Anda di halaman 1dari 11

JUAL BELI DALAM PANDANGAN ISLAM

Nama anggota:
 M. Alkhafi Indraputra
 Radja Arya Sutha
 Rayida Nurhayati
 Rifda Izzatul Islam
 Ryansyah Bonito Nasution
 Saskiya Putrista

XI IPA
Kata Pengantar
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga
terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya,
sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami susun untuk melengkapi tugas kelompok mata
pelajaran Agama Islam. Kami ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan kami
juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet
yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi
bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga
penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa
yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Indonesia, Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................... ii
BAB I ..................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar belakang ................................................................. 1
B. Rumusan masalah ............................................................ 2
BAB II .................................................................................... 3
PEMBAHASAN..................................................................... 3
A. Pengertian Jual Beli ......................................................... 3
B. Dasar Hukum Jual Beli.................................................... 4
C. Rukun dan Syarat Jual Beli ............................................. 5
D. Macam-macam Jual Beli ................................................. 6
E. Khiyar.............................................................................. 6
BAB III ................................................................................... 8
PENUTUP .............................................................................. 8
A. Kesimpulan ..................................................................... 8
B. Saran ............................................................................... 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Jual beli (bisnis) dimasyarakat merupakan kegiatan rutinitas
yang dilakukan setiap waktu oleh semua manusia. Tetapi jual beli
yang benar menurut hukum Islam belum tentu semua orang
muslim melaksanakannya. Bahkan ada pula yang tidak tahu sama
sekali tentang ketentutanketentuan yang di tetapkan oleh hukum
Islam dalam hal jual beli (bisnis).
Di dalam al-Qur’an dan Hadist yang merupakan sumber
hukum Islam banyak memberikan contoh atau mengatur bisnis
yang benar menurut Islam. Bukan hanya untuk penjual saja tetapi
juga untuk pembeli. Sekarang ini lebih banyak penjual yang lebih
mengutamakan keuntungan individu tanpa berpedoman pada
ketentuan-ketentuan hukum Islam. Mereka cuma mencari
keuntungan duniawi saja tanpa mengharapkan barokah kerja dari
apa yang sudah dikerjakan.
Setiap manusia yang lahir di dunia ini pasti saling
membutuhkan orang lain, aka selalu melakukan tolong menolong
dalam menghadapi berbagai kebutuhan yang beraneka ragam,
salah satunya dilakukan dengan cara berbisnis atau jual beli. Jual
beli merupakan interaksi sosial antar manusia yang berdasarkan
rukun dan syarat yang telah di tentukan. Jual beli diartikan “al-
bai’, al-Tijarah dan al-Mubadalah”. Pada intinya jual beli
merupakan suatu perjanjian tukar menukar barang atau benda
yang mempunyai manfaat untuk penggunanya, kedua belah pihak
sudah menyepakati perjanjian yang telah dibuat.
Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari
bermuamalah antara satu dengan yang lainnya. Muamalah
sesama manusia senantiasa mengalami perkembangan dan
perubahan sesuai kemajuan dalam kehidupan manusia. Oleh
karena itu aturan Allah yang terdapat dalam Alquran tidak
mungkin menjangkau seluruh segi pergaulan yang berubah itu.
Itulah sebabnya ayat-ayat Alquran yang berkaitan dengan hal ini

1
hanya bersifat prinsip dalam muamalat dan dalam bentuk umum
yang mengatur secara garis besar. Aturan yang lebih khusus
datang dari nabi. Hubungan manusia satu dengan manusia
berkaitan dengan harta diatur agama Islam salah satunya dalam
jual beli. Jual beli yang di dalamnya terdapat aturan-aturan yang
seharusnya kita mengerti dan kita pahami. Jual beli seperti apakah
yang dibenarkan oleh syara’ dan jual beli manakah yang tidak
diperbolehkan.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian jual beli?
2. Apa dasar hukum jual beli?
3. Apa saja rukun dan syarat jual beli?
4. Ada berapa macam bentuk jual beli?
5. Apa yang dimaksud dengan khiyar?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jual Beli
Jual beli dalam istilah fikih disebut dengan al’bai yang
berarti menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu
yang lain. Lafal al-bai dalam bahasa arab terkadang digunakan
untuk pengertian lawannya, yakni kata asyi-syira’ (beli). Dengan
kata lain al-bai berarti jual tetapi sekaligus juga berarti beli. Jual
beli menurut bahasa artinya pertukaran atau saling menukar.
Sedangkan menurut pengertian fikih, jual beli adalah menukar
suatu barang dengan barang yang lain dengan rukun dan syarat
tertentu.
Jual beli juga dapat diartikan menukar uang dengan barang
yang diinginkan sesuai dengan rukun dan syarat tertentu. Setelah
jual beli dilakukan secara sah, barang yang dijual menjadi milik
pembeli sedangkan uang yang dibayarkan pembeli sebagai
pengganti harga barang, menjadi milik penjual. Secara etimologi,
jual beli adalah pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain).
Kata lain dari jual beli adalah al-ba’i, asy-syira’, almubadah, dan
at-tijarah. Menurut terminologi, para ulama berbeda pendapat
dalam mendefinisikannya, antara lain:
 Menurut ulama Hanafiyah: Jual beli adalah “pertukaran
harta (benda) dengan harta berdasarkan cara khusus (yang
dibolehkan).”
 Menurut Imam Nawawi dalam Al-Majmu’: Jual beli adalah
“pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan.”
 Menurut Ibnu Qudamah dalam kitab Al-Mugni: Jual beli
adalah “pertukaran harta dengan harta, untuk saling
menjadikan milik.” Pengertian lainnya jual beli ialah
persetujuan saling mengikat antara penjual (yakni pihak
yang menyerahkan/menjual barang) dan pembeli (sebagai
pihak yang membayar/membeli barang yang dijual).

3
B. Dasar Hukum Jual Beli
Jual beli mengalami perkembangan seiring pemikiran dan
pemenuhan kebutuhan manusia. Jual beli yang ada di masyarakat
di antaranya adalah:
 Jual beli barter (tukar menukar barang dengan barang).
 Money charger (pertukaran mata uang).
 Jual beli kontan (langsung dibayar tunai).
 Jual beli dengan cara mengangsur (kredit).
 Jual beli dengan cara lelang (ditawarkan kepada masyarakat
umum untuk mendapat harga tertinggi).
Berbagai macam bentuk jual beli tersebut harus dilakukan
sesuai hukum jual beli dalam agama Islam. Hukum asal jual beli
adalah mubah (boleh). Allah SWT telah menghalalkan praktik
jual beli sesuai ketentuan dan syariat-Nya. Dalam Surah al-
Baqarah ayat 275 Allah SWT berfirman:…‫َُ ََّل َ َح َأ‬ َ َْ َ‫ََّ َح َر َح َ بَْ ب‬
‫…َ ِّررَا‬Artinya:“… dan Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba…” (Q.S. al-Baqarah: 275).
Riba’ adalah haram dan jual beli adalah halal. Jadi tidak
semua akad jual beli adalah haram sebagaimana yang disangka
oleh sebagian orang berdasarkan ayat ini. Jual beli yang
dilakukan tidak boleh bertentangan dengan syariat agama Islam.
Prinsip jual beli dalam Islam, tidak boleh merugikan salah satu
pihak, baik penjual ataupun pembeli. Jual beli harus dilakukan
atas dasar suka sama suka, bukan karena paksaan. Hal ini
dijelaskan oleh Allah dalam surat an-Nisa’ ayat 29
:‫ااج ِ ا َ َومنَ ل َ بن ا َا را بَْاْأ رَ بَنَ َو بم ل َ بو َمَ َ َو بم اَُ ب ََُْمَ َا ا َونَمَ َ َياََّ لَاُّ َيا اَا‬
َ ‫ْ بَّ ا َة‬
َ َ ‫َضا‬‫َر ا‬
‫س َو بم ا َ بََُُْمَ َا ََّ و بن َو بم‬ َ َ‫ُ ا َن ل َ بمك‬ َ َ َ‫َاحَ ِحا ر َو بم َُان‬
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS.
An-Nisa: 29).
Hukum jual beli ada 4 macam, yaitu:

4
 Mubah (boleh), merupakan hukum asal jual beli.
 Wajib, apabila menjual merupakan keharusan, misalnya
menjual barang untuk membayar hutang.
 Sunah, misalnya menjual barang kepada sahabat atau orang
yang sangat memerlukan barang yang dijual.
 Haram, misalnya menjual barang yang dilarang untuk
diperjualbelikan. Menjual barang untuk maksiat, jual beli
untuk menyakiti seseorang, jual beli untuk merusak harga
pasar, dan jual beli dengan tujuan merusak ketenteraman
masyarakat.

C. Rukun dan Syarat Jual Beli


Berikut ini merupakan rukun dan syarat jual beli, diantaranya:
1. Orang yang berakad, syaratnya: berakal, dan orang yang
melakukan akad (penjual dan pembeli)
2. Shighat/ijab kobul, syaratnya: sudah balig dan berakal,
kabul sesuai dengan ijab, dan ijab kabul dilakukan dalam
satu majelis.
3. Barang yang dijual belikan, syaratnya: memiliki manfaat,
barang di jual milik penjual/orang lain yang dipercayakan
untuk dijual, dan barang yang dijual dapat diketahui dengan
jelas baik ukuran, bentuk dan sifatnya.
4. Nilai tukar penggati barang, syaratnya: Kabul harus sesuai
dengan ijab, Ada kesepakatan antara ijab dengan kabul pada
barang yang ditentukan mengenai ukuran dan harganya.,
Akad tidak dikaitkan dengan sesuatu yang tidak ada
hubungannya dengan akad, misalnya: “Buku ini akan saya
jual kepadamu Rp10.000,00 jika saya menemukan uang”,
dan Akad tidak boleh berselang lama, karena hal itu masih
berupa janji.

5
D. Macam-macam Jual Beli
 Yadan biyadin; jual beli secara langsung uang atau barang
(tunai)
 Salam (pesanan) syaratnya; uang dan barang diserahkan
tepat waktu, jelas bentuk, ukuran, jenis, model dan
kriterianya. “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermuamalah tidak secara tunai utk wkt yang
ditentukan hendaklah kamu menuliskannya.”
 Syuf’ah; pembayaran suatu barang yang menjadi milik
bersama sbg pengganti atas
kepemilikan seorang anggota kelompok dari pemilik barang
tersebut.

E. Khiyar
Khiyar dalam bahasa arab berarti pilihan, pembahasan
khiyar dikemukakan para ulama fikih dalam masalah yang
menyangkut transaksi dalam bidang perdata khususnya transaksi
ekonomi sebagai salah satu hak bagi kedua belah pihak yang
melakukan transaksi (akad) ketika terjadi beberapa persoalan
dalam transaksi yang dimaksud. Khiyar dalam jual beli ada tiga
macam yaitu:
 Khiyar majlis
Khiyar majlis adalah hak bagi penjual dan pembeli yang
melakukan akad jual beli untuk membatalkan atau
meneruskan akad jual beli selama mereka masih belum
berpisah dari tempat akad. Apabila keduanya telah berpisah
dari satu majlis, maka hilanglah hak khiyar majlis ini.
 Khiyar syarat
Khiyar syarat adalah suatu keadaan yang membolehkan
salah seorang atau masing-masing orang yang melakukan
akad untuk membatalkan atau menetapkan jual belinya
setelah mempertimbangkan dalam 1, 2, atau 3 hari. Setelah
waktu yang ditentukan tiba, maka jual beli harus segera

6
ditegaskan untuk dilanjutkan atau dibatalkan. Waktu khiyar
syarat selama 3 hari 3 malam terhitung waktu akad.
 Khiyar ‘aibi
Khiyar ‘aibi adalah hak untuk memilih meneruskan atau
membatalkan jual beli karena ada cacat atau kerusakan pada
barang yang tidak kelihatan pada saat ijab kabul. Pada masa
sekarang, untuk memberikan pelayanan yang memuaskan
kepada pembeli, para produsen dan penjual barang biasanya
memberikan jaminan produk atau garansi. Pemberian
garansi juga dimaksudkan untuk menghindari adanya
kekecewaan pembeli terhadap barang yang dibelinya.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jual beli adalah peralihan kepemilikan dengan cara
pergantian menurut bentuk yang diperbolehkan oleh syara’.
Hukum melakukan jual beli adalah boleh (‫ )جمَز‬atau (‫)و ْاح‬.
Rukun jual beli ada tiga yaitu, adanya ‘aqid (penjual dan
pembeli), ma’qud ‘alaih (barang yang diperjual belikan), dan
sighat (ijab qobul). Syaratnya ‘aqid baligh dan berakal, islam bagi
pembeli mushaf, dan tidak terpaksa, syarat bagi ma’qud ‘alaih
adalah suci atau mungkin disucikan, bermanfaat, dapat diserah
terimakan secara cepat atau lambat, milik sendiri, diketahui/dapat
dilihat. Syarat sah shighat adalah tidak ada yang membatasi
(memisahkan), tidak diselingi kata-kata lain, tidak dita’likkan
(digantungkan) dengan hal lain, dan tidak dibatasi waktu.
Jual beli ada tiga macam yaitu, menjual barang yang bisa
dilihat hukumnya boleh/sah, menjual barang yang disifati
(memesan barang) hukumnya boleh/sah jika barang yang dijual
sesuai dengan sifatnya (sesuai promo), menjual barang yang tidak
kelihatan Hukumnya tidak boleh/tidak sah.
B. Saran
Sebagai umat Islam sebaiknya kita selalu melakukan jual beli
sesuai dengan syariat hukum Islam.

Anda mungkin juga menyukai