan, kebodohan, keterbelakangan dan
kemunduran. Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Al-Hadiid ayat 9 :

ٌ ‫َّللا بِ ُك ْم لَ َر ُء‬
‫وف َرحِ ي ٌم‬ َ َّ ‫ور ۚ َوإِ َّن‬ ُّ ‫ت ِلي ُْخ ِر َج ُك ْم مِ نَ ال‬
ِ ‫ظلُ َما‬
ِ ُّ‫ت إِلَى الن‬ ٍ ‫ت بَيِِّنَا‬ َ ‫ه َُو الَّذِي يُن ِ َِّز ُل‬
َ ‫علَ ٰى‬
ٍ ‫ع ْب ِد ِه آيَا‬

Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al-Quran) supaya Dia
mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu. ( Al-Hadiid ayat 9 )
Imam Ibnu Katsir di dalam tafsir Al-Quranul „Adzim menjelaskan, bahwa dengan ayat
“supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya” artinya mengeluarkan dari
kegelapan-kegelapan jahil (kebodohan), kekafiran, dan pendapat-pendapat yang bertentangan
(dengan kebenaran) menuju kepada cahaya petunjuk, keyakinan dan iman.
Adapun Imam Al-Qurthubi memberikan makna, sebagai mengeluarkan dari dzulumat
yaitu syirik dan kekafiran kepada iman kepada Allah. Bukti Historis Turunnya Al-Quran Bertahap
dan Dampaknya Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari.
Setidaknya ad beberapa faktor yang menjadi bukti historis turunnya Al-Qur’an. Diantaranya:
Pertama, kondisi masyarakat Arab yang hidup pada masa turunnya Al-Qur’an adalah
masyarakat yang tidak mengenal baca tulis (ummi). Bahkan Nabi Muhammad sendiri juga
termasuk dalam golongan masyarakat tersebut, ia juga tidak hidup dan bermukim di tengah-tengah
masyarakat yang relatif telah mengenal peradaban seperti Mesir, Persia atau Romawi. Dan
satusatunya andalan mereka adalah melalui hafalan.
Hal ini mengindikasikan bahwa Al-Qur’an tidak diturunkan secara sekaligus, mengapa?
Karena Al-Qur’an diturunkan kepada seorang Nabi yang tidak kenal baca-tulis (ummi) dan dari
proses turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur tentu akan lebih mempermudah beliau dalam
menghafalkannya. (Subhi As-Shalih, 1999: 61-62).

