Anda di halaman 1dari 16

KONSEPSI-KONSEPSI KURIKULUM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


“Pengembangan Kurikulum PAI”
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Nur Ahid, M.Ag

Disusun oleh:
Naufal Ikbar Kurniawan (21201094)
Ahmad Ghufron

PROGRAM STUDI DI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“KONSEPSI-KONSEPSI KURIKULUM” dapat diselesaikan tepat waktu.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah yang diberikan oleh
dosen pengampu, Bapak Prof. Dr. H. Nur Ahid, M.Ag mata kuliah Pengembangan
Kurikulum PAI pada Semester 4 Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah di
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri. Kami mengucapkan terima kasih sebesar
besarnya kepada Bapak selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni kami sebagai
penulis.
Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mohon agar pembaca berkenan memberi kritik dan
saran agar kami dapat memperbaiki dan menyusun makalah ini lebih baik lagi
kedepannya. Kami juga mengucapkan terima kasih sebanyak- banyaknya kepada
seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah
Pengembangan Kurikulum yang membahas mengenai Orientasi ini bermanfaat bagi
pembaca. Aamiin

Kediri, 14 Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki
pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya
kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan
kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum
membutuhkan konsep-konsep yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil
pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak
didasarkan pada konsep yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan
pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap
kegagalan proses pengembangan manusia.
Untuk itu, dalam lembaga pendidikan yang namanya konsep sangatlah
penting karena konsepi pelaksanaan kurikulum memberi petunjuk bagaimana
kurikulum itu dapat dilaksanakan di sekolah. Dengan demikian kurikulum ini
masih tahap rencana, ide, atau harapan, yang harus diwujudkan di suatu lembaga
sekolah, sehingga kurikulum tersebut mampu mengantarkan anak didik untuk
mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, terdapat beberapa konsep
Kurikulum untuk mencapai tujuan Pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengambil beberapa
pembahasan yang akan dikemukakan pada makalah ini, antara lain :
1. Bagaimana pengertian konsepsi kurikulum?
2. Bagaimana latar belakang munculnya berbagai macam konsepsi kurikulum?
3. Apa saja ragam konsepsi kurikulum?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian konsepsi kurikulum
2. Untuk mengetahui bagaimana latar belakang munculnya berbagai macam
konsepsi kurikulum?
3. Untuk mengetahui apa saja ragam konsepsi kurikulum?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsepsi Kurikulum
Sebelum kita membahas apa itu konsepsi kurikulum, alangkah baiknya kita
membahas pengertian dari konsep itu sensiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Offline menyatakan bahwa: konsep merupakan rancangan, ide atau pengertian yang
diabstrakkan dari peristiwa konkret. Sementara konsepsi adalah pengertian,
pendapat (paham) atau rancangan (cita-cita dsb) yang telah ada dalam pikiran.
Sedangkan orang yang mencetuskan atau mula-mula memiliki gagasan atau
penyusun konsep dinamakan konseptor.1
Sementara wikipedia menyatakan, bahwa konsep adalah abstrak, entitas (sesuatu
yang memiliki keberadaan yang unik dan berbeda, walaupun tidak harus dalam
bentuk fisik) mental yang universal yang menunjuk pada kategori atau kelas dari
suatu entitas, kejadian atau hubungan.2
Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa konsepsi adalah
sebuah rancangan dari sebuah ide atau gagasan yang masih dalam bentuk abstrak
yang akan diaplikasikan dalam bentuk pelaksanaan sehingga menjadi kongkret
(nyata).
Sedangkan Kurikulum secara etimologis berasal dari bahasa Yunani
yaitu “curir” yang berarti pelari dan “curere” yang artinya tempat
berpacu. Dengan demikian istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga
pada zaman Romawi kuno di Yunani yang mengandung pengertian jarak yang harus
ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish. 3 Dengan kata lain, suatu
kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik
akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.4

1
Ebta Setiawan, KBBI ”Kamus Besar Bahasa Indonesia” Versi Offline
1.1 http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/ (Freeware: KBBI ”Kamus Besar Bahasa Indonesia” Versi
Offline 1.1, Aplication, 2010)
2
Wikipedia, http://wikipedia.org/wiki/Entitas diakses tanggal 17 Nopember 2011.
3
Syafrudin Nurdin, dkk, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum (Jakarta : PT. Intermasa, 2003),
33.
4
 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2001), 16.
Dan Dedy Pradibto, dalam bukunya yang berjudul Belajar Sejati Versus
Kurikulum Nasional menyatakan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggara kegiatan. Sedangkan konsepsi kurikulum
merupakan rancangan dari sebuah ide atau gagasan yang masih dalam bentuk
abstrak yang akan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku
berdasarkan pertimbangan isi, tujuan, materi, metode, sistem dan pelaksanaan
kurikulum tersebut.
B. Latar Belakang Munculnya Berbagai Macam Konsepsi Kurikulum
Model konsep kurikulum muncul sebagai implikasi dari adanya berbagai aliran
dalam pendidikan, karena kurikulum memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan
teori pendidikan. Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa
teori kurikulum dan teori kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan
tertentu. Nana S. Sukmadinata (1997) mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan,
yaitu :
1. Pendidikan klasik;
2. Pendidikan pribadi;
3. Teori pendidikan interaksional dan
4. Teknologi pendidikan.5
Pertama aliran pendidikan klasik-tradisional yang melahirkan konsep kurikulum
rasionalisasi atau subjek akademis. Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat
klasik, seperti Perenialisme, Essensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang
bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan
warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari
pada proses. Isi pendidikan atau materi diambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang
ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan
sistematis. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan,
sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan
tugas-tugas dari pendidik. Pendidikan klasik menjadi sumber bagi pengembangan
model kurikulum subjek akademis, yaitu suatu kurikulum yang bertujuan memberikan

5
Akmad Sudrajat, ”Hubungan Teori Pendidikan Dengan Kurikulum”,
Wordpres http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/teori-pendidikan-dan-kurikulum, 30 Januari
2008, diakses tanggal 17 Nopember 2011.
pengetahuan yang solid serta melatih peserta didik menggunakan ide-ide dan proses
”penelitian”, melalui metode ekspositori dan inkuiri.
Kedua, aliran pendidikan pribadi melahirkan konsep kurikulum aktualisasi diri
atau humanistik. Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak
telah memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan
potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat
peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan
pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing,
pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik. Teori ini memiliki dua aliran yaitu
pendidikan progresif dan pendidikan romantik. Pendidikan progresif dengan tokoh
pendahulunya- Francis Parker dan John Dewey – memandang bahwa peserta didik
merupakan satu kesatuan yang utuh. Materi pengajaran berasal dari pengalaman peserta
didik sendiri yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Ia merefleksi terhadap
masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya. Berkat refleksinya itu, ia dapat
memahami dan menggunakannya bagi kehidupan. Pendidik lebih merupakan ahli dalam
metodologi dan membantu perkembangan peserta didik sesuai dengan kemampuan dan
kecepatannya masing-masing. Pendidikan romantik berpangkal dari pemikiran-
pemikiran J.J. Rouseau tentang tabula rasa, yang memandang setiap individu dalam
keadaan fitrah,– memiliki nurani kejujuran, kebenaran dan ketulusan. Teori pendidikan
pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum humanis. yaitu suatu
model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi
kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum
humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek
intelektual (kurikulum subjek akademis).
Ketiga, aliran pendidikan interaksionis melahirkan konsep kurikulum
rekontruksi sosial. Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik
tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan
bekerja sama dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan
juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan
interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru.
Lebih dari itu, interaksi ini juga terjadi antara peserta didik dengan materi pembelajaran
dan dengan lingkungan, antara pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi ini
terjadi melalui berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih
sekedar mempelajari fakta-fakta. Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental
dari fakta-fakta tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat menyeluruh serta
memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang melandasi pendidikan
interaksional yaitu filsafat rekonstruksi sosial. Pendidikan interaksional menjadi sumber
untuk pengembangan model kurikulum rekonstruksi sosial, yaitu model kurikulum yang
memiliki tujuan utama menghadapkan para peserta didik pada tantangan, ancaman,
hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia. Peserta didik
didorong untuk mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah sosial
yang mendesak (crucial) dan bekerja sama untuk memecahkannya.
Keempat, aliran pendidikan teknologis melahirkoan konsep kurikulum
teknologi. Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai
persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan
informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam tekonologi pendidikan,
lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-
kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama. Dalam konsep
pendidikan teknologi, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus. Isi
pendidikan berupa data-data obyektif dan keterampilan-keterampilan yang yang
mengarah kepada kemampuan vocational . Isi disusun dalam bentuk desain program
atau desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan bantuan media
elektronika dan para peserta didik belajar secara individual. Peserta didik berusaha
untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola kegiatan secara efisien tanpa
refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera digunakan dalam masyarakat. Guru
berfungsi sebagai direktur belajar (director of learning), lebih banyak tugas-tugas
pengelolaan dari pada penyampaian dan pendalaman bahan. Teknologi pendidikan
menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum teknologis, yaitu model
kurikulum yang bertujuan memberikan penguasaan kompetensi bagi para peserta didik,
melalui metode pembelajaran individual, media buku atau pun elektronik, sehingga
mereka dapat menguasai keterampilan-keterampilan dasar tertentu.
C. Ragam Konsepsi Kurikulum
Model-model Konsep Kurikulum Di dalam kurikulum John D. Neil
mengemukakan empat macam konsep, yaitu: kurikulum akademis, humanistis,
rekonstruksi sosial dan teknologi.

1. Konsep Kurikulum Akademik


Kurikulum akademik ini merupakan model yang pertama dan tertua,
sejak sekolah berdiri kurikulumnya seperti ini, bahkan sampai sekarang
walaupun telah berkembang tipe-tipe lain, umumnya sekolah tidak dapat
melepaskan tipe ini. Karenya sangat praktis, mudah disusun dan mudah
digabungkan dengan tipe-tipe lain.
Kurikulum akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan
esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Semua ilmu pengetahuan
dan nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Fungsi
pendidikan memelihara dan mewariskan hasil-hasil budaya masa lalu
tersebut. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Belajar adalah
berusaha menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil dalam
belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi
pendidikan yang diberikan atau disiapkan oleh guru.
Isi pendidikan diambil dari setiap disiplin ilmu. Sesuai dengan bidang
disiplinnya para ahli, masing-masing telah mengembangkan ilmu secara
sistematis, logis dan solid. Para guru dan pengembang kurikulum tidak perlu
susah payah menyusun dan mngembangkan bahan sendiri. Mereka tinggal
memilih bahan materi ilmu yang telah dikembangkan para ahli disiplin ilmu,
kemudian mereorganisasikan secara sistimatis, sesuai dengan tujuan
pendidikan dan tahap perkembangan siswa yang akan mempelajarinya. Guru
sebagai penyampai bahan ajar memegang peranan penting. Mereka harus
menguasai semua pengetahuan yang ada dalam kurikulum. Ia harus menjadi
ahli dalam bidang-bidang studi yang diajarkan. Lebih jauh guru dituntut
bukan hanya menguasai materi pendidikan, tetapi ia juga menjadi model
bagi para siswanya. Apa yang disampaikan dan cara penyampaiannya harus
menjadi bagian dari pribadi guru. Guru adalah yang digugu dan ditiru
(diikuti dan dicontoh).
Karena Kurikulum akademis sangat mengutamakan pegetahuan, maka
pendidikannya lebih bersifat intelektual. Kurikulumnya tidak hanya
menekankan pada materi yang disampaikan, dalam perkembangannya secara
berangsur-angsur memperhatikan proses belajar yang dilakukan siswa.
Proses belajar yang dipilih sangat bergantung pada segi apa yang
dipentingkan dalam materi pelajaran tersebut.
Jerome Bruner dalam The Process of Education sebagaimana di kutip S.
Nasution menyarankan bahwa desain kurikulum hendaknya didasarkan atas
struktur disiplin ilmu. Selanjutnya, ia menegaskan bahwa kurikulum suatu
mata pelajaran harus didasarkan atas pemahaman yang mendasar yang dapat
diperoleh dari prinsip-prinsip yang mendasarinya dan yang memberi struktur
kepada suatu disiplin ilmu.
Sekurang-kurangnya ada tiga pendekatan dalam perkembangan kurikulum
akademis:
Pertama, adalah melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan. Murid-
murid belajar bagaimana memperoleh dan menguji fakta-fakta dan bukan
sekedar mengingatnya.
Kedua, adalah studi yang bersifat integratif. Pendekatan ini merupakan
respons terhadap perkembangan masyarakat yang menuntut model-model
pengetahuan yang lebih komprehensif terpadu. Pelajaran tersusun atas
satuan-satuan pelajaran, dalam satuan-satuan pelajaran tersebut batas-batas
ilmu menjadi hilang. Pengorganisasian tema-tema pengajaran didasarkan
atas fenomena-fenomena alam, proses kerja ilmiah dan probema-problema
yang ada.
Ketiga, pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah
fundamentalis. Mereka tetap mengajar berdasarkan mata pelajaran dengan
menekankan membaca, menulis dan memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi.6
2. Kurikulum Humanistik
Dalam pandangan humanisme, kurikulum adalah sesuatu yang dapat
menunjang perkembangan anak dalam aspek kepribadiannya. Kurikulum

6
Ali Muhtadi, “Konsepsi Kurikulum,” Http://Staffnew.Uny.Ac.Id/, 2017.
dapat dilihat sebagai suatu proses yang mampu memenuhi kebutuhan
individu untuk mencapai integrasi perkembangan dalam menuju aktualisasi
(perwujudan) diri.
Pengikut dalam aliran ini meliputi pendidikan Konfluen, Kritisi Radikal,
Mistisi Baru. Pendidikan konfluen adalah pendidikan yang memandang anak
sebagai satu keseluruhan diri. Kritisi Radikal adalah pendidikan yang
bersumber dari aliran Naturalisme atau Romantisme, yang menekankan
pendidikannya pada upaya untuk membantu anak menentukan dan
mengembangkan sendiri segala potensi yang dimilikinya, dan menciptakan
situasi yang memungkinkan anak berkembang secara optimal. Mistikisme
Modem adalah aliran yang menekankan pada latihan dan kepekaan,
perasaan, dan keluhuran budi pekerti, atau menemukan nilai-nilai dalam
latihan sensitivitas, meditasi, atau teknik transpersonal lainnya.
Kurikulum humanistik bertolak dari asumsi bahwa anak adalah pertama
dan utama dalam pendidikan. Anak adalah subyek yang menjadi sentral
aktivitas pendidikan. Anak memiliki sejumlah potensi, kemampuan, dan
kekuatan untuk berkembang sendiri. Para pendidik humanis berpegang juga
pada konsep Gestalt. Artinya, anak merupakan satu kesatuan yang
menyeluruh. Pendidikan diarahkan pada pembinaan yang utuh, bukan pada
aspek fisik atau intelektual belaka, melainkan juga pada segi afektif (emosi,
perasaan, nilai, dan sejenisnya).
Bertolak dari asumsi di atas, kurikulum Humanisme menekankan pada
pendidikan yang integratif (menyeluruh) antara aspek afektif (emosi, sikap,
dan nilai) dengan aspek kognitif (pengetahuan dan kecakapan intelektual).
Atau dengan kata lain, kurikulum ini menambahkan aspek emosional ke
dalam kurikulum yang berorientasi pada subject matter (mata pelajaran).
3. Kurikulum Rekonstruksi Sosial.
Kurikulum Rekonstruksi Sosial ini lebih menekankan pada problem-
problem yang dihadapi murid dalam kehidupan masyarakat. Konsepsi
kurikulum ini mengemukakan bahwa pendidikan bukanlah merupakan upaya
sendiri, melainkan merupakan kegiatan bersama, interaksi, dan kerja sama.
Interaksi atan kerja sama dapat terjadi pada siswa dengan guru, siswa dengan
siswa, siswa dengan orang di lingkungannya. Dengan kerja sama semacam
ini, para siswa berusaha memecahkan problem-problem yang dihadapi dalam
masyarakat agar menjadi masyarakat yang lebih baik. Pendidikan, menurut
konsepsi kurikulum rekonstruksi sosial ini memiliki pengaruh, mengubah,
dan memberi corak baru kepada masyarakat dan kebudayaan.7

