Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HADIS SALAM
Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Hadis
Dosen Pengampu: Fauzi Annur, S.Pd.I.,M.Pd

Disusun Oleh:
Adella Octa Mareza (63010200044)
Zumrotun Naimah (63010200056)
Peti Verawati (63010200067)
Kelas: 3B PS

PRODI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Hadis Salam pada Mata Kuliah Hadis. Tidak lupa sholawat serta salam selalu kita
curahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, yang telah
menuntun kita pada agama yang diridhoi Allah SWT yakni agama islam.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Bapak Fauzi Annur, S.Pd.I.,M.Pd pada mata kuliah Hadis. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang akad Salam bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar kami bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Tengaran, 11 November 2021

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER............................................................................................... i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. LATAR BELAKANG MASALAH......................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................1
C. TUJUAN RUMUSAN MASALAH......................................................1
BAB II ISI / PEMBAHASAN.................................................................................2
A. PENGERTIAN SALAM.......................................................................2
B. DASAR HUKUM SALAM..................................................................3
C. RUKUN SALAM..................................................................................4
D. SYARAT SALAM................................................................................4
E. AKAD SALAM DALAM PERBANKAN SYARIAH.........................5
F. KEUNTUNGAN AKAD SALAM........................................................8
BAB III PENUTUP................................................................................................10
A. SIMPULAN........................................................................................10
B. SARAN...............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Secara terminologis, salam adalah menjual suatu barang yang


penyerahannya ditunda, atau menjual suatu barang yang ciri-cirinya
disebutkan dengan jelas dengan pembayaran modal terlebih dahulu,
sedangkan barangnya diserahkan dikemudian hari. Bank syariah merupakan
suatu lembaga perantara keuangan yang menghimpun dana dari pihak-pihak
yang ingin mengamanahkan atau menyimpan dananya ke lembaga tersebut
kemudian menyalurkannya kepada pihak-pihak yang membutuhkan.

Secara praktis pelaksanaan kegiatan salam dalam perbankan syariah


cenderung dilakukan dalam format salam parallel. Hal ini dapat dipahami
karena pertama kegiatan salam oleh bank syariah merupakan akibat dari
adanya permintaan barang oleh nasabah, dan kedua bank syariah bukanlah
produsen dari barang dimaksud.Berdasarkan kompilasi SOP yang
disampaikan oleh Bank syariah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengerian Salam ?
2. Apa saja dasar hukum Salam ?
3. Apa saja rukun Salam ?
4. Apa saja syarat Salam?
5. Bagaimana Salam dalam Perbankan Syariah?
6. Apa saja seuntungan Salam?
C. TUJUAN RUMUSAN MASALAH

1
1. Mengetahui pengertian Hadis Salam
2. Mengetahui dasar hukum Hadis Salam
3. Mengetahui rukun Hadis Salam
4. Mengetahui syarat Hadis Salam
5. Mengetahui Hadis Salam dalam Perbankan Syariah
6. Mengetahui keuntungan Hadis Salam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SALAM

Secara terminologis, salam adalah menjual suatu barang yang


penyerahannya ditunda, atau menjual suatu barang yang ciri-cirinya
disebutkan dengan jelas dengan pembayaran modal terlebih dahulu,
sedangkan barangnya diserahkan dikemudian hari (Ali, 2003). Beberapa
pengertian akad salam menurut para ahli yakni sebagai berikut:

1. Fuqaha Syafi’iyah dan Hambali mendefinisikan jual beli salam adalah


akad yang disepakati dengan menentukan ciri-ciri tertentu dengan
membayar harganya lebih dahulu, sedangkan barangnya diserahkan
kemudian dalam suatu majlis akad.
2. Sayyid Sabiq, as-salam atau as-salaf adalah penjualan sesuatu dengan
kriteria tertentu (yang masih berada) dalam tanggungan dengan
pembayaran segera atau disegarakan.
3. Fatwa DSN MUI Nomor 05/DSN/-MUI/IV/2000 menyebutkan bahwa
jual beli barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga lebih
dahulu dengan syaratsyarat tertentu, disebut dengan salam
4. Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, salam adalah jasa pembiayaan yang
berkaitan dengan jual beli yang pembiayaanya dilakukan bersamaan
dengan pemesanan barang.
5. PSAK 103, pengertian salam adalah akad jual beli barang pesanan
(muslam fiih) dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam
illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada saat akad
disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.

3
Berdasarkan beberapa definisi para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa akad salam adalah akad yang digunakan dalam transaksi jual-beli yang
dimana barangnya diserahkan di kemudian hari sedangkan pembayaran
dilakukan diawal dengan syaratsyarat dan ketentuan yang ditentukan.

B. DASAR HUKUM SALAM

Jual beli salam ini diperbolehkan dalam Islam berdasarkan dalil al-Qur’an, al
Hadits, dan Ijma’ (kesepakatan ulama’), yaitu diantaranya:

1. Al-Qur’an
Al-Qur’an Firman Allah yang menjelaskan tentang
diperbolehkannya jual beli salam terdapat dalam surat al-Baqarah ayat
282:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah


tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu
menuliskannya dengan benar...”

Menurut Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah, istilah utang dalam ayat


tersebut mencakup utang uang (harga) dan utang barang (penundaan
penyerahan barang). Ayat ini dijadikan dalil bolehnya jual beli Salam
menurut syara "karena ia termasuk dari jenis utang. Ayat tersebut
menerima dan mengizinkan utang, dengan itu jual beli Salam juga
diperbolehkan (Al-Fiqh al-Manhaji. Ms. 46 dalam Zubaidi dkk, 2009).

Bai "al-Salam juga bertepatan dengan aturan syara" dan ia tidak


bertentangan dengan qiyas. Sebagaimana diharuskan menunda
pembayaran dalam jual beli, maka demikian juga menangguhkan barang

4
dalam jual beli al-Salam juga diperbolehkan tanpa dibedakan antara
keduanya. Seperti utang yang diharuskan. Selama sifat-sifat barang
diketahui dengan jelas dan berada dalam tanggungan dan pembeli
menyakini akan dipenuhi oleh penjual, maka ia termasuk keharusan di
dalam ayat 282 dari surah al-Baqarah tersebut (Zubaidi dkk, 2009).

2. Hadist
Artinya : Barangsiapa yang melakukan salaf (salam), hendaknya ia
melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula,
untuk jangka waktu yang diketahui. (HR. Bukhori, Muslim, Abu Daud,
An-Nasa’i, At-Tirmizi dan Ibn Majah dari Ibnu Abbas).
Hukum tentang bai’ as Salam : Adapun hadist tentang dasar hukum
diperbolehkanya transaksi ini adalah sebagaimana riwayat Hakim bin
Hizam yang artinya : dari hakim bin hizam, sesungguhnya nabi bersabda:
janganlah menjual sesuatu yang tidak padamu.
3. Ijma’ Berdasarkan kedua hadits tersebut, jual beli salam ini hukumnya
dibolehkan, selama ada kejelasan ukuran, timbangan, dan waktunya yang
ditentukan. Dasar hukum jual beli ini telah sesuai dengan tuntutan syariat
dan kaidah-kaidahnya. Bahkan dalam prakteknya, jual beli salam juga
tidak menyalahi qiyas yang membolehkan penangguhan penyerahan
barang seperti halnya dibolehkannya penangguhan dalam pembayaran.
C. RUKUN SALAM

Pelaksanaan akad bai’ salam harus memenuhi rukun-rukun yang telah


ditentukan. Rukun bai’ salam sebagai berikut:

1. Al-Aqid (orang yang berakad), yang terdiri dari muslam (pembeli) dan
muslam ilayh (penjual)
2. Ma’qud ‘alayh (objek yang diakadkan), yakni muslam fihi (barang) dan
modal atau uang.

5
3. Shighat (pernyataan ijab dan qabul).
D. SYARAT SALAM
Syarat Sahnya Akad Bai’ Salam Dalam hal ini syarat akad bai’ salam
terdiri dari dua macam, yaitu syarat umum dan syarat khusus. Syarat
umumnya ialah syarat yang harus terpenuhi dalam akad jual beli (biasa),
seperti, orang yang berakad harus berakal, yang melakukan akad harus
berbeda, dan sebagainya sebagaimana yang tercantum dalam syarat akad jual
beli. Sedangkan syarat khususnya adalah sebagai berikut:
1. Berkaitan dengan pembayaran transaksi bai’ salam
a. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang,
barang, atau manfaat.
b. Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati.
c. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.
2. Berkaitan dengan barang, maka barang
a. Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.
b. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.
c. Penyerahannya dilakukan kemudian.
d. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakatan.
e. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
f. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan
E. AKAD SALAM DALAM PERBANKAN SYARIAH
Bank syariah merupakan suatu lembaga perantara keuangan yang
menghimpun dana dari pihak-pihak yang ingin mengamanahkan atau
menyimpan dananya ke lembaga tersebut kemudian menyalurkannya kepada
pihak-pihak yang membutuhkan. Dana tersebut diambil dari dana pihak
pertama yang berasal dari para pemodal dan pemegang saham, Dana pihak
kedua yang berasal dari pinjaman lembaga keuangan baik bank maupun non
bank dan pinjaman ke Bank Indonesia (BI), Dana pihak ketiga yang berasal
dari dana simpanan dan tabungan serta deposito.

6
Bank syariah memiliki berbagai macam sistem pembiayaan
diantaranya yaitu pembiayaan dengan prinsip jual beli. Dalam prinsip jual
beli pada perbankan syariah terdapat tiga jenis jual beli yang telah banyak
dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam hal pembiayaan modal kerja
dan investasi. Ketiga produk tersebut yaitu pembiayaan ba'I al-murabahah,
ba'I as-salam, dan ba'I al-ishtisna.
Dalam dunia perbankan syariah salam merupakan suatu akad  jual beli
layaknya Murabahah. Perbedaan mendasar hanya terletak pada pembayaran
serta penyerahan objek yang diperjualbelikan Dalam akad salam pembeli
wajib menyerahkan uang muka atas objek yang dibelinya lalu barang
diserahterimakan dalam kurun waktu tertentu.
Salam dapat diaplikasikan sebagai bagian dari pembiayaan yang dapat
diberikan oleh bank kepada nasabah debitur yang membutuhkan modal guna
menjalankan usahanya sedangkan bank dapat memperoleh hasil dari usaha
nasabah lalu menjualnya kepada yang berkepentingan Ini lebih dikenal
dengan salam pararel.
aplikasi akad salam dalam  bank bertindak sebagai pembeli, sementara
nasabah sebagai penjual.Ketika barang telah diserahkan kepada bank, maka
bank akan menjualnya kepada rekanan nasabah atau kepada nasabah itu
sendiri secara tunai maupun cicilan. Harga beli bank adalah harga pokok
ditambah keuntungan.
Ba'i as-salam biasanya dipergunakan bagi pembiayaan bagi petani
dengan jangka waktu yang relatif pendek, yaitu 2-6 bulan. Karena yang dibeli
oleh Bank adalah barang seperti padi, jagung, dan cabai, dan bank tidak
berniat untuk menjadikan barang- barang tersebut sebagai simpanan atau
inventory, dilakukanlah akad ba'i as-salam kepada pembeli kedua misalnya
kepada bulog, pedagang pasar induk atau grosir. Inilah yang dalam perbankan
islam dikenal sebagai salam paralel.  
Ba'i as-salam juga dapat diaplikasikan pada pembiayaan barang
industry misalnya produk garmen (pakaian jadi) yang ukurannya sudah
dikenal umum. Caranya saat nasabah mengajukan pembiayaan untuk

7
pembuatan garmen, bank mere!erensikan penggunaan produk tersebut. Hal
tersebut berarti bahwa bank memesan dari pembuat garmen tersebut dan
membayarnya pada waktu pembayaran kontrak. Bank kemudian mencari
pembeli kedua. Pembeli tersebut bisa saja rekanan yang telah
direkomondasikan oleh produsen garmen tersebut. Bila garmen tersebut udah
selesai diproduksi, produk tersebut diantarkan kepada rekanan tersebut.
Rekanan kemudian membayar kepada bank, baik secara mengangsur maupun
tunai.
Secara praktis pelaksanaan kegiatan salam dalam perbankan syariah
cenderung dilakukan dalam format salam parallel. Hal ini dapat dipahami
karena pertama kegiatan salam oleh bank syariah merupakan akibat dari
adanya permintaan barang oleh nasabah, dan kedua bank syariah bukanlah
produsen dari barang dimaksud.Berdasarkan kompilasi SOP yang
disampaikan oleh Bank syariah.
Tabel Ringkasan Tahapan Akad Salam dan Salam Paralel Menurut
SOP Bank Syariah

1. Adanya permintaan barang tertentu dengan spesifikasi yang jelas, oleh


nasabah pembeli kepada bank syariah sebagai penjual
2. Wa'ad nasabah untuk membeli barang dengan harga dan waktu tangguh
pengiriman barang yang disepakati.
3. Mencari produsen yang sanggup untuk menyediakan bayang dimaksud
(sesuai batas waktu yang disepakati dengan harga yang lebih rendah).
4. Pengikatan I antara bank sebagai penjual dan nasabah pembeli untuk
membeli barang dengan spesifikasi tertentu yang akan diserahkan pada
waktu yang telah ditentukan.
5. Pembayaran oleh nasabah pembeli dilakukan sebagian di awal akad dan
sisanya sebelum barang diterima (atau sisanya disepakati untuk
diangsur).

8
6. Pengikatan II antara bank sebagai pembeli dan nasabah produsen untuk
membeli barang dengan spesifikasi tertentu yang akan diserahkan pada
waktu yang telah ditentukan.
7. Pembayaran dilakukan segera oleh bank sebagai pembeli kepada nasabah
produsen pada saat pengikatan dilakukan.
8. Pengiriman barang dilakukan langsung oleh nasabah produsen kepada
nasabah pembeli pada waktu yang ditentukan.
Dari hasil telaahan atas SOP akad salam, terdapat beberapa hal yang
dapat dicermati lebih jauh:
1. Secara umum, pemahaman bank syariah menunjukan bahwa akad salam
dilakukan tidak terbatas pada hasil pertanian saja. Setiap pembelian
barang apa pun yang memerlukan tahapan pemesanan, proses produksi,
serta penangguhan pengiriman dapat menggunakan akad salam.
2. Praktek akad salam di bank syariah hampir selalu dilakukan dalam
format salam parallel. Dalam akad pertama antara nasabah pembeli dan
bank syariah, nasabah tidak membayar di muka barang yang dibeli, tetapi
meminta bank syariah untuk membiayai pengadaannya terlebih dahulu.
Sedangkan dalam akad kedua, bank syariah memesan barang dengan
pembayaran di muka dan penyerahan tangguh.
3. Keuntungan bank syariah atas praktek salam paralel diperoleh dari selisih
antara harga beli (dari nasabah produsen) dan harga jual (kepada nasabah
pembeli). Pengakuan piutang salam dilakukan sebagai piutang uang
(sebagai akibat kegiatan penyediaan dana) dari pada piutang barang
(sebagai akibat kegiatan jual beli).
F. KEUNTUNGAN AKAD SALAM
Penjualan tertangguh dalam bentuk Salam diperbolehkan oleh Shariah
dengan struktur yg bebas dari riba, gharar dan eksploitasi dari satu pihak
terhadap pihak yang lain. Ini adalah berdasarkan kebutuhan asli bisnis
tersebut yang bermanfaat bagi penjual dan pembeli. Penjual akan
mendapatkan uang yang diperlukan dan sebagai tukaran terhadap tanggungan

9
mereka harus mengirim barang kemudian (waktu akan datang) (Zubaidi dkk,
2009).
Jadi, keuntungan yang diperoleh oleh penjual melalui penjualan Salam
adalah meliputi tunai atau kebutuhan likuiditas bagi pengeluaran pribadi atau
untuk produksi kegiatan perdagangan. Pembeli akan mendapatkan barang
yang diinginkannya pada waktu yang telah ditetapkan. Pembeli akan
memperoleh keuntungan dari harga yang murah karena kebiasaan harga dari
transaksi Salam adalah lebih murah dari harga pasar. Dengan cara ini,
pembeli akan dilindungi dari fluktuasi harga barang tersebut (Zubaidi dkk,
2009).
Dari sudut pandang petani, Bai "al-Salam adalah satu langkah yang
terbaik dibandingkan membuat pinjaman dengan suku bunga yang dikenakan
karena hal ini tidak akan meningkatkan biaya dan menyelamatkan mereka
dari kesusahan dan terlibat dengan risiko pasar. Adalah menjadi satu
ketidakpastian apakah lembaga Bai "alSalam membawa perubahan dalam
perannya sebagai perantara bagi ekonomi pedesaan. Meskipun, ia membuka
ruang untuk hubungan langsung antara petani dan pedagang di kota, yang
pada umumnya sebagai penyedia dana (Zubaidi dkk, 2009).
Oleh karena pembeli di pasar bebas sering memilih untuk membeli
pada harga yang akan memberikan hasil yang baik ketika barang tersebut
dijual kembali pada tanggal yg ditetapkan dan pada musim membekal, Bai
"al-Salam dapat membuktikan satu cara yang efektif untuk menyeimbangkan
harga pada tingkat menengah menjelang periode permintaan jatuh. Karena
Shariah tidak mengizinkan penjualan barang secara Salam sebelum barang-
barang tersebut dikonversi milik pembeli, harga harus dipelihara dari rentan
kepada spekulatif dan menstabilkannya pada level yang rendah. Sebaliknya,
pembiayaan produksi atau bangunan yang dibiayai melalui pinjaman dengan
suku bunga akan meningkatkan biaya produksi secara langsung. Peningkatan
ini akan terus melonjak dengan transaksi spekulasi dalam harapan cepat pada
musim perdagangan (Zubaidi dkk, 2009).

