Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

JUAL BELI, KHIYAR, SALAM, DAN RIBA

Disusun untuk memenuhi tugas Ilmu Fiqih 2

Dosen Pengampu : Ahmad Rifqi Azmi, M.ag

Disusun Oleh :

1. Ahmad Nur Khozin (220101315)


2. Hidayatus Sofvi Rahmadani (220101254)

PROGRAM STUDI
FIQIH 2 FAKULTAS
TARBIYAH
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI
2023/2024
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah memberi
kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami dengan tepat
waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga terlimpahkan
kepada baginda tercinta Nabi Muhammad SAW yanh kita nantikan syafaatnya
diyaumul qiyamah. Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran sehingga kami
mampu menyelesaikan makalah ini sebagai tugas mata kuliah FIQIH 2 yang berjudul
“JUAL BELI, KHIYAR, SALAM, DAN RIBA”Kami tentu menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan
didalamnya. Untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini , supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar besarnya. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen mata kuliah kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Bojonegoro, 5 Februari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR… ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI. ........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN. .......................................................................................................1

A. Latar Belakang ..........................................................................................................1


B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
C. Tujuan ...................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN. ......................................................................................................... 2

A. Jual Beli ................................................................................................................... 2


B. Khiyar ...................................................................................................................... 3
C. Salam ........................................................................................................................5
D. Riba….......................................................................................................................5

BAB III PENUTUP................................................................................................................... 7

A. Kesimpulan............................................................................................................... 7
B. Saran.......................................................................................................................... 7

Daftar Pustaka............................................................................................................... 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Jual beli merupakan akad yang sangat umum digunakan oleh masyarakat, karena dalam setiap
pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya, masyarakat tidak bisa berpaling untuk meninggalkan akad ini. Dari
akad jual beli ini masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti kebutuhan pokok
(primer), kebutuhan tambahan (sekunder) dan kebutuhan tersier.Kehidupan bermuamalah memberikan
gambaran mengenai kebijakan perekonomian. Banyak dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
memenuhi kehidupannya dengan cara berbisnis. Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatuorganisasi yang
menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya untuk mendapatkan laba

2. RUMUSAN MASALAH

A. Apa definisi jual beli, khiyar, salam, dan riba?

B. Bagaimana hokum jual beli, khiyar, salam,dan riba?

C. bagaimana rukun jual beli, khiyar, salam, dan riba?

3. TUJUAN

A. Untuk mengetahui definisi jual beli, khiyar, slam, dan riba.

B. Untuk mengetahui hokum jual beli, khiyar, slam, dan riba.

C.Untuk mengetahui rukun jual beli khiyar, slam, dan riba.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Jual Beli
1. Definisi Jual Beli

Jual beli dalam istilah fiqh disebut dengan al-bai’ yang artinya menjual, mengganti, dan menukar
sesuatu dengan yang lain. Lafad al-baI’ dalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk pengertian
lawannya, yakni kata asy-syira’ (beli). Dengan demikian kata al-bai’ berarti jual, tetapi sekaligus juga
berartibeli1.

Perkataan jual beli terdiri dari dua suku kata yaitu jual dan beli. Sebenarnya kata jual dan beli
mempunyai arti yang satu sama lainnya bertolak belakang. Kata jual menunjukan bahwa adanya
perbuatan menjual, sedangkan beli adalah adanya perbuatan membeli. Dengan demikian perkataan jual
beli menunjukan adanya dua perbuatan dalam satu peristiwa, yaitu satu pihak menjual dan pihak lain
membeli, maka dalam hal ini terjadilah peristiwa hukum jual beli1

2. Landasan Hukum Jual Beli

Jual beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama manusia mempunyai landasan yang kuat
dalam al-Quran dan sunnah rasulullah SAW. Terdapat sejumlah ayat al-Quran yang berbicara tentang jual
beli. Diantaranya dalam surat al-Baqarah (2) ayat 275, yang berbunyi:

‫اَّللُ ا لْبَ يْ َع َو َح َّرمَ الرِّ َب‬


َّ َّ‫أَح ل‬
َ ‫َو‬
‘‘Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba’’

Dari kandungan ayat-ayat Allah dan sabda-sabda Rasul diatas, para ulama fiqh mengatakan
bahwa hukum asal dari jual beli itu adalah mubah (boleh). Akan tetapi, pada situasi-situasi tertentu,
menurut imam asy-Syatibi (w.790H), pakar fiqh Maliki, hukumnya boleh berubah menjadi wajib. Imam

1 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta:Gaya Media Pratama,2000),1112

2
Asy-Syatibi memberi contoh ketika terjadi praktik ihtikar (penimbunan barang sehingga stok hilang dari
dari pasar dab harga melonjak naik)2

3. Rukun dan Syarat Jual Beli

Jual beli mempunyai rukun dan syarat yang harus dipenuhi, sehingga jual beli itu dapat dikatakan
sah oleh syara’. Oleh karena itu, perjanjian jual beli ini merupakan perbuatan hukum yang mempunyai
konsekuensi terjadinya peralihan hak atas sesuatu barang dari pihak penjual kepada pihak pembeli, maka
dengan sendirinya dalam perbuatan hukum ini harus dipenuhi rukun dan syarat sahnya jual beli. 1

Adapun rukun jual beli terdiri dari tiga macam:

a. Orang yang berakad (penjual dan pembeli)


b. Ma’qud Alaih (benda /barang)
c. Aqd (ijab dan qabul)

Syarat Orang yang berakad (penjual dan Pembeli)Bahwa kedua belah pihak yang melakukan

perjanjian jual beli tersebut haruslah:

a. Berakal
b. Dengan kehendaknya sendiri
c. Keduanya tidak mubazzir
d. Baligh atau dewasa

B. Khiyar

1. Pengertian dan Dasar Hukum Khiyar

Khiyar menurut bahasa (Arab) merupakan isim mashdar dari kata ikhtiyar yaitu bermakna pilihan
dan bersih. Adapun menurut istilah berarti: Adanya hak bagi kedua belah pihak yang melakukan akad
untuk memilih meneruskan atau membatalkan. 3

1 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta:Gaya Media Pratama,2000),1112


2 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah (Bandung: Diponegoro,2005),47.
3 (Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli. h.32)

3
Hak khiyar ditetapkan syariat islam bagi orang-orang yangmelakukan transaksi perdata agar tidak
dirugikan dalam transaksi yangmereka lakukan, sehingga kemaslahatan yang dituju dalam suatutransaksi
tercapai dengan sebaik-baiknnya. Tujuan diadakan khiyar oleh syara‟ berfungsi agar kedua orang yang
berjual beli dapat memikirkan kemaslahatan masing-masing lebih jauh, supaya tidak akanterjadi
penyesalan di kemudian hari karena merasa tertipu.

Jadi, hak khiyar itu ditetapkan dalam islam untuk menjaminkerelaan dan kepuasan timbal balik
pihak-pihak yang melakukan jualbeli. Dari satu segi memang khiyar (opsi) ini tidak praktis karena
mengandung arti ketidakpastian suatu transaksi, namun dari segikepuasan pihak yang melakukan
transaksi, khiyar ini yaitu jalan terbaik.

Yang diperbolehkan dalam memakan harta orang lain adalahdengan jalan perniagaan yang saling

“berkeridhaan” (suka sama suka)di antaramu (kedua belah pihak). Walaupun kerelaan adalah sesuatuyang

tersembunyi di lubuk hati, tetapi indikator dan tanda-tandanyadapat terlihat. Ijab dan qabul, atau apa saja

yang dikenal dalam adat kebiasaan sebagai serah terima adalah bentuk-bentuk yang digunakanhukum

untuk menunjukkan kerelaan.4

2. Macam- macam Khiyar

a. Khiyar Ta’yin, Khiyar ta‟yin merupakan hasil kesepakatan anatara penjual dan pembeli untuk
mengakhirkan untuk penentuan pilihan objek transaksi dalam jangka waktu tertentu, dan hak tersebut
hanya dimiliki salah satu pihak saja.

b. Khiyar Syarat, Khiyar Syarat adalah hak untuk meneruskan atau membatalkan jual beli dengan adanya
syarat tertentu.

c. Khiyar aib, Aib diartikan sebagai sesuatu yang dapat mengurangi nilai ekonomis objek transaksi, bisa
dalam bentuk fisik (misalnya, kaca spion pecah) atau non-fisik (seperti, starter engine system-nya
tidak 46berfungsi).

d. Khiyar Ru’yah, Hanafiyah membolehkan khiyar ru’yah dalam transaksi jual beli, dimana pembeli
belum melihat objek akad secara langsung.

e. Khiyar MajlisKhiyâr, al-majlis berasal dari bahasa Arab terdiri dari kata alKhiyâr dan al-Majlis.

4 (Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, h. 5


4
C. Salam

a. Pengertian Salam

Secara bahasa, transaksi (akad) digunakan berbagai banyak arti, yang hanya secara keseluruhan
kembali pada bentuk ikatan atau hubungan terhadap dua hal yaitu as-Salam atau disebut juga as-Salaf.
Kedua istilah tersebut merupakan istilah dalam bahasa arab yang mengandung makna penyerahan.
Sedangkan para fuqaha’ menyebutnya dengan al- Mahawij (barang- barang mendesak) karena ia sejenis
jual beli barang yang tidak ada di tempat, sementara dua pokok yang melakukan transaksi jual beli
mendesak. (Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah V Mujahidin Muhayan

Dengan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dinamakan salam adalah
jual beli yang pembayarannya di muka dan penyerahan barang di kemudian hari dengan harga, spesifikasi,
jumlah, kualitas, tanggal dan tempat penyerahan yang jelas, serta di sepakati sebelumnya dalam perjanjian.

b. Rukun dan Syarat as-Salam

Sebagaimana jual beli, dalam akad as-Salam harus terpenuhi rukun dan syaratnya. Adapun
rukun asSalam menurut jumhur ulama’ ada 3, yaitu :

1) Sighat, yaitu ijab dan qabul

2) ‘Aqidani (dua orang yang melakukan transaksi), yaitu orang yang memesan dan orang yang

menerima pesanan

3) bjek transaksi, yaitu harga dan barang yang dipesan

D. Riba

1. Definisi Riba

Secara etimologi riba berarti Az-Ziyadah artinya tambahan. Sedangkan menurut terminologi
adalah kelebihan/tambahan pembayaran tanpa ada ganti/imbalan yang disyaratkan bagi salah seorang dari
dua orang yang membuat akad (transaksi). Diantara akad jual beli yang dilarang keras antara lain adalah
Riba .Riba secara bahasa berarti penambahan, pertumbuhan, kenaikan, dan ketinggian. Sedangkan
menurut syara’, riba berarti akad untuk satu ganti khusus tanpa diketahui perbandingannya dalam
penilaian syariat ketika berakad atau bersama dengan mengakhirkan kedua ganti atau salah satunya

5
Dengan demikian riba menurut istilah ahli fikih adalah penambahan pada salah satu dari dua ganti
yang sejenis tanpa ada ganti dari tambahan ini. Tidak semua tambahan dianggap riba, karena tambahan
terkadang dihasilkan dalam sebuah perdagangan dan tidak ada riba didalamnya hanya saja tambahan yang
di istilahkan dengan nama ‘riba’ dan al-Qur’an datang menerangkan pengharamannya adalah tambahan
yang diambil sebagai ganti rugi dari tempo yang ditentukan5.

2. Hukum Riba

. Ayat yang melarang riba: 1) Surah Ali-Imran: 130Terjemahannya : “Hai orang-orang yang
beriman! Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah
supaya kamu mendapat keberuntungan.”

Larangan riba yang terdapat dalam al-Qur’an tidak diturunkan sekaligus, melainkan diturunkan
dalam empat tahap: Tahap pertama, menolak amggapan bahwa pinjaman riba yang pada zhahirnya
seolah-olah menolong mereka yang memerlukan sebagai suatu perbuatan mendekati atau taqarrub kepada
Allah. Tahap kedua, riba digambarkan sebagai suatu yang buruk. Allah mengancam memberi balasan
yang keras kepada orang Yahudi yang memakan riba. Tahap ketiga, riba diharamkan dengan dikaitkan
kepada suatu tambahan yang berlipat ganda Tahap terakhir, Allah dengan jelas dan tegas mengharam-kan
apapun jenis tambahan yang diambil dari pinjaman.6.

3. Macam- macam Riba

1) Riba Fadhl, yaitu tukar menukar dua barang yang sama jenisnya dengan kualitas berbeda yang
disyaratkan oleh orang yang menukarkan.

2) Riba Yadd, yaitu berpisah dari tempat sebelum ditimbang dan diterima.

3) Riba Nasi’ah yaitu riba yang dikenakan kepada orang yang berhutang disebabkan memperhitungkan
waktu yang ditangguhkan.

4) Riba Qardh, yaitu meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan atau tambahan bagi orang yang
meminjami atau yang memberi hutang7

5 Sjahdeini, Sutan Remy, Perbankan Syariah Produk-produk dan Aspek-aspek Hukumnya (Jakarta: Kencana
Prenamedia Group, 2014) h. 171.
6 Azzam Abdul, Aziz Muhammad, Fiqh Muamalat System Transaksi dalam Islam (Jakarta: AMZAH. 2010) h. 215
7 Sjahdeini, Sultan Remy, h,

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jual beli dalam istilah fiqh disebut dengan al-bai’ yang artinya menjual, mengganti, dan
menukar sesuatu dengan yang lain. Lafad al-baI’ dalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk
pengertian lawannya, yakni kata asysyira’ (beli)

Khiyar menurut bahasa (Arab) merupakan isim mashdar dari kata ikhtiyar yaitu bermakna
pilihan dan bersih. Adapun menurut istilah berarti: Adanya hak bagi kedua belah pihak yang
melakukan akad untuk memilih meneruskan atau membatalkan.

Riba menurut istilah ahli fikih adalah penambahan pada salah satu dari dua ganti yang
sejenis tanpa ada ganti dari tambahan ini. Tidak semua tambahan dianggap riba, karena
tambahan terkadang dihasilkan dalam sebuah perdagangan dan tidak ada riba didalamnya hanya
saja tambahan yang di istilahkan dengan nama ‘riba’ dan al-Qur’an datang menerangkan
pengharamannya adalah tambahan yang diambil sebagai ganti rugi dari tempoyang ditentukan.

Disimpulkan bahwa yang dinamakan salam adalah jual beli yang pembayarannya di
muka dan penyerahan barang di kemudian hari dengan harga, spesifikasi, jumlah, kualitas,
tanggal dan tempat penyerahan yang jelas, serta di sepakati sebelumnya dalam perjanjian.

B.Saran
Demikian penulisan makalah ini, mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahaan
penulisan makalah ini kami berharap mendapatkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini lebih bermanfaat dan lebih baik di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Aminnn.

7
DAFTAR PUSTAKA

Haroen, Nasrun. 2004. Fiqh Muamalah, Jakarta:Gaya Media Pratama Departemen Agama

RI. 2005. Al-Quran dan Terjemah. Bandung:Diponegoro

Sjahdeini, Remi Sutan, 2014. Perbankan Syariah Produk-produk dan Aspek- aspek
Hukumnya Jakarta: Kencana Prenamedia Group

Azzam Abdul, Aziz Muhammad. 2010 Fiqh Muamalat System Transaksi dalam Islam
Jakarta:AMZAH

Anda mungkin juga menyukai