Anda di halaman 1dari 17

STUDI KRITIS ALIRAN-ALIRAN TAREKAT YANG

BERKEMBANG MASA KINI

MAKALAH

Dosen Pengampu:
Dr. Haqul Yaqin, M.Ag.

Disusun Oleh: Kelompok


M. Ahsan Alaq Azzain (7289)
M. Hasan Ali Almurtadho (7274)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN
GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO
2022
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami kehadiran Allah SWT yang senantiasa
memberikan Rahmat serta hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan lancar. Tugas makalah kami
berjudul “ STUDI KRITIS ALIRAN-ALIRAN TAREKAT YANG
BERKEMBANG MASA KINI” yang dibimbing oleh dosen pengampu kami
yaitu : Dr. Haqul Yaqin, M.Ag
Sholawat serta salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
mana kita mengharapkan syafaat serta salamnya, sehingga kita semua dapat
selamat dunia dan akhirat.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak – pihak yang telah
terlibat membantu menyelesaikan tugas makalah ini, sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar. Untuk kritik dan sarannya
sangat kami butuhkan karena kami masih memiliki banyak kekurangan –
kekurangan baik dalam segi penulisan maupun segi materi.
Kami berharap dengan adanyanya makalah ini bisa menambah
pengalaman dan wawasan kami maupun pembaca. Dan semoga makalah ini
dapat memberikan banyak manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Kraksaan, 31 Agustus 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1

C. Tujuan Makalah ................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3


A. Aliran-aliran Tarekat Yang Berkembang Pada Masa Kini ................ 3
B. Studi Kritis Terhadap Aliran Tarekat ................................................. 8

BAB III PENUTUP............................................................................................. 13


A. Kesimpulan ...................................................................................... 13

B. Saran ................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada awalnya seorang berfilsafat untuk mengetahui makna segala sesuatu
secara mendalam terhadap sebuah eksistensi, baik dari alam, maupun Tuhan.
Dengan cara bertanya baik pada dirinya sendiri ataupun pada orang lain. Namun
seiring perkembangan zaman, pemikiran melalui filsafat tentang eksistensi Tuhan,
tidak sepenuhnya dapat memberi jawaban. Bagaimana mengenai hakekat diri
dengan Tuhan, bagaimana mencapai derajat untuk mengetahui segala hal tentang
Tuhan. Sehingga para ulama ulama Sufi memberi sebuah jalan lain untuk
menemukan eksistensi itu yaitu dengan Tarekat.
Dalam ilmu tasawuf disebutkan bahwa makna tarekat adalah sebuah jalan
untuk melakukan suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dicontohkan oleh
Rasulullah SAW dan dikerjakan oleh para sahabat, tabi’in, dan tabi’ tabi’in secara
turun temurun hingga kepada para ulama yang tersambung sampai pada masa kini.
Pada awalnya, tarekat belum ada di dalam agama Islam. Akan tetapi, untuk
memasuki dunia tasawuf, diperlukan suatu jalan untuk dapat mencapai tujuan utama
yang ingin dicapai oleh seseorang. Dari situlah timbul satu cara untuk mendaki satu
maqam ke maqam lainnya yang disebut tarekat.
Sejak munculnya gerakan pembaharuan Islam yang di bawah oleh gerakan
beberapa aliran dari timur pada awal abad ke-20, aliran keagamaan yang cenderung
sufistik termasuk tarekat dalam Islam terus terpojokkan pada posisi yang kurang
menguntungkan. Aliran ini dipandang bertentangan dengan semangat pembaharuan
yang cenderung modernis dan terkesan revolusioner. Sufisme dan tarekat mulai
dipojokkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Aliran-aliran tarekat yang berkembang pada masa kini?

2. Apa saja study kritis yang terkait dengan aliran tarekat yang berkembang di
masa kini?

1
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui apa saja Aliran-aliran tarekat yang berkembang pada masa
kini.

2. Untuk mengetahui pemahaman tentang study kritis yang terkait dengan aliran
tarekat yang berkembang di masa kini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aliran-aliran Tarekat Yang Berkembang Pada Masa Kini


Tarekat adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang dalam usaha
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal ini menunjukkan bahwa tarekat
adalah tasawuf yang berkembang dengan beberapa variasi tertentu, sesuai
dengan spesifikasi yang diberikan oleh setiap aliran tarekatnya masing-masing
atau spesifikasi yang diberikan seorang guru terhadap muridnya. Berikut ini
terdapat beberapa aliran-aliran tarekat, yaitu:
1. Tarekat Qodiriyah
Tarekat Qodiriyah merupakan tarekat tertua yang didirakan oleh
seorang waliyullah yaitu Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani. Beliau
memerintahkan kepada murid-muridnya agar senantiasa selalu berdzikir
setiap siang dan malam hari, serta setiap sholat lima waktu.
Pelajaran yang di ajarkan dalam tarekat Qadiriyah sama seperti
pelajaran Agama Islam pada umumnya, hanya saja mereka lebih
mementingkan kasih sayang terhadap seluruh makhluk, rendah hati, dan
menghindari fanatisme. Paham qadiriyah sebagian besar merupakan paham
paham mu’tazilah, yang mana pada paham ini manusia mempunyai
kebebasan untuk berkehendak sesuai keinginan hati mereka.
Tarekatini dianut oleh beberapa Negara besar diantaranya adalah
Irak, Mesir, Sudan, Tunisia, Libya, Aljazair, Afrika, dan Indonesia. Irak
merupakan pusat dari Tarekat ini kemudian banyak tersebar di dunia timur,
Tiongkok dan berkembang pesat di Indonesia pada abad ke-19, terutama
ketika penjajahan Belanda. Syeikh Abdul Karim bersama khalifahnya yaitu
K.H. Marzuki di Banten yang merupakan pengikut tarekat Qadiriyah yang
memberontak penjajah Belanda, yang mana pada tahun 1903
pemberontakan terhadap Belanda juga terjadi di Sidoarjo Jatim yang
dipimpin oleh K.H. Hasan Mukmin serta K.H. Khasan Tafsir dari Krapyak
Yogyakarta.

3
Tarekat Qadiriyah ini berpengaruh cukup banyak meresap dihati
masyarakat Indonesia, khususnya organisasi agama terbesar Islam
Nahdlatul Ulama yang tidak bisa terlepaskan dari tarekat Qadiriyah.1
2. Tarekat Rifa’iyah
Tarekat Rifa’iyah didirakan oleh Sayyid Ahmad al-Rifa’i. Dengan
prinsip utamanya adalah mengajak untuk beriman dan mengikuti sunah
rasul, menjaga rukun Islam, berpegang kepada yang hak dan mininggalkan
yang batil. Sayyid Ahmad al-Rifa’i diceritakan bahwasanya beliau
merupakan seorang yang selalu berdzikir hingga membuat tubuhnya
terangkat ke atas, namun Sayyid Ahmad al-Rifa’i tidak menyadari hal itu.
Tarekat Rifa’iyah cenderung memiliki sifat yang fanatik serta para
pengikutnya dapat melakukan hal-hal yang berhubungan di luar nalar,
seperti memakan pecahan beling dan berjalan di atas bara api yang menyala.
Selaiun itu salah satu identitas dari keberadaan tarekat ini adalah ditandai
dengan penggunaan rebana dalam wiridnya yang diikuti dengan tarian dan
diiringi permainan debus, yaitu menikam diri dengan senjata tajam yang
diiringi dengan dzikir-dzikir tertentu dalam hal ihwal tarekatnya.
Tarekat ini berkembang pesat di Indonesia dengan Syeikh H. Ahmad
Ar-Rifa’i Al-Jaawi bin Muhammad bin Abi.
Sujak bin Sutjowijoyo (1200H/1786H) di Desa Tempuran-
Kabupaten Kendal.Tarekat ini juga tersebar di Aceh dan Sumatera (terutama
dibagian barat dan utara), akan tetapi disana tarekat ini lebih dikenal dengan
sebutan tarekat Rafai.2
3. Tarekat Tijaniyah
Tarekat Tijaniyah didirikan oleh Sayid Al-Syaikh Abul’Abbas
Ahmad bin Muhammad Al-Tijani. Pada tahun 1196, Syaikh Al-Tajani pergi
ke suatu tempat di padang sahara, yang mana ditempat itu tinggal seorang
waliyullah, Abu Sanggup. Disana beliau mendapat suatu anugerah yang

1
Jamaluddin, dan Shabri Shaleh Anwar, Ilmu Kalam, (Tembilahan: PT. Indragiri Dot Com,
2020), 78-86.
2
Aziz Masyhuri, 22 Aliran Tarekat Dalam Tasawuf, (Surabaya: Imtiyaz, 2014).

4
sangat besar yaitu bisa bersua dengan Rasulullah dalam keadaan jaga.
Dalam keadaan tersebut, Rasulullah mentalqin beliau untuk wirid istighfar
dan shalawat sebanyak seratus kali, kemudian mentalqin kan wirid tersebut
kepada umat manusia. Yang kemudian setalah empat tahun berlalu, wirid
tersebut disempurnakan oleh Rasulullah dengan lafadz lailahaillallah.
Tarekat ini berkembang dan tersebar di beberapa negara besar
diantaranya yaitu Mesir, Kepulauan Arab, sebagian penjuru Asia, Afrika
Hitam, Afrika bagian barat.3
4. Tarekat Haddadiyah
Tarekat Haddadiyah ini didirikan oleh Sayyid Abdullah bin Alwi bin
Muhammad Al-Haddad. Beliau merupakan pencipta Rattibul Haddad,
dzikir yang menjadi ikon dari tarekat ini. Biasanya dzikir ini dibaca sehabis
shalat maghrib ataupun sehabis sholat isya'. Beliau banyak mengarang kitab
dalam bidang tasawuf, salah satunya yaitu nashaih al-diniyah, dan lain-lain
nya.
Peran al-haddad dalam mempopulerkan tarekat Alawiyah menjadi
cikal bakal lahirnya tarekat Haddadiyah. Dalam tarekat alawiyah, al-haddad
membagi suluk kedalam dua bagian. Pertama kelompok khas yaitu
diperuntukkan bagi mereka yang telah mencapai tingkat mujahadah yaitu
mengosongkan pikiran dari sesuatu selain Allah. Kedua, kelompok 'Am,
yaitu mereka masih dalam tingkatan dasar dengan mengamalkan perintah-
perintah sunnah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tarekat alawiyah
merupakan tarekat 'ammah, sebagai wasilah menuju tarekat khas, sedangkan
tarekat al-haddadiyah merupakan tarekat khas.4
5. Tarekat Naqsabandiyah
Tarekat Naqsabandiyah ini didirikan oleh Muhammad bin Bhauddin
Al-Uwaisi Al-Bukhari di Turkistan. Kata nagsabandiyah diambil dari
bahasa arab asal kata nagsaband yang berarti lukisan. Dinamakan karena
beliau ahli dalam memberikan lukisan tentang kehidupan ghaib.

3
Aziz, 22 Aliran Tarekat Dalam Tasawuf.
4
Aziz, 22 Aliran Tarekat Dalam Tasawuf.

5
Tarekat Nagsabandiyah merupakan salah satu tarekat terbesar di
Dunia dan tarekat yang masih terawat dengan baik sampai sekarang ini.
Tarekat ini tersebar luas diseluruh Dunia, dan sebagian besar pengikutnya
berasal dari wilayah Turki, Hindia Belanda, dan bekas jajahan Inggris di
Melayu. Ajaran yang paling sering digunakan ialah berdzikir, terutama saat
pengucapan lafadz Laa ilaaha illa Allah dengan pengaturan nafas.
Tarekat ini berkembang di Indonesia dipelopori oleh Syaikh Yusuf
Makssari (1626-1699) Syaikh Yusuf berasal dari kerajaan Islam Gowa,
Sulawesi Selatan, beliau menerima ijazah dari Syaikh Muhammad 'Abd al-
bagi di Yaman. Di Madura, tarekat ini sudah lahir sejak abad ke-19, terdapat
keunikan dari tarekat ini yang tidak dijumpai antara penganut
Nagsabandiyah di Indonesia dan Negara lain, yaitu beberapa mursyidnya
rata-rata perempuan, seperti Nyai Thobibah, Syafifah Fathimah di Sumenep
adalah mursyid perempuan yang terkenal.5
6. Tarekat Khalwatiyah
Tarekat khalwatiyah ini didirikan oleh Syaikh Muhammad bin
Ahmad bin Muhammad Karimuddin Al-Khalwati. Tatanan khalwatiyah ini
diambil dari kata khalwat yang berarti menyepi menatap Nama ini diambil
karena pendiri tarekat ini sering mengamalkan khalwat di tempat-tempat
tertentu tempat sepi dan sunyi.
Nama tersebut diambil dari nama seorang ulama sufi dan pejuang
Makassar yaitu Muhammad Yusuf bin Abdullah Abu Mahasin al-Taj, al-
Khalwaty, al-Makassar. Sekarang ada dua cabang terpisah dari ordo ini yang
hadir bersama kami. Keduanya dikenal sebagai Tarekat Khalwatiyah Yusuf
dan Khalwatiyah Samman. Perintah ini hanya menyebar diantara orang-
orang Makassar dan beberapa orang Bugis. Khalifah yang diangkat berasal
dari Makassar jadi secara etnis tarekat ini dikaitkan dengan suku tersebut.
Beliau yang pertama kali menyebarkan tarekat ini ke Indonesia,
gurunya Syekh Abu al-Baragah Ayyub alKahlwati al-Ouraisy. Disebut

5
Misbahul Munir, dkk, Al-Tabarruk fi Al-Suluk ila Rabbi Al-Muluk, (Surabaya: UINSA
Press, 2017), 51.

6
"Tajal-Khalwaty" hingga namanya menjadi Syekh Yusuf Tajal-Khalwaty.
Al-Makassary berjanji setia kepada perintah Khalwatiyah di Damaskus, ada
indikasi bahwa tarekat yang diajarkan merupakan gabungan dari beberapa
tarekat yang dipelajarinya, meskipun tarekat Khalwatiyah tetap yang paling
dominan.
Adapun landasan ajaran tarekat Khalwatiyah, pertama, Yagza berarti
kesadaran dirinya sebagai makhluk yang hina di hadapan Allah SWT. Yang
Maha Kuasa. Kedua, Bertobat adalah meminta pengampunan atas segala
dosa. Ketiga, Muhasabah adalah menghitung atau introspeksi diri. Keempat,
Inabah adalah keinginan untuk kembali kepada Allah. Kelima, Tafakkur
adalah merenungkan kebesaran Tuhan. Keenam, I'tisam adalah selalu
bertindak sebagai khalifah Allah di dunia. Ketujuh, Farar melarikan diri dari
kehidupan keduniawian yang jahat dan tidak berguna. Kedelapan, Riyadah
adalah melatih diri dengan beramal sebanyak-banyaknya. Kesembilan,
Tasyakur ialah selalu bersyukur kepada Tuhan dengan mengabdi dan
memujinya. Kesepuluh, Sima' adalah mengkonsentrasikan seluruh anggota
tubuh dan mengikuti perintah-perintah Allah terutama pendengaran.6
7. Tarekat Qadariyah Naqsyabandiyah
Tarekat Oadariyah Naqsyabandiyah ini merupakan tarekat gabungan
dari
Tarekat Qadariyah dan tarekat Naqsyabandiyah. Tarekat yang terdapat di
Indonesia ini bukanlah hanya merupakan suatu penggabungan dari dua
tarekat yang berbeda diamalkan bersama-sama. Tarekat ini lebih merupakan
sebuah tarekat yang baru dan berdiri yang di dalamnya unsur-unsur pilihan
dari Qadiriyah dan juga Naqsyabandiyah telah dipadukan menjadi sesuatu
yang baru.
Tarekat ini didirikan oleh orang Indonesia Asli yaitu Ahmad Khatib
Ibn al-Ghaffar Sambas, yang bermukim dan mengajar di Makkah pada
pertengahan abad ke-19. Bila dilihat dari perkembangannya tarekat ini bisa

6
Aziz, 22 Aliran Tarekat Dalam Tasawuf.

7
juga disebut "Tarekat Sambasiyah" tapi nampaknya Syaikh al-Khatib tidak
menamakan tarekatnya dengan nama sendiri. Berbeda dengan guru-gurunya
yang lain yang memberikan nama tarekatnya sesuai dengan nama
pengembangannya.
Sebagaimana kebiasaan ulama-ulama sebelumnya untuk
memperdalam ilmu agama, kiranya mereka berangkat ke Makkah untuk
memperdalam ilmu yang mereka miliki. Demikian pula, halnya dengan
Ahmad Khatib ia berangkat ke Makkah untuk belajar ilmu-ilmu Islam
termasuk tasawuf dan mencapai posisi yang sangat dihargai diantara teman-
temannya dan kemudian menjadi seorang tokoh yang berpengaruh diseluruh
Indonesia. Diantara gurunya adalah Syaikh Daud bin Abd Allah bin Idris al
fatani, Syaikh Muhammad Shalih Rays, selain itu ia juga banyak mengikuti
dan menghadiri kuliah-kuliah yang diberikan oleh Syaikh Bishry al-Jabaty,
Sayyid ahmad al-Marzuki, Sayyid abd Allah ibn Muhammad al-Mirghany.7

B. Studi Kritis Terhadap Aliran Tarekat


Berikut ini terdapat beberapa studi kritis terhadap aliran tarekat, yaitu:
1. Kritik Wahabisme Terhadap Aliran Tarekat
Sejak munculnya gerakan pembaharuan Islam yang diilhami oleh
gerakan Wahabisme dari timur pada awal abad ke-20, aliran keagamaan
yang cenderung sufistik termasuk tarekat dalam islam terus terpojokkan
pada posisi yang kurang menguntungkan. Aliran ini dipandang bertentangan
dengan semangat pembaharuan yang cenderung modernis dan bahkan
terkesan revolusioner. Sufisme dan tarekat mulai dipojokkan. Setidak-
tidaknya atas tiga tuduhan : Pertama, karena watak yang dianggap terlalu
loggar pada ajaran-ajaran keagamaan yang dinilai palsu. Para penganut
aliran ini dinilai banyak melakukan kompromi ajaran secara Teologis yang
dapat mengotori kemurnian ajaran ibadah umat Islam. Kedua, sikap
pembawanya cendrung mengingkari dunia berikut segala symbol

7
Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarrah di Indonesia,
(Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2005), 100.

8
kehidupanya. Mereka dianggap melakukan perlakuan yang tidak seimbang
antara dimensi dunia dan akhirat. Ketiga, paham keagamaan ini lebih jauh
dinilai telah merusak umat islam karena watak yang tidak berpihak pada
dimensi Intelektualisme dan tradisionalisme yang dibutuhkan, terutama
dalam membangun berbagai kemajuan dikalangan umat Islam.
Gerakan pembaharuan memperoleh sambutan umat yang cukup
antusias. Hampir separuh abad terakhir, umat islam digiring untuk beranjak
dari satu titik kehidupan yang diselimuti kecendrungan serba sufistik
ketimuran ke titik kehidupan lain yang serta rasionalistis kebarat- baratan.
Seolah-olah semangat sufisitik dan rasionalistik itu merupakan dua titik
ekstrim yang mustahil bias bertemu. dengan alas an inilah, tarekat kemudian
terpojokan pada satu posisi yang kurang menguntungkan, khususnya bagi
perjlanan sejarah berkembangnya.
2. Kritik Tiga Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia.
Khusus di Indonesia, sejak munculnya berbagai gerakan
pembaharuan islam, yang ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi
sosial keagamaan yang dilatarbelakangi semangat modernisme.
Penghujatan terhadap tarekat dan tasawuf gencar dilaksanakan.
Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis), dan Nahdlotul Ulama (NU),
adalah tiga diantara organisasi Islam yang mensponsori gerakan tersebut.
Sebagai organisasi puritan yang berslogan “memurnikan“ kembali ajaran
islam dalam semangat kembali kepada Al-Quran dan AsSunnah, ketiga
organisasi masa islam itu mengeluarkan kritik terhadap keberadaan tarekat
dan tasawuf walaupun dengan variasi kritikan yang berbeda.
Pengikut Persatuan Islam (Persis), misalnya, adalah kelompok
masyarakat muslim yang relatif paling keras menentang keberadaan tasawuf
dan tarekat. Mereka mengklaim bahwa kedua ibadah tersebut merupakan
bukti penyimpangan dari ajaran islam yang dicontohkan Nabi Muhammad.
Sementara itu Muhammadiyah menganggap tasawuf dan tarekat
sebagai penghalang bagi kemajuan umat islam, terutama dalam ikhtiar
mengejar ketertinggalanya dari umat lain. Menurutnya, kontemplasi dapat

9
menyebabkan seorang pengikut tarekat menjadi lemah dalam berusaha dan
beramal saleh.
Bagi Pengikut Nahdlotul Uama (NU), tarekat itu tidak semuanya
buruk, ada yang Mu'tabarah, ada yang Ghaeru mu'tabarah, ada yang sesuai
dengan sunnah Nabi Muhammad, ada pula yang sesat(tidak sesuai dengan
sunnah Nabi).
3. Kritik dari Tokoh-tokoh Organisasi Islam di Indonesia.
Dalam pandangan salah seorang tokoh Persatuan Islam, tasawuf dan
tarekat yang dianut oleh umat islam mempunyai landasan pemikiran yang
bercorak pantaesis, yaitu corak pemikiran yang memandang Tuhan berada
di setiap benda di alam ini. Semua aliran tasawuf dan tarekat mengajarkan
wihdatul al ittihad, al-hulul, dan al-liqa.'. Inti ajaran semua bersifat
panteistis. pandangan tersebut merupakan hasil dari konsepsi filsafat
monisme, yaitu konsepsi yang menyatakan bahwa Tuhan dan alam adalah
satu. kemudian beliau juga nengatakan bahwa secara historis, monisme, dan
panteisme merupakan esensi dari ajaran agama Hindu. Dalam kitab agama
Hindu, Rig Weda, disebut dengan jelas bahwa Tuhan menjelma diberbagai
bentuk kehidupan di bumi dan langit, baik dalam bentuk benda-benda yang
ada di sekitar manusia, maupun yang terdapat pada diri manusianya sendiri.
Lebih tegas lagi, para aktifis ormas islam modernis ini mengatakan
bahwa istilah-istilah yang digunakan dalam tarekat dan tasawuf seperti:
syariat, tarikat, hakikat, dan ma'riat, sama sekali tidak didasarkan pada
dalildalil Al-Quran dan As-Sunnah (hadits) yang kokoh. bahkan metode
khalawat dan zikir dibatasi oleh bilangan tertentu hingga mencapai ekstase
pun tidak pernah ada ketentuan dalam ajaran islam.
Pandangan Abdul Razak, salah seorang tokoh muda Nahdlotul
Ulama, beberapa ajaran tarekat yang dianggap menyimpang, antara lain:
adanya kultus yang berlebihan kepada seorang mursid. mereka para
penganut menganggap Syekh atau guru sebagai seorang wali yang melebihi
kesucianya Rosulullah. mungkin hal itu engaruh dari budaya yang sering
mengagungkan orang- orang sakti dan ini muncul biasanya di Indonesia dari

10
kalangan pendeta hindu atau mitologi jawa kuno. selanjutnya, dia juga
memandang masalah taklid sebagai suatu sikap menerima apa adanya tanpa
sikap yang kritis terhadap ajaran dari syekh mursid, akibat dari pengultusan
kepadanya. Sebab talkid dalam ajaran islam sangat dilarang selama orang
itu mampu menelusuri kebenaran suatu agama.
Tersebarnya legenda tentang kehebatan Syekh serta karamah-nya
menjadi keyakinan dari para jamaah tarekat, mereka juga berkeyakinan
bahwa syekh lebih mulia daripada sahabat-sahabat Rosulullah.
Menurut K.H. Hasyim Asy'ari, dalam buku (Ilmu Tasawuf Hal. 400-
401 pengantar: Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A.) mengenai tradisi
tarekat ada perilaku yang menyimpang dari syariat Islam, misalnya beliau
tidak suka di hormati secara berlebihan sehingga mengakibatkan
pengkultusan individu terhadapnya, biasa dihubungkan terekat, yang di
tunjukan kepada seorang mursyid yang dianggap mampu menghubungkan
manusia dengan tuhan, mengakibatkan munculnya bahwa seorang guru
tarekat orang kramat yang jauh dari kesesatan. Dalam masalah tarekat beliau
sangat selektif mengenai pemberian predikat wali kepada mursyid beliau
sangat menentang dan tidak pernah mengenal kompromi, pernyataan
berikut " Wali tidak akan memamerkan diri meskipun dipaksa membakar
diri mereka" barang siapa yang mengaku dirinya wali tetapi tanpa kesaksian
mengikuti syariat Rosul, orang tersebut adalah pendusta yang membuat-
buat perkara tentang Allah.
Pemikiran K.H Hasyim ini tentang tarekat sangat moderat. Ia tidak
segan untuk mengkritik tarekat yang pengamalannya menyalahi prinsif
ajaran tasawuf itu sendiri. misalnya, memberikan otoritas yang berlebihan
kepada mursyid. sejalan dengan itu, buku Ad-Durar Al-Muntasyirah ditulis
untuk meluruskan prinsip tasawuf atau tarekat yang menyimpang.
K.H. Hasyim Asy'ari ini beliau merupakan sufi yang moderat. Ia
memang pengikut tasawuf, tetapi bersikap kritis dalam beberapa hal. Ia

11
berharap tasawuf dapat tetap berjalan sesuai dengan syariat dan pokok-
pokok nilai ajaran islam.8

8
Ajid T, Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telaah Historis Gerakan Politik Antikolonialisme
Tarekat.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Tarekat merupakan tasawuf yang berkembang dengan beberapa variasi
tertentu, sesuai dengan spesifikasi yang diberikan oleh setiap aliran
tarekatnya masing-masing atau spesifikasi yang diberikan seorang guru
terhadap muridnya. Berikut ini terdapat beberapa aliran-aliran tarekat, yaitu:
tarekat Qadariyah, tarekat Rifa’iyah, tarekat Tijaniyah, tarekat Haddadiyah,
tarekat Naqsabandiyah, tarekat thalwatiyah, dan tarekat Qadariyah
Naqsabandiyah.
2. Terdapat beberapa studi kritis terhadap aliran tarekat, yaitu: kritik
wahabisme terhadap aliran tarekat, kritik tiga organisasi sosial keagamaan
di Indonesia, dan kritik dari tokoh-tokoh organisasi Islam di Indonesia.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas, maka selaku penulis
menyarankan bagi pembaca agar dapat meningkatkan pengatahuan dan
pemahaman tentang Aliran-aliran tarekat agar lebih luasnya pengetahuan
pembaca maka diharapkan untuk membaca lebih lanjut tentang hal-hal yang
berkaitan dengan hal ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Jamaluddin, dan S.S. Anwar. 2020. Ilmu Kalam, Tembilahan: PT. Indragiri
Dot Com

Munir M, dkk. 2017. Al-Tabarruk fi Al-Suluk ila Rabbi Al-Muluk, Surabaya:


UINSA Press.

Masyhuri A. 2014. 22 Aliran Tarekat Dalam Tasawuf, Surabaya: Imtiyaz

Mulyati S. 2005. Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarrah


di Indonesia, Jakarta: Fajar Interpratama Offset.

Ajid T, Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telaah Historis Gerakan Politik


Antikolonialisme Tarekat.

14

Anda mungkin juga menyukai