Oleh:
FAKULTAS SYARIAH
2023
1
Kata Pengantar
Segala puji bagi allah SWT yang telah memberikan kami limpahan
rahmat dan hidayah-nya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat
pengikutnya hingga akhir zaman.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Hukum
Islam dan agar pembaca dapat mengetahui serta memahami hasil diskusi
kami mengenai “ Jual Beli Salam“. Terima kasih kami sampaikan kepada
dosen pengampu mata kuliah Fiqih Ibadah, Bapak Yudi Arianto, S. Sy., M.
HI. dan semua pihak yang telah membantu kami dalam penulisan
makalah ini .kami sadari tidak ada yang sempurna, termasuk dalam
penulisan makalah ini . Oleh karena itu, saran dan kritik pembaca akan
sangat dibutuhkan untuk membangun penulisan makalah ini lebih baik
lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................2
C. Tujuan Penulisan...............................................................................2
PEMBAHASAN............................................................................................4
A. Pengertian jual beli salam.................................................................4
B. Landasan Hukum jual beli salam....................................................6
C. Syarat dan Rukun jual beli salam....................................................8
D. Fatwa DSN MUI tentang jual beli salam........................................10
E. Praktek salam dalam perbankan Syari’ah......................................10
F. Kesimpulan.........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................13
ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jual beli adalah salah satu cara perpindahan kepemilikan yang
dihalalkan oleh al-Qur’an. Ia telah ada sebelum al-Qur’an diturunkan.
al- Qur’an mengatur tijarah (bisnis) yang didalamnya termasuk jual
beli, agar pelaksanaannya dilakukan atas dasar saling rela.1
Nabi Muhammad menyebut jual beli mabrur sebagai salah satu
usaha yang baik. Khalifah Umar bin Khatab, sebagaimana dikutip
oleh Sayyid Sabiq pernah mengingatkan kepada para pedagang agar
mengetahui tata cara jual beli yang benar, agar tidak terjerumus pada
praktik riba. Riba dalam jual beli adalah rambu-rambu yang sering
diingatkan oleh Nabi. Dalam beberapa hadits, Nabi menyebutkan ada
barang-barang yang hanya boleh ditukar (dijual belikan) atas dasar
kesamaan timbangan atau takaran dan kontan. Jika tidak demikian
maka praktik pertukaran tersebut mengandung riba. Nabi menyebut
beberapa nama jual beli yang dilarang karena riba, menipu atau tidak
jelas akibat transaksinya (gharar). Hal ini menunjukkan bahwa riba
dan perbuatan terlarang lainnya bisa terjadi pada praktik jual beli,
meskipun al-Qur‟an menempatkan keduanya pada dua kutub yang
berlawanan dengan menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari jual beli salam?
2. Apa yang menjadi landasan hukum jual beli salam?
3. Apa saja syarat dan rukun jual beli salam?
4. Bagaimana Fatwa DSN MUI tentang jual beli salam?
5. Bagaimana praktek salam dalam perbankan syari’ah?
C. Tujuan Makalah
1
Nur Fathoni, ‘Konsep Jual Beli Dalam Fatwa Dsn-Mui’, Economica: Jurnal Ekonomi Islam,
4.1 (2013), 51–82 <https://doi.org/10.21580/economica.2013.4.1.773>.
1
1. Agar mahasiswa/mahasiswi mengetahui pengertian dari jual
beli salam.
2. Agar mahasiswa/mahasiswi mengetahui landasan hukum jual
beli salam.
3. Agar mahasiswa/mahasiswi mengetahui syarat dan rukun jual
beli salam.
4. Agar mahasiswa/mahasiswi mengetahui fatwa DSN MUI
tentang jual beli salam.
5. Agar mahasiswa/mahasiswi mengetahui bagaimana praktek
jual beli salam dalam perbankan syari’ah.
PEMBAHASAN
2
A. Pengertian Jual beli Salam (Titipan)
Dalam istilah fiqh jual beli menggunakan kata bai’. Kata bai’
dengan kata yang digunakan oleh al-Qur‟an dan Hadits. Jual beli
dalam arti bahasa memberikan sesuatu sebagai bandingan/
pertukaran secara mutlak baik berupa harta atau tidak. Kata bai’
dan syira’ adalah dua kata yang mempunyai arti berlawanan,
namun sering dipertukarkan maknanya dalam al-Qur’an dan
Hadits. Menurut makna istilah, jual beli didefinisikan berfariasi
penekanannya. Jual beli menurut Taqiyuddin adalah pertukaran
harta dengan harta untuk tujuan pemanfaatan menggunakan cara
ijab Kabul sesuai dengan tuntunan yang diperkenankan syara.2
Akad salam atau pesanan sangat berkaitan dengan akad jual
beli. Menurut imam Alaudin Al Kasani “salam itu adalah jual beli”.3
Salam dan salaf mempunyai definisi yang sama. Dalam kamus
Mu’jam Al-Wasith “As-salam” artinya sama dengan “ “ َبْيُع الَّس َلَمyang
mempunyai arti jual beli salam. Pengertian salaf atau istalafa sama
dengan iqtaradha artinya “berhutang”.
Istilah pengertian salam dikemukakan oleh:
1. Kamaluddin bin Al-Hammam dari madzhab Hanafi sebagai
berikut:
3
3. Malikiyah definisi salam sebagai berikut:
ِبَاَّن ُه َبْيٌع ُيَت َق َّد ُم ِفْي ِه َر ْأُس المَاِل َو ُيَت اَّخ ُر الُم ْث َم ُن َِالَج ٍل
“salam adalah jual beli dimana modal (harga) dibayar dimuka, sedangkan
barang diserahkan dibelakang”
Dapat disimpulkan dari definisi diatas intisari bahwa salam
merupakan salah satu bentuk jual beli dimana uang, harga barang
barang dibayarkan secara tunai, sedangkan barang yang akan
dibeli belum ada, hanya sifat- sifat , jenis dan ukurannya sudah
disebutkan pada waktu perjanjian tersebut.4
B. Landasan Hukum
Jual beli dengan akad salam diperbolehkan, meskipun
objeknya tidak ada dimajelis akad, sebagai pengecualian dari
persyaratan jual beli yang berkaitan dengan objeknya. Yang
menjadi dasar hukum diperbolehkan salam sebagai berikut:
a. Qs. Al- Baqarah ayat 282:
ٰٓي َاُّيَه ا اَّلِذ ْي َن ٰا َم ُنْٓو ا ِاَذ ا َت َداَي ْنُت َد ْي ِآٰلى َاَج ٍل ُّمَس ًّم ى َفاْك ُتُبْو ُۗه
ْم ِب ٍن
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berutang piutang untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu mencatatnya”
b. Hadits Nabi Saw riwayat Ibnu Abbas:
. َم ْن َأْس َلَف ِفي َش ْي ٍء َفِفْي َك ْيٍل َم ْع ُلوٍم َوَو ْز ٍن َم ْع ُلوٍم ِإَلى َأَج ٍل َم ْع ُلوٍم
"Barang siapa melakukan salaf (salam), hendaknya ia melakukan dengan
takaran yang jelas dan timbangan yang jelas, untuk jangka waktu yang
diketahui" (HR. Bukhari, Shahih al-Bukhari [Beirut: Dar al-Fikr,
1955], jilid 2, h. 36)
4
beli barang dengan barang, (2) jual beli utang dengan utang, jual beli ini
batal dan dilarang,(3)jual beli barang dengan utang(4) jual beli utang
dengan barang, dan ini yang disebut salam. Kedua jenis jual beli yang
terakhir ini temasuk kedalam ayat ini”.
c. Ijma’
5
usaha mereka hingga siap dipasarkan, maka jual beli salam
diperbolehkan untuk mengakomodir kebutuhan mereka.
Ketentuan ijma’ ini secara jelas memberikan legalisasi praktik
pembiayaan/jual beli salam.6
d. Kebolehan akad jual beli salam (pemesanan) ini juga sesuai dengan
analogi akal dan kemaslahatan manusia. Syaikh Shâlih bin Abdillâh
al-Fauzân– hafizhahullâhu menjelaskan, “Analogi akal dan hikmah
mengisyaratkan jual beli ini boleh. Karena kebutuhan dan
kemaslahatan manusia bisa sempurna dengan jual beli salam.
Orang yang membutuhkan uang akan terpenuhi kebutuhannya
dengan pembayaran tunai sementara pembeli beruntung karena
bisa mendapatkan barang dengan harga lebih murah dari
umumnya. Jadi, manfaatnya kembali ke kedua pihak.7
6
ilaih), “ ” saya terima pesanan itu”. Beda pendapat lagi menurut Imam
Zufar dan Syafi’iyah, salam tidak sah kecuali menggunakan lafad salam
dan salaf. Untuk lafad bai’ dikalangan Syafi’iyah ada 2 pendapat,
sebagian mengatakan salam tidak sah karena bukan merupakan jual
beli dan sebagian mengatakan salam sah karena merupakan bagian
dari jual beli.8
8
Ibid, hlm 245
9
Saprida
7
Dengan demikian Ulama sepakat diperbolehkan salam dalam
barang-barang yang ditakar (makilat), ditimbang (mauzunat), diukur
dengan meteran (madzru’at), dan dihitung (ma’dudat).
10
Mohammad Jauharul Arifin, ‘Keabsahan Akad Transaksi Jual Beli Dengan Sistem
Dropshipping Dalam Perspektif Ekonomi Islam’, Lisyabab : Jurnal Studi Islam Dan Sosial,
1.2 (2020), 279–90 <https://doi.org/10.58326/jurnallisyabab.v1i2.34>.
8
Ketiga, Ketentuan tentang salam paralel. Dibolehkan melakukan
salam paralel dengan syarat, akad kedua terpisah dari, dan tidak
berkaitan dengan akad pertama.
11
Fathoni.
9
E. Praktek Jual Beli Dalam Perbankan Syari’ah
10
misalnya kepada Bulog, pedagang pasar induk, dan grosir. Inilah
yang dalam perbankan Islam dikenal sebagai salam pararel.12
Irawan; Hermansyah; Abd. Kholik Khoerulloh and Ekonomi, ‘KONSEP BA’I SALAM
12
11
F. Kesimpulan
Jual beli salam merupakan salah satu bentuk jual beli dimana
uang, harga barang barang dibayarkan secara tunai, sedangkan
barang yang akan dibeli belum ada, hanya sifat- sifat , jenis dan
ukurannya sudah disebutkan pada waktu perjanjian tersebut.
Landasan hukum salam adalah Qs. Al Baqarah 282, hadits
dan ijma’ yang menjelaskan bahwa transaksi dengan cara berutang
itu diperbolehkan.
Akad salam menjadi salah satu tindakan penyegahan
terhadap perilaku riba sebab pelaksanaan akad salam tidak
menyebabkan adanya manfaat dari suatu hutang. Dalam akad
salam yang telah ditentukan seluruh syarat dan rukunnya penjual
dan pembeli sama-sama diuntungkan tanpa adanya gharar dan
keharusan membayar bunga. Sebab apabila target tidak terpenuhi
maka akad nya akan batal.
12
DAFTAR PUSTAKA
Basriwi, Dewi Tradea, ‘1 Koperasi Syariah, Apa Itu Jual Beli Salam . On-
Line: Https://Koperasisyariah212.Co.Id/Apa-Itu-Jual- Beli-Salam/
Diakses Tanggal 28 Oktober 2018 2 Ibid’, Program Studi Magister
Ekonomi Syariah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung 2018 M/1439 H, 2018
Fathoni, Nur, ‘Konsep Jual Beli Dalam Fatwa Dsn-Mui’, Economica: Jurnal
Ekonomi Islam, 4 (2013), 51–82
<https://doi.org/10.21580/economica.2013.4.1.773>
13
KETAHANAN PANGAN NASIONAL’, Ekonomi Islam, Pascasarjana
UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2008, 282
Saprida, Saprida, ‘Akad Salam Dalam Transaksi Jual Beli’, Mizan: Journal
of Islamic Law, 4 (2018), 121–30
<https://doi.org/10.32507/mizan.v4i1.177>
Wardi Muslich, Ahmad, 2019, Fiqh Muamalah. Jakarta: Sinar Grafika Offset
14