6. Bukti Kebenaran Al-Quran dari Segi Fitrah Manusia

Fitrah merupakan kecenderungan alamiah bawaan sejak lahir. Penciptaan terhadap sesuatu
ada untuk pertama kalinya dan struktur alamiah manusia sejak awal kelahirannya telah memiliki
fitrah bawaan secara alamiah yakni fitrah ketauhidan. Islam sebagai agama fitrah tidak hanya
sesuai dengan naluri keberagamaan manusia tetapi juga menunjang pertumbuhan dan
perkembangan fitrahnya. Hal ini menjadikan eksistensinya utuh dengan kepribadiannya yang
sempurna.
Maka pendidikan posisinya sangat strategis untuk mengembangkan, menjaga serta
memelihara fitrah manusia supaya tidak menyimpang, sehingga ia tetap atas fitrahnya yang suci
sampai ia kembali menemui Rabbnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
konsep fitrah manusia dalam Al-Qur’an, bagaimana kajian tafsir tarbawi terhadap konsep fitrah
manusia dalam Al-Qur’an, dan untuk mengetahui bagaimana implikasi konsep fitrah manusia
dalam Al-Qur’an terhadap pendidikan Islam.
Adapun upaya pencarian data dalam penyelesaian skripsi ini melalui pendekatan
kepustakaan (library research), yaitu dengan mencari referensi buku-buku atau kitab-kitab yang
sesuai dengan fokus penelitian. Adapun metode penulisan skripsi ini ialah dengan metode
kualitatif noninteraktif, yakni pengkajian yang dilakukan berdasarkan analisisdata dokumentasi
dari perpustakaan, Kemudian peneliti memberikan intepretasi terhadap peristiwa, konsep, dan
kebijakan.
Dari hasil kajian menunjukkan bahwa pertama konsep fitrah manusia dalam Al-Qur’an
ialah beragama Tauhid (Islam, suci, murni). Atau suatu sifat yang melekat pada suatu zat yang
dapat tumbuh dan berkembang melalui potensi yang telah Allah Subhanahuwata’ala anugrahkan
kepada hambanya sesuai dengan nilai-nilai ilahiyah dan insaniyah. Serta manusia harus tetap atas
fitrah lurusnya yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahuwata’ala padanya, dan apabila manusia
menyimpang dari fitrah tersebut maka manusia harus bertanggungjawab atas fitrah yang telah
diangurahkan oleh Allah Subhanahuwata’ala.
Kedua Kajian tafsir Tarbawi terhadap konsep fitrah manusia dalam Al-Qur’an bahwa
pendidikan harus senantiasa menjaga dan memelihara al-fitrah (kesucian) manusia, serta
mengembangkan potensi-potensi yang telah Allah Subhanahuwata’ala anugrahkan kepada
manusia melalui fitrahnya dalam rangka untuk menunjang pelaksanaan fungsi kekhalifahannya di
muka bumi. Dan yang ketiga Implikasi konsep al-fitrah manusia terhadap pendidikan Islam
memiliki tuntunan agar pendidikan Islam diarahkan untuk bertumpu pada Tauhid. Hal ini
dimaksudkan untuk memperkuat hubungan yang mengikat manusia dengan Allah
Subhanahuwata’ala. karena tujuan tertinggi pendidikan Islam ialah mewujudkan manusia yang
sempurna (insan kamil).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Al-Qur‟an adalah mukjizat abadi nabi besar Muhammad Saw. yang diberikan Allah Swt. sebagai
bukti kebenaran risalah yang dibawanya. Kemukjizatan tersebut ada pada Al-Qur‟an itu sendiri dan bukan
dari faktor eksternal. Kemukjizatan Al-Qur‟an bermacam-macam bentuknya namun yang utama dan
pertama adalah segi keindahan bahasanya. Semakin orang-orang mendalami kandungannya, tidak menutup
kemungkinan akan semakin bertambah pula hal-hal baru dan keunikan-keunikan yang akan mereka
temukan, sehingga akan lebih menambah rasa kemukjizatan tersebut.
Kandungan Al-Qur'an itu membenarkan wahyu-wahyu Allah dalam kitab-kitab suci sebelumnya
yang pernah diwahyukan kepada para nabi dan rasul, yakni yang berkaitan dengan pokok-pokok akidah,
syariah dan akhlak. Dan Allah juga menurunkan sekaligus, tidak berangsur-angsur, kepada Nabi Musa
kitab Taurat dan kepada Nabi Isa Kitab Injil sebelum turunya Al-Qur'an.
Ketiga kitab suci tersebut berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia. Dan Dia menurunkan ketiga
kitab suci tersebut sebagai al-Furqan yang berfungsi membedakan antara yang haq dan yang batil.
Konsep al-fitrah manusia dalam Al-Qur’an adalah suatu sifat yangmelekat pada suatu zat yang dapat
tumbuh dan berkembang melalui potensi yang telah Allah Subhanahuwata’ala anugrahkan kepada
hambanya sesuai dengan nilai-nilai ilahiyah dan insaniyah. Atau fitrah manusia ialahberagama Tauhid
(Islam, suci, murni). Pada mulanya adalah beragama Islam akan tetapi terjadi tahrif yang kemudian
menjauhkan manusia dari ajaran keislamannya. Serta manusia harus tetap atas fitrah lurusnya yang telah
ditetapkan oleh Allah Subhanahuwata’ala padanya, dan apabila manusia menyimpang dari fitrah tersebut
maka manusia harus bertanggungjawab atas fitrah yang telah diangurahkan oleh Allah Subhanahuwata’ala.
DAFTARPUSTAKA

Hamid, M. Shalahuddin, Drs. H., M. A, Studi Ulumul Qur‟an, Jakarta Timur: PT

Intimedia Ciptanusantara, 2002.

Ma‟luf, Louis, al-Munjid fi al-Lughah, Beirut: „at-Tab‟ah al-Katulikiyah, t.t.

Najdi, Abu Zahra‟ , Dr., Al- Qur‟an dan Rahasia Angka-angka, cet I, Jakarta:

Pustaka Hidayah, 1991.

Qattan, Manna‟ , Mabahist fi „Ulum al-Qur‟an, cet. 24, Lahore : Dar Nasyri al-

Kutub al-Islamiyah. 1987.


Al-Qur’an dan Terjemahnya Depag RI.1996.PT Toha karya. Semarang

Ali, Muhammad al-Shabuni. al-Tibyan Fi Ulum al-Qur’an. Beirut. Dar al-Irsyad,

1970

Al-Shabuni, al-Tibyan Fi Ulum al-Qur’an. Beirut, Dar al-Irsyad, 1970

Al-Kahil, Abduddaim. Mukjizat al-Fatihah dan Mukjizat al-Ikhlas. Terj.

Mujahidin M. Suriah. Darul Manar, Darul Ridhwan. 2008

Anda mungkin juga menyukai