Anda di halaman 1dari 14

JUAL BELI DAN KHIYAR SERTA KETENTUANNYA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok


Mata kuliah : Fiqih Muamalah 1
Dosen pengampu : Nursantri Yanti, ME.I

Disusun Oleh :
KELOMPOK 4

Intan Nofitasari (0501223199)


Nermelita Kaloko (0501221050)
Ahmad Yusuf Akbar (0501222091)
Misagi Mukhti Ginting (0501222084)

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2023/2024
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamua’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat karunia dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelasaikan tugas kelompok kami dalam bentuk
makalah ini dengan baik. Adapun judul makalah yang kami buat ialah “Jual Beli Dan
Khiyar Serta Ketentuannya”.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok di mata kuliah
Fiqih Muamalah 1. Kami menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya makalah ini tidak
lepas dari dukungan, dorongan, dan bimbingan, serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena
itu kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Nursantri Yanti, ME.I karena telah memberi
kami kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna, Oleh
karena itu jika ada kritik dan saran pada makalah kami yang bersifat membangun sangat
kami harapkan demi menyempurnakan makalah kami. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Wassalamua’laikum warahmatullahi wabarakatuh.

Medan, 25 September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................ 3

BAB I ............................................................................................................................ 4

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4

A. Latar Belakang ................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 4

C. Tujuan ................................................................................................................. 4

BAB II .......................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN .......................................................................................................... 5

A. Ketentuan Jual Beli ............................................................................................ 5

B. Khiyar .................................................................................................................. 9

KESIMPULAN ........................................................ ……………………………….12

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………14

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Jual beli adalah salah satu cara perpindahan kepemilikan yang dihalalkan oleh al-
Qur‟an. Ia telah ada sebelum al-Qur‟an diturunkan. alQur‟an mengatur tijarah (bisnis)
yang didalamnya termasuk jual beli, agar pelaksanaannya dilakukan atas dasar saling rela
(Departemen Agama RI, 1989: 122) . al-Qur‟an menggambarkan kekeliruan pandangan
kaum jahiliyah yang menyamakan jual beli dengan riba. Jual beli ditegaskan oleh al-
Qur‟an sebagai lawan riba. Jual beli dinyatakan halal sedangkan riba dinyatakan haram
(Q.S.2:275) (Departemenpa Agama RI, 1989: 69).

Nabi Muhammad menyebut jual beli mabrur sebagai salah satu usaha yang baik4.
Ada hal penting yang harus diperhatikan dalam praktik jual beli. Khalifah Umar bin
Khatab, sebagaimana dikutip oleh Sayyid Sabiq pernah mengingatkan kepada para
pedagang agar mengetahui tata cara jual beli yang benar, agar tidak terjerumus pada praktik
riba . Riba dalam jual beli adalah rambu-rambu yang sering diingatkan oleh Nabi. Dalam
beberapa hadits, Nabi menyebutkan ada barang-barang yang hanya boleh ditukar (dijual
belikan) atas dasar kesamaan timbangan atau takaran dan kontan. Jika tidak demikian maka
praktik pertukaran tersebut adalah mengandung riba . Nabi menyebut beberapa nama jual
beli yang dilarang karena riba, menipu atau tidak jelas akibat transaksinya (gharar). Hal ini
menunjukkan bahwa riba dan perbuatan terlarang lainnya bisa terjadi pada praktik jual beli,
meskipun al-Qur‟an menempatkan keduanya pada dua kutub yang berlawanan dengan
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

A.Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan Jual beli dan Khiyar?
2.Apa kaitan antara Jual beli dan Khiyar beserta ketentuannya?
B.Tujuan
1.Agar kita dapat mengetahui pengertian antara jual beli dan khiyar
2.Agar kita dapat mengetahui kaitan antara jual beli dan khiyar sera ketentuannya

4
BAB II
PEMBAHASAN

A.Ketentuan Jual Beli

Ketentuan jual beli Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu membutuhkan pihak
lain untuk mencukupi kebutuhannya. Hal itu karena kebutuhan menusia berbeda-beda.
Salah satu cara yang dilakukan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya adalah
melalui jual beli. Pembahasan buku di bawah ini mencakup pengertian dan dasar hukum
jual beli, syarat sah jual beli, rukun jual beli, macam-macam jual beli, dan bentuk-bentuk
jual beli yang dilarang dalam Islam.

