JUAL BELI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada
Mata Kuliah Fiqih Muamalah
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian, Dasar Hukum, Hukum, Rukun dan Syarat Jual Beli...2
B. Bentuk Jual Beli yang dilarang................................................7
C. Hikmah dan Manfaat Jual Beli.........................................................10
D. Pelaksanaan Jual Beli yang Benar dalam Kehidupan.......................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam mengatur setiap segi kehidupan umatnya. Mengatur
hubungan seorang hamba dengan Tuhannya yang biasa disebut dengan
muamalah ma’allah dan mengatur pula hubungan dengan sesamanya yang
biasa disebut dengan muamalah ma’annas. Nah, hubungan dengan sesama
inilah yang melahirkan suatu cabang ilmu dalam Islam yang dikenal dengan
Fiqih muamalah. Aspek kajiannya adalah sesuatu yang berhubungan
dengan muamalah atau hubungan antara umat satu dengan umat yang
lainnya. Mulai dari jual beli, sewa menyewa, hutang piutang dan lain-lain.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap hari, setiap muslim pasti
melaksanakan suatu transaksi yang biasa disebut dengan jual beli. Si penjual
menjual barangnya, dan si pembeli membelinya dengan menukarkan barang
itu dengan sejumlah uang yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.Jika
zaman dahulu transaksi ini dilakukan secara langsung dengan bertemunya
kedua belah pihak, maka pada zaman sekarang jual beli sudah tidak terbatas
pada satu ruang saja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian, dasar hukum, hukum dan rukun dan syarat jual bei?
2. Bagaimana bentuk jual beli yang dilarang?
3. Apa manfaat dan hikmah jual beli?
4. Bagaimana pelaksanaan jual beli yang benar dalam kehidupan?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian, dasar hukum, hukum dan rukun jual beli.
2. Mengetahui bentuk jual beli yang dilarang.
3. Mengetahui hikmah dan manfaat jual beli.
4. Mengetahui pelaksanaan jual beli yang benar dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian, Dasar Hukum, Hukum, Rukun dan Syarat Jual Beli
Definisi Jual Beli1
Jual beli (al-bay) secara bahasa artinya memindahkan hak milik
terhadap benda dengan akad saling mengganti, dikatakann : ba’a asy-
syaia jika ia mengeluarkannya dari hak miliknya, dan ba’ahu jika ia
membelinya dan memasukannya ke dalam hak miliknya. Adapun
makna bay’i (jual beli) menurut istilah menurut syaikh Al-Qalyubi
dalam Hasyiyah-nya bahwa : “Akad saling mengganti dengan harta yang
berakibat kepemilikan terhadap suatu benda atau manfaat untuk tempo
waktu selamanya dan bukan untuk bertaqarrub kepada Allah.”
Ada juga yang mendefinisikan jual beli sebagai pemilikan terhadap
harta atau manfaat untuk selamanya dengan bayaran harta.
Dasar Hukum Jual Beli
Jual beli disyariatkan berdasarkan al-Qur’an. Allah Subhanahu
wata’ala berfirman :
َو َاَح َّل ْا ُهَّلل ْاْلَبْيَع َو َح َّر َم ْالِّر َبوْا
“padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”(al-
Baqarah : 275)
Juga berdasarkan as-Sunnah al-Qauliyyah (sabda Rasullullah
salallahu alaihi wassallam) dan as-Sunnah al- Fi’liyah (perbuatan
Rasullullah salallahu alaihi wassallam )
َاْلَبِّيَع اِن ِبا ْلِخَياِر َم ا َلْم َيَتَفَّر َقا
“pihak pembeli dan pihak pejual memiliki hak khiyar (memilih) selama
keduanya belum berpisah.”
1 http//referensimakalah.com/2012/09/pengertian-bahsa-dari-segi-bahasa-dan-
istilah.html?m=1
Allah mengharamkan memakan harta orang lain dengan cara batil
yaitu tanpa ganti dan hibah, yang demikian itu adalah batil berdasarkan
ijma’ umat dan termasuk di dalamnya juga semua jenis akad yang rusak
yang tidak boleh secara syara’ baik karena ada unsur riba atau jahalah (tidak
diketahui), atau karena kadar ganti yang rusak seperti minuman keras, babi
dan yang lainya dan jika yang diakadkan itu adalah harta perdagangan,
maka boleh hukumnya, sebab pengecualian dalam ayat di atas adalah
terputus karena harta perdagangan bukan termasuk harta yang tidak boleh
dijualbelikan. Ada juga yang mengatakan istitsna’ (pengecualian) pada ayat
bermakna lakin (tetapi) artinya akan tetapi, makanlah dari harta
perdagangan, dan perdagangan adalah gabungan antara penjualan dan
pembelian.2
Adapun dalil sunnah diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan
dari Rasulullah salallahu’alaihi wassallam, beliau bersabda :“Sesungguhnya
jual beli itu atas dasar saling ridha.” Ketika ditanya tentang usaha apa yang
paling utama, Nabi salallahu’alaihi wassallam menjawab : “Usaha seseorang
dengan tangannya sendiri, dan setiap jual beli yang mabrur.” Jual beli yang
mabrur adalah setiap jual beli yang tidak ada dusta dan hianat, sedang dusta
itu adalah penyamaran dalam barang yang dijual, dan penyamaran itu adalah
menyembunyikan aib barang dari penglihatan pembeli. Adapun makna
hianat ia lebih umum dari itu, sebab selain menyamarkan bentuk barang
yang dijual, sifat, atau hal-hal luar seprti ia menyifatkan dengan sifat yang
tidak benar atau memberi tau harga yang dusta.
َنَهى َر ُسْو ُل ِهَّللا َع ْن َبْيِع اْلَغ َر ِر
“Telah melarang Rasulullahu’alaihi wassallam jual-beli barang yang
samar.”(H.R. Muslim)
َال َتْش َتُرو االَس َم َك ِفى ْالَم اِء َفِاَّنُه َغ َر ٌر
5 Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri,Minhajul Muslim,(Jakarta : Darul Haq 2017) hlm. 635
3)Apabila jual beli itu dilakukan dengan saling mempertukarkan barang
maka barang yang dijadikan nilai tukar bukan barang yang diharamkan oleh
syara’, seperti babi, dan khamar, karena kedua jenis benda ini tidak bernilai
menurut syara’.
B. Macam-Macam Jual Beli yang dilarang6
1) Jual beli yang dilarang dengan sebab yang berakad
Jual beli yang dilarang dengan sebab yang berakad (penjual dan
pembeli) adalah:
b) Jual beli anak kecil baik yang sudah tamyiz maupun tidak, sampai baligh.
Catatan tentang hukum jual beli anak kecil yang belum baligh
namun sudah tamyiz.Para ulama sepakat bahwa jual beli anak kecil yang
belum tamyiz tidak sah, namun yang sudah tamyiz tapi belum baligh ada
yang mengatakan jual belinya sah ada juga yang mengatakan tidak
sah. Penulis berpendapat bahwa jual beli anak kecil yang sudah tamyiz
namun belum baligh adalah sah jika mendapat izin dari orang tua/wali
Oleh karena itu seorang anak kecil yang sudah tamyiz (dapat
usia tamyiz adalah 7 tahun, namun belum baligh maka jual belinya adalah
sah apabila ia mendapat izin dari orang tua/wali dan karena menempati
َو اْبَتُلوا اْلَيَتاَم َح َّتى ِإَذ ا َبَلُغ وا الِّنَك اَح َفِإْن آَنْس ُتْم ِم ْنُهْم ُر ْش ًدا َفاْدَفُعوا ِإَلْيِهْم َأْم َو اَلُهم
6 Prof. Dr. Abdul Azis Muhammad Azzam,Fiqih Muamalat,(Jakarta : Amzah, 2010), hlm.
26
“Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin.
hartanyapen). Namun, jika tidak ada izin wali/orang tua maka jual belinya
tidak sah.”
memperluas mesjid, jalan atau kuburan. Maka pemaksaan ini jual belinya
• Pemaksaan bukan karena hak, maka akad jual beli ini sah, seperti diancam
d) Jual beli yang ditahjir (orang yang ditahan hartanya). Ditahjir yaitu orang
yang bodoh atau karena ada bagian orang lain seperti orang yang punya
hutang . orang yang bodoh yang boros tidak sah jual belinya. Begitu juga
zalim atas sebagian apa yang dimiliki. Ia pura pura membelinya untuk
tahuan)
9 Drs. Gufron Ihsan, M.A, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Prenada Media Grup, 2008), hlm. 89.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Hukum jual beli adalah halal sedangkan riba adalah haram.
Sedangkan menjual barang yang ghaib yang tidak kelihatan, maka
hukumnya tidak boleh. Dan syah menjual setiap barang yang suci yang bisa
dimanfaatkan (menurut syara’) yang dimiliki. Dan tidak syah menjual
barang yang najis (seperti arak, kotoran manusia, bangkai dll) dan tidak
syah menjual barang yang tidak ada manfaatnya (seperti semut kaljengking
dsb.)Jual beli dinyatakan sah atau tidak sah bergantung pada pemenuhan
syarat dan rukun jual beli.
Ada hikmah jual beli seperti, Mencari dan Mendapatkan Karunia
Allah, Menjauhi Riba, menjaga kehalalan rizki, Produktifitas dan Perputaran
Ekonomi, Silahturahmi dan Memperbanyak Jejaring.Sebagai makhluk
sosial, manusia akan selalu berkeinginan untuk menjalin hubungan dengan
mahluk soaial yang lain, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup,
yaitu dengan cara berinteraksi dan menjalin komunikasi lewat bahasa yang
merupakan sarana untuk menyatakan pikiran dan maksud keinginan
individu, bahkan bahasa telah digunakan manusia sejak
zaman purba untuk berkomunikasi dengan sesama manusia, misalnya di
dalam proses perdagangan.
Peran pasar dalam perekonomian sangatlah penting karena banyak
aspek yang bergantung pada keberadaan pasar
B. SARAN
Demikianlah makalah ini saya selesaikan. Saya menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
konstruktif sangat saya harapkan demi kesempernaan makalah-makalah
selanjutnya. Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA