Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

JUAL BELI, KHIYAR, SALAM DAN HAJR


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pelajaran Fiqih
Guru pembimbing : Nia Kurnia

Disusun oleh;
Kelompok 2
Vina Silviany
Alifa Sabila
Fitria Nurbani
M. Deris

MA YP CILEUNGA
X MIPA
TASIKMALAYA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tentang "JUAL BELI KHIYAR
SALAM DAN HAJR".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Tasikmalaya, 29 Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................1
C. Tujuan................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Jual Beli.............................................................................................................................3
1. Pengertian Jual Beli........................................................................................................3
2. Rukun Jual Beli...............................................................................................................4
3. Syarat-Syarat Jual Beli....................................................................................................4
B. Khiyar................................................................................................................................5
1. Pengertian Khiyar...........................................................................................................5
2. Macam-Macam Khiyar...................................................................................................5
C. Salam.................................................................................................................................8
1. Pengertian Salam............................................................................................................8
2. Syarat Salam...................................................................................................................8
3. Dalil Salam.....................................................................................................................9
D. Hajr..................................................................................................................................11
1. Pengertian Hajr.............................................................................................................11
2. Dasar Hukum Hajr........................................................................................................11
BAB III PENUTUP..................................................................................................................13
A. Kesimpulan......................................................................................................................13
B. implikasi...........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dewasa ini, perbankan syariah semakin digemari masyarakat Indonesia.


Salah satu sistem wajib yang ada di dalamnya yaitu akad jual beli. Tujuan dari
sistem ini agar transaksi berjalan lancar dan sesuai dengan syariah Islam.
Terdapat berbagai macam akad jual beli, mulai dari musyarakah hingga
murabahah.
Jual beli merupakan salah satu bentuk kegiatan ekonomi yang hakikatnya
adalah saling tolong menolong sesama manusia dengan ketentuan hukumnya
telah diatur dalam syariat Islam. Allah Swt telah menjelaskan dalam al-Qur'an
dan Nabi Saw dalam hadis-hadisnya telah memberikan batasan-batasan yang
jelas mengenai ruang lingkup tersebut, khususnya yang berkaitan dengan hal-hal
yang diperbolehkan dan yang dilarang.
Seperti halnya dalam bidang muamalat, Allah SWT telah memberikan
pedoman-pedoman yang bersifat garis besar, seperti membenarkan rezeki
dengan jalan perdagangan, melarang memakan harta riba, melarang
menghambur-hamburkan harta, perintah bekerja untuk mencari kecukupan
nafkah dan sebagainya. Akan tetapi pada zaman sekarang, kehidupan umat
manusia secara umum telah mengalami kemajuan dan banyak perubahan,
begitupun dalam hal muamalah, perubahan ini mendorong adanya
pemikiranpemikiran baru yang umumnya dituangkan dalam bentuk undang-
undang seperti undang-undang tentang Lembaga Keuangan Syaraiah (LKS) atau
dituangkan dalam fatwa-fatwa ulama seperti fatwa DSN-MUI tentang jual beli
murābaḥah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan jual beli?


2. Apa yang dimaksud dengan khiyar?

1
3. Apa yang dimaksud dengan salam?
4. Apa yang dimaksud dengan hajr?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian, syarat, dan rukun jual beli.


2. Untuk mengetahui pengertian dan macam-macam khiyar.
3. Untuk mengetahui pengertian, syarat, dan dalil salam.
4. Untuk mengetahui pengertian dan dasar hukum hajr.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Jual Beli

1. Pengertian Jual Beli

Pengertian jual beli adalah kegiatan perdagangan yang memiliki tujuan


dan maksud untuk mencari keuntungan. Aktivitas perniagaan sudah sejak lama
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Dalam Islam, jual beli disebut dengan al bai'. Al bai' memiliki pengertian
secara bahasa yaitu memindahkan kepemilikan sebuah benda dengan akad
saling mengganti. Bisa pula, al bai' dimaknai dengan tukar menukar barang.
Secara etimologi (bahasa), pengertian jual beli berarti tukar menukar
secara mutlak (mutlaq al-mubadalah) atau berarti tukar menukar sesuatu
dengan sesuatu (muqabalah syai’ bi syai’). Dalam bahasa Arab, kata "Al Bay"
berarti jual beli, yang secara harfiah memiliki makna pertukaran atau
mubadalah. Kata ini dipakai untuk menyebut penjualan maupun pembelian.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian jual beli dalam
Islam adalah pertukaran sebuah barang untuk mendapatkan barang lainnya,
atau mendapat kepemilikan dari suatu barang yang dibayar melalui suatu
kompensasi atau iwad.
Sementara dilansir dari laman Muhammadiyah, dari mahzab Hanafi
mendefinisikan jual sebagai pertukaran harta dengan harta lain dengan
memakai cara tertentu. Sementara menurut mahzab Syafi'i, pengertian jual beli
merupakan pertukaran harta benda dengan harta benda lain, keduanya dapat
dikelola, dan disertai jab kabul sesuai cara yang diperbolehkan syariat.
Praktik jual beli dalam Islam sangat penting kedudukannya. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya aturan dan larangan yang tertulis dalam Alquran
mengenai rukun dan syarat jual beli dalam Islam.

3
2. Rukun Jual Beli

Rukun jual beli adalah ketentuan yang wajib ada dalam transaksi jual
beli. Jika tidak terpenuhi, maka jual beli tersebut tidak sah. Mayoritas ulama
menyatakan bahwa rukun jual beli ada empat, yaitu:
a. Harus adanya penjual dan pembeli (aqidain),
b. Harus ada barang yang diperjual belikan (ma’qud alaih),
c. Harus ada alat nilai tukar pengganti barang, serta
d. Ucapan serah terima antara penjual dan pembeli (ijab kabul).

3. Syarat-Syarat Jual Beli

Syarat jual beli adalah ketentuan yang harus dipenuhi sebelum


melaksanakan akad jual beli. Setiap rukun jual beli harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
a. Syarat penjual dan pembeli (aqidain)
1) Kedua belah pihak harus baligh
2) Keduanya berakal sehat (Penjual dan pembeli harus berakal sehat, maka
orang yang gila dan orang yang bodoh yang tidak mengetahui hitungan
tidak sah melakukan akad jual beli)
3) Bukan pemboros (tidak suka memubazirkan barang)
4) Bukan paksaan (atas kehendak sendiri)
b. Syarat barang jual beli (ma’qud alaih)
1) Barang harus ada saat terjadi transaksi, jelas dan dapat dilihat atau
diketahui oleh kedua belah pihak. Artinya penjual harus
memperlihatkan barang yang akan dijual kepada pembeli secara jelas,
baik ukuran dan timbangannya, jenis, sifat maupun harganya.
2) Barang yang diperjualbelikan berupa harta yang bermanfaat. Artinya
semua barang yang tidak ada manfaatnya seperti membahayakan
ataupun melanggar norma agama dalam kehidupan manusia tidak sah
untuk diperjualbelikan. Contohnya jual beli barang curian atau
minuman keras.

4
3) Barang itu suci. Artinya jual beli bangkai, kotoran, barang yang
menjijikkan dan sejenisnya tidak sah untuk diperjualbelikan dan
hukumnya haram.
4) Milik penjual. Artinya barang-barang yang bukan milik sendiri seperti
barang pinjaman, barang sewaan, barang titipan tersebut tidak sah untuk
diperjualbelikan.

B. Khiyar

1. Pengertian Khiyar

Kata khiyar menurut bahasa artinya memilih antara dua pilihan.


Sedangkan menurut istilah khiyar ialah hak memilih bagi penjual atau pembeli
untuk meneruskan akad (transaksi) jual beli atau
membatalkannya. Khiyar hukumnya mubah bagi penjual dan pembeli dengan
cara membuat kesepakatan dalam akad jual beli.
Khiyar sangat bermanfaat bagi penjual dan pembeli, sehingga dapat
memikirkan sejauh mana kebaikan dan keburukannya agar tidak terjadi
penyesalan di kemudian hari. Biasanya penyesalan terjadi dalam akibat kurang
berhati-hati, tergesa-gesa, dan kurang teliti dalam melakukan transaksi jual beli.

2. Macam-Macam Khiyar

a. Khiyar Majlis
Khiyar majlis adalah khiyar yang berlangsung selama penjual dan
pembeli masih berada di tempat jual beli. Jika penjual dan pembeli sudah
berpisah maka hak khiyar sudah tidak berlaku lagi. Penjual sudah tidak bisa
membatalkan transaksi jual beli sebagaimana pembeli tidak dapat meminta
kembali uangnya walaupun sudah mengembalikan barang.
Ukuran berpisah disesuaikan dengan adat kebiasaan yang berlaku di
suatu daerah. Salah satu contoh dari khiyar majlis dalam kehidupan sehari-

5
hari adalah pernyataan penjual bahwa “barang yang sudah dibeli tidak dapat
dikembalikan”.
Rasulullah Saw. bersabda:
Artinya:”Orang yang mengadakan jual beli, diperbolehkan melakukan khiyar
selama keduanya belum terpisah (dari tempat aqad).” (HR. Al-Bukhari).

b. Khiyar Syarat
Khiyar syarat adalah hak penjual atau pembeli atau keduanya untuk
melanjutkan atau membatalkan transaksi jual beli selama masih dalam masa
tengggang yang disepakati oleh kedua belah pihak. Adapun
ketentuan khiyar syarat sebagai berikut:

 Khiyar syarat secara umum berlaku selama tiga hari tiga malam yang
dimulai sejak terjadinya akad. Namun hal tersebut tergantung kesepakatan
antara kedua belah pihak.
 Jika masa khiyar telah lewat, maka transaksi jual beli tidak bisa
 Hak khiyar tidak dapat diwariskan, artinya jika si pembeli meninggal dalam
masa khiyar maka barang menjadi milik ahli warisnya atau jika penjual
yang meninggal dalam masa khiyar, maka kepemilikan barang secara
otomatis menjadi hak pembeli.
 Dalam khiyar syarat harus ditentukan tenggang waktunya secara cermat.
Salah satu contoh khiyar syarat dalam kehidupan sehari-hari adalah pembeli
berkata: “Saya membeli radio ini jika anak saya suka, tetapi jika anak saya
tidak suka maka jual beli ini ” Kemudian penjual menjawab: “Ya, saya
setuju dengan kesepakatan tersebut.”

c. Khiyar Aibi
Maksud dari khiyar ini adalah pembeli mempunyai hak pilih untuk
membatalkan akad jual beli atau meneruskannya karena terdapat cacat pada
barang yang dibelinya. Cacat barang tersebut dapat mengurangi manfaat
barang yang dibeli. Rasulullah Saw. Bersabda:

6
Artinya:”Dari Aisyah Ra. bahwa sesungguhnya seorang laki-laki
membeli budak dan telah tinggal bersamanya beberapa waktu, kemudian
ditemukan cacat pada budak tersebut, lalu hal itu diadukan kepada Nabi
Saw. Maka Nabi Saw. memerintahkan supaya budak itu dikembalikan
kepadanya.” (HR. Abu Dawud).
Adapun syarat barang disebut cacat antara lain:
 Cacat barang yang dibeli merupakan hal yang penting,
Contohnya adalah membeli kambing untuk kurban ternyata telinganya
sobek. Hal ini bisa membatalkan kurban yang dilakukan.
 Cacat yang ada sulit
 Cacat barang terjadi ketika barang masih di tangan penjual.

d. Khiyar Ru’yah
Yaitu hak bagi pembeli untuk meneruskan jual beli atau
membatalkannya, karena obyek yang dibeli belum dilihat ketika akad
berlangsung. Khiyar ru’yah ini berlaku untuk pembeli, bukan untuk penjual.
Pengertian ru’yah dalam konteks ini ialah mengetahui dan melihat sesuatu
menurut cara yang seharusnya, bukan hanya sekedar melihat saja tetapi juga
meneliti, membuka dan membolak-balikkan. Kalau sekedar melihat saja,
maka bukan dinamakan ru’yah. Dalam hal ini Rasulullah Saw. bersabda:
Artinya:”Siapa saja yang membeli sesuatu yang belum dilihatnya, maka ia
berhak khiyar bila telah melihatnya.” (H.R. At-Tirmizi).
Seiring dengan semaraknya dunia usaha dan pesatnya kemajuan
teknologi sehingga mempermudah terjadinya transaksi jual beli, maka jual
beli juga dapat dilakukan melalui internet, telepon, SMS, dan lainnya.
Pembeli dapat memesan barang dengan membuat kesepakatan jenis, jumlah,
tipe, dan hargabarang yang dilakukan tanpa melalui pertemuan secara tatap
muka.
Barang dikirim dengan disertai faktur pengiriman, dengan tujuan agar
barang yang dikirim dapat diteliti apakah sudah sesuai pesanan atau ada

7
cacat (aib). Jika ternyata barang itu ada cacatnya maka barang yang dikirim
bisa dikembalikan dan dapat diganti dengan barang yang lain sesuai pesanan.
Model penjualan seperti ini diperbolehkan menurut hukum Islam karena
antara penjual dan pembeli tidak ada yang dirugikan. Adapun contoh bukti
faktur pengiriman barang memuat: nama barang, harga barang, jumlah
pesanan, tempat pengiriman, tanda tangan penerima, dan sebagainya.

C. Salam

1. Pengertian Salam

Salam, secara bahasa berarti: isti’jal atau istiqdam, memajukan. Salam


secara istilah berarti: menjual sesuatu yang diterangkan sifatnya (maw-shuf)
dalam suatu tanggungan/jaminan (dzimmah). Contoh: pembeli menyerahkan
pembayaran di muka, lalu bersepakat dengan penjual bahwa barang yang telah
dibayar akan diserahkan minggu depan.

2. Syarat Salam

a) Syarat Akad Salam terkait Muslam Fiih (Barang)


 Barang yang diserahkan oleh penjual itu jelas sifatnya, seperti barangnya
ditentukan jenisnya dari sutra, kapas, besi, dan semacamnya.
 Barang tersebut masih sejenis dan tidak bercampur dengan selainnya.
Namun, masih boleh jenisnya bercampur dengan yang lain jika memang
bisa jelas komposisinya.
 Barang tersebut tidak dimasak dengan api karena menjadi sesuatu yang
tidak jelas. Namun, jika adanya api itu bisa membedakan antara minyak
samin dan susun dengan adanya api, maka tidaklah masalah. Begitu pula
untuk membedakan lebah madu dan lilin dengan api yang redup.
 Barang tersebut bukan barang yang mu’ayyan (telah ditentukan dengan
pasti). Berarti barangnya adalah sesuatu yang tertunda. Jika akadnya,
“Saya serahkan kepadamu seratus ribu rupiah untuk cincin ini, tidakalh

8
sah. Ini tidaklah dianggap bai’ (jual beli) dalam pendapat azhar (yang
lebih kuat).”
 Barang tersebut juga bukan barang dari tempat mua’ayyan (dibatasi
tempat tertentu).
b) Syarat Sah Akad Muslam Fiih
 Menunjukkan jenis dan macam barang yang dipesan sehingga dapat
dibedakan harga barang-barang yang dipesan, seperti menentukan jenis
hewan jantan atau betina, supaya menghindarkan dari gharar.
 Menyebutkan kadar (ukurannya) dengan penjelasan yang dapat
menghilangkan ketidaktahuan mengenainya, seperti menentukan ukuran
timbangan atau takaran.
 Jika pembayarannya ditangguhkan (diutang), harus disebutkan kapan
barang tersebut akan diterima (diserahkan) kepada pemesan, seperti
menentukan waktunya dalam sehari, sebulan, atau setahun barang itu
akan diserahterimakan.
 Barang yang dipesan itu harus tersedia pada waktu pengambilannya.
Misalnya, kurma ruthob (fresh, baru panen) akan berbuah pada musim
panas, lalu janjinya kurma akan diserahkan pada musim dingin. Maka
seperti ini tidaklah sah karena kurma ruthob tersebut tidak bisa
diserahterimakan.
 Disebutkan tempat pengambilannya.
 Harganya jelas. Artinya, ra’sul maal (uang) dalam akad salam harus
haalan (diserahkan di muka) dan jelas. Jika tidak, maka yang terjadi
adalah bai’ dayn bi dayn, jual beli utang dan utang. Ini tidaklah sah.
 Pemesan harus sudah membayar ra’sul maal (uang) sebelum keduanya
berpisah.
 Akad salam harus selesai (naajizan) dan tidak boleh dimasuki khiyar
syarat (janji persyaratan). Karena jika tertunda, maka terjadi gharar dan
khiyar itu menghalangi kepemilikan.

3. Dalil Salam

Dalil yang membolehkan hal ini adalah firman Allah Ta’ala,

9
ُ‫ۚ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإ َذا تَدَايَ ْنتُ ْم بِ َد ْي ٍن ِإلَ ٰى َأ َج ٍل ُم َسمًّى فَا ْكتُبُوه‬
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.” (QS. Al-
Baqarah: 282). Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma menyatakan bahwa ayat ini
turun tentang jual beli salam.

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan,


َ‫َأ ْشهَ ُد َأ َّن ال َّسلَفَ ْال َمضْ ُمونَ ِإلَى َأ َج ٍل ُم َسمًّى َأ َّن هَّللا َ َع َّز َو َج َّل َأ َحلَّهُ َوَأ ِذنَ فِي ِه َوقَ َرَأ هَ ِذ ِه اآليَة‬
)‫(يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإ َذا تَدَايَ ْنتُ ْم بِ َد ْي ٍن ِإلَى َأ َج ٍل ُم َسمًّى‬
“Aku bersaksi bahwa salaf (transaksi salam) yang dijamin hingga waktu yang
ditentukan telah dihalalkan oleh Allah ‘azza wa jalla. Allah telah
mengizinkannya”. Setelah itu Ibnu ‘Abbas menyebutkan firman Allah Ta’ala
(yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya.” (QS. Al-Baqarah: 282) (HR. Al-Baihaqi, 6:18, Al-Hakim,
2:286 dan Asy-Syafi’i dalam musnadnya no. 597. Al-Hakim mengatakan bahwa
hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim, tetapi keduanya tidak
mengeluarkannya).

Ibnu’ Abbas radhiyallahu ‘anhuma juga mengatakan,


َ َ‫ َوهُ ْم يُ ْسلِفُونَ بِالتَّ ْم ِر ال َّسنَتَي ِْن َوالثَّال‬، َ‫قَ ِد َم النَّبِ ُّى – صلى هللا عليه وسلم – ْال َم ِدينَة‬
« ‫ فَقَا َل‬، ‫ث‬
ٍ ُ‫ ِإلَى َأ َج ٍل َم ْعل‬، ‫وم‬
‫وم‬ ٍ ُ‫وم َو َو ْز ٍن َم ْعل‬ٍ ُ‫» َم ْن َأ ْسلَفَ فِى َش ْى ٍء فَفِى َكي ٍْل َم ْعل‬
“Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, mereka
(penduduk Madinah) mempraktikkan jual beli buah-buahan dengan sistem salaf
(salam), yaitu membayar di muka dan diterima barangnya setelah kurun waktu
dua atau tiga tahun kemudian. Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Siapa yang mempraktikkan salam dalam jual beli buah-buahan,
hendaklah dilakukannya dengan takaran yang diketahui dan timbangan yang
diketahui, serta sampai waktu yang diketahui.” (HR. Bukhari, no. 2240 dan
Muslim, no. 1604)

10
Adapun dalil ijmak (kesepakatan para ulama) sebagaimana dinukil oleh Ibnul
Mundzir. Beliau rahimahullah mengatakan,
ّ ‫أجمع ك ّل من نحفظ عنه من أهل العلم على‬.
‫أن السّلم جائز‬
“Setiap ulama yang kami mengetahui perkataannya telah bersepakat (berijmak)
tentang bolehnya jual beli salam.”

D. Hajr

1. Pengertian Hajr

Hajr secara bahasa artinya mempersempit dan menghalangi. sebagaimana


dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang Arab badui
yang berkata, “Ya Allah sayangilah aku dan sayangilah Muhamad, dan jangan
Engkau menyayangi seorang pun bersama kami,” maka Beliau bersabda:

ِ ‫لَقَ ْد َح َجَرْ تَ َو‬


‫اسعًا‬
“Kamu telah cegah sesuatu yang luas,” maksudnya rahmat Allah. (HR. Bukhari)

Sedangkan secara syara’ hajr artinya mencegah seseorang melakukan


tindakan dalam hartanya.

2. Dasar Hukum Hajr

Dalil tentang hajr adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ً‫َوالَتُْؤ تُوا ال ُّسفَهَآ َء َأ ْم َوالَ ُك ُ›م الَّتِي َج َع َل هللاُ لَ ُك ْم قِيَا ًما َوارْ ُزقُوهُْ›م فِيهَا َوا ْكسُوهُْ›م َوقُولُوا› لَهُ ْم قَوْ ال‬
‫َّم ْعرُوفًا‬
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna
akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah
sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta
itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik. (QS. An Nisaa’: 5)

11
Orang yang belum sempurna akalnya ialah anak yatim yang belum baligh
atau orang dewasa yang tidak dapat mengatur harta bendanya, termasuk pula
orang-orang yang sama dengan mereka seperti orang gila dan anak kecil.
Dilakukan pencegahan adalah agar tidak merusak hartanya dan
menghilangkannya, dan tidak diserahkan hartanya kecuali setelah benar-benar
cerdas. Dan bagi wali berhak mengatur harta mereka jika maslahat
menghendaki. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan ujilah anak yatim
itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. kemudian jika menurut
pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah
kepada mereka harta-hartanya. “ (QS. An Nisaa’: 6)
Menguji di ayat ini adalah mengadakan penyelidikan terhadap mereka
tentang keagamaan, usaha-usaha mereka, kelakuan mereka dan lain-lain sampai
diketahui bahwa anak itu dapat dipercayai.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga melakukan penghajran terhadap
sebagian sahabat agar ia membayar hutang yang ditanggungnya.

12
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan tersebut,jual beli khiyar salam dan hajr meliputi ;
1. khiyar ialah mencari kebaikan dari dua perkara, melangsungkan atau
membatalkan jual beli.
2. Macam-macam khiyar ada tiga yaitu, Khiyar Syarat, Khiyar Ta’yin
Khiyar Aib, Khiyar Ru’yah, Khiyar Majlis.
3. Salam adalah “menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda, atau
menjual suatu (barang) yang cirri-cirinya jelas dengan pembayaran modal
lebih awal, sedangkan barangnya diserahkan kemudian hari.
4. Dalam salam memiliki syarat dan rukun yang harus atau wajib dipenuhi
sebagaimana yang telah disampaikan.
B. Implikasi
Untuk melengkapi penelitian ini dikemukakan implikasi penelitian untuk
diiadikan bahan penelitian lanjutan atau bahan pegangan dalam pengalaman
nilainilai. normative syari'at Islam sebagai berikut :
1. Penelusuran ayat-ayat yang memakai kata ataupun yang mempunyai
relevansi dengan penerapan khiyar atau kata-kata yang mempunyai makna dan
arti yang sama ataupun dapat dianalogikan. Penelitian ini mengungkap realitas
yang kongkirt dimasyarakat serta ditinjau dari apske Qur'ani, Hadits Nabi Saw
dan sebagainya dengan melakukan strukturasi secara mendalam.
2. Penelitian tentang berbagai hal yang diterangkan dalam al-Qur'an Hadits nabi
Saw dan pendapat para Ualam atau ahli fiqh mengenai penerapan khiyar dalam
jual beli tetap relevan bahkan menjadi stimultan dari masa ke masa. Hasil
penelitian in dapat mengungkap tetnang penerapan khiyar yang diingin syari'at
Islam. Semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pegangan bagi imat
Islam umurnnya dan generasi muda ilsam khususnya.

13
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'until Karim.
Abd Azis, Dahalan, Ensilclopedi Hukum Islam III, Cet. I, Jakarta ; Penerbit : Itjtihar van
Hoften, 1996.
Abdullah, Hafid, Kunci Figh Svafi'i, Cet. I, Semarang ; Penerbit : CV. Asy-Syifa', 1992.
Abis As-Sindi, Muhammad, Syekh., MusnadSyafi'i :Juz II, Cet. 11, Banduing; Penerbit:
PT Sinar Baru Al-Gesindo, 1996..
Al-Bukhari Muhammad bin Ismail Al-Imam Abu Abdullah, Shahih Bukhari, Juz III
Tarjamah Achmad Suranto, Cet. I, Semarang ; Penerbit : CV. Ash-Syifa', 1992.
Al-`Assal Muhammad Ahmad et. All., Sistem Prinsip clan Tujuan Ekonona Islam, Cet. I,
Bandung; Penerbit : CV. Pustaka Setia, 1999.
Anwar, Mohamad, H., Figh Islam Mu'amalah, Faraid dan finctyah (Hukum Perdata dan
Pidana Islam beserta Kaidahkaidah Hukumnya), Bandung; Penerbit : PT. Al- Ma'arif,
1988.
---------, TamMalan Tagrib,Bandung ; Penerbit : PT. AlMa'arif, 1991. Antis. Bev.
Terjemah Swum ,411-Nasai', (-et. 1. Semarang: Penerbit : Asy-Syifa.. 1993.. AlImam.. .-
1/-Chum Terjemah Mid X oleh Yukub, Cet. I. Semarang: Penerbit : CV. Faizan, 1988.
Az-Zuhaili, Wahbah, al-Figh al-Islam IVO Adilatuhur, Hid IV.. Dar alFikr, Beirut Chapra.
M Umer. Dr., Al-Qur'an 'Wimp( Sistem Moneter rang Add, Al-Qur- 'an Men* S'istem
Moneter yang Ada, Yogyakart, Penerbit : PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997.
DepDikBud.. Kumus Basalt Bahasa Indone,sla, Cet. 11. Jakarta, Penerbit : Balai
Puistaka, 1989. Haroen, Nasrun, MA.. Dr.,H., Figh Mu'amalah, Cet. I, Jakarta; Penerbit:
Gaya Media Pratama, 1420 H/ 2000 M.
Harahan Sayan Syafri, Akuntansi Islam, Cet. I, Jakarta; Penerbit Burnt Aksara, 1997.
Jacob, Hamzah, Dr., Kode EtikDagang Menurut Islam, Cet. I,Bandunug Penerbit
Diponegoro, 1984.

14

Anda mungkin juga menyukai