Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Aliran Utama Filsafat Pendidikan Islam

Diajukan Sebagai Tugas Individual

Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan Islam

Dosen : Dr. H. Iwan, M.Ag

Disusun Oleh :

M Syahru Assabana

NIM : 21086030044

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PASCASARJANA IAIN SYEKH NURJATI

CIREBON

2022
DAFTAR ISI

Daftar Isi ............................................................................................................................

Kata Pengantar .................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

A. Latar Belakang ........................................................................................................


B. Rumusan Masalah...................................................................................................
C. Tujuan Pembahasan ................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................

A. Pengertian Aliran Filsafat pendidikan Islam ........................................................


B. Aliran Utama Filsafat Pendidikan Islam .................................................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................................

A. Kesimpulan .............................................................................................................

B. Saran ........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena atas

berkat rahmat-Nya makalah yang berjudul Ontologi, epistemology dan aksiologi pendidikan

Islam. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpah kepada junjungan Nabi agung

Muhammad Shollallahu Alaihi wa Salam kepada keluarga, sahabat dan ummatnya yang

senantiasa taat atas ajarannya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan,

bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna dan perlu

pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Penulis

berharap semoga gagasan pada karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan

menjadi amal jariyah untuk penulis, amin.

Penyusun

M Syahru Assabana
BAB I

PENDAHULUA

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah corak hitam putihnya perjalanan hidup seseorang. Oleh
karena itu ajaran Islam menetapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu kegiatan
yang wajib hukumnya bagi pria dan wanita, dan berlangsung seumur hidup –
semenjak dari buaian hingga ajal datang (Al- Hadis) – long life education.
Kedudukan tersebut secara tidak langsung telah menempatkan pendidikan sebagai
bagian yang tak terpisahkan dengan hidup dan kehidupan umat manusia. Dalam hal
ini Dewey berpendapat bahwa: “Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan hidup (a
necessity of life), salah satu fungsi sosial (a social function), sebagai bimbingan (as
direction), sebagai sarana pertumbuhan (as means of growth), yang mempersiapkan
dan membukakan serta membentuk disiplin hidup.1 lewat transmisi baik dalam bentuk
informal, formal maupun nonformal”. Bahkan jauh Lodge mengatakan bahwa:
“Pendidikan dan proses hidup dan kehidupan manusia itu berjalan serempak, tidak
terpisah satu sama yang lain – life is education, and education is life.2

Dengan demikian, pendidikan menyandang misi keseluruhan aspek kebutuhan


hidup dan berproses sejalan dengan dinamikanya hidup serta perubahan-perubahan
yang terjadi. Sebagai akibat logisnya maka pendidikan senantiasa mengandung
pemikiran dan kajian, baik secara konseptual maupun operasionalnya, sehingga
diperoleh relevansi dan kemampuan menjawab tantangan serta memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi oleh umat manusia.

Pemikiran dan kajian tentang pendidikan dilakukan oleh para ahli dalam
berbagai sudut tinjauan dan disiplin ilmu, seperti agama, filsafat, sosiologi, ekonomi,
politik, sejarah, dan antropologi. Sudut tinjauan ini menyebabkan lahirnya cabang
ilmu pengetahuan kependidikan yang berpangkal dari sudut tinjauannya, yaitu
pendidikan agama, filsafat pendidikan, sosiologi pendidikan, dan sebagainya.

Berikut ini akan dibahas tentang aliran-aliran utama dalam filsafat pendidikan
beserta dengan tokoh-tokohnya.

1
John Dewey, Democracy and Education, (New York: The Free Press, 1966), hlm. 1-54.
2
Rupert C. Lodge, Philosophy of Education, (Hareh & Brothers, New York, 1947), hlm.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Aliran Filsafat Pendidikan Islam?
2. Apa saja Aliran-Aliran Utama Filsafat Pendidikan Islam?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui pengertian Aliran Filsafat Pendidikan Islam.