4. Kurikulum Teknologi
Dalam pandangan teknologi, kurikulum merupakan proses teknologi
untuk menghasilkan tuntutan kebutuhan-kebutuhan tenaga yang mampu
membuat keputusan. Penerapan teknologi dalam pendidikan, khususnya
kurikulum meliputi dua bentuk, yakni; bentuk perangkat lunak (software)
dan perangkat keras (handware). Penerapan teknologi perangkat keras dalam
pendidikan dikenal sebagai teknologi alat (tulls technology), sedangkan
penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi sistem (system
technology).
Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan
penggunaan alatalat teknologi untuk menunjang efisiensi dan efektivitas
pendidikan. Dalam kurikulumnya mengandung rencana-rencana penggunaan
berbagai alat dan media, juga model-model pengajaran yang banyak
melibatkan penggunaan alat. Contoh model dari pengajaran tersebut adalah
pengajaran berprograma, mesin pengajaran, pengajaran modul, pengajaran
dengan bantuan alat komputer, dan pengajaran dengan pendekatan sistem.
Dalam arti teknologi sebagai sistem, teknologi pendidikan menekankan
penyusunan program atau rencana pelajaran dengan menggunakan sistem.
Program pengajaran tersebut bisa semata-mata sistem, dapat juga berupa
program sistem yang ditunjang dengan alat dan media, serta bisa juga
program sistem yang dipadukan dengan alat dan media pengajaran. Pada
bentuk pertama, pengajaran tidak membutuhkan alat dan media yang
canggih. Sedangkan pada bentuk kedua, pengajaran tetap berjalan, meski
tanpa alat dan media yang canggih, tetapi lebih baik jika alat dan media itu
disediakan. Bentuk ketiga, pengajaran tidak berjalan tanpa alat dan media
7
B A B Ii, “Muzaiyyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara 2004), 78. Ibid., 82 17,”
n.d., 17–68.
yang canggih. Karena itu, alat dan media sebagai syarat yang berpadu
dengan program.
Dengan teknologi diusahakan terjadinya proses belajar mengajar,
terutama dalam teknik mengajar dapat dikuasai sepenuhnya sehingga dapat
menjamin hasil yang sama. Teknologi pendidikan memberikan dasar ilmiah
dan empirik kepada proses belajar mengajar. Pengetrapan teknologi telah
dikenal dalam kurikulum 1975, setiap guru diharuskan menggunakan
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), Pengajaran Modul,
Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTANAS), dan Sistem Penerimaan
Mahasiswa Baru (SIPENMARU), belajar-mengajar berbasis internet dan lain
sebagainya.8

8
Nur Ahid, “Konsep Dan Teori Kurikulum Dalam Dunia Pendidikan,” Islamica 1, no. 1 (2006): 13.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan demikian konsepsi konsepsi kurikulum merupakan rancangan
dari sebuah ide atau gagasan yang masih dalam bentuk abstrak yang akan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku berdasarkan
pertimbangan isi, tujuan, materi, metode, sistem dan pelaksanaan kurikulum
tersebut.
Latar belakang munculnya konsepsi kurikulum terdiri dari
1. Pendidikan klasik;
2. Pendidikan pribadi;
3. Teori pendidikan interaksional dan
4. Teknologi Pendidikan
Sementara ragam konsepsi kurikulum menurut John D. Neil
mengemukakan empat macam konsep, yaitu: kurikulum akademis, humanistis,
rekonstruksi sosial dan teknologi.
B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Kami mohon dengan kerendahan hati untuk memberikan segala
kritik dan saran dari pembaca bagi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad. Pengembangan Kurikulum Di Sekolah. Bandung: CV Sinar Baru
Offset, 1992.

Arifin, Zainal. Pendekatan Dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya Offset, 2001.
Hermawan, Yudi Candra, Wikanti Iffah Juliani, and Hendro Widodo. “Konsep
Kurikulum Dan Kurikulum Pendidikan Islam.” Jurnal MUDARRISUNA: Media
Kajian Pendidikan Agama Islam 10, no. 1 (2020): 34.
https://doi.org/10.22373/jm.v10i1.4720.

Ii, B A B. “Muzaiyyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara 2004),
78. Ibid., 82 17,” n.d., 17–68.

Ii, B A B, A Konsep Teoritis, and Pengertian Kurikulum. “1 9 2.” The Biology of


Gobies, 2020, 208–208. https://doi.org/10.1201/b11397-38.

Manalu, Juliati Boang, Pernando Sitohang, Netty Heriwati, and Henrika Turnip.
“Prosiding Pendidikan Dasar Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum
Merdeka Belajar.” Mahesa Centre Research 1, no. 1 (2022): 80–86.
https://doi.org/10.34007/ppd.v1i1.174.

Muhtadi, Ali. “Konsepsi Kurikulum.” Http://Staffnew.Uny.Ac.Id/, 2017.

Nur Ahid. “Konsep Dan Teori Kurikulum Dalam Dunia Pendidikan.” Islamica 1, no. 1
(2006): 13.

Anda mungkin juga menyukai