Anda di halaman 1dari 16

i

AKAD SALAM DALAM PERSPEKTIF HUKUM BISNIS SYARIAH

(Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Hukum
Perikatan dan Akad Bisnis Syariah)

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Kumedi Jaffar, M.H

Oleh:

Oleh
Eti Rohayati 2274134004

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS SYARIAH


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1444 H/2023 M
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul“ AKAD SALAM DALAM PERSPEKTIF HUKUM BISNIS
SYARIAH “ pembuatan makalah dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat dan
salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan
inspirator terbesar dalam segala keteladanannya. Tidak lupa penulis sampaikan
terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah kuliah Hukum Perikatan dan
Akad Bisnis Syariah yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
pembuatan makalah ini, orang tua dan teman-teman seperjuangan yang selalu
mendukung kelancaran dalam penyelesaian tugas ini.

Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap


makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca yang budiman pada umumnya. Tak ada gading yang tak
retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran
dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para pembaca guna
peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Bandar Lampung, 10 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Akad Salam ............................................................................ 3
B. Dasar Hukum Akad Salam ................................................................... 4
C. Rukun dan Syarat akad Salam.............................................................. 5
D. Jenis-jenis akad salam .......................................................................... 9
E. Keuntungan dan Manfaat Akad Salam ................................................ 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Sebagai ajaran yang komprehensif, Islam meliputi tiga pokok ajaran,
yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak. Hubungan antara aqidah, syari’ah dan
akhlak dalam sistemIslam terjalin sedemikian rupa sehingga merupakan
sebuah sistem yang komprehensif. Syariah Islam terbagi kepada dua yaitu
ibadah dan mu’amalah. Ibadah diperlukan untuk menjaga ketaatan dan
keharmonisan hubungan manusia dengan khaliq-Nya. Mu’amalah dalam
pengertian umum dipahami sebagai aturan mengenai hubungan antar manusia.
Salah satu aspek penting yang terkait dengan hubungan antar manusia
adalah ekonomi. Ajaran Islam tentang ekonomi memiliki prinsip-prinsip yang
bersumber alQur’an dan Hadits. Prinsip-prinsip umum tersebut bersifat abadi,
seperti prinsip tauhid, adil, maslahat, kebebasan, dan tanggung jawab,
persaudaraan, dan sebagainya. Prinsip-prinsip ini menjadi landasan kegiatan
ekonomi di dalam Islam yang secara teknis operasional selalu berkembang
dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan peradaban yang
dihadapi manusia.
Mengingat, fenomena jual beli selalu memegang peranan penting
dalam kehidupan ekonomi manusia sepanjang masa. Karena tidaklah heran
bila manusia sering terlibat dalam berbagai keguatan jual beli di dalam
kehidupan sehari-hari, kebutuhan sandang, pangan dan papan merupakan
kebutuhan yang tidak henti-hentinya selama manusia masih hidup, sementara
tidak seorangpun yang mampu memenuhi hajat hidup dengan sendirinya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Akad Salam?


2. Bagaimana Dasar Hukum Akad Salam?
3. Apa saja Rukun dan Syarat akad Salam?

1
4. Apa yang Jenis-jenis akad salam?
5. Apa Saja Keuntungan dan Manfaat Akad Salam?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui Definisi Akad Salam


2. Untuk mengetahui Dasar Hukum Akad Salam
3. Untuk mengetahui Rukun dan Syarat akad Salam
4. Untuk mengetahui Jenis-jenis akad salam
5. Untuk mengetahui Keuntungan dan Manfaat Akad Salam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akad Salam


Salam sinonim dengan salaf. Dikatakan aslama ats-tsauba lil-khiyath,
artinya ia memberikan/menyerahkan pakaian untuk dijahit. Dikatakan salam
karena orang yang memesan menyerahkan harta pokoknya dalam majelis.
Dikatakan salam karena ia menyerahkan uangnya terlebih dahulu sebelum
menerima barang daganganya.1 Salam secara terminologis adalah menjual
suatu barang yang penyerahanya ditunda, atau menjual suatu (barang) yang
ciri-cirinya jelas dengan pembayaran modal lebih awal, sedangkan barangnya
diserahkan kemudian hari.
Menurut ulama Syafi’iyah dan Hanabila mendefinisikan salam adalah
akad yang disepakati untuk membuat sesuatu dengan ciri-ciri tertentu dengan
membayar harganya dahulu, sedangkan barangnya diserahkan (kepada
pembeli) kemudian hari. Sedangkan ulama Malikiyah mendefinisikan salam
ialah jual beli yang modalnya dibayar dahulu, sedangkan
barangnya diserahkan sesuai dengan waktu yang telah disepakati. 2
Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah salam adalah jasa
pembiayaan yang berkaitan dengan jual beli yang pembiayaanya dilakukan
bersamaan dengan pemesan barang.
Dalam buku Fiqh Ekonomi Syariah oleh Mardani yang menjelaskan
tentang fatwa DSN- MUI, bahwa jual beli salam adalah jual beli dengan cara
pemesanan dan pembayaran harga lebih dahulu dengan syarat-syarat
tertentu.3
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akad
salam adalah akad yang digunakan dalam transaksi jual-beli yang dimana

1
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,2012), h.
113.
2
Nasrun Haroen,Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h. 146-147.
3
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,2012),
h.117.

3
barangnya diserahkan di kemudian hari sedangkan pembayaran dilakukan
diawal dengan syarat-syarat dan ketentuan yang ditentukan.
B. Dasar Hukum
Jual beli salam merupakan akad jual beli yang diperbolehkan, hal ini
berdasarkan atas dalil-dalil yang terdapat dalam Alquran di antaranya:
1. Surat Al-Baqarah: 282 yaitu:
ٰٓ
َ ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِريْنَ ٰا َمنُ ْٰٓوا اِذَا تَدَايَ ْنت ُ ْم بِدَي ٍْن ا ِٰلى ا َ َج ٍل ُّم‬
ُ‫س ًّمى فَا ْكتُب ُْوه‬
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya”.
Dari ayat diatas telah jelas dikemukakan dalam Islam pelaksanaan
jual beli salam bahwa pembeli membayar dahulu sesuai dengan harga
yang disepakati berdasarkan ciri-ciri tertentu yang mana barangnya
diserahkan (kepada pembeli) kemudian hari. Maka diharuskan
menuliskannya dan adanya kesaksian dari kesepakatan yang dilakukan
kedua belah pihak, maka jika memungkinkan harus disaksikan oleh
dua orang saksi. Hal ini dikarenakan jika kedua belah pihak dapat
dipercaya atau terkadang salah satunya meninggal dunia, sehingga tidak
dapat diketahui lagi pihak penjual atas pembeli dan sebaliknya.
2. Hadis akad Salam
Hadis Nabi yang menerangkan tentang hukum jual beli salam
yaitu: “Rasulullah SAW datang ke Madinah ,dan pada saatitu orang
banyak sedang mengadakan tamar untuk jangka waktu dua dan tiga
tahun. Maka Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang
menghutangkan, dalam harga yang diketahui dan timbangan yang
diketahui, hingga masa yang diketahui”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Sabda Rasulullah SAW ini muncul ketika beliau pertama kali
hijrah ke Madinah, dan mendapati para penduduk Madinah melakukan
transaksi jual beli salam. Jadi Rasulullah SAW membolehkan jual beli
salam asal akad yang dipergunakan jelas, ciri-ciri barang yang dipesan
jelas, dan ditentukan waktunya.

4
3. Ijma’
Kesepakatan ulama’ (ijma’) akan bolehnya jual beli salam dikutip
dari pernyataan Ibnu Mundzir yang mengatakan bahwa semua ahli ilmu
telah sepakat bahwa jual beli salam diperbolehkan, karena terdapat
kebutuhan dan keperluan untuk memudahkan urusan manusia. Pemilik
lahan pertanian, perkebunan ataupun perniagaan terkadang membutuhkan
modal untuk mengelola usaha mereka hingga siap dipasarkan, maka jual
beli salam diperbolehkan untuk mengakomodir kebutuhan mereka.
Ketentuan ijma’ ini secara jelas memberikan legalisasi praktik
pembiayaan/jual beli salam.

C. Rukun dan syarat-syarat Salam


Rukun- rukun Salam sebagai berikut :
Menurut Sulaiman Rasjid dalam bukunya berjudul Fiqh Islam, rukun
salam adalah sebagai berikut:
1. Pembeli (muslam).
Adalah pihak yang membutuhkan dan memesan barang. Harus
memenuhi kriteria cakap bertindak hukum (balig dan berakal sehat) serta
mukhtar (tidak dalam tekanan/paksaan)
2. Penjual (Muslam ilaih).
Adalah pihak yang memasok barang pesanan. Harus memenuhi
kriteria cakap bertindak hukum (balig dan berakal sehat) serta mukhtar
(tidak dalam tekanan/paksaan
3. Modal atau uang. Ada pula yang menyebut harga (tsaman).
Harus memenuhi syarat-sayrat,yaitu:
a. Modal harus diketahui. Hukum awal mengenai pembayaran adalah
bahwa ia harus dalam bentuk uang tunai.
b. Penerimaan pembayaran salam. Kebanyakan ulama mengharuskan
melakukan pembayaran di tempat kontrak, baik itu tunai atau panjar
terlebih dahulu. Hal tersebut dimaksudkan agar pembayaran yang
diberikan oleh pihak pembeli tidak di jadikan sebagai utang penjual,

5
kecuali ada kesepakatan terlebih dahulu antara kedua belah pihak.
Agar mencegah kemudharatan dalam mekanisme jual beli salam.
4. Barang yang dipesan (muslam fih).
Dalam hal ini harus memenuhi kriteria sebagai berikut
a. Dinyatakan jelas jenisnya
b. Jelas sifat-sifatnya.
c. Jelas ukurannya.
d. Jelas batas waktunya.
e. Tempat penyerahan dinyatakan secara jelas.
5. Shigat adalah ijab dan qabul.
Harus diungkapkan dengan jelas, sejalan, dan tidak terpisah oleh hal-
hal yang dapat memalingkan keduanya dari maksud akad.
Adapun syarat- syarat Salam yaitu:

1. Uangnya hendaklah dibayar di tempat akad. Berarti pembayaran dilakukan


terlebih dahulu.
2. Barangnya menjadi hutang bagi si penjual.
3. Barangnya dapat diberikan sesuai waktu yang dijanjikan. Berarti pada
waktu yang dijanjikan barang itu harus sudah ada. Oleh sebab itu memesan
buah-buahan yang waktunya ditentukan bukan pada musimnya tidak sah.
4. Barang tersebut hendaklah jelas ukurannya, baik takaran, timbangan,
ukuran ataupun bilangannya, menurut kebiasaan cara menjual barang
semacam itu.
5. Diketahui dan disebutkan sifat-sifat barangnya. Dengan sifat itu berarti
harga dan kemauan orang pada barang tersebut dapat berbeda. Sifat-sifat
ini hendaknya jelas sehingga tidak ada keraguan yang akan mengakibatkan
perselisihan antara kedua belah pihak (si penjual dan si pembeli). Begitu
juga macamnya, harus juga disebutkan.
6. Disebutkan tempat menerimanya, kalau tempat akad tidak layak buat
menerima barang tersebut. Akad salam harus terus, berarti tidak ada khiyar
syarat

6
Fatwa akad Salam
Ketentuan fatwa DSN MUI Nomor 05/DSN MUI/IV/2000 menetapkan
enam hal:
1. Ketentuan Pembayaran
a. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang,
barang, atau manfaat.
b. Dilakukan saat kontrak disepakati (inadvance).
c. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk ibra’ (pembebasan utang).
2. Ketentuan Barang
a. Harus jelas ciri-cirinya/spesifikasi dan dapat diakui sebagai utang.
b. penyerahan dilakukan kemudian.
c. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakatan.
d. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum barang tersebut
diterimanya (qabadh).
e. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan.
3. Ketentuan tentang Salam Paralel
Dibolehkan melakukan salam paralel dengan syarat akad kedua terpisah
dari, dan tidak berkaitan dengan akad pertama.
4. Penyerahan Barang
a. Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan
kualitas dan kuantitas sesuai kesepakatan
b. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi,
maka penjual tidak boleh meminta tambahan harga sebagai ganti
kualitas yang lebih baik tersebut.
c. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas lebih
rendah, pembeli mempunyai pilihan untuk menolak atau
menerimanya, apabila pembeli rela menerimanya, maka
pembeli tidak boleh meminta pengurangan harga (diskon). Para

7
ulama berbeda pendapat tentang boleh tidaknya muslam ilaih
menyerahkan muslam fiih yang berbeda dari yang telah disepakati.
d. Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari yang
telah disepakati, dengan beberapa syarat:
1) Kualitas dan kuantitas barang sesuai dengan kesepakatan, tidak
boleh lebih tinggi ataupun lebih rendah.
2) Tidak boleh menuntut tambahan harga
3) Jika semua/sebagian barang tidak tersedia tepat pada waktu pe-
nyerahan atau kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak rela
menerimanya, maka pembeli memiliki dua pilihan:
(1)Membatalkan kontrak dan meminta kembali uang. Pembatalan
kontrak dengan pengembalian uang pembelian, menurut jumhur
ulama, dimungkinkan dalam kontrak salam. Pembatalan penuh
pengiriman muslam fihi dapat dilakukan sebagai ganti
pembayaran kembali seluruh modal salam yang telah
dibayarkan.
(2)Menunggu sampai barang tersedia.
5. Pembatalan Kontrak.
Pada dasarnya pembatalan salam boleh dilakukan, selama tidak
merugikan kedua belah pihak.
6. Perselisihan.
Jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, persoalannya
diselesaikan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.
D. Jenis Akad Salam
Terdapat dua jenis akad salam yaitu akad salam dan akad salam paralel.
Berikut skema masing-masing jenisnya.
1. Akad Salam
Jenis akad syariah salam yang pertama dijelaskan melalui skema akad
salam di bawah ini:
a. Kedua belah pihak dalam akad jual beli meraih kesepakatan

8
b. Pembeli melakukan pembayaran terhadap penjual
c. Penjual memberikan barang ke pembeli selama memenuhi persyaratan
yaitu barang dan waktu pengiriman sesuai yang telah disepakati di
awal.
2. Akad Salam Paralel
Jenis akad syariah salam yang kedua berbentuk paralel. Akad salam
paralel merujuk pada transaksi dengan tiga belah pihak, pertama adalah
penjual, kedua pembeli dan ketiga penjual dengan pemasok barang atau
lainnya. Skema akad salam paralel adalah sebagai berikut:
a. Pemilik akun dan bank meraih kesepakatan terkait pesanan barang
melalui negosiasi Bank akan memesan barang ke penjual dan
membayar di muka
b. Penjual mengirim lampiran kepada bank
c. Penjual mengirim barang kepada pemilik akun atau pembeli
d. Pemilik akun atau pembeli membayar bank
Perbedaan antara akad salam paralel dan akad salam adalah terletak pada
kehadiran pihak ketiga dalam kegiatan transaksi tersebut.
Adapun Praktik masyarakat modern sebagai contoh akad salam adalah
Online shop (belanja online), dimana penjual dan pembeli melakukan transaksi
jual beli tidak secara langsung, alias dipisahkan oleh jarak, mereka hanya
bertemu di dunia maya. baik itu melalui chat atau pembeli hanya akan
mengklik gambar dan spesifikasi barang yang dijual terjadilah akad jual beli.
Online shop biasanya menawarkan barangnya dengan menyebutkan spesifikasi
barang, harga, dan gambar. Pembeli memilih dan kemudian memesan barang
yang biasanya akan dikirim setelah pembeli mentransfer uang. Lalu, produk
akan dikirim dalam beberapa hari.
Contoh lain misal, pembeli memesan 150 souvenir dompet untuk
dikirim dalam 3 hari. Hal ini memenuhi definisi akad salam yaitu akad jual beli
yang walau dalam transaksi jual beli belum tampak wujudnya, namun sebagai
pembeli Anda akan mendapatkannya di kemudian hari. Dalam hal ini, Anda
mendapatkannya dalam 3 hari.

9
Selain itu, contoh akad salam dalam perbankan syariah adalah ketika
nasabah memerlukan bantuan bank untuk mendapatkan produk-produk
industri, pertanian maupun memenuhi kebutuhan rumah tangga. Dalam kasus
berikut, bank berperan sebagai pemesan barang yang diperlukan oleh nasabah.

E. Keuntungan dan Manfaat Akad Salam


Akad salam ini dibolehkan dalam syariah Islam karena punya hikmah
dan manfaat yang besar, dimana kebutuhan manusia dalam bermuamalat
seringkali tidak bisa dipisahkan dari kebutuhan atas akad ini. Kedua belah
pihak, yaitu penjual dan pembeli bisa sama-sama mendapatkan keuntungan
dan m anfaat dengan menggunakan akad salam. Pembeli (biasanya)
mendapatkan keuntungan berupa:
1. Jaminan untuk mendapatkan barang sesuai dengan yang ia butuhkan dan
pada waktu yang ia inginkan. Sebagaimana ia juga mendapatkan barang
dengan harga yang lebih murah bila dibandingkan dengan pembelian
pada saat ia membutuhkan kepada barang tersebut. Sedangkan penjual
juga mendapatkan keuntungan yang tidak kalah besar dibanding pembeli.
2. Penjual mendapatkan modal untuk menjalankan usahanya dengan
cara-cara yang halal, sehingga ia dapat menjalankan dan
mengembangkan usahanya tanpa harus membayar bunga. Dengan
demikian selama belum jatuh tempo, penjual dapat menggunakan
uang pembayaran tersebut untuk menjalankan usahanya dan mencari
keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa ada kewajiban apapun.
3. Penjual memiliki keleluasaan dalam memenuhi permintaan pembeli,
karena biasanya tenggang waktu antara transaksi dan penyerahan barang
pesanan berjarak cukup lama.4

4
Saprida, “Akad Salam Dalam Transaksi Jual Beli (Akad Salam In The Sale And
Purchase Transact ions)” h.125-129.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pemaparan di atasdapat diambil kesimpulan bahwa:
1. akad salam adalah akad yang digunakan dalam transaksi jual-beli yang
dimana barangnya diserahkan di kemudian hari sedangkan pembayaran
dilakukan diawal dengan syarat-syarat dan ketentuan yang ditentukan.
2. Dasar hukum akad salam terdapat dalam QS. AL-Baqarah ayat 282,
HR. Bukhari dan Muslim, dan fatwa dari Dewan Syariah Nasional
(DSN) MUI No: 05/DSN-MUI/IV/2000 mengenai Jual Beli Salam.
Fatwa tersebut menerangkan di antaranya ketentuan mengenai barang,
pembayaran, penyerahan barang, jika terjadi perselisihan dan
pembatalan kontrak.
3. Rukun dan syarat-syarat Salam, rukun jual beli salam adalah sebagai
berikut: 1). Muslam (pembeli) adalah pihak yang membutuhkan dan
memesan barang. 2). Muslam ilaih (penjual) adalah pihak yang memasok
barang pesanan. 3). Modal atau uang. Ada pula yang menyebut harga
(tsaman). 4). Muslan fiih adalah barang yang dijual belikan. 5). Shigat
adalah ijab dan qabul.
4. Jenis akad Salam. Terdapat dua jenis akad salam yaitu akad salam dan
akad salam paralel. Berikut skema masing-masing jenisnya. Perbedaan
antara akad salam paralel dan akad salam adalah terletak pada kehadiran
pihak ketiga dalam kegiatan transaksi tersebut.
5. Keuntungan dan manfaat akad salam yaitu Jaminan untuk mendapatkan
barang sesuai dengan yang ia butuhkan dan pada waktu yang ia inginkan,
Penjual mendapatkan modal untuk menjalankan usahanya dengan
cara-cara yang halal, sehingga ia dapat menjalankan dan
mengembangkan usahanya tanpa harus membayar bunga, dan Penjual
memiliki keleluasaan dalam memenuhi permintaan pembeli, karena

11
biasanya tenggang waktu antara transaksi dan penyerahan barang
pesanan berjarak cukup lama.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat),Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada, 2003.

Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di


Lembaga Keuangan Syariah Jakarta: Sinar Grafika, 2013.

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,2012.

Nasrun Haroen,Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.

Rahmat Syafi’i, Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2006.

Saprida, “Akad Salam Dalam Transaksi Jual Beli, Akad Salam In The Sale And
PurchaseTransact ions.

13

Anda mungkin juga menyukai