2. Untuk Mengetahui Apa saja Aliran-Aliran Utama Filsafat Pendidikan Islam.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aliran Filsafat Pendidikan Islam


1. Pengertian Filsafat
Secara harfiah filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta, dan
sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta ilmu atau
hikmah.3 Dan menurut istilah filsafat memiliki beberapa definisi yang didasarkan para
pemikiran para ahli filsafat. Menurut Perwantana filsafat adalah berfikir secara
mendalam dan bersungguh-sungguh. Herbert mengatakan filsafat adalah suatu pekerjaan
yang timbul dari pemikiran. Sedangkan menurut Sidi Gazalba filsafat adalah berfikir
secara mendalam, sistematik, radikal dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti
atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada.4
Dengan demikian suatu pemikiran dapat dikategorikan kedalam filsafat apabila
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Adanya unsur berfikir yang dalam hal ini menggunakan akal

b. Adanya unsur tujuan yang ingin dicapai melalui berpikir tersebut

c. Adanya unsur atau ciri dalam berpikir tersebut, yakni: mendalam, sistematik (logik),
radikal, universal dan obyektif.

2. Pengertian Pendidikan dan Pendidikan Islam


Menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual) dan tubuh anak.
Bagian-bagian itu tidak boleh terpisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan
hidup, kehidupan dan penghidupan anak yang kita didik sesuai dengan dunianya dan dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. 5
Menurut Drs. Ahmad D. Marimba, Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani,
rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama
menurut Islam.6

3
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2007),
hlm. 1
4
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 3
5
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2007),
hlm. 3
6
Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidiakn Islam, (Bandung: CVPUSTAKA SETIA,
1998), hlm. 15
Pendidikan Islam ditujukan untuk mencapai keseimbanagn pertumbuhan dari
pribadi manusia secara menyeluruh melalui latihan-latihan kejiwaan, akal dan pikiran,
kecerdasan, perasan dan pancaindra. Oleh sebab itu pendidikan Islam harus
mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia, baik spiritual, intelektual, imajinasi,
jasmaniyah, keilmiahan, bahasa, baik secara individual maupun kelompok agar tercapai
kebaikan dan kesempurnaan hidup yang sesuai dengan ajaran agama islam.7

3. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam


Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa filsafat pendidikan Islam merupakan
suatu kajian secara filosofis mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan
pendidikan yang didasarkan pada al-Qur’an dan al-Hadits sebagi sumber primer dan
pendapat para ahli, khususnya para filosof muslim, sebagai sumber sekunder. Secara
singkat dapat dikatakan filsafat pendidikan Islam adalah filsafat pendidikan Islam yang
didasarkan pada ajaran Islam atau filsafat yang dijiwai oleh Islam.8
Selanjutnya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian dari aliran adalah
haluan; pendapat; paham (politik, pandangan hidup, dan sebagainya): ~ politik; ~ falsafah
modern. 9 oleh karena itu dapat disimpulakan bahwa aliran filsafat pendidikan islam adalah
faham atau pandangan hidup tentang cara memahami pendidikan islam.

B. Aliran-aliran Utama dalam Filsafat Pendidikan Islam

Meminjam analisis Jawwad Ridha, 10


setidaknya ada tiga aliran utama dalam
pemikiran filosofis pendidikan Islam, yaitu: (1) aliran Agama- Konservatif, (2) aliran
Religius-Rasional, dan (3) aliran Pragmatis- Instrumental. Penjabaran tentang ketiga aliran
tersebut dapat dilihat berikut ini.
1. Aliran Konservatif (al-Muhafidz)
Aliran ini cenderung bersikap murni keagamaan. Para ahli dalam aliran ini
memandang ilmu dengan batasan yang sempit, yaitu hanya mencakup ilmu-ilmu yang
dibutuhkan saat sekarang atau hidup di dunia ini, yang jelas-jelas akan membawa manfaat
kelak di Akhirat. Para pengajar harus mengawali belajarnya dengan mengkaji al-Qur‟an
al-Karim. Mereka berusaha menghafal al-Qur‟an dan menafsirkannya. Ulumul Qur‟an
merupakan induk semua ilmu, lalu dilanjutkan dengan belajar hadis dan Ulumul Hadis,
Ushul Fiqh, Nahwu, dan Sharaf. Para ulama yang termasuk dalam kategori aliran
pemikiran pendidikan ini adalah Al-Ghazali, Zarnuji, Nasiruddin al-Thusi, Ibnu Jama‟ah,

