Disusun oleh:
2024
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................2
BAB 1............................................................................................................................3
PENDAHULUAN........................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................3
BAB 2............................................................................................................................4
PEMBAHASAN...........................................................................................................6
BAB III.......................................................................................................................14
PENUTUP..................................................................................................................14
A. Kesimpulan......................................................................................................14
B. Saran................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................15
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jual beli dan ba'i al-murabahah merupakan konsep yang terkait dengan
transaksi pembiayaan syariah. Murabahah adalah kontrak jual-beli dimana bank
bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Dalam kontrak
murabahah, harga barang ditambah dengan keuntungan yang disepakati sebelum
transaksi dilakukan. Akad murabahah adalah perjanjian jual beli antara bank dan
nasabah, dimana bank membeli barang yang diperlukan nasabah kemudian
menjualnya kepada nasabah dengan harga yang ditentukan.
Jual beli dan ba'i al-murabahah diatur dalam hukum Syariah. Dalam Fatwa
DSN, dijelaskan tentang bagaimana jalannya akad murabahah di lembaga
keuangan syariah. Dalam transaksi murabahah, beberapa ketentuan harus
dipenuhi, seperti adanya objek jual beli yang diperbolehkan, harga yang
disebutkan secara jelas, dan terjadinya kontrak antara penjual dan pembeli.
Jual beli dan ba'i al-murabahah memiliki manfaat yang beragam, seperti
menambah khasanah wacana keilmuan dalam bidang hukum muamalat,
khususnya yang berhubungan dengan praktek pembiayaan murabahah. Penelitian
tentang jual beli dan ba'i al-murabahah dapat menjadi rujukan pengembangan
penelitian lain yang memusatkan kajian muamalah khususnya tentang pembiayaan
murabahah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Jual beli?
2. Apa pengertian Ba’i al murabahah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu jual beli.
3
2. Untuk mengetahui apa itu ba’i al murabahah.
BAB 2
PEMBAHASAN
Dengan demikian perkataan jual beli menunjukkan adanya perbuatan dalam satu
kegiatan, yaitu pihak penjual dan pembeli. Maka dalam hal ini terjadilah transaksi
jualbeli yang mendatangkan akibat hukum, Jual beli dalam Islam telah ditentukan
baik berdasarkan Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Landasan al-Qur’an dalam
firman Allah surat al-Baqarah ayat 275 :
1
Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perjanjian Islam Di Indonesia, (Yogyakarta Gajah
Madauniversity Press), hlm 40
4
urusannya (terserah) kepada Allah. Siapa yang mengulangi (transaksi riba),
mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya."
Secara bahasa, ba’i (jual beli) berarti pertukaran sesuatu dengan sesuatu. Secara
istilah, menurut madzhab Hanafiyah, jual beli adalah pertukaran harta (mal)
dengan harta dengan menggunakan cara tertentu. Pertukaran harta dengan harta
disini, diartikan harta yang memiliki manfaat serta terdapat kecenderungan
manusia untuk menggunakannya, cara tertentu yang dimaksud adalah sighat atau
ungkapan atau ijab dan qabul.
a) Dasar Hukum
(An-Nisa’: 43) َو َأَح َّل َّهللاُ اْلَب ْیَع َو َح َّر َم الِّر َبا
5
dengan pencipta dalam bentuk ibadah dan peraturan antar sesama
manusia yang disebut murabahah.
ii) Wajib, umpamanya wali menjual harta anak yatim apabila terpaksa,
begitu juga Qodli menjual harta muflis (orang yang lebih banyak
utangnya daripada hartanya). Sebagaimana yang akan diterangkan
nanti.
iii) Haram, sebagaimana yang telah diterangkan pada rupa-rupa jual beli
yang dilarang.
iv) Sunah, misalnya jual beli kepada sahabat atau famili yang dikasihi, dan
kepada orang yang sangat membutuhkannya.
Jual beli yang mabrur adalah setiap jual beli yang tidak ada
dusta dan khianat, sedangkan dusta adalah penyamaran dalam
barang yang dijual,dan penyamaran itu adalah penyembunyian aib
barang dari penglihatan pembeli. Adapun makna khianat itu lebih
umum dari itu, sebab selain menyamarkan bentuk barang yang
dijual, sifat, atau hal-hal luar seperti dia menyifatkan dengan sifat
yang tidak benar atau memberi tahu arti yang dusta.2
Akad ialah ikatan kata antara penjual dan pembeli, jual beli belum
dikatakan sah sebelum ijab dan kabul dilakukan, sebab ijab kabul
2
Dr. Mardani, Fiqih ekonom syari’ah Fiqih Muamalah,(Kencana,Jakarta), hlm 103
6
menunjukkan kerelaan (keridhaan), pada dasarnya ijab kabul dilakukan
dengan lisan, tapi kalau tidak mungkin seperti bisu atau yang lainnya,
maka boleh ijab kabul surat menyurat yang mengandung arti ijab kabul.3
Untuk sahnya jual beli yang dilakukan beberapa rukun dan syarat
yang harus dipenuhi, yaitu:
a. Berakal, bagi yang gila, bosoh dan lainya tidak sah melakukan
jual beli.
a. Suci, najis tidak sah dijadikan uang dan tidak sah dijual.
3
Drs. H. Hendi Suhendi, Msi. Fikih muamalah membahas ekonomi islam (Raja Grafindo
Persada: Jakarta), hlm. 70
7
3. Sighatul akad
Ada beberapa macam jual beli yang dilarang oleh agama, teapi sah
hukumnya, tetapi orang yang melakukannya mendapatkan dosa.
(2) Menawar barang yang sedang ditawar oleh orang lain seperti
sesorang berkata, “Tolaklah harga tawarannya itu, nanti aku yang
membeli dengan harga yang lebih mahal”. Hal ini dilarang karena
menyakitkan orang lain.
(3) Jual beli dengan Najasyi ialah seseorang menambah atau melebihi
harga temannya dengan maksud memancing-mancing orang agar
orang itu mau membeli barang kawannya. Hal ini dilarang agama.
8
(4) Menjual di atas penjualan orang lain, umpamanya seseorang
berkata: Kembalikan saja barang itu kepada penjualnya, nanti
barang ku saja kau beli dengan harga yang lebih muarah dari itu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA