Tasawuf Indonesia
MPI II A
Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Abdul Azis
Ahmad Rizqy A
Ana Agustiani
Dede Lutfi N
Evi Puspita P P
Evi Sofiana
Jajat Sudrajat
(1510631120002)
(1510631120007)
(1510631120012)
(1510631120017)
(1510631120024)
(1510631120025)
(1510631120038)
KATA PENGANTAR
Penulis,
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kajian Tasawuf Nusantara merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kajian Islam di
Indonesia. Sejak masuknya Islam di Indonesia telah tampak unsur tasawuf mewarnai
kehidupan keagamaan masyarakat, bahkan hingga saat ini nuansa tasawuf masih terlihat
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pengamalan keagamaan sebagian kaum muslim
Indonesia, terbukti dengan semakin maraknya kajian Islam di bidang ini dan juga melalui
gerakan tarekat muktabarah yang masih berpengaruh di masyarakat.
Selanjutnya, kajian sejarah dan perkembangan tasawuf di Indonesia akan kami bahas
dalam bab selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah sejarah penyebaran Islam di Indonesia?
2. Bagaimana lahirnya tasawuf di Indonesia?
3. Siapa sajakah tokoh yang berperan pada penyebaran tasawuf di Indonesia dan
bagaimana ajarannya?
C. Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini, yaitu
sebagai berikut:
1. Mengetahui sejarah penyebaran Islam di Indonesia.
2. Mengenal sejarah lahirnya tasawuf di Indonesia.
3. Mengetahui tokoh yang berperan pada penyebaran tasawuf di Indonesia dan ajarannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.
(termasuk Indonesia) melalui laut dari bagian Barat Islam (Semenanjung Arab).
Laporan China yang menegaskan bahwa bangsa Arab mengirim utusan kepada kerajaan Jawa
Indonesia. Dalam laporan tersebut terdapat isyarat kerajaan Ho Long (Ho Ling/ Keling) yang
berdiri di salah satu pulau di Laut China Selatan yang terkenal dengan kemajuan dan
kesejahteraan rakyat serta keadilan pemerintahnya. Kerajaan tersebut mengirim utusan pada
tahun 640 M, 666 M, dan 674 M. Diisyaratkan pula, pada masa yang sama, dikenal sebuah
kerajaan yang oleh orang-orang China disebut Tasheh sebagai nama yang mereka kenal
3.
Penyebaran Islam di negara-negara Asia Tenggara tidak lepas dari peran dan kontribusi
tokoh-tokoh tasawuf. Hal itu disebabkan oleh sifat-sifat dan sikap kaum sufi yang lebih
kompromis dan penuh kasih sayang.
Jika Islam pada hakikatnya adalah agama terbuka dan tidak mempersoalkan perbedaan
etnis, ras, bahasa, dan letak geografis maka tasawuf Islam telah membuka wawasan lebih luas
bagi keterbukaan yang meliputi agama-agama lain.
Terdapat kesepakatan dikalangan sejarawan dan peniliti, orientalis dan cendekiawan
Indonesia bahwa tasawuf adalah faktor terpenting bagi tersebarnya Islam secara luas.
Berikut beberapa pandangan yang berpendapat bahwa tasawuf adalah faktor terpenting
tersebarnya Islam secara luas:
1.
2.
3.
di kota Tarim, Hadhramaut. Sepulang dari Hadhramaut, 1621 M, beliau singgah di AlHaramain untuk menunaikan ibadah haji dan berziarah ke makam Rasulullah saw. Beliau
adalah salah satu dari murid Sayyid Abd al-Qadir al-Idrus. Dan beliau wafat di Ranir pada
21 September 1658 M.
Ajaran tasawuf Nuruddin al- Raniri diantaranya adalah:
a. Tuhan, dalam masalah ketuhanan beliau berupaya menyatukan paham Mutakallimin dengan
paham para sufi yang diwakili Ibnu Arabi. Beliau berpendapat bahwa ungkapan wujud
Allah dan Alam Esa berarti alam ini merupakan sisi lahiriah dari hakikatnya yang batin yaitu
Allah SWT, sebagaimana yang dimaksud Ibnu Arabi. Akan tetapi ungkapan itu pada
hakikatnya adalah bahwa alam ini tidak ada, yang ada hanyalah wujud Allah yang Esa.
b.
Alam, Al-Raniri berpandangan bahwa alam ini diciptakan Allah melalui tajalli.
c. Manusia, menurut al-Raniri manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna di
dunia ini. Karena manusia merupakan kholifah di bumi.
d. Wujudiyyah, inti ajaran menurut al-Raniri berpusat pada wahdad al-wujud. Beliau bahwa jika
benar Tuhan dan makhluk hakikatnya satu, dapat dikatakan bahwa manusia adalah Tuhan dan
Tuhan adalah manusia dan jadilah seluruh makhluk itu adalah Tuhan. Jika demikian halnya,
manusia mempunyai sifat-sifat Tuhannya.
e. Hubungan Syariat dan Hakikat, menurut al-Raniri pemisahan antara hakikat dan syariat
merupakan sesuatu yang tidak benar. Ia berpedoman pada pendapat Syekh Abdullah alAidarusi yang mengatakan bahwa tidak ada jalan menuju Allah kecuali melalui syariat yang
merupakan pokok dan cabang Islam.
Adapun karya-karya dari al-Raniri diantaranya adalah Al- Shirath Al- mustaqim,
Durrah Al- Faraidh fi Syarh Al- Aqaid, hidayah Al- habib fi A- targhib wa Al- Tarhibfi Alhadits, Syifa Al-Quluub, Lathaif Al- Asrar, dan Hill Al- Dzill yang berisi tasawuf dan hadits.
3. Abdul Rauf as-Sinkili
Nama lengkap beliau adalah Abdur Rauf Ali al-Fansuri. Hingga saat ini tidak ada data
pasti mengenai tanggal dan tahun kelahirannya. Beliau adalah seorang Melayu dari Fansur,
Sinkil di wilayah pantai barat Laut Aceh. Pendidikannya dimulai dari ayahnya di Simpang
Kanan (Sinkil). Kepada ayahnya ia belajar ilmu-ilmu agama, sejarah, bahasa arab, mantiq,
filsafat, sastra arab, dan bahasa persia. Kemudian pendidikannya dilanjutkan ke Samudra
Pasai dan belajar di Dayah Tinggi pada Syekh Syamsudin as-Sumatrani. Setelah itu ia
melanjutkan perjalanan ke Arabiyah. Di tanah Arab, selama 19 tahun Abdurrauf belajar
5
agama kepada kurang lebih 15 guru, 27 ulama terkenal dan 15 tokoh mistik terkenal di
Jeddah, Makkah, Madinah, Mokha, Bait al-Faqih, dan tempat-tempat lain.
Ajaran Abdurrauf As-Sinkili antara lain:
a. Ajarannya sama dengan ajaran Syamsuddin dan Nuruddin yang menganut paham
satu-satunya wujud hakiki yaitu Allah, sedangkan alam ciptaan-Nya bukan merupakan
wujud hakiki melainkan bayangan dari yang hakiki.
b. Dzikir, alam pandangan as-Sinkili merupakan usaha untuk melepaskan diri dari sifat
lalai dan lupa. Tujuan dzikir adalah mencapai fana (tidak ada wujud selain wujud
Allah).
c. Martabat perwujudan Tuhan, menurutnya ada tiga perwujudan Tuhan. Pertama,
martabat ahadiyyah atau la taayyun, yaitu alam pada waktu itu masih merupakan
hakikat gaib yang masih berada di dalam ilmu Tuhan. Kedua, martabat wahdah atau
taayyun awwal yaitu sudah tercipta hakikat muhammad yang potensial bagi
terciptanya alam. Ketiga, martabat wahdiyyah atau taayyun Tsani, disebut juga
dengan ayan tsabitah, dan dari sinilah alam tercipta.
Adapun karya-karyanya adalah Mirat Ath-Thullab (fiqh SyafiI di bidang muamalah),
Hidayat Al-Balighah (fiqh tentang sumpah, kesaksian, peradilan, pembuktian, dan lain-lain),
Umdat Al-Muhtajin (tasawuf), Syam Al-Marifah (tasawuf marifat), dan Kifarat AlMuhtajin (tasawuf).
4. Yusuf al-Makasary
Lahir di Sulawesi pada tanggal 8 Syawal 1036 H/ 3 Juli 2629 M. Beliau sejak kecil
telah menampakkan kecitaannya terhadap pengetahuan Islam. Ia pun belajar berbagai ilmu
termasuk ilmu tasawuf.
Syekh Yusuf pernah melakukan perjalanan ke Yaman. Disana dia belajar tarekat
Naqsabandiyah dari Syekh Abi Abdillah Muhammad Baqi Billah. Dan kemudian beliau
mempelajari tarekat ketika berada di Madinah kepada Syakh Ibrahim al-Qurani. Beliau
meninggal di Tanjung Harapan Afrika Selatan pada tanggal 22 Dzulqodah 1111 H/ 22 Mei
1699 M, di kubur di Faure di perbukitan pasir Falsebay. Salah satu murid beliau adalah Abd
al-Basyir al-Dhorir al-Rapani. Pengetahuan tarekat yang di pelajarinya cukup banyak, bahkan
sukar ditemukan ulama yang mempelajari demikian banyak beserta mengamalkanya hingga
kini. Secara ringkas, tarekat-tarekat yang telah dipelajarinya dicantumkan sebagai berikut:
a. Tarekat Qodiriyah diterima dari Syeh Nuruddin al-Raniri di Aceh.
b. Tarekat Naqsyabandiyah di terima dari Syeh Abi Abdillah Abdul Baqi Billah.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masuknya tasawuf di Indonesia bersamaan dengan masuknya Islam di Indonesia,
karena sejarah Islam di Indonesia tidak bisa lepas dari pengaruh ajaran tasawuf yang
digunakan oleh para penyebarnya. Kefleksibelan tasawuf yang mewarnai penyebaran tersebut
menjadikan Islam berhasil masuk dan kemudian mengakar dalam diri masyarakat Indonesia,
hampir tanpa catatan sejarah pertumpahan darah.
Tokoh sufi yang mempengaruhi perkembangan tasawuf di Indonesia diantaranya adalah
Hamzah Fansuri, Nuruddin al-Raniri, Abdur Rauf al-sinkili, dan Yusuf al-Makasari.
Diantara tokoh-tokoh sufi tersebut terdapat pemikiran-pemikiran tasawuf yang
beragam, seperti pemikiran al-Fansuri tentang tasawuf yang banyak dipengaruhi Ibnu Arabi
dalam paham wahdad al wujud-nya. Sedangkan al-Raniri dalam masalah ke-Tuhan-an pada
umumnya bersifat kompromis. Ia berupaya menyatukan paham Mutakallimin dengan paham
para sufi yang diwakili Ibnu Arabi.
B. Saran
Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, kritik dan saran
yang membangun sangat kami perlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi Shihab. 2009. Akar Tasawuf di Indonesia. Depok: Pustaka Iman
Hamka. 1983. Tasawuf, Perkembangan dan Pemurniannya. Jakarta: Pustaka Panjimas
Rosihon Anwar. 2010. Akhlaq Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia
Sri Mulyati. 2006. Tasawuf Nusantara. Jakarta: Kencana