10
Salam menyediakan perlindungan harga untuk pembeli dan
memelihara kedua pihak pembeli dan penjual dari risiko masing-masing
terhadap hasil dan harga utang. Ada kekurangan insentif di pihak penjual
untuk memindahkan risiko tambahan kepada pembeli dengan memanipulasi
laporan hasilnya, seperti yang dapat terjadi dalam komoditas konvensional
pada pasar tertunda. Sebagian dari perubahan dalam pendapatan telah
dipindahkan ke (dan diterima oleh) pembeli dalam bentuk harga yang telah
ditetapkan, dan lain-lain (kuantitas) secara kontrak tetap (Zubaidi dkk, 2009).
Sebagai kontrak tertunda, ia memberikan perlindungan kepada
pembeli terhadap peningkatan harga masa depan. Ini menyebabkan penjual
membutuhkan perlindungan harga dan tidak ingin terlibat dengan apapun
utang tunai yang telah ditetapkan terhadap mana-mana pihak. Seseorang
dapat mendapatkan dana langsung dari pembeli tanpa melibatkan setiap
perantara. Namun begitu, bank dapat bergabung sebagai pembeli pada dasar
Salam dalam lingkungan persaingan. Jadi, kontrak Salam tidak melibatkan
harga manfaat dan biaya yang rendah (Zubaidi dkk, 2009)

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Akad salam adalah menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda,
atau menjual suatu barang yang ciri-cirinya disebutkan dengan jelas
dengan pembayaran modal terlebih dahulu, sedangkan barangnya
diserahkan dikemudian hari.
2. Dasar hukum akad salam terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah :
283, hadist, dan juga ijma.
3. Rukun akad salam adalah al-aqid (orang yang berakal), ma’qud ‘alayh
(objek yang diakadkan), sighat (ijab qabul).
4. Syarat akad salam ada dua, yaitu syarat umum dan syarat khusus.
5. Pelaksanaan salam dalam perbankan syariah cenderung dilakukan dengan
format paralel. Hal ini dapat dipahami karena pertama kegiatan salam
oleh bank syariah merupakan akibat dari adanya permintaan barang oleh
nasabah, dan kedua bank syariah bukanlah produsen dari barang yang
dimaksud. Yang maksudnya bank akan mencarikan barang yang diminta
nasabah yang kemudian akan dibelikan lalu diberikan kepada nasabah.
6. Keuntungan yang diperoleh melalui akad salam meliputi tunai atau
kebutuhan likuiditas bagi pengeluaran pribadi atau untuk produksi
kegiatan perdagangan.
B. SARAN
Sebaiknya sebelum melakukan akad salam, hendaklah mengetahui apa
itu akad salam beserta syarat dan rukunnya agar akad salam sah hukumnya
dan tidak terjadi hal-hal yang melanggar syariat agama.

10
DAFTAR PUSTAKA

Tany, Anax. 2016. Makalah Akad Salam. Makalah.


http://makalahqw.blogspot.com. Diakses pada 7 November 2021.
Hastuti, Yuni Tri. BAB I PENDAHULUAN. Makalah.
http://repository.iainpare.ac.id. Diakses pada 7 November 2021.
UIN SBY. Akad Salam Dalam Hukum Islam. http://digilib.uinsby.ac.id. Diakses
pada 7 November 2021.
Keey, Rich. Makalah Akad Salam. http://www.academia.edu. Diakses pada 7
November 2021.

iv

Anda mungkin juga menyukai