Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEMAJUAN ISLAM MASA BANI UMAYYAH DAN

MASA BANI ABBASYIAH

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas

mata kuliah :sejarah pendidikan islam

yang diampu oleh:Dosen Aliwan M.pd.I

Di susun oleh:

Khalimatus Sa’diyah (12010023)

Semester :2

Kelas : Brabo ( kampung )

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM WALISEMBILAN SEMARANG

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya.

            Dalam makalah ini kami akan membahas tentang “ Makalah Sejarah pendidikan
islam”. Makalah ini dibuat dari berbagai referensi baik dari buku bacaan maupun internet.
Selama mengerjakan makalah ini terdapat tantangan dan hambatan. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.

            Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini.Oleh karena itu kami berharap teman-teman dan Dosen mau memberikan kritik dan saran
yang dapat membangun kami.

            Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Semarang, 23 Oktober 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
 

A. Latar belakang
Dalam sejarahnya, pendidikan Islam telah mengalami pasang surut. Dari
zaman Rasulullah saw. hingga tiga rezim sebelumnya (kekhalifahan Rasyidin, Daulah
Umaiyyah, dan Abbasiyah) masing-masing dengan karakteristik perkembangannya
yang beragam sesuai dinamika yang berkembang pada masa itu. Masa depan Islam
atau sering disebut peradaban Islam dalam pendidikan yang ditancapkan pada masa
Daulah Abbasiyah. Sebuah rezim yang dalam sejarah Islam dinisbahkan dari mana
silsilah keluarga Nabi Muhammad saw., al-Abbas (paman Nabi). Kemajuan yang
pesat diperoleh dinasti Abbasiyah dalam berbagai bidang kehidupan pada masa itu
untuk membandingkan dengan peradaban Islam kini secara jujur diakui, belum
tertandingi.
Masa ini dimulai dengan berkembang pesatnya budaya Islam, yang ditandai dengan
berkembangnya luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan madrasah-sekolah
formal serta universitas-universitas di berbagai pusat kebudayaan Islam. Lembaga-
lembaga pendidikan, sekolah-sekolah dan universitas-universitas tersebut tampak
sangat dominan pengaruhnya dalam membentuk pola kehidupan dan pola budaya
kaum muslimin. Berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang melalui lembaga
pendidikan itu menghasilkan pembentukan dan perkembangan berbagai macam aspek
budaya kaum muslim.
B.Rumusan masalah
1.Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Umayyah?
2.Bagaimana sejarah berdirinya h Dinasti Abbasyiah?
3.Apa saja perkembangan ilmu pengetauhan Bani umayyah dan Bani Abbasyiah?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Dinasti Umayyah
A. Awal Berdirinya Bani Umayyah

Nama Bani Umayyah berasal dari nama “Umayyah Ibn Abdi Syams Ibnu Abdi
Manaf, yaitu salah seorang pemimpin-pemimpin kabilah Quraisy di zaman Jahiliyah.
Dinasti Umayyah didirikan oleh Mu’awiyah bin Aby Sufyan, dan berkuasa sejak tahun
661 sampai tahun 750 Masehi dengan ibukota Damaskus. Ia juga mengganti sistem
pemerintahan muslim yang semula bersistem musyawarah (demokrasi) menjadi sistem
Monarchy Herdity (Kekuasaan turun-temurun).

Pendirian Bani Umayyah dilakukanya dengan cara menolak Ali menjadi khalifah,
berperang melawan Ali dan melakukan perdamaian (tahkim) dengan pihak Ali yang
secara politik menguntungkan Mu’awiyah. Keberuntungan Muawiyyah berikutnya adalah
keberhasilan pihak Khawarij membunuh khalifah Ali r.a. sehingga jabatan khalifah
setelah Ali dipegang oleh putranya yaitu Hasan ibn Ali selama beberapa Bulan akan
tetapi karena tidak didukung pasukan yang kuat sedangkan pihak Muawiyah semakin
kuat akhirnya dia melakukan perjanjian dengan Hasan ibn Ali, isi perjanjian itu adalah
bahwa pergantian pemimpin akan di serahkan kepada umat islam setelah masa
kepemimpinan Muawiyah berakhir. Perjanjian ini dibuat pada tahun 661 M (41 H.) dan
tahun ini disebut ‘am jamaat, karena perjanjian ini mempersatukan umat islam menjadi
satu kepemimpinan politik yaitu kepemimpinan muawiyyah.1

Dinasti Umayyah dibedakan menjadi dua: pertama, Dinasti umayyah yang dirintis


oleh Muawiyah Bin Abi Sufyan (661-680M) yang berpusat di Damaskus (Syiria). Fase
ini berlangsung sekitar satu  abad yang mengubah system pemerintahan dari khilafah
menjadi monarki (mamlakat). Kedua, Dinasti Umayah di Andalusia, yang awalnya
merupakan wilayah taklukan Umayyah yang di pimpin seorang gubernur pada zaman
Walid Bin Abdul Malik (86-96 H/705-715 M)  yang kemudian menjadi kerajaan.

B. Pendidikan Islam pada masa Bani Umayyah

1 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Rajawali Pres,2010,hal:42


Secara esensial, Pendidikan islam pada masa ini hampir sama dengan pendidikan pada
periode Khulafaur rasyidin. Namun pada masa bani umayyah ini pendidikan islam lebih
mengalami perkembangan yang cukup signifikan, Pada uraian tentang
situasi pendidikan,terutama keagamaan dizaman bani Umayyah sebagaimana disebut di
atas belum menyinggung secara langsung maupun tidak langsung masalah pendidikan.
Namun dari kajian terhadap berbagai literatur lainnya dapat diketahui bahwa situasi
berdirinya dinasti banni umayyah memiliki kaitan yang erat dengan masalah pendidikan.
Adanya wilayah yang luas dan penduduk yang makin besar selain membutuhkan sandang,
pangan, dan papan, juga membutuhkan keamanan, kesehatan, dan pendidikan.

B.  Metode-metode pendidikan Islam pada masa Bani Umayyah

Pendidikan Islam di masa Dinasti Umayah tampaknya masih didominasi oleh


metode bayani, terutama selama abad I H di mana pendidikan bertumpu dan bersumber
pada nash-nash agama yang kala itu terdiri atas Alquran, sunnah, ijmak, dan fatwa
sahabat. Metode bayani dalam pendidikan Islam kala itu lebih bersifat eksplanatif, yaitu
sekedar menjelaskan ajaran-ajaran agama saja. Secara khusus, metode ceramah dan
demonstrasilah yang banyak digunakan dalam institusi-institusi pendidikan yang ada di
zaman itu Baru pada masa-masa akhir pemerintahan Umayah metode burhani mulai
berkembang di dunia Islam, seiring dengan giatnya penerjemahan karya-karya filsafat
Yunani ke dalam bahasa Arab, Halaqah artinya lingkaran. Artinya, proses belajar
mengajar di sini dilaksanakan di mana murid-murid melingkari gurunya. Seorang guru
biasanya duduk dilantai menerangkan, membacakan karangannya, atau memberikan
komentar atas karya pemikiran orang lain. Kegiatan halaqah ini bisa terjadi di masjid atau
di rumah-rumah. Kegiatan halaqah ini tidak khusus untuk mengajarkan atau
mendiskusikan ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan umum, termasuk filsafat.

C. Lembaga pendidikan islam pada masa Bani Umayyah

Lembaga pendidikan Islam dimasa ini diklasifikasikan atas dasar muatan kurikulum
yang diajarkan. Dalam hal ini, kurikulumnya meliputi pengetahuan agama (Lembaga
pendidikan formal)  dan pengetahuan umum (non formal). Adapun lembaga pendidikan
Islam yang ada sebelum kebangkitan madrasah pada masa Bani Umayyah adalah sebagai
berikut:

 Shuffah, adalah suatu tempat yang telah dipakai untuk aktivitas pendidikan. Biasanya
tempat ini menyediakan tempat pemondokan bagi pendatang baru dan mereka
tergolong miskin. Disini para siswa diajarkan membaca dan menghafal Alquran
secara benar dan hukum Islam dibawah bimbingan langsung. Pada masa ini
setidaknya telah ada sembilan shuffah yang tersebar dikota Madinah. Dalam
perkembangan berikutnya, sekolah shuffah juga menawarkan pelajaran dasar-dasar
berhitung, kedokteran, astronomi, geneologi, dan ilmu fonetik.
 Kuttab atau Maktab,adalah Lembaga pendidikan Islam tingkat dasar yang
mengajarkan membaca dan menulis kemudian meningkat pada pengajaran Alquran
dan pengetahuan agama tingkat dasar.
 Majlis, yang berarti sesi dimana aktivitas pengajaran atau diskusi berlangsung. Ada
beberapa macam majlis seperti; Majlis al-Hadits, majlis ini diselenggarakan oleh
ulama/guru yang ahli dalam bidang hadits. Majlis al-Tadris, majlis ini biasanya
menunjuk majlis selain dari pada hadist, seperti majlis fiqih, majlis nahwu, atau majlis
kalam. Majlis al-Syu’ara, majlis ini adalah lembaga untuk belajar syair, dan sering
dipakai untuk kontes para ahli syair. Majlis al-Adab, majlis ini adalah tempat untuk
membahas masalah adab yang meliputi puisi, silsilah, dan laporan bersejarah bagi
orang-orang yang terkenal. Majlis al-Fatwa dan al-Nazar, majlis ini merupakan sarana
pertemuan untuk mencari keputusan suatu masalah dibidang hukum kemudian
difatwakan.
 Masjid, Semenjak berdirinya pada masa Nabi Muhammad Saw, masjid telah menjadi
pusat kegiatan dan informasi berbagai masalah kaum Muslimin, baik yang
menyangkut pendidikan maupun sosial ekonomi.
 Khan, berfungsi sebagai asrama untuk murid-murid dari luar kota yang hendak belajar
hukum Islam pada suatu masjid, seperti khan yang dibangun oleh Di’lij ibn Ahmad
ibn Di’lij di Suwaiqat Ghalib dekat makam Suraij. Disamping fungsi itu, khan juga
digunakan sebagai sarana untuk belajar privat.2

2. Dinasti Abbasiyah
A. Sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah
Kesuasaan dinasti Bani Abbas, atau khilafah Abbasiyah, sebangaimana
disebutkan melanjutkan kekuasaan dinasti Umayyah. Dimana pemerintahan
Abbasiyah adalah keturunan dari Al-Abbas, paman Nabi SAW pendiri kerajaan al-

2 Hasan,Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta,1992, Pustaka hal: 70


Abbas adalah Abdullah as-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin al-Abbas,
dan penderiannya dianggap sebagai suatu kemenangan bagi ide yang disukai oleh
kalangan Bani Hasyim setelah kewafatan Rasulullah, agar jabatan khalifah diserahkan
kepada keluarga Rasul dan sanak-saudaranya. Tetapi ide ini telah semua di zaman
permulaan, dimana pemikiran Islam yang sehat menetapkan bahwa jabatan khalifah
itu adalah milik kepunyaan kaum muslimin, dan mereka berhak melantik siapa saja
antara kalangan mereka untuk menjadi ketua mendapat dukungan dukungan. Selama
dinasti ini berkuasa,3
Tetapi, orang-orang parsi yang masih berpengang pada prinsip hak ketuhanan yang
suci, terus berusaha menyebarkan prinsip tersebut, sehingga mereka berhasil
membawa Bani Hasyim ke tampuk pemerintahan. Pada pandangan umum umumnya,
golongan Alawiyin adalah lebih dekat dengan Rasulullah SAW, karena kedudukan
Fatimah yang menjadi anak baginda, dan juga karena kedudukan Ali yang menjadi
sepupu dan menantu baginda.
Kemudian karena keutamaan Ali yang memeluk agama Islam lebih dahulu dari yang
lain serta perjuangannya yang terkenal untuk menjamin Islam. Tetapi, golongan
Abbasiyah setelah tiba-tiba mengumumkan bahwa mereka lebih utama dari Bani
Hasyim untuk menghormati Rasulullah karena nenek moyang mereka adalah paman
baginda dan pasukan peninggalan tidak dapat diperoleh oleh pihak sepupu, jika ada
paman, dan keturunan dari anak perempuan tidak ada hubungannya dengan adanya
pihak 'ashabah4
Faktor-faktor pendorong berdirinya Dinasti Abbasiyah dan penyebab suksesnya yaitu:

1. Banyak hal terjadi antara interen Bani Ummayah pada dekade terakhir
pemerintahannya
2. Pendekanya masa jabatan khalifah di akhir-akhir pemerintahan Bani
Ummayah, seperti khalifah Yazid bin al-Walid lebih kurang memerintah
sekitar 6 bulan.
3. Dijadikan putra mahkota dari jumlah satu orang seperti yang dikerjakan
oleh Marwan bin Muhammad yang menjadikan anaknya Abdulah dan
Ubaidilah sebagai putra mahkota.

3 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,2001),


4 Syalabi, Sejarah Dan Kebudayaan Islam  ,(Jakarta : PT Al-Husna Zikra,1997), h.1
4. Bergabungnya sebagai afrad keluarga Ummayah kepada mazhab-
mazhab agama yang tidak benar menurut syariah, seperti Al-Qadariyah.
5. Hilangnya kecintaan rakyat pada akhir-akhir pemerintahan Bani
Ummayah.
6. Kesombongan pembesar-pembesar Bani Ummayah pada akhir
pemerintahannya.
7. Timbulnya dukungan dari Al-Mawali (non Arab)
Dari berbagai penyebab-penyebab di atas dan dengan ketidaksenangan Mawali pada
Binasti Ummayah mengakibatkan runtuhnya dinasti dan berdirinya Dinasti Abbasiyah
hal ini dapat dilihat dengan bantuan para Mawali dari Khurasan dan Persi. Misalnya,
bergabungnya Abu Muslim al-Khurasani, ia berhasil menjadi pemimpin di Khurasan
yang pada awalnya di bawah kekuasaan Ummayah. 5

B. Perkembangan Pendidikan
Sejak lahirnya agama Islam, lahirnya pendidikan dan pengajaran
Islam. Pendidikan dan pengajaran Islam itu terus tumbuh dan berkembang pada masa
khalifah-khalifah Rasyidin dan dan masa Ummayah. Pada asalnya masa Abbasiyah
pendidikan dan pengajaran berkembang dengan sangat hebatnya di seluruh negara
Islam, sehingga sekolah-sekolah yang tidak banyak banyaknya, tersebar dari ke kota-
kota sampai ke desa-desa. Anak-anak dan pemuda-pemuda berlomba-lomba menuntut
ilmu pengetahuan, melawat ke pusat-pusat pendidikan, meninggalkan kampung
halamannya karena cinta akan ilmu penegtahuan. 6
Pada masa Nabi SAW.masa khalifah-khalifah Rasyidin dan Ummayah, tujuan
pendidikan, yaitu keagamaan semata-mata. Mengajar dan belajar karena Allah dan
mengharapkan keridaannya.
Pada masa Abbasiyah tujuan pendidikan itu bermacam-macam karena pengaruh
masyarakat pada masa itu. Tujuan itu dapat Dikunci sebagai berikut:
1. Tujuan keagamaan dan akhlak, seperti pada masa sebelumnya. Anak-
anak didik diajar membaca/menghafal Al-Qur'an, yaitu karena hal itu
suatu kewajiban dalam agama, agar mereka mengikuti ajaran agama dan

5 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam,cet,4,(Jakarta : Kencana,2011), h.66

6 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam,h.67


berakhlak menurut agama. Begitu juga mereka diajar ilmu tafsir, hadis
dan sebagainya adalah karena tuntutan agama, lain tidak.
2. Tujuan kemasyarakatan, selain tujuan keagamaan dan akhlak ada pula
tujuan, yaitu pemuda-pemuda belajar dan menuntut ilmu, agar mereka
dapat mengubah dan memperbaiki masyarakat, dari masyarakat yang
penuh kejahilian menjadi masyarakat yang bersinar dari ilmu
pengetahuan, yang mundur menjadi masyarakat yang maju dan makmur.
3. Selain itu ada lagi tujuan pendidikan, yaitu cinta akan ilmu pengetahuan
serta senanag dan lazat mencapai ilmu itu. 
4. Selain itu ada pula tujuan pendidikan sebagian kaum muslimin, yaitu
tujuan kebendaan. Mereka menuntut ilmu agar mendapat penghiduapn
yang layak, dan pangkat yang tinggi, bahkan jika mungkin mendapat
kemegahan dan kekuasaan di dunia ini, seperti tujuan setengah orang
pada masa kita sekarang. 7

C. Berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan Islam


Sebelum timbul sekolah dan universitas yang kemudian dikenal sebagai
lembaga pendidikan formal, di dunia islam sebenarnya telah berkembang lembaga
pendidikan Islam yang bersifat non formal. Lembaga lembaga ini berkembang
terus dan bahkan bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya bentuk-bentuk
lembaga pendidikan non formal yang semakin luas. Di antara lembaga-lembaga
pendidikan Islam yang bercorak non formal tersebut adalah :
1. Kuttab sebagai lembaga pendidikan dasar
2. Pendidikan Rendah di Istana
3. Toko-toko kitab
Pada awalnya masa Daulah Abbasiyah, di mana ilmu pengetahuan
dan kebudayaan Islam sudah tumbuh dan berkembang dan diakui oleh
penulisan kitab-kitab dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, maka
berdirilah toko-toko kitab. Pada awalnya toko-toko kitab tersebut bekerja
sebagai tempat berjual beli kitab-ktab yang telah ditulis dalam berbagai
ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu. Mereka membeli dari

7 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam,cet,7,(Jakarta : PT Hidakarya Agung, 1963),h. 46


para penulisnya kemudian menjualnya kepada siapa pun yang berminat
untuk mempelajarinya. 
4. Rumah-rumah para ulama (ahli ilmu pengetahuan)
5. Majelis atau saloon kesusasteraan   
6. Badiah (padang pasir, dusun tempat tinggal Badwi)
7. Rumah sakit
Pada zaman jayanya Perkembangan Kebudayaan Islam, hearts
Rangka menyebarkan Kesejah teraan di Kalangan Umat Islam, Maka
Banyak didirikan rumah-rumah sakit Oleh khalifah Dan pembesar-
pembesar negara.rumah sakit tersebut Bukan Hanya berfungsi sebagai
Tempat Merawat Dan Mengobati orang-orangutan sakit, tetapi also
mendidik tenaga-tenaga yang berhubungan dengan perawatan dan
pengobatan. Mereka memiliki berbagai penelitian dan percobaab dalam
bidang kedokteran dan obat-obatan, sehingga berkembang ilmu kedokteran
dan ilmu-ilmu obat-obatan atau farmasi.
Rumah sakit ini juga merupakan tempat praktikum dari sekolah-
sekolah kedokteran yang didirikan di luar rumah sakit, tetapi tidak jarang
pula sekolah-sekolah kedokteran tersebut didirikan tidak terpisah dari
rumah sakit. Dengan demikian, rumah sakir dalam dunia Islam, juga
berfungsi sebagai lembaga pendidikan. 8
8. Perpustakaan
9. Masjid
Berdirinya di zaman Nabi Muhammad SAW masjid telah menjadi
pusat kegiatan informasi berbagai masalah kehidupan kaum muuslimin. Ia
menjadi tempat bermusyawarah, tempat mengadili perkara, tempat
penerangan agama dan informasi-informasi lainnya dan tempat
menyelanggarakan pendidikan, baik bagi anak-anak maupun orang
dewasa. 

D. Perkembangan Ilmu Pengetahuan 


Perkembangan ilmu pengetahuan yang berlangsung pada zaman
Abbasiyah hampir belum ditemukan kesamaannya dalam perkembangan
peradaban dunia Islam sesudahnya. Peradaban yang ditemukan dan dihasilkan
8 Zuhairi, Sejarah Pendidikan Islam,cet,5,(Jakarta : Bumi Aksara, 1997),h.98
dalam kurun zaman itu belum maksimal menjadi rujukan berharga bagi
peradaban umat Islam saat ini. Malah Islam sebagai ajaran pengetahuan tidak
teraplikasi kecuali hanya pada aspek normatifnya belaka yang berupa ibadah.
Spirit kekaryaan belum sepenuhnya membumi sebagaimana seharusnya.
Akhirnya tampak beberapa ajaran yang menghendaki kedinamisan dan
kekreatifitasan dalam mengelola alam tidak terbukti kecuali hanya ucapan –
ucapan lisan yang tak berbekas.

Masa antara tahun 750-935 M, merupakan puncak perkembangan ilmu


pengetahuan dan peradaban Islam yang ditandai dipraktekkannya kehidupan
Islam yang demokratis sebagai ciri orang beradab. Tindakan penguasa
Abbasiyah pada masa-masa awal yang tak mengenal warga kelas dua
berimplikasi pada pemberian kesempatan sama dalam meraih prestasi
khususnya bekerja di pemerintahan dan Istana Khalifah al-Mahdi (775-785M).
[29]
Berbeda dengan kepemimpinan Harun al-Rasyid (786-809M) dan
puteranya al-Ma`mun (813-833M), yang kurang demokratis, absolut, hidup
mewah, raja yang menentukan segala-galanya, tanpa jelas perbedaan tuan dan
budak, tetapi di sisi lain tanpak keberpihakan pada pengembangan ilmu,
ekonomi, sosial, budaya, teknologi, dan menyediakan beasiswa yang banyak.
Dan yang paling pokok adalah mempelopori kebangkitan budaya-budaya
besar.

Pada periode pertama, pemerintahan bani Abbas mencapai masa


keemasannya. Secara politik para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan
merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain,
kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil
menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam
Islam. Namun setalah periode ini berakhir, pemerintah Bani Abbas mulai
menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus
berkembang.9

9 Yusuf Al-Isy, Dinasti Abbasiyah, cet,1,(Jakarta: Al-Kautsar,2007),h.10


Tampak bahwa kemajuan pendidikan yang dialami ummat Islam masa
itu tidak mengenal dikotomi atau sekularisasi ilmu, duniawi dan ukhrawi,
melainkan integrasi keilmuan tanpa memandang objek kajian.

Masyarakat Islam pada masa Abbasiyah ini, mengalami kemajuan ilmu


pengetahuan yang sangat pesat yang dipengaruhi oleh dua factor :

1. factor politik
Faktor politik yang mempengaruhi perkembangan dan kemajuan
peradaban Islam, adalah sebagai berikut :

1. Pindahnya ibu kota negara dari Syam ke Irak dan Bagdad sebagai
Ibu kotanya [146 H].
2. Banyaknya cendekiawan yang diangkat menjadi pegawai
pemerintahan dan istana. Khalifah-khalifah Abassiyah, misalnya Al
Mansur, banyak mengangkat pegawai pemerintahan dan istana dari
cendekiawan cendekiawan Persia.
3. Diakuinya Mu’tazilah sebagai mazhab resmi negara pada masa
khalifah Al Ma’mum pada tahun 827 M. Mukhtazilah adalah aliran
yang menganjurkan kemerdekaan dan kebebasan berpikir pada
manusia. Aliran ini telah berkembang dalam masyarakat terutama
pada masa Dinasti Abassiyah I.10
2. factor sosiografi

a) Meningkatnya kemakmuran umat Islam pada waktu itu.


b) Luasnya wilayah kekuasaan Islam menyebabkan banyak orang Persia
dan Romawi yang masuk Islam kemudian menjadi muslim yang taat.
c) Pribadi beberapa khalifah pada masa itu, terutama pada masa Dinasti
Abbasiyah I, seperti Al Mansur,Harun al Rasyid, dan Al Ma’mum
yang sangat mencintai ilmu pengetahuan sehingga kebijaksanaanya
banyak ditujukan kepada kemajuan ilmu pengetahuan.
d) Selain itu semua, menurut Ahmad Amin, karena permasalahan yang
dihadapi oleh umat Islam semakin kompleks dan berkembang. Maka,

10 Imam As-Suyuti, Tarikh Khulafa, cet,1,(Jakarta : Pustaka Al-Kautsar,2000),h.307


untuk mengatasi semua itu diperlukan pengaturan, pembukuan dan
pembidangan ilmu pengetahuan,khususnya ilmu-ilmu naqli yang
terdiri dari ilmu agama, bahasa, dan adab.Adapun ilmu aqli, seperti
kedokteran, manthiq, dan ilmu-ilmu riyadhiyat, telah dimulai oleh
umat Islam dengan metode yang teratur
3. aktivitas ilmiah antara lain seperti penyusunan buku-buku,penerjemahan
buku Ilmiah, Pensyarahan.
4. kemajuan ilmu pengetahuan.
BAB III
PENUTUP
 
1. Kesimpulan
Jika dilihat dari penjelasan diatas, maka bisa ditarik kesimpulan dari pembahasan yang
ada, yaitu:

Nama Bani Umayyah berasal dari nama “Umayyah Ibn Abdi Syams Ibnu Abdi
Manaf, yaitu salah seorang pemimpin-pemimpin kabilah Quraisy di zaman Jahiliyah.
Dinasti Umayyah didirikan oleh Mu’awiyah bin Aby Sufyan, dan berkuasa sejak tahun
661 sampai tahun 750 Masehi dengan ibukota Damaskus. Ia juga mengganti sistem
pemerintahan muslim yang semula bersistem musyawarah (demokrasi) menjadi sistem
Monarchy Herdity (Kekuasaan turun-temurun).

Kesuasaan dinasti Bani Abbas, atau khilafah Abbasiyah, sebangaimana disebutkan


melanjutkan kekuasaan dinasti Umayyah. Dimana pemerintahan Abbasiyah adalah
keturunan dari pada Al-Abbas, paman Nabi SAW pendiri kerajaan al-Abbas ialah
Abdullah as-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin al-Abbas, dan pendiriannya
dianggap suatu kemenangan bagi ide yang dianjurkan oleh kalangan Bani Hasyim setelah
kewafatan Rasulullah, agar jabatan khalifah diserahkan kepada keluarga Rasul dan sanak-
saudaranya. Tetapi ide ini telah dikalahkan di zaman permulaan Islam, dimana pemikiran
Islam yang sehat menetapkan bahwa jabatan khalifah itu adalah milik kepunyaan seluruh
kaum muslimin, dan mereka berhak melantik siapa saja antara kalangan mereka untuk
menjadi ketua setelah mendapat dukungan. Selama dinasti ini berkuasa, pola
pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan
budaya.
DAFTAR PUSTAKA
 
Al-Isy Yusuf, Dinasti Abbasiyah,Jakarta: Al-Kautsar,2007

As-Suyuti Imam, Tarikh Khulafa, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2000

Hitti Philip,History of The Arabs, New York : PT Serambi Ilmu Semesta,2002

Nizar Samsul, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Kencana,2011

Syalabi, Sejarah Dan Kebudayaan Islam  , Jakarta: PT Al-Husna Zikra,1997

Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2001

Yunus Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1963

Zuhairi, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1997

Hasan, 1992,Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta:Pustaka

Anda mungkin juga menyukai