a.Pengertian jual beli


Jual beli dalam bahasa Arab berasal dari kata bai’ yang secara bahasa berarti
“memberikan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu” atau “tukar menukar”. Istilah lain dari
jual beli adalah perdagangan (tijarah). Menurut istilah ahli fiqh, jual beli adalah “tukar
menukar barang dengan barang yang lain atau uang disertai ijab qabul dengan syarat dan
rukun tertentu”.
Menurut Idris Ahmad, jual beli merupakan menukar barang dengan barang atau
barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain
atas dasar saling merelakan. Sedangkan menurut Sayyid Sabiq, jual beli sebagai saling
tukar menukar harta dengan harta atas dasar suka sama suka dan dilakukan dengan cara
yang sesuai dengan syara‟.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa jual beli
adalah suatu perjanjian tukar menukar barang atau barang dengan uang dengan jalan
melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan sesuai
dengan ketentuan yang dibenarkan oleh syara‟. Jual beli merupakan usaha yang baik untuk
mencari rizki. Hukum jual beli pada prinsipnya adalah mubah atau boleh, artinya setiap
muslim diperbolehkan mencari nafkah dengan cara jual beli dan boleh juga dengan cara
yang lainnya. Namun apabila melakukan jual beli, maka wajib melaksanakannya dengan
cara yang halal sesuai tuntunan Islam. Dilarang berjual beli dengan cara yang haram
misalnya menipu, dusta, curang, riba dan sejenisnya.Allah SWT. mengajarkan dengan
firmanNya :
5
ّ ِ ‫ّٰللاُ ْانبَ ْي َع َٔ َح َّز َو‬
‫انز ٰبٕا‬ ‫َٔا َ َح َّم ه‬

Artinya : “… Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan


riba...” (QS. Al Baqarah : 275)

b.Dasar Hukum Jual Beli


a.Al-Qur‟an

‫اض ِّي ُْ ُك ْى َٔ ََل ت َ ْقتُهُ ْٰٕٓا اَ َْفُ َس ُك ْى ا ٌَِّ ه‬


‫ّٰللاَ َكبٌَ بِ ُك ْى‬ َ ‫َِل ا َ ٌْ تَ ُك ٌَْٕ تِ َج‬
ٍ ‫برةً َع ٍْ ت ََز‬ ِ َ‫ٰ ٰٓيبَيُّ َٓب انَّ ِذيٍَْ ٰا َيُُ ْٕا ََل ت َأ ْ ُكهُ ْٰٕٓا ا َ ْي َٕانَ ُك ْى بَ ْي َُ ُك ْى بِ ْبنب‬
ٰٓ َّ ‫بط ِم ا‬
92 ‫َر ِح ْي ًًب‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS. An-Nisa (4): 29)
Ayat tersebut menjelaskan mengenai diperbolehkannya jual beli. Atas dasar ini juga
Allah SWT mengharamkannya praktik riba. Jual beli merupakan salah satu kegiatan
muamalah yang dianjurkan oleh Allah SWT. Sebagai upaya untuk mencegah praktik riba.
Dalam upaya mewujudkan kesejahteraan bagi penjual maupun pembeli dibutuhkan rasa
kerelaan antara kedua belah pihak yang sedang melakukan transaksi dan salah satunya
dapat diwujudkan dengan cara menerapkan prinsip khiyar dalam kegiatan jual beli.

b.Hadist
ُ ‫سهَّ َى‬
‫سئِ َم‬ َّ ‫صهَّى‬
َ َٔ ِّ ‫ّٰللاُ َعهَ ْي‬ َّ ِ‫ّٰللاُ َع ُُّْ { أ َ ٌَّ انَُّب‬
َ ‫ي‬ َّ ‫ي‬ ِ ‫َع ٍْ ِرفَب َعتَ ب ٍِْ َرافِعٍ َر‬
َ ‫ض‬

: ‫؟‬ : ، }

Artinya: “Dari Rafi‟ah bin Rafi‟ bahwasanya Nabi SAW ditanya: apa pencarian
yang paling baik? Jawabnya bekerja seseorang dengan tangannya dan tiap-tiap jual beli
yang bersih.” (HR. Al-Bazzar dan Al- Hakim)
Dari hadits diatas menjelaskan tentang sebab keberkahan dan pertumbuhan adalah
jujur dalam bermuamalah. Sedangkan sebabsebab yang menyebabkan kerugian dan ketidak
berkahan adalah menyembunyikan kecacatan, berdusta barang yang diperjual belikan.

6
Demikian itu dalam bermuamalah dengan cara yang baik menjadikan sebab-sebab
yang hakiki terhadap keberkahan di dunia dan di akhirat.

c.Ijma‟ Ulama
Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak
mampu mencukupi kebutuhan dirinya tanpa bantuan orang lain. Selain itu, hikmah yang
mendasar yaitu setiap orang pasti mempunyai ketergantungan terhadap sesuatu yang
dimiliki orang lain. Sehingga jual beli disyariatkan oleh setiap orang untuk meraih
tujuannya dan memenuhi kebutuhannya.
Ijma‟ ini memberikan hikmah terhadap kebutuhan manusia yang berhubungan
dengan suatu yang ada dalam kepemilikan orang lain, dan kepemilikan sesuatu tidak
diberikan dengan begitu saja melainkan dengan menggunakan proses jual beli. Dengan
disyariatkannya, jual beli merupakan salah satu cara untuk merealisasikan keinginan dan
memenuhi kebutuhan hidup manusia, karena pada dasarnya, manusia tidak bisa hidup
sendiri tanpa bantuan dengan orang lain.

c.Syarat sah jual beli terdiri dari dua bagian :


1).Syarat sah bagi penjual dan pembeli yaitu :
a).Berakal sehat
Orang gila atau bodoh tidak sah jual belinya dikhawatirkan terjadi penipuan:
b). Baligh
Hal ini punya tujuan agar penjual dan pembeli memahami apa yang seharusnya dilakukan
dalam jual beli, juga untuk menghindari penipuan dan sejenisnya. Anak yang belum baligh
dianggap belum cakap dalam mengelola harta, sehingga anak keciltidak sah melakukan ijab
qabul. Namun diperbolehkan jual beli makanan ringan oleh anak kecil.
c). Kehendak sendiri (bukan dipaksa)
Dalam jual beli tidak dibenarkan adanya unsur keterpaksaan, melainkan harus dilakukan
atas dasar suka sama suka.
d). Tidak mubadzir (pemborosan)

7
Dalam hal jual beli jangan diserahkan kepada seseorang yang punya sifat pemboros karena
mereka kurang bisa mengatur keuangan sehingga dikhawatirkan menimbulkan penyesalan.
2).Syarat sah barang yang diperjual belikan yaitu :
a). Suci atau mungkin untuk disucikan
Barang yang najis tidak boleh diperjualbelikan seperti bangkai, babi, khamar.
b).Bermanfaat

Tidak boleh jual beli sesuatu barang yang tidak ada manfaatnya, karena hal ini berarti
barang tersebut akan sia-sia.
c).Jelas dan dapat diketahui penjual dan pembeli
Barang yang akan dijual harus jelas wujud, ukuran, sifat, timbangan, termasuk harganya.
Bahkan barang yang cacatpun harus ditunjukkan kepada pembeli agar tidak ada pihak yang
merasa dirugikan.
d).Dapat diserahkan
Tidak sah menjual sesuatu barang yang tidak dapat diserahkan kepada pembeli seperti ikan
di kolam, buah yang masih dipohonnya. Hal ini untuk menghindari ada pihak yang
terkecoh (tertipu).
e).Milik sendiri
Barang titipan atau pinjaman tidak sah diperjual belikan kecuali diberi kuasa kepadanya.
f). Tidak dibatasi waktunya,
seperti perkataan kujual motor ini kepada tuan selama satu tahun, maka penjualan tersebut
tidak sah, sebab jual beli merupakan salah satu sebab pemilikan secara penuh yang tidak
dibatasi apapun kecuali ketentuan syara’

d.Rukun Jual Beli


Rukun jual beli menurut jumhur ulama ada empat, yaitu:
1).Ada orang yang berakad (al-muta‟aqidain) yaitu penjual dan pembeli.
2).Ada shighat yaitu lafal ijab dan kabul.
3).Ada barang yang dibeli.
4).Ada nilai tukar pengganti barang.

8
e.Macam –macam jual beli
Berdasarkan pertukarannya, secara umum jual beli dibagi empat macam :
1). Jual beli saham (pesanan)
Jual beli saham adalah jual beli melalui pesanan, yakni jual beli dengan cara
menyerahkan uang muka terlebih dahulu barangnya diantar belakangan.
2). Jual beli barter
Yaitu jual beli dengan cara menukar barang dengan barang seperti menukar beras
dengan jagung.

3). Jual beli mutlak


Jual beli mutlak adalah jual beli barang dengan sesuatu yang telah disepakati sebagai
alat pertukaran, seperti uang.
4). Jual beli alat penukar dengan alat penukar
Yaitu jual beli barang yang biasa dipakai sebagai alat penukar dengan alat penukar
lainnya seperti perak dengan emas.

f.Manfaat jual beli


a). Penjual dan pembeli dapat memenuhi kebutuhannya atas dasar kerelaan atau suka sama
suka.
b). Kedua belah pihak merasa puas, penjual menyerahkan barangnya denganikhlas dan
menerima uang, sedangkan pembeli menyerahkan uang dengan ikhlas dan menerima
barang yang dibelinya.
c). Menjauhkan diri dari memakan dan kepemilikan barang yang haram.
d). Menumbuhkan ketentraman dan kebahagiaan, keuntungan yang dapat digunakan
memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

B.Khiyar
Ketentuan-ketentuan khiyar dalam jual beli Jual beli merupakan suatu proses
pemindahan hak dari satu orang kepada orang lain. Dalam proses jual beli, Islam
mengajarkan adanya khiyar. Berikut ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan khiyar
mulai dari pengertian, macam-macam dan tata cara khiyar.

9
a.Pengertian khiyar dan dasar hukumnya

Menurut bahasa, khiyar berarti pilihan atau memilih. Sedangkan menurutistilah


syara’, khiyar adalah hak untuk memilih bagi penjual atau pembeli untuk meneruskan atau
membatalkan akad jual belinya.Melakukan khiyar hukumnya mubah atau boleh karena
dengan khiyar penjual atