Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HUBUNGAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASAWUF

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam


Dosen pengampu: Dr. Gunawan, M.Pd.I

Disusun Oleh:

1. Dalilatud Diana T201710078


2. Seila Nur Aida Safitri T20184119
3. Siti Anisatut Tisiyah T201710083
4. Yossy Gusmianingrum T20184107
5. Yuniar Dhea Putri Irjayanti T201710053

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah yang telah melimpahkan


rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah “Ilmu
Kalam” dengan tepat waktu. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad S.AW. yang telah membawa pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah
untuk keselamatan kita di dunia da akhirat.
Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr.Gunawan,
M.Pd.I. Selaku dosen pengampuh. Serta ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada
seluruh pihak yang telah memberikan bimbingan, maupun pendapat dalam menyelesaikan
makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
penulis dapat melakukan perbaikan pada penulisan makalah-makalah yang akan

Jember, 27 September 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian pengertian dari Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf..................................5
B. Persamaan dari Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf...................................................7
C. Perbedaan dari Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf....................................................8
D. Relevansi atau Hubungan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf........................10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Kalam lahir setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Diawali dengan
permasalahan pengangkatan khalifah yang selanjutnya setelah Rasulullah, hingga
membahas soal jabr (takdir) yang nantinya di namai dengan
kaum Jabariyyah dan ikhtiyar (free will) yang nantinya di namai dengan sebutan
kaum Qadariyyah. Akhirnya terpecahlah beberapa aliran yang membahas antara
kedua itu dengan dalilnya masing-masing.
Ilmu kalam, filsafat maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu
kebenaran. Ilmu kalam, dengan metodenya berusaha mencari kebenaran tentang
Tuhan yang berkaitan dengan-Nya. Perbedaannya terletak pada aspek metedologinya.
Ilmu kalam menggunakan logika pada dasarnya ilmu ini menggunakan metode
dialektika (dialog keagaman). Sementara itu,  ilmu filsafat adalah ilmu yang
digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Ilmu tasawuf adalah ilmu yang
menekankan pada rasa dari pada rasio. Sebagian pakar mengatakan bahwa metode
ilmu tasawuf adalah intuisi atau ilham atau inspirasi yang dating dari Tuhan. Oleh
karena itu, dalam makalah ini akan menyampaikan tentang Hubungan Tasawuf Ilmu
Kalam,Tasawuf Dan Filsafat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf?
2. Apa Persamaan dari Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf?
3. Apa Perbedaan dari Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf?
4. Apa Relevansi atau Hubungan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian dari Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf.
2. Untuk mengetahui Persamaan dari Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf.
3. Untuk mengetahui Perbedaan dari Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf.
4. Untuk mengetahui Relevansi atau Hubungan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan
Tasawuf.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASAWUF


1. Ilmu Kalam
Ilmu kalam sebagaimana diketahui, membahas ajaran-ajaran dasar dari sesuatu
agama. Setiap orang yang ingin menyelami seluk-beluk agamanya secara
mendalam, perlu mempelajari ilmu kalam. Mempelajari ilmu kalam akan
memberikan seseorang keyakinan yang bersadarkan pada landasan yang kuat.
Karena itu, ilmu kalam sering juga disebut ilmu tentang kepercayaan atau akidah.
Nama lain dari ilmu kalam adalah ilmu aqid (ilmu akidah-akidah), ilmu tauhid
(ilmu tentang keesaan Tuhan), ilmu ushuluddin (ilmu pokok-pokok agama) dan
teologi islam.1
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata ‘kalam’ diartikan dengan ‘perkataan
atau kata (terutama bagi Allah). Ibnu Khaldun memberikan pengertian bahwa
Ilmu kalam ialah ilmu yang berisi alasan-alasan mempertahankan kepercayaan-
kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan
terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan aliran
golongan salaf dan ahli sunah. Masih ada defini lainnya akan tetapi kesemuanya
itu berkisar pada persoalan kepercayaan diatas dan cara menguraikan
kepercayaan-kepercayaan itu, yaitu kepercayaan tentang Tuhan dan sifat-sifat-
Nya, tentang Rasul dan sifat-sifatnya dan kebenaran kabar yang dibawa Rasul itu,
sekitar alam gaib, seperti akhirat dan seisinya.2
2. Filsafat
Secara etimologis, istilah “filsafat”, yang merupakan padanan kata falsafah
dan philosophy, berasal dari kata majemuk yang terdiri dari kata philos dan
sophia. Kata berarti kebijaksanaan atau kearifan, bisa juga berarti pengetahuan.
Jadi, secara harfiah berarti yang mencintai kebijaksanaan atau sahabat
pengetahuan. Oleh karena itu di Indonesiakan menjadi “filsafat”, seyogyanya
ajektivanya ialah “filsafati” dan bukan “filosofis”. Apabila mengacu kepada
orangnya, kata yang tepat digunakan ialah “filsuf” dan bukan “filosof”. Kecuali
apabila digunakan kata “filosofi” dan bukan “filsafat”, maka ajektivanya yang
1
Putra, Andi Eka. 2012. Tasawuf, Ilmu Kalam, dan Filsafat Islam (Suatu Tinjauan Sejarah Tentang Hubungan
Ketiganya). Al-AdYaN/Vol.VII,No.2/Juli-Desember/2012
2
Jamaluddin. 2020. Ilmu Kalam (Khazanah Intelektual Pemikiran dalam Islam). Riau: PT. Indragiri Dot Com

5
tepat ialah “filosofis”, sedangkan yang mengacu kepada orangnya ialah kata “
filosof”.
Plato memiliki berbagai gagasan tentang filsafat. Antara lain, Plato pernah
mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih
kebenaran yang asli dan murni. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa filsafat
adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari
segala sesuatu yang ada.
Aristetoles (murid Plato) juga memiliki beberapa gagasan mengenai filsafat.
Antara lain, ia mengatakan juga bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
senantiasa berupaya mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab dari realitas
ada. Ia pun mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupaya
mempelajari “peri ada selaku peri ada” (being as being) atau “peri ada
sebagaimana adanya” (being as such).
Rene Descrates, filsuf Amerika yang termashyur dengan argumen je pense
donc je suis, atau dalam bahasa latin cogito ergo sum (“aku berpikir maka aku
ada”), mengatakan bahwa filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang
pangkal penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, alam, dan manusia.3
3. Tasawuf
Dari segi istilah, kata “tasawuf” tidak begitu asing dalam khazanah islam.
Namun, beberapa sarjana berbeda pendapat ketika mengungkap dari mana asal
kata “tasawuf” tersebut. Harun Nasution mengatakan: kata tasawuf berasal dari
kata sufi. Harun Nasution mendefinisikan tasawuf sebagai ilmu yang
mempelajari cara dan jalan bagaimana orang islam dapat sedekat mungkin
dengan Allah agar memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan
bahwa seseorang betul-betul berada di ahdirat Tuhan.
Berdasarkan ilustrasi di atas, dapat dipahami bahwa fondasi tasawuf ialah
pengetahuan tentang tauhid dan setelah itu memerlukan manisnya keyakinan dan
kepastian. Tasawuf sebagaimana disebutkan dalam artinya di atas, bertujuan
untuk memperoleh hubungan langsung dengan Tuhan, sehingga disadari benar
bahwa seseorang berada di Hadirat Tuhan dan intisari dari itu adalah kesadaran
akan adanya komunikasi dan dialog batin antara roh manusia dan Tuhan.
Kesadaran dekat dengan Tuhan itu dapat mengambil bentuk ittihad atau menyatu
dengan Tuhan. Untuk memperoleh hubungan langsung dengan Tuhan, seorang
3
Turnbull, Neil. 2005. Bengkel Ilmu Filsafat. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama

6
sufi dituntut untuk mengamalkan ajaran-ajaran yang dapat mengantarkan pada
tingkat memperoleh hubungan langsung dengan-Nya.
Menurut Ibn Sina, seperti disarikan oleh Murthada Muthahhari, ada dua
tahapan untuk mencapai tasawuf yang hakiki: tahapan yang pertama adalah
dengan jalan iradat, yakni adanya semacam kehendak pada diri manusia yang
disebabkan oleh keyakinan burhani (alasan logis), atau ketenangan jiwa dalam
bentuk ikatan iman yang kukuh untuk dapat memegang erat al-urwah al-wutsqa
(tali Allah yang teguh). Pada saat itulah hatinya akan tergerakkan menuju Allah
hingga mencapai tingkatan ruh al-ittisal (ruh manusia yang sampai kepada
Allah). Tahapan yang kedua, tahap latihan dan persiapan, yang oleh Ibn Sina dan
kaum sufi, dinamakan riyadhah.4

B. PERSAMAAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASAWUF


Ilmu kalam, filsafat5 dan tasawuf mempunyai objek kajian yang mirip. Objek
kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya.
Objek kajian filsafat pun adalah masalah ketuhanan di samping masalah alam,
manusia dan segala sesuatu yang ada. Objek kajian tasawuf adalah Tuhan, yaitu
upaya-upaya pendekatan terhadap-Nya. Jadi, dari ospek objeknya ketiga ilmu itu
sama-sama membahas masalah yang berkaitan dengan ketuhanan6.
Argumentasi filsafat sebagaimana ilmu kalam dibangun atas dasar logika.
Oleh karena itu, hasil kajiannya bersifat spekulatif (dugaan yang tidak dapat
dibuktikan secara empiris, riset dan eksperimental) 7. Kerelativan hasil karya logika
yang telah menjadikan kebenaran yang dihasilkan menjadi beragam.
Baik ilmu kalam, filsafat maupun tasawuf bertujuan sekurang-kurangnya
berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran. Ilmu kalam, dengan metodenya
mencari kebenaran tentang Tuhan dan yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat, dengan
wataknya menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun tentang manusia (yang
belum atau tidak dapat dijangkau dengan ilmu pengetahuan karena di luar atau di atas
jangkauannya), atau tentang Tuhan. Sementara itu, tasawuf juga dengan metodenya

4
Putra, Andi Eka. 2012. Tasawuf, Ilmu Kalam, dan Filsafat Islam (Suatu Tinjauan Sejarah Tentang Hubungan
Ketiganya). Al-AdYaN/Vol.VII,No.2/Juli-Desember/2012
5
William L. Resee, Dictionary of Philosophy and Religion, Humanities Press, USA,1980, hlm. 431.
6
Musthafa Abdul Raziq, Tamhid li Tarikh Al-Falsafah Al-Islamiyah, Lajnah At-Ta’lif wa At Tarjamah wa An-
Nasr, Kairo, 1959, hlm.266.
7
Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama, Bina Ilmu, Surabaya, 1990, hlm. 174.

7
yang tipikal berusaha menghampiri kebenaran berkaitan dengan perjalanan spiritual
menuju Tuhan.

C. PERBEDAAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASAWUF


Perbedaan di antara ketiga ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya.
Ilmu kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika di samping argumentasi-
arqumentasi naqliyah untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama, sangat tampak
nilai-nilai apologinya. Ilmu kalam pada dasarnya menggunakan menggunakan metode
dialektika (jadaliah), dikenal juga dengan istilah “dialog keagamaan”. Sebagai sebuah
keagamaan, ilmu kalam berisi keyakinan-keyakinan kebenaran agama yang
dipertahankan melalui argumen-argumen rasional. Sebagian ilmuwan bahkan
mengatakan bahwa ilmu ini berisi keyakinan-keyakinan kebenaran, praktik dan
pelaksanaan ajaran agama serta pengalaman keagamaan yang dijelaskan dengan
pendekatan rasional8.
Sementara itu, filsafat adalah ilmu yang digunakan untuk memperoleh
kebenaran rasional. Metode yang digunakannya adalah metode rasional. Filsafat
menghampiri kebenaran dengan cara menualangkan (menggambarkan) akal budi
secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluruh) serta universal (mengalam),
tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya yang bernama
logika9. Peranan filsafat sebagaimana dikatakan Socrates adalah upaya berpegang
teguh pada ilmu pengetahuan melalui usaha menjelaskan sebagai konsep.
Berkenaan dengan keragaman kebenaran yang dihasilkan oleh kerja logika, di
dalam filsafat disebut kebenaran korespondensi. Dalam pandangan korespondensi,
kebenaran adalah penyesuaian antara pernyataan fakta-fakta dengan data fakta.
Dengan bahasa yang sederhana, kebenaran adalah penyesuaian antara yang ada di
dalam rasio dengan kenyataan yang sebenarnya di alam nyata10.
Di samping kebenaran korespondensi, di dalam filsafat juga dikenal kebenaran
koherensi. Dalam pandanga koherensi, kebenaran adalah kesesuaian antara
pertimbangan baru dengan pertimbangan yang telah diakui kebenarannya secara
umum dan permanen. Jadi, kebenaran baru akan dianggap tidak benar jika tidak
sesuai dengan kebenaran yang selama ini dianggap benar oleh ulama umum.

8
Abdul Rozak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, CV Pustaka Setia, Bandung 2014, hlm. 53
9
Anshari, op cit, hlm.173.
10
Titus, et. Al, Persoalan-persoalan Filsafat, Terjemah H.M. Rosyidi, Bulan Bintang, Jakarta, 1984, hlm. 237

8
Di samping dua macam kebenaran di atas, di dalam filsafat dikenal juga
dengan kebenaran pragmatik. Dalam pandangan pragmatisme, kebanaran adalah
sesuatu yang bermanfaat (utility) dan mungkin dapat dikerjakan dengan dampaknya
yang memuaskan. Jadi, sesuatu akan dianggap tidak benar jika kebenaran itu tidak
tampak manfaatnya secara nyata dan sulit untuk dikerjakan.
Sementara itu, ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekan rasa daripada
rasio. Oleh karenanya, antara filsafat dan tasawuf sangat distingsif. Sebagai ilmu yang
prosesnya diperoleh dari rasa, ilmu tasawuf sangat subjektif sifatnya, yaitu sangat
berkaitan dengan pengalaman seseorang. Resikonya bahasa tasawuf, yaitu sering
tampak aneh dilihat dari aspek rasio karena pengalaman rasa sangat sulit dibahasakan.
Pengalaman rasa lebih mudah dirasakan langsung oleh orang yang ingin memperoleh
kebenarannya dan mudah digambarkan dengan bahasa lambang, sehingga sangat
interpretable (dapat diinterprestasikan bermacam-macam).
Sebagian pakar mengatakan bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi atau
ilham atau inspirasi yang datang dari Tuhan. Kebenaran yang dihasilkan ilmu tasawuf
dikenal dengan istilah kebanaran hudhuri11. Suatu kebenaran yang objeknya datang
dari dalam diri subjek sehingga dalam sains dikenal istilah objeknya swa-objek, atau
objeknya yang tidak objektif. Ilmu seperti ini dalam sains dikenal dengan ilmu yang
diketahui bersama atau tacit knowledge, bukan ilmu proposional.
Di dalam pertumbuhannya, ilmu kalam (teologi) berkembang menjadi teologi
rasional dan teologi tradisional. Sementara filsafat berkembang menjadi sains dan
filsafat. Sains berkembang menjadi sains, kealaman, sosial dan humaniora. Sedangkan
filsafat berkembang menjadi filsafat klasik, pertengahan dan filsafat modern. Tasawuf
berkembang menjadi tasawuf praktis12 dan tasawuf teoritis.
Dilihat dari aspek aksiologi (manfaatnya), teologi diantaranya berperan
sebagai ilmu yang mengajak orang yang baru mengenal rasio untuk mengenal Tuhan
secara rasional, sehingga Tuhan dapat dipahami secara rasional. Adapun filsafat lebih
berperan sebagai ilmu yang mengajak kepada orang yang mempunyai rasio secara
prima untuk mengenal Tuhan secara lebih bebas melalui pengamatan dan kajian alam
ekosistemnya langsung. Dengan cara pengenalan Tuhan melalui filsafat, diharapkan
orang yang telah memiliki rasio sangat prima dapat mengenal Tuhan secara
meyakinkan melalui rasionya. Adapun tasawuf lebih berperan sebagai ilmu yang

11
Abdul Rozak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, CV Pustaka Setia, Bandung 2014, hlm. 54
12
Amin Syukur, Rasionalisme dan Tasawuf, IAIN Wali Songo, Semarang, 1994, hlm. 22.

9
memberi kepuasan kepada orang yang telah melepaskan rasionya secara bebas karena
tidak memperoleh yang ingin dicarinya.
Sementara orang memandang bahwa ketiga ilmu ini memiliki jenjang-jenjang
tertentu. Jenjang pertama adalah ilmu kalam, kemudian filsafat dan ilmu tasawuf.
Oleh karena itu, suatu kekliruan apabila dialektika kefilsafatan atau tasawuf teoritis
diperkenalkan kepada masyarakat awam karena akan berdampak pada terjadinya
rational jumping (lompat pemikiran).

D. HUBUNGAN ILMU KALAM, FILSAFAT, DAN TASAWUF

Al-Ghazali lebih dikenal sebagai sufi ketimbang mutakallim karena dalam


sejarahnya Al-Ghazali pernah mengkritik bangunan pemikiran filsafat dan ilmu
kalam. Al-Ghazali menurut M. Amin Abdullah, tidak serta merta menolak ilmu
Kalam namun ia menggarisbawahi keterbatasan-keterbatasan ilmu kalam sehingga
berkesimpulan bahwa kalam tidak dapat dijadikan sandaran oleh para pencari
kebenaran. Kalam tidak dapat mengantarkan manusia mendekati Tuhan, tetapi hanya
kehidupan sufilah yang dapat mengantarkan seseorang dekat dengan Tuhannya.13

Pernyataan-pernyataan tentang Tuhan dan manusia sulit terjawab hanya


dengan berlandaskan pada ilmu kalam. Biasanya, yang membicarakan penghayatan
sampai pada penanaman kejiwaan manusia adalah ilmu tasawuf. Disiplin inilah yang
membahas bagaimana merasakan nilai-nilai akidah dengan memperhatikan bahwa
persoalan bagaimana merasakan tidak saja termasuk dalam lingkup hal yang
diwajibkan. Pada ilmu kalam ditemukan pembahasan iman dan definisinya, kekufuran
dan manifestasinya, serta kemunafikan dan batasannya. Sementara pada ilmu tasawuf
ditemukan pembahasan jalan atau metode praktis untuk merasakan keyakinan dan
ketentraman. Sebagaimana dijelaskan juga tentang menyelamatkan diri dari
kemunafikan. Semua itu tidak cukup hanya diketahui batasanbatasannya oleh
seseorang. Sebab terkadang seseorang sudah tahu batasan-batasan kemunafikan, tetapi
tetap saja melaksanakannya.

Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu tasawuf mempunyai fungsi sebagai
berikut:

13
https://maktabahmahasiswa.blogspot.com/2019/03/makalah-hubungan-ilmu-kalamfilsafat-dan.html?m=1

10
1. Sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman kalam. Penghayatan
yang mendalam lewat hati terhadap ilmu kalam menjadikan ilmu ini lebih
terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku. Dengan demikian, ilmu tasawuf
merupakan penyempurna ilmu kalam.

2. Sebagai pengendali ilmu tasawuf. Oleh karena itu, jika timbul suatu aliran
yang bertentangan dengan akidah, atau lahir suatu kepercayaan baru yang
bertentangan dengan Al-quran dan as-Sunnah, hal itu merupakan
penyimpangan atau penyelewengan. Jika bertentangan atau tidak pernah
diriwayatkan dalam Al-quran dan as-Sunnah, atau belum pernah diriwayatkan
oleh ulamaulama salaf, hal itu harus ditolak.

3. Sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan-perdebatan kalam.


Sebagaimana disebutkan bahwa ilmu kalam dalam dunia Islam cenderung
menjadi sebuah ilmu yang mengandung muatan rasional di samping muatan
naqliyah, ilmu kalam dapat bergerak kearah yang lebih bebas. Di sinilah ilmu
tasawuf berfungsi memberi muatan rohaniah sehingga ilmu kalam terkesan
sebagai dialektika keislaman belaka, yang kering dari kesadaran penghayatan
atau sentuhan hati.

Sementara itu, setalah abad ke-6 Hijriah terjadi percampuran antara filsafat
dengan ilmu kalam, sehingga ilmu kalam menelan filsafat secara mentah-mentah dan
dituangkan dalam berbagai bukti dengan nama Ilmu Tauhid, yaitu pembahasan
problema ilmu kalam dengan menekankan penggunaan semantic (logika) Aristoteles
sebagai metode, sama dengan metode yang ditempuh para filusuf. Kendatipun ilmu
kalam tetap menjadikan nash-nash agama sebagai sumber pokok, tetapi dalam
kenyataannya penggunaan dalil naqli juga tampak pada perbincangan mutakallimin.
Atas dasar itulah sejumlah pakar memasukkan ilmu kalam dalam lingkup filsafat
islam.

Jadi, Filsafat Islam bertujuan untuk menyelaraskan antara firman dan akal,
ilmu pengetahuan dengan keyakinan, agama dengan filsafat, serta menunjukkan
bahwa akal dan firman tidak bertentangan satu sama lain. Menurut Hasyimah
Nasution Filsafat Islam dan Ilmu Kalam sangat kuat pengaruhnya satu sama lain.
Kalam mencuatkan masalah-masalah baru bagi filsafat, dan filsafat membantu

11
memperluas area, bidang, atau jangkauan kalam, dalam pengertian bahwa
pembahasan tentang banyak masalah filsafat jadi dianggap penting dalam kalam.

Filsafat Islam mengandalkan akal dalam mengkaji objeknya (Allah, alam, dan
manusia) tanpa terikat dengan pendapat yang ada. Pemikiran-pemikiran yang sama
sifatnya hanya berfungsi sebatas masukan. Sebaliknya, ilmu kalam mengambil dalil
akidah sebagaimana tertera dalam wahyu yang mutlak kebenarannya untuk menguji
objeknya (Allah dan sifat-sifatnya serta hubungan dengan Allah dengan alam dan
manusia sebagaimana tertuang dalam kitab suci) menjadikan filsafat sebagai alat
untuk membenarkan nash agama. Seperti keberadaan Allah, filsafat Islam mengawali
pembuktiannya dengan argumentasi akal, barulah pembenarannya diberikan oleh
wahyu, sementara ilmu kalam mencari wahyu yang berbicara tetang keberadaan
Allah, baru kemudian didukung oleh argumentasi akal. Walaupun objek dan metode
kedua ilmu in berbeda, tapi saling melengkapi dalam memahami Islam dan
pembentukan akidah muslim.14

BAB III
PENUTUP

14
Putra, Andi Eka. 2012. Tasawuf, Ilmu Kalam, Dan Filsafat Islam (Suatu Tinjauan Sejarah Tentang
Hubungan Ketiganya). Al-AdYaN/Vol.VII, N0.2/Juli-Desember/2012

12
Kesimpulan
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata ‘kalam’ diartikan dengan ‘perkataan
atau kata (terutama bagi Allah). Ibnu Khaldun memberikan pengertian bahwa Ilmu
kalam ialah ilmu yang berisi alasan-alasan mempertahankan kepercayaan-
kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan
terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan aliran
golongan salaf dan ahli sunah.
Bagi ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama
yaitu kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran
tentang Tuhan yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula,
berusaha menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun manusia (yang belum
atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuaan karena berada di luar atau di atas
jangkauanya), atau tentang Tuhan. Sementara itu, tasawuf juga dengan metodenya
yang tipikai berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan perjalanan
spritual menuju Tuhan.

DAFTAR PUSTAKA

13
Anshari, Endang Saifudin. 1990. Ilmu, Filsafat, dan Agama. Surabaya: Bina Ilmu.

H.M Rosyidi. 1984. Persoalan-persoalan Filsafat. Bulan Bintang: Jakarta.

Jamaluddin. 2020. Ilmu Kalam (Khazanah Intelektual Pemikiran dalam Islam). Riau:
PT. Indragiri Dot Com

L. Resee, William. 1980. Dictionary of Philosophy and Religion. USA: Humanities


Press.

Nasution, Hasyim Syah. 2005. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama

Putra, Andi Eka. 2012. Tasawuf, Ilmu Kalam, Dan Filsafat Islam (Suatu Tinjauan
Sejarah Tentang Hubungan Ketiganya). Al-AdYaN/Vol.VII, N0.2/Juli-Desember/2012

Raziq, Musthafa Abdul. Tahmid li Tarikh Al-Falsafah Al-Islamiyah. Kairo: Lajnah


At-Ta’lif wa At-Tarjamah wa An-Nasr. 1959.

Rozak Abdul, Rosihan Anwar. 2009. Ilmu Kalam. Bandung: CV Pustaka Setia,

Syukur, Amin. 1994. Rasionalisme dan Tasawuf. Semarang: IAIN Wali Songo

Turnbull, Neil. 2005. Bengkel Ilmu Filsafat. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama

14

Anda mungkin juga menyukai