Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa‟atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Fiqih Muamalah dengan judul “Jual Beli”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada bapak dosen Fiqih Muamalah kami yang telah membimbing dalam
menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3

2.1 Pengertian Jual Beli.................................................................................... 3


2.2 Dasar hukum Jual Beli ............................................................................... 5
2.3 Tujuan Jual Beli ......................................................................................... 8
2.4 Syarat dan Rukun Jual Beli ........................................................................ 9
2.5 Macam-macam Jual Beli............................................................................ 10
2.6 Permasalahan Jual Beli .............................................................................. 11

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 14

3.1. Kesimpulan ............................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sebagai manusia tidak akan terlepas dari
kegiatan sosial, karena pada hakikatnya kita adalah makhluk Allah yang
diciptakan sebagai makhluk sosial. Salah satu kegiatan yang selalu kita jumpai
setiap waktu dan tempat, yang tidak memandang umur, gender, maupun status
kita adalah jual beli. Bahkan jual beli merupakan kegiatan ekonomi yang
esensinya adalah saling tolong menolong antara satu individu dengan individu
lainnya, maupun kelompok satu dengan kelompok lainnya. Hal ini wajar dan
sangat dimaklumi karena itu adalah fitrah sebagai manusia yang selalu hidup
bermasyarakat saling mebantu dan tolong menolong antara individu dengan
individu lainnya guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Jual beli sendiri
merupakan suatu bentuk dari muamalah yang menjadi konsep dasar dalam
kegiatan ekonomi, seperti bisnis. Hal ini dikarenakan karena perdagangan atau
bisnis itu mempunyai substansi jual beli yang kemudian dikembangkan dengan
model-model bisnis yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Didalam al-Qur‟an Allah telah menjelaskan tentang ketentuan-ketentuan


dalam jual beli, seperti yang telah tercantum pada Q.S.an-Nisa ayat 29 :

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَل َتْأُك ُلْٓو ا َاْم َو اَلُك ْم َبْيَنُك ْم ِباْلَباِط ِل ِآاَّل َاْن َتُك ْو َن ِتَج اَر ًة َع ْن‬
‫۝‬٢ ‫َتَر اٍض ِّم ْنُك ْۗم َو اَل َتْقُتُلْٓو ا َاْنُفَس ُك ْۗم ِاَّن َهّٰللا َك اَن ِبُك ْم َر ِح ْيًم ا‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunu
dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Qs. An-
Nisa:29).

Sebenarnya bahasan tentang jual beli ini adalah bagian dari muamalah yang
akan selalu berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini
dikarenakan hal jual beli merupakan hal yang dinamis, namun dengan syarat harus
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang sudah disyariatkan dalam oleh Syari‟at
Islam. Dalam praktek jual beli sendiri, tidak sedikit oknum-oknum perorangan
maupun kelompok yang ingin mendapatkan keuntungan lebih banyak daripada
modal awalnya. Hal ini dikarenakan sifat loba atau tamak yang mudah sekali
merasuki bahkan menjadi darah daging manusia. Mereka tidak memedulikan lagi
ketentuan-ketentuan yang membatasi perkara jual beli ini, asal mendapatkan
untung yang banyak tanpa memerhatikan pihak lain..

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jual beli bagi manusia,kemudian


bagaimana rukun-rukunya maupun tujuan dari jual beli tersebut, maka penulis
berusah untuk menguraikannya pada makalah ini. Dengan harapan kita sebagai
umat Muslim yang baik bisa melaksanakan praktek jual beli yang diridhoi oleh
Allah dan saling menguntungkan satu sama lain.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan pokok yang akan diteliti


oleh penulis antara lain:

1. Menjelaskan Pengertian Jual Beli


2. Menjelaskan Dasar Hukum Jual Beli
3. Menjelaskan Tujuan Jual Beli
4. Menyebutkan Syarat dan Rukunnya
5. Menyebutkan Macam-Macam Jual Beli
6. Menyebutkan Permasalahan pada Jual Beli
1.3. Tujuan Rumusan Masalah

Adapun tujuan dari rumusan masalah tersebut adalah:

1. Mengetahui Pengertian Jual Beli


2. Mengetahui Dasar Hukum Jual Beli
3. Mengetahui Tujuan Jual Beli
4. Mengetahui Syarat dan Rukunnya
5. Mengetahui Macam-Macam Jual Beli
6. Mengetahui Permasalahan pada Jual Beli
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Jual Beli

Jual beli jika dalam istilah Fiqih lebih dikenal dengan lafadzh al-Bai’
( ُ‫) ع ٍْ َب ان‬. Secara bahasa Kata al-Bai’u merupakan masdar} dari asal kata
ba’a -
yabi’u bai’an ٍ ْ‫ ٌَ ِب‬-‫ع‬ ‫ با‬yang berarti menjual. Dalam kitab Fikih Sunnah yang
‫َ بٍْ ًعا‬-‫ُع‬
dikarang oleh ahli Fiqih tekemuka, Sayyid Sabiq beliau memaknai al-bai’u
sebagai pertukaran secara mutlak1. Sedangkan menurut terminology adalah
mempertukarkan sesuatu dengan sesuatu, harta dengan harta dengan dilandasi
saling rela atau pemindahan kepemilikan dengan penukaran dalam bentuk yang
diizinkan..Yusuf As-Sabatin dalam bukunya yang berjudul “Bisnis islami: Kritik
Atas Praktik Bisnis Ala Kapitalis” mendefinisikan bahwa jual beli secara syara’
adalah “pemindahan kepemilikan dengan kompensasi menurut konteks yang
disyariatkan”2.

Para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan al-bai’ (jual beli) ini,
antara lain3:

1. Menurut Ulama Hanafiyyah


:
‫ْى‬ ‫ش ي ْ ب ِ فٍْ ِّ ِب ًِث ع وج ي‬ ‫ي َبا َدَنت‬
‫ص‬ ‫ِه ِّ هَى ٍّ ْخ‬ ‫ٍء ْز ى‬
‫ص‬
‫غ‬

Jual beli adalah pertukaran harta (benda) dengan harta berdasarkan cara
khusus yang dibolehkan.
2. Menurut Imam Nawawi dalam kitab "al-Majmu‟" :
‫ص ْىص‬
ٍّ ‫ي َبا َدَنت ٍ ل ِب ع و ْ ج‬
‫يخ‬ ‫ًَا ٍل يا هَى‬

Jual beli adalah pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan


Jual beli adalah pertukaran harta dengan harta., untuk saling menjadikan
milik
Dari berbagai definisi yang telah dipaparkan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa definisi dari jual beli adalah pertukaran harta dari penjual
kepada pembeli sesuai dengan harga yang disepakati.

Dalam hal ini, al-Bai’u cukup untuk mencakup pengertian dari kebalikan
menjual, yaitu membeli yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah al-shira’
)‫(انشزاء‬. Karena dua lafadz ini ( al-bai’u dan al-shira’ ) merupakan alfa>zh
mushtarakah ( lafazh yang saling berkaitan ).

Dalam agama islam sendiri, telah disyariatkan jual beli ini, karena
merupakan was}ilah kerja, dan menetapkan hukum jual belil adalah mubah
atau boleh. Al-Qur‟an dan hadits juga meyikapi dengan baik dalam hal jual beli
ini. Rasulullah SAW dan umat islam pada masanya memperjualbelikan apa yang
mereka butuhkan dan menghalangi apa yang telah dilarang. Akan tetapi, haruslah
dipahami betul tentang makna tukar menukar harta disini, yaitu harta yang
mengandung manfaat dan ada kecenderungan manusia dalam menggunakannya,
cara yang dipakai untuk jual beli ini adalah yang disebut sebagai s}igot atau
juga biasa dikenal dengan ijab Kabul (serah terima). Ijab merupakan ungkapan
menjual dari penjual, sedangkan qabul adalah pernyataaan membeli dari pembeli
atau juga boleh melalui saling memberikan barang dan harga dari penjual dan
pembeli. Sebagai catatan, harta atau benda yang dijual haruslah yang berguna dan
bermanfaat terhadap kehidupan manusia. Jika benda yang dijual adalah barang-
barang yang justru merugikan manusia, mmisalnya daging babi, khamar atau
minuman keras,narkoba, darah, dan sebagainya yang diharamkan oleh syariat dan
merugikan manusia, maka jual beli barang-barang seperti itu dianggap tidak sah.
Sedangkan makna dari harta sendiri dalam jual beli adalah segala sesuatu
yang mempunyai nilai ekonomi dan yang dapat dimanfaaatkan oleh manusia
secara wajar baik itu harta yang bersifat materi (benda) maupun yang bersifat non
materi seperti jasa atau manfaat4.