7
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2007),
hlm. 3-4
8
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm.15
9
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/aliran
10
Muhammad Jawwad Ridha, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam (Persfektif Sosiologis-Filosofis), terj.
Mahmud Arif dari judul “al-Fikr al-Tarbawi al-Islamiyyu Muqaddimat fi Ushulih al-Ijtima‟iyati al-Aqlamiyyat”,
(Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 2002), hlm. 74.
Sahnun, Ibnu Hajar al-Haitami, dan Abdul Hasan Ali bin Muhammad bin Khalaf (Al-
Qabisi).

Menurut aliran konservatif, ilmu dapat dibagi menjadi sebagai berikut. Pertama,
ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap individu, yaitu ilmu tentang tata cara melakukan
kewajiban yang sudah tiba saatnya dan ilmu- ilmu tentang kewajiban-kewajiban agama
(Ulum al-Fara‟id al-Diniyah). Kedua, ilmu yang wajib kifayah untuk dipelajari, yaitu
ilmu yang dibutuhkan demi tegaknya urusan kehidupan dunia, misalnya: ilmu kedokteran
yang sangat krusial bagi pemeliharaan kesehatan badan, dan ilmu hitung. Al-Thusi -
sebagaimana dikutip Muhammad Jawwad Ridha – menganalogikan jenis ilmu yang
pertama dengan makanan pokok, sedangkan jenis ilmu yang kedua dianalogikan dengan
obat yang hanya dimakan sewaktu terpaksa. Selain dua jenis ilmu itu, ada pula ilmu yang
hokum mempelajarinya termasuk fadhilah (keutamaan, anjuran), seperti mempelajari
tentang detailnya ilmu hitung dan ilmu kedokteran. Terkait dengan ini, maka ilmu dapat
dipilah menjadi terpuji dan ilmu yang tercela. 11

Al-Ghazali membagi ilmu-ilmu alat dan ilmu-ilmu komplementer, termasuk di


dalamnya filsafat, menjadi empat bidang. Pertama, ilmu ukur dan ilmu hitung. Disiplin
ilmu ini boleh dipelajari dan dilarang apabila membahayakan bagi yang mempelajarinya
karena dapat mengantarkan pada ilmu tercala. Kedua, ilmu mantiq (logika), yaitu ilmu
yang berkaitan dengan dalil (argumentasi) dan syarat-syaratnya. Ketiga, ilmu ketuhanan
(teologi), yaitu ilmu yang berisi tentang kajian eksistensi Tuhan. Keempat, ilmu kealaman.
Sebagian ilmu ini dianggap bertentangan dengan syara‟, agama, dan kebenaran. 6 Sebagian
lainnya mengkaji tentang anatomi tubuh, rincian organ-organ, dan perubahannya.

Kalau kita perhatikan, maka pemikiran aliran konservatif mengarah pada konsep
hierarki nilai yang menstrukturkan ragam jenis ilmu secara vertikal sesuai dengan
penilaian mereka tentang keutamaan masing- masing ilmu. Tokoh utama dalam aliran ini
adalah al-Ghazali.
2. Aliran Religius Rasional (ad-Diniy al-‘Aqlany)
Menurut Ridha, aliran ini tidak jauh berbeda dengan aliran pemikiran
tradisionalis-tekstualis (Naqliyyun) – nama lain dari Konservatif – dalam hal relasi
pendidikan dengan tujuan agama. Aliran pemikiran pendidikan ini mengakui bahwa semua
ilmu dan sastra yang tidak mengantarkan pemiliknya menuju kehidupan akhirat, dan tidak
memberikan makna sebagai bekal di sana, maka ilmu demikian hanya akan menjadi
bomerang bagi si pemilik tadi kelak di akhirat.

Namun, aliran ini mempunyai perbedaan dengan yang pertama pada saat

11
Muhammad Jawwab Ridha, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam…., hlm. 76.
membahas persoalan pendidikan, karena cenderung bersikap rasionalis-filosofis.
Kecenderungan ini menjadi jalan masuk bagi pemerhati yang ingin mengkaji strategi atau
program pendidikannya. Kecenderungan rasionalis-filosofis secara eksplisit terugkap
dalam rumusan mereka tentang ilmu dan belajar yang jauh berbeda dengan rumusan aliran
tradisionalis-tekstualis.

Batasan ilmu menurut Ikhwan al-Shafa adalah gambaran tentang sesuatu yang
diketahui pada benak (jiwa) orang yang mengetahui. Lawan dari ilmu adalah kebodohan,
yaitu tiadanya gambaran yang diketahui pada jiwanya. Jiwa para ilmuwan, secara riil-
aktual berilmu, sedangkan jiwa para pelajar, berilmu secara potensial. Belajar dan
mengajar tiada lain adalah mengaktualisasikan hal-hal potensial, melahirkan hal-hal yang
terpendam dalam jiwa. Akitivitas seperti itu bagi guru dinamakan dengan mengajar, dan
bagi pelajar dinamakan dengan belajar.12

Ikhwan al-Shafa mengatakan bahwa jiwa pelajar adalah berilmu (mengetahui)


secara potensial, artinya kesiapan untuk belajar (educable). Dengan demikian, proses
pengajaran adalah usaha transformative terhadap kesiapan ajar agar benar-benar menjadi
riil atau upaya transformative terhadap jiwa pelajar yang semula berilmu (mengetahui)
secara potensial agar menjadi berilmu (mengetahui) secara riil-aktual.

Inti proses pendididkan adalah pada kiat tranformasi potensi-potensi manusia


agar menjadi kemampuan psikomotorik. Konsep seperti ini jelas berbeda dengan konsep
pengetahuan intuitif yang cenderung diapresiasi oleh ilmuwan aliran Konservatif dalam
pemikiran pendidikannya.

Aliran Religius-Rasional banyak membangun konsep-konsepnya dari pemikiran


filsafat Yunani dan berusaha menyelaraskan pemikiran filsafat Yunani dengan pandangan-
pandangan dasar dari orientasi keagamaan yang dipedomaninya. Selain Ikhwan Al-Shafa,
yang termasuk aliran ini antara lain al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Miskawaih. Kelompok
Ikhwan al-Shafa, banyak bicara atas aliran ini. Mereka secara ensiklopedis telah
mengelaborasi gagasan-gagasan penting aliran Religius-Rasional. Sasaran pemerhati atau
pengaki pemikiran kelompok Ikhwan al-Shafa dan tokoh-tokoh lain yang sealiran adalah
pergumulan intensifnya dengan rasionalitas Yunani dalam berbagai segi. Pergumulan
intensif kelompok Ikhwan al-Shafa dengan pemikiran filsafat Yunani telah memberikan
landasan bagi aliran pendidikannya, yaitu bahwa pangkal segala sesuatu yang terkait
dengan jiwa beserta semua potensinya, serupa dengan apa yang dikatakan oleh
kecenderungan Gnostik. Dengan kerangka pemikiran yang demikian itu, Ikhwan al-Shafa
membangun prinsip-prinsip dasar pemikiran tentang manusia, pengetahuan, dan

12
Muhammad Jawwad Ridha, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam…, hlm. 78.
pendidikan.
3. Aliran Pragmatis (al-Dzaraa’iy)

Tokoh utama aliran ini adalah Ibnu Khaldun. Pemikiran Ibnu Khaldun lebih
banyak bersifat pragmatis dan lebih berorientasi pada dataran aplikatif-praktis. Dia
mengklasifikasikan ilmu pengetahuan berdasarkan tujuan fungsionalnya, bukan berdasar
nilai substansialnya semata.

Aliran Pragmatis yang digulirkan Ibnu Khaldun merupakan wacana baru dalam
pemikiran pendidikan Islam. Apabila kalangan Konservatif mempersempit ruang lingkup
sekuler di hadapan rasionalitas Islam dan mengaitkannya secara kaku dengan pemikiran
atau warisan salaf, sedangkan kalangan Rasionalis dalam sistem pendidikan (program
kurikuler) berpikiran idealistik sehingga memasukkan semua disiplin keilmuan yang
dianggap substantif bernilai, maka Ibnu Khaldun mengakomodir ragam jenis keilmuan
yang nyata terkait dengan kebutuhan langsung manusia, baik berupa kebutuhan spiritual-
ruhaniah maupun kebutuhan material-jasmaniah.

Menurut Jawwad Ridha, pemikiran Ibnu Khaldun sejalan dengan kalangan


Rasionalis dalam hal pengakuan rasio (al-„aql) atau daya piker (al-fikr) sebagai sumber
otonom dari sumber-sumber pengetahuan lainnya dan menjadikan kajian tentang realitas
kebenaran sebagai penentu utama eksistensi manusia. Bahwa manusia mempunyai
kemiripan dengan hewan dalam banyak hal; kepekaan terhadap rangsangan, gerak,
makan-minum, dan sebagainya, namun berbeda dengan hewan pada daya pikirnya yang
menjadi instrument pemerolehan penghidupan dan kooperasi dengan sesame. Dari daya
pikir itu, muncul ragam ilmu dan keterampilan manufaktur.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjabaran pembahasan di atas dapat kita ambil beberapa kesimpulan yakni :

1. Filsafat pendidikan Islam merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai berbagai
masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al-Qur’an dan
al-Hadits sebagi sumber primer dan pendapat para ahli, khususnya para filosof muslim,
sebagai sumber sekunder. Secara singkat dapat dikatakan filsafat pendidikan Islam
adalah filsafat pendidikan Islam yang didasarkan pada ajaran Islam atau filsafat yang
dijiwai oleh Islam.
2. Meminjam analisis Jawwad Ridha setidaknya ada tiga aliran utama dalam pemikiran
filosofis pendidikan Islam, yaitu: (1) aliran Agama- Konservatif, (2) aliran Religius-
Rasional, dan (3) aliran Pragmatis- Instrumental.

B. Kritik dan Saran


Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekeliruan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran pembaca
yang membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang. Terlepas dari masalah
tersebut, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Khaldun, Muqaddimah, Cet. 1; Mesir: Al-Azhariyyah, 1930.


Ihsan, Hamdani dan Fuad Ihsan. 1998. Filsafat Pendidiakn Islam. Bandung: CV
PUSTAKA SETIA.
Imam al-Ghazali, Tahafut al-Falasifah, alih bahasa,Ahmad Maimun,Cet. 3; Bandung:
Penerbit Marja, 2012.
John Dewey, Democracy and Education, (New York: The Free Press, 1966)
Khobir, Abdul. 2007. Filsafat Pendidikan Islam. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.
Muhammad Jawwad Ridha, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam (Persfektif Sosiologis-
Filosofis), alih bahasa Mahmud Arif dari judul “al- Fikr al-Tarbawi al-Islamiyyu
Muqaddimat fi Ushulih al-Ijtima‟iyati al- Aqlamiyyat”, Yogyakarta: PT Tiara Wacana,
2002.ata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Rupert C. Lodge, Philosophy of Education, (Hareh & Brothers, New York, 1947)

Anda mungkin juga menyukai