(Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Hukum
Perikatan dan Akad Bisnis Syariah)
Oleh:
Oleh
Eti Rohayati 2274134004
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Akad Salam ............................................................................ 3
B. Dasar Hukum Akad Salam ................................................................... 4
C. Rukun dan Syarat akad Salam.............................................................. 5
D. Jenis-jenis akad salam .......................................................................... 9
E. Keuntungan dan Manfaat Akad Salam ................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
1
4. Apa yang Jenis-jenis akad salam?
5. Apa Saja Keuntungan dan Manfaat Akad Salam?
C. TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,2012), h.
113.
2
Nasrun Haroen,Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h. 146-147.
3
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,2012),
h.117.
3
barangnya diserahkan di kemudian hari sedangkan pembayaran dilakukan
diawal dengan syarat-syarat dan ketentuan yang ditentukan.
B. Dasar Hukum
Jual beli salam merupakan akad jual beli yang diperbolehkan, hal ini
berdasarkan atas dalil-dalil yang terdapat dalam Alquran di antaranya:
1. Surat Al-Baqarah: 282 yaitu:
ٰٓ
َ ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِريْنَ ٰا َمنُ ْٰٓوا اِذَا تَدَايَ ْنت ُ ْم بِدَي ٍْن ا ِٰلى ا َ َج ٍل ُّم
ُس ًّمى فَا ْكتُب ُْوه
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya”.
Dari ayat diatas telah jelas dikemukakan dalam Islam pelaksanaan
jual beli salam bahwa pembeli membayar dahulu sesuai dengan harga
yang disepakati berdasarkan ciri-ciri tertentu yang mana barangnya
diserahkan (kepada pembeli) kemudian hari. Maka diharuskan
menuliskannya dan adanya kesaksian dari kesepakatan yang dilakukan
kedua belah pihak, maka jika memungkinkan harus disaksikan oleh
dua orang saksi. Hal ini dikarenakan jika kedua belah pihak dapat
dipercaya atau terkadang salah satunya meninggal dunia, sehingga tidak
dapat diketahui lagi pihak penjual atas pembeli dan sebaliknya.
2. Hadis akad Salam
Hadis Nabi yang menerangkan tentang hukum jual beli salam
yaitu: “Rasulullah SAW datang ke Madinah ,dan pada saatitu orang
banyak sedang mengadakan tamar untuk jangka waktu dua dan tiga
tahun. Maka Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang
menghutangkan, dalam harga yang diketahui dan timbangan yang
diketahui, hingga masa yang diketahui”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Sabda Rasulullah SAW ini muncul ketika beliau pertama kali
hijrah ke Madinah, dan mendapati para penduduk Madinah melakukan
transaksi jual beli salam. Jadi Rasulullah SAW membolehkan jual beli
salam asal akad yang dipergunakan jelas, ciri-ciri barang yang dipesan
jelas, dan ditentukan waktunya.
4
3. Ijma’
Kesepakatan ulama’ (ijma’) akan bolehnya jual beli salam dikutip
dari pernyataan Ibnu Mundzir yang mengatakan bahwa semua ahli ilmu
telah sepakat bahwa jual beli salam diperbolehkan, karena terdapat
kebutuhan dan keperluan untuk memudahkan urusan manusia. Pemilik
lahan pertanian, perkebunan ataupun perniagaan terkadang membutuhkan
modal untuk mengelola usaha mereka hingga siap dipasarkan, maka jual
beli salam diperbolehkan untuk mengakomodir kebutuhan mereka.
Ketentuan ijma’ ini secara jelas memberikan legalisasi praktik
pembiayaan/jual beli salam.
5
kecuali ada kesepakatan terlebih dahulu antara kedua belah pihak.
Agar mencegah kemudharatan dalam mekanisme jual beli salam.
4. Barang yang dipesan (muslam fih).
Dalam hal ini harus memenuhi kriteria sebagai berikut
a. Dinyatakan jelas jenisnya
b. Jelas sifat-sifatnya.
c. Jelas ukurannya.
d. Jelas batas waktunya.
e. Tempat penyerahan dinyatakan secara jelas.
5. Shigat adalah ijab dan qabul.
Harus diungkapkan dengan jelas, sejalan, dan tidak terpisah oleh hal-
hal yang dapat memalingkan keduanya dari maksud akad.
Adapun syarat- syarat Salam yaitu:
6
Fatwa akad Salam
Ketentuan fatwa DSN MUI Nomor 05/DSN MUI/IV/2000 menetapkan
enam hal:
1. Ketentuan Pembayaran
a. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang,
barang, atau manfaat.
b. Dilakukan saat kontrak disepakati (inadvance).
c. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk ibra’ (pembebasan utang).
2. Ketentuan Barang
a. Harus jelas ciri-cirinya/spesifikasi dan dapat diakui sebagai utang.
b. penyerahan dilakukan kemudian.
c. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakatan.
d. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum barang tersebut
diterimanya (qabadh).
e. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan.
3. Ketentuan tentang Salam Paralel
Dibolehkan melakukan salam paralel dengan syarat akad kedua terpisah
dari, dan tidak berkaitan dengan akad pertama.
4. Penyerahan Barang
a. Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan
kualitas dan kuantitas sesuai kesepakatan
b. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi,
maka penjual tidak boleh meminta tambahan harga sebagai ganti
kualitas yang lebih baik tersebut.
c. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas lebih
rendah, pembeli mempunyai pilihan untuk menolak atau
menerimanya, apabila pembeli rela menerimanya, maka
pembeli tidak boleh meminta pengurangan harga (diskon). Para
7
ulama berbeda pendapat tentang boleh tidaknya muslam ilaih
menyerahkan muslam fiih yang berbeda dari yang telah disepakati.
d. Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari yang
telah disepakati, dengan beberapa syarat:
1) Kualitas dan kuantitas barang sesuai dengan kesepakatan, tidak
boleh lebih tinggi ataupun lebih rendah.
2) Tidak boleh menuntut tambahan harga
3) Jika semua/sebagian barang tidak tersedia tepat pada waktu pe-
nyerahan atau kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak rela
menerimanya, maka pembeli memiliki dua pilihan:
(1)Membatalkan kontrak dan meminta kembali uang. Pembatalan
kontrak dengan pengembalian uang pembelian, menurut jumhur
ulama, dimungkinkan dalam kontrak salam. Pembatalan penuh
pengiriman muslam fihi dapat dilakukan sebagai ganti
pembayaran kembali seluruh modal salam yang telah
dibayarkan.
(2)Menunggu sampai barang tersedia.
5. Pembatalan Kontrak.
Pada dasarnya pembatalan salam boleh dilakukan, selama tidak
merugikan kedua belah pihak.
6. Perselisihan.
Jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, persoalannya
diselesaikan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.
D. Jenis Akad Salam
Terdapat dua jenis akad salam yaitu akad salam dan akad salam paralel.
Berikut skema masing-masing jenisnya.
1. Akad Salam
Jenis akad syariah salam yang pertama dijelaskan melalui skema akad
salam di bawah ini:
a. Kedua belah pihak dalam akad jual beli meraih kesepakatan
8
b. Pembeli melakukan pembayaran terhadap penjual
c. Penjual memberikan barang ke pembeli selama memenuhi persyaratan
yaitu barang dan waktu pengiriman sesuai yang telah disepakati di
awal.
2. Akad Salam Paralel
Jenis akad syariah salam yang kedua berbentuk paralel. Akad salam
paralel merujuk pada transaksi dengan tiga belah pihak, pertama adalah
penjual, kedua pembeli dan ketiga penjual dengan pemasok barang atau
lainnya. Skema akad salam paralel adalah sebagai berikut:
a. Pemilik akun dan bank meraih kesepakatan terkait pesanan barang
melalui negosiasi Bank akan memesan barang ke penjual dan
membayar di muka
b. Penjual mengirim lampiran kepada bank
c. Penjual mengirim barang kepada pemilik akun atau pembeli
d. Pemilik akun atau pembeli membayar bank
Perbedaan antara akad salam paralel dan akad salam adalah terletak pada
kehadiran pihak ketiga dalam kegiatan transaksi tersebut.
Adapun Praktik masyarakat modern sebagai contoh akad salam adalah
Online shop (belanja online), dimana penjual dan pembeli melakukan transaksi
jual beli tidak secara langsung, alias dipisahkan oleh jarak, mereka hanya
bertemu di dunia maya. baik itu melalui chat atau pembeli hanya akan
mengklik gambar dan spesifikasi barang yang dijual terjadilah akad jual beli.
Online shop biasanya menawarkan barangnya dengan menyebutkan spesifikasi
barang, harga, dan gambar. Pembeli memilih dan kemudian memesan barang
yang biasanya akan dikirim setelah pembeli mentransfer uang. Lalu, produk
akan dikirim dalam beberapa hari.
Contoh lain misal, pembeli memesan 150 souvenir dompet untuk
dikirim dalam 3 hari. Hal ini memenuhi definisi akad salam yaitu akad jual beli
yang walau dalam transaksi jual beli belum tampak wujudnya, namun sebagai
pembeli Anda akan mendapatkannya di kemudian hari. Dalam hal ini, Anda
mendapatkannya dalam 3 hari.
9
Selain itu, contoh akad salam dalam perbankan syariah adalah ketika
nasabah memerlukan bantuan bank untuk mendapatkan produk-produk
industri, pertanian maupun memenuhi kebutuhan rumah tangga. Dalam kasus
berikut, bank berperan sebagai pemesan barang yang diperlukan oleh nasabah.
4
Saprida, “Akad Salam Dalam Transaksi Jual Beli (Akad Salam In The Sale And
Purchase Transact ions)” h.125-129.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pemaparan di atasdapat diambil kesimpulan bahwa:
1. akad salam adalah akad yang digunakan dalam transaksi jual-beli yang
dimana barangnya diserahkan di kemudian hari sedangkan pembayaran
dilakukan diawal dengan syarat-syarat dan ketentuan yang ditentukan.
2. Dasar hukum akad salam terdapat dalam QS. AL-Baqarah ayat 282,
HR. Bukhari dan Muslim, dan fatwa dari Dewan Syariah Nasional
(DSN) MUI No: 05/DSN-MUI/IV/2000 mengenai Jual Beli Salam.
Fatwa tersebut menerangkan di antaranya ketentuan mengenai barang,
pembayaran, penyerahan barang, jika terjadi perselisihan dan
pembatalan kontrak.
3. Rukun dan syarat-syarat Salam, rukun jual beli salam adalah sebagai
berikut: 1). Muslam (pembeli) adalah pihak yang membutuhkan dan
memesan barang. 2). Muslam ilaih (penjual) adalah pihak yang memasok
barang pesanan. 3). Modal atau uang. Ada pula yang menyebut harga
(tsaman). 4). Muslan fiih adalah barang yang dijual belikan. 5). Shigat
adalah ijab dan qabul.
4. Jenis akad Salam. Terdapat dua jenis akad salam yaitu akad salam dan
akad salam paralel. Berikut skema masing-masing jenisnya. Perbedaan
antara akad salam paralel dan akad salam adalah terletak pada kehadiran
pihak ketiga dalam kegiatan transaksi tersebut.
5. Keuntungan dan manfaat akad salam yaitu Jaminan untuk mendapatkan
barang sesuai dengan yang ia butuhkan dan pada waktu yang ia inginkan,
Penjual mendapatkan modal untuk menjalankan usahanya dengan
cara-cara yang halal, sehingga ia dapat menjalankan dan
mengembangkan usahanya tanpa harus membayar bunga, dan Penjual
memiliki keleluasaan dalam memenuhi permintaan pembeli, karena
11
biasanya tenggang waktu antara transaksi dan penyerahan barang
pesanan berjarak cukup lama.
12
DAFTAR PUSTAKA
Saprida, “Akad Salam Dalam Transaksi Jual Beli, Akad Salam In The Sale And
PurchaseTransact ions.
13