2.2. Dasar Hukum Jual Beli

Al-Bai’u atau jual beli sebagai sarana untuk saling tolong menolong
mempunyai landasan yang sangat kuat. Dasar hukum disyariatkannya jual beli
berasal dari Al-Qur‟an, sunnah, dan ijma’ kaum muslimin.

A. Al-Qur‟an

Allah SWT telah berfirman dalam Kitab al-Qur‟an pada Surat Al-baqarah
ayat 275 5:

‫وح از َو ٱن ِ ّزَب َٰى ˚ا‬


‫ْ نب‬ ‫وأ حم‬
‫ٱ ٍْع َّللُ ٱ‬

Artinya : Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan yang riba.
Q.S al-Baqarah ayat 257

Selain itu telah dijelaskan dalam Q.S an-Nisa ayat 296:

‫ع ت ض يُ و ََّل‬
ّ ٍ ‫ها ٱنا ءا َيُى َّل تَأْكُهُ ٓى ۟ا أَ ْي َٰ َىنَكُى ٱ ْن طم إِ ا َّٓل أٌَ ت ٌ ِ ت‬ ٌُّ َ‫ٌ أ‬
ۚ‫ُك ْى‬ ‫َزا‬ ‫ُكى َج َزة‬ ‫َب ٍَُْ ُكى َٰ َب‬ ‫۟ا‬ ‫ِذ‬
‫ٌ ٱ كٌا بُك ى ر ٍِح ًًا‬ ‫َت ْقتُ هُ ٓى ۟ا أََف سُك‬
ْ ِ
‫ََّلل‬ ۚ‫ْى‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh
dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Qs. An-
Nisa:29).
B. Sunnah

Sedangkan dalam Sunnah , Rasulullah bersabda :

ٌ‫ انبٍعا‬: ‫ع هلال ىلص‬qq ‫و هيل‬qq ‫ىل هلال ملس‬q ‫ال رس‬q ‫ق‬

‫بانٍخار يانى تٌ فزقا رواِ انبخاري و يسهى‬

Rasulullah SAW bersabda : “Penjual dan pembeli memiliki hak khiyar ( pilihan
untuk meneruskan atau membatalkan akad jual beli ) selama mereka belum
berpisah “ .HR Bukhari dan Muslim

Sama halnya dengan hadits Nabi Riwayat Ibnu Majah dari Abu Said al-
Khudri:

: ‫قال رسىل هلال ملسو هيلع هلال ىلص‬

‫ َر َوا ُِ ياّج‬. ‫ع ٍْ ت ض‬ ٍ ْ‫ِ َإا ًَا ان َب‬


‫إْ ٍب‬ ‫َز ا‬ ‫ُع‬

Artinya : Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya jual beli itu


berdasarkan perizinan balik ( saling rela ). HR. Ibnu Majah.

C. Ijma‟

Para ulama dan kaum muslimin juga telah menyepakaati bahwa jual beli
dan tranksaksi adalah mubah atau boleh, baik pada zaman nabi maupun sampai
zaman millennial sekarang ini.dan jika dipikir lagi menurut logika seorang
manusia sangat membutuhkan barang-barang yang dimiliki oleh orang lain,
dengan menggunakan cara bai‟ ini dan Islam sendiri tidak pernah melarang
manusia unutk melakukan perkara-perkaa yang justru berguna bagi mereka.7
Maka para ulama Fiqih menyepakati dengan dalil sebagi berikut:

‫ع َهى َت ْ ح ِزْ ٌ ًِ َ ها‬ ‫ال ص ً ان ًُ َعا ث ا ح‬


‫أَ ْ ٌ ُ ذ ال‬
‫ان اذ ِن ٍْم‬ ‫َي َل ِل َبا ت‬
‫ُم‬
“Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil
yang mengharamkannya”8

Kaidah inilah yang telah dipakai dan disepakati oleh seluruh ahli Fiqih
dari zaman dahulu hingga sekarang ini. Dari kaidah tersebut kita dapat memahami
bahwa sesungguhnya seluruh kegiatan yang berhubungan dengan muamalah
adalah mubah atau boleh selama tidak ada dalil yang melarangnya.

2.3. Tujuan Jual Beli

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa jual beli adalah sarana tolong
menolong yang memudahkan bagi umat manusia. Allah telah mensyariatkannya
untuk kelapangan kita semua. Seluruh umat manusia di dunia ini pasti
membutuhkan banyak sekali kebutuhan dalam hal sandang pangan maupun papan.
Dan pastinya seseorang tidak dapat memenuhhi kebutuhannya sendirian,
melainkan dengan bantuan orang lain. Dan tidak ada cara terbaik kecuali dengan
pertukaran (al-bai’)

Jadi, tujuan dari jual beli ini sendiri adalah unutk memudahkan manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan begitu, seseorang dapat
memberikan apa yang dimilikinya kepada orang lain dan tidak dibutuhkannya,
sedangkan oranglainnya dapat mengambil apa yang dibutuhkannya dari barang
yang diambilnya dari seseorang tadi.9

2.4. Rukun dan Syarat Jual Beli

Sebagai suatu dasar dalam jual beli, rukun dan syarat adalah hal yang sangat
penting, karena tidak adanya rukun dan syarat akan mengakibatkan jual beli tidak
sah hukumnya. Oleh karena itu Islam mengatur tentang rukun dan syarat dalam
jual beli, Antara lain :
A. Rukun Jual Beli.

Jual beli akan dianggap sah jika telah terpenuhi rukun dan syaratnya.
Maksudnya adalah bila seseorang akan melakukan jual beli harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Unsur-unsur yang menyebabkan sahnya jual beli terpenuhi.
Adapun rukun yang dimaksud dapat dilihat dari pendapat ulama‟ dibawah ini
adalah :

1. Al-Aqidani (Adanya penjual dan pembeli).


Orang yang melakukan jual beli haruslah orang yang ahli akad
baik mengenai apa saja. Anak kecil, orang gila, dan orang bodoh
tidak diperbolehkan melakukan jual beli, serta orang yang
melakukan akad jual beli haruslah tidak ada paksaan.

2. Ma‟qud „Alaih (Adanya uang dan barang).


Adanya Harga dan barang yang
diperjualbelikan.

3. Sighat (Ijab Qabul).


Ijab qabul merupakan bentuk pernyataaan (serah terima).
Mengucapkan dalam akad merupakan salah satu cara lain yang
dapat ditempuh dalam mengadakan akad, tetapi ada juga dengan
cara lain yang dapat menggambarkan kehendak untuk berakad para
ulama menerangkan beberapa cara yang ditempuh dalam akad
diantaranya: Dengan cara lisan, tulisan, isyarat, ta’ahi (saling
memberi/barter), lisan al-hal (penitipan).
Dengan begitu, jual beli harus memenuhi rukun tersebut.

B. Syarat Jual Beli.

Dari ketiga rukun jual beli diatas, masing-masing memiliki


persyaratannya, yaitu sebagai berikut :
1. Syarat yang Berakad (penjual dan pembeli) :
 Berakal, yang dimaksud dengan orang yang berakal disini
adalah orang yang dapat membedakan atau memilih mana
yang terbaik baginya. Maka orang gila atau bodoh tidak sah
jual belinya, sekalipun miliknya sendiri.
 Orang yang beda. Artinya, seseorang tidak dapat bertindak
dalam waktu yang bersamaan sebagai penjual sekaligus
pembeli.
2. Syarat Barang Jual Beli (objek) :
 Ada barang, atau tidak ada ditempat, tetapi pihak penjual
menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang
tersebut.
 Daapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia.
 Milik seseorang.
 Boleh diiserahkan saat akad langsung atau pada waktu yang
disepakati bersama ketika transaksi berlangsung.

3. Syarat Ijab Qabul (Sighat) :


 Qabul sesuai dengan Ijab.
 Ijab dan Qabul dilakukan dalam satu majelis..
 Orang yang melaksanakan telah baligh atau berakal.

4. Syarat Nilai Tukar :


 Harga yang disepakati kedua belah pihak.
 Apabila jual beli itu dilakukan dengan saling
mempertukarkan barang, maka yang dijadikan nilai tukar
bukan barang yang diharamkan syara‟, seperti babi dan
khamar.10

2.5. Macam-Macam Jual Beli

Jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari segi hukumnya, jual
beli ada dua macam, jual beli yang sah menurut hukum dan jual beli yang batal
menurut hukum, dari segi obyek jual beli dan segi pelaku jual beli.

Sedangkan ditinjau dari segi benda yang dijadikan objek jual beli dapat
dikemukakan pendapat Imam Taqqiyuddin bahwa jual beli dibagi menjadi tiga
bentuk, Yaitu :

A. Jual Beli Benda yang Kelihatan.


B. Jual Beli Benda yang Hanya Disebutkan Sifat-Sifatnya dalam Janji.
C. Jual Beli Benda yang Tidak Sah.
Jual beli benda yang kelihatan wujudnya ialah pada waktu melakukan akad
jual beli benda atau barang yang diperjualbelikan tersebut ada ditempat akad. Hal
ini lazim dilakukan masyarakat banyak dan boleh dilakukan, seperti membeli
beras dipasar.

Jual beli benda yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian ialah jual
beli Salām (pesanan) . Menurut kebiasaan para pedagang, Salām adalah untuk jual
beli tidak tunai (kontan), Salām pada awalnya berarti meminjamkan barang atau
sesuatu yang seimbang dengan harga tertentu, maksudnya ialah perjanjian yang
penyerahan barang-barangnya ditangguhkan hingga masa tertentu, sebagai
imbalan harga yang telah ditetapkan ketika akad.

Sedangkan, jual beli yang tidak ada serta tidak dapat dilihat ialah jual beli
yang dilarang oleh agama Islam karena, barangnya tidak tentu atau masih gelap
sehingga dikhawatirkan barang tersebut diperoleh dari curian atau barang titipan
yang akibatnya menimbulkan kerugian salah satu pihak.

Ditinjau dari segi akid (orang yang melakukan akad atau subyek), jual beli
terbagi menjadi tiga bagian, dengan lisan, perantara dan perbuatan.

Akad jual beli yang dilakukan dengan lisan adalah akad yang dilakukan oleh
kebanyakan orang. Hal yang dipandang dalam akad adalah maksud atau kehendak
dan pengertian , bukan pembicaraan dan pernyataan.

Penyampaian akad jual beli melalui utusan, perantara, tulisan atau surat-
menyurat sama halnya dengan ijab qabul dengan ucapan.11

2.6. Permasalahan Jual Beli

Walaupun kita telah mengetahui dan diajarkan syariat tentang jual beli yang
baik dan benar dalam menjalankan transaksi atau proses jual beli, terkadang ada
saja suatu permasalahan disetiap proses tersebut. Berikut adalah permasalahan-
permasalahan yang sering terjadi :

A. Jual Beli Akad Salam.


Sebagai salah satu jual beli yang sekarang banyak digunakan oleh
masyarakat. Dalam jual beli akad salam, kerap banyak orang-orang yang
belum bisa memenuhi kriteria syarat dan rukunnya, Baik itu kelalaian
penjual maupun pembeli. Terutama pada zaman sekarang bisnis jual beli
online menggunakan sistem akad salam yang dimana barang pesanan
dengan pengiriman barang dikemudian hari oleh penjual dan
pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuai
dengan syarat-syarat tertentu.
Banyak sekali kelalalian atau permasalahan dalam jual beli salam
ini, yaitu diantara lain :
1. Pembeli :
 Barang kurang sesuai dengan ekspektasi/gambar yang tertera.
 Barang datang tidak pada waktu yang ditentukan.
 Berbagai macam jenis pembayaran yang membingungkan
pembeli.
 Kurang pahamnya suatu pembeli tentang operasional
teknologi. Apalagi ddalam hal sistem COD (Cash on
Delivery). Dll.
2. Penjual :
 Sering terjadinya para pembeli yang membatalkan
pemesanan sehingga para penjual kebingungan.
 Jasa pengiriman yang kurang teliti dalam mengirim barang.
 Kurang pahamnya sistem. Dll.

Jadi, dari permasalahan jual beli akad salam ini adalah kita harus
lebih paham dahulu bagaimana pengoperasionalnya pada zaman sekarang
dan tidak sembarangan mengambil tindakan. Selebihnya akan dijelaskan
oleh pemateri selanjutnya tentang jual beli salam ini.
Permasalahan-Permasalahan lainnya hampir sama dengan konsep
permasalahan jual beli akad salam diatas. Karena pada zaman sekarang tidak
luput dari yang namanya teknologi, apapun itu baik dari segi pemilihan barang,
persetujuan akad, dan transaksi atau pembayaran. Maka dari itu yang perlu kita
waspadai adalah :
1. Harus berhati-hati dalam memilah dan memilih.
2. Pintar-pintar dalam hal persetujuan akad atau negosiasi.
3. Mengerti tentang konsep teknologi zaman sekarang. Dll.
BAB III

KESIMPULAN

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa jual beli adalah sarana tolong
menolong yang memudahkan bagi umat manusia. Allah telah mensyariatkannya
untuk kelapangan kita semua. Seluruh umat manusia di dunia ini pasti
membutuhkan banyak sekali kebutuhan dalam hal sandang pangan maupun papan.
Dan pastinya seseorang tidak dapat memenuhhi kebutuhannya sendirian,
melainkan dengan bantuan orang lain. Dan tidak ada cara terbaik kecuali dengan
pertukaran (al-bai‟).

Jadi, tujuan dari jual beli ini sendiri adalah unutk memudahkan manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan begitu, seseorang dapat
memberikan apa yang dimilikinya kepada orang lain dan tidak dibutuhkannya,
sedangkan oranglainnya dapat mengambil apa yang dibutuhkannya dari barang
yang diambilnya dari seseorang tadi.

Namun, kita jangan luput untuk selalu berhati-hati dalam melakukan


proses jual beli pada zaman sekarang. Karena, perkembangan teknologi kita harus
lebih memahami dan selalu pintar dalam memilah maupun memilih suatu barang
untuk jual beli.
DAFTAR PUSTAKA

A. Sabiq, Sayyid, 2015, Fikih Sunnah Jilid 5, Cakrawala Publishing Jakarta.


B. As-Sabatin, Yusuf, 2009, Bisnis Islami & Kritik Atas Praktik Bisnis Ala
Kapitalis, Al-Azhar Press Bogor.
C. Sudiarti, Sri, 2018, Fiqih Muamalah Kontemporer, FEBI UIN-SU Medan.
D. Harun, 2017, Fiqih Muamalah, Muhammadiyah University Press
Surakarta.
E. Purnasiswa, 2015, Metodologi Fiqih Muamalah, MHM Lirboyo Kediri.
F. Subali, Yusuf, 2012, Fiqh Perbankan Syariah: Pengantar Fiqh Muamalat
dan Aplikasinya dalam Ekonomi Modern,
G. Al-Asqalani, Al-Hafidzh Ibnu Hajar, 2015, Bulughul Maram dan
Penjelasannya, Pustaka Al-Kautsar Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai