FIQIH MUAMALAH
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Study Fiqih”
DOSEN PENGAMPU :
KARTIKA WIJAYANTI,M.Pd
Jannatul Firdaus
Kuntum Fi Amanillah Gaerti
Mardinatus Silvi
Maryam Izzul Muthiah
Wiwin Indah Qomariyah
FAKULTAS TARBIYAH
2022/2023
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, segala puji bagi Allah atas segala nikmat dan karunia-Nya.
Sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah sejarah
peradaban islam.
Kami sadar bahwasanya makalah ini masih banyak sekali kesalahan maupun
kekurangan. Oleh karena itu, kami harap keikhlasan kepada para pembaca
maupun pihak lain dalam memberikan kritik dan sarannya untuk penyusunan
makalah yang lebih baik dan berkualitas .
Penyusun
i
DAFTAR ISI
COVER
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ....................................................................... 8
B. Kritik dan Saran ................................................................ 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pada saat pengiembalian pinjaman. Dalam literatur fiqh klasik, qardh
dikategorikan dalam al-‘aqd altathawwu’î atau akad tolong menolong dan
bukan transaksi komersial.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kata fiqh secara etimologi adalah yang memiliki makna pengertian atau
pemahaman.1 Menurut terminologi, fiqh pada mulanya berarti pengetahuan
keagamaan yang mencakup seluruh ajaran agama, baik berupa aqidah, akhlak,
maupun ibadah sama dengan arti syari’ah islamiyah. Namun, pada
perkembangan selanjutnya, fiqh diartikan sebagai bagian dari syariah
Islamiyah, yaitu pengetahuan tentang hukum syari’ah Islamiyah yang
berkaitan dengan perbuatan manusia yang telah dewasa dan berakal sehat
yang diambil dari dalil-dalil yang terinci.
Secara bahasa Muamalah berasal dari kata amala yu’amilu yang artinya
bertindak, saling berbuat, dan saling mengamalkan. Sedangkan menurut istilah
Muamalah adalah tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat
dengan cara yang ditentukan. Muamalah juga dapat diartikan sebagai segala
aturan agama yang mengatur hubungan antara sesama manusia, dan antara
manusia dan alam sekitarnya tanpa memandang perbedaan.
Aturan agama yang mengatur hubungan antar sesama manusia, dapat kita
temukan dalam hukum islam tentang perkawinan, perwalian, warisan, wasiat,
hibah perdagangan, perburuan, perkoperasian dll. Aturan agama yang
mengatur hubungan antara manusia dan lingkungannya dapat kita temukan
antara lain dalam hukum Islam tentang makanan, minuman, mata pencaharian,
dan cara memperoleh rizki dengan cara yang dihalalkan atau yang diharamkan
Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil dari surat An -Nahl ayat 89
yaitu Fiqh Muamalah ialah peengetahuan ketentuan-ketentuan hukum tentang
usaha-usaha memperoleh dan mengembangkan harta, jual beli, hutang piutang
dan jasa penitiapan diantara anggota-anggota masyarakat sesuai keperluan
mereka, yang dapat dipahami dan dalil-dalil syara’ yang terinci.
3
Mu’amalah menurut golongan Syafi’i adalah bagian fiqh untuk urusan-
urusan keduniaan selain perkawinan dan hukuman, yaitu hukumhukum yang
mengatur hubungan manusia sesama manusia dan alamsekitarnya untuk
memperoleh kebutuhan hidupnya.
1. Al-Muamalah Al-Adabiyah
Yaitu muamalah yang ditinjau dari segi cara tukar menukar benda
yang bersumber dari panca indera manusia, yang unsur penegaknya adalah
hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Ruang lingkup fiqh muamalah yang
bersifat Adabiyah mencangkup beberapa hal berikut ini:
a. Ijab Qabul
b. Saling meridhai
e. Kejujuran pedagang
f. Penipuan
g. Pemalsuan
h. Penimbunan
2. Al-Muamalah Al-Madiyah
4
bersifat kebendaan karena objek fiqh muamalah adalah benda yang halal,
haram, dan syubhat untuk diperjual belikan. benda-benda yang
memadharatkan, benda-benda yang mendatangkan kemaslahatan bagi
manusia, dan beberapa segi lainnya. Beberapa hal yang termasuk ke dalam
ruang lingkup muamalah yang bersifat Madiyah adalah sebagai berikut:
5
menanamkan modalnya dalam bentuk saham kepada perseroan, berarti
telah memberikan kepercayaan kepada perseroan untuk mengelola
saham tersebut.
d. Tidak Boleh Merugikan Orang Lain dan Diri Sendiri maksudnya tujuan
bermuamalah adalah mencari keuntungan yang tidak merugikan orang lain,
6
maka dari itu dalam bermuamalah haruslah sama-sama menguntungkan
kedua belah pihak yang terlibat.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demikian makalah fiqih muamalah kami yang tentunya masih jauh dari
kesempurnaan. Kami sadar bahwa ini merupakan proses dalam menempuh
pembelajaran, untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran yang
membangun demi kesempurnaan hasil diskusi kami. Harapan kami semoga
dapat dijadikan suatu ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Amin
8
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Mu’amalah (Hukum Perdata Islam), edisi
Revisi (Yogyakarta : UII Press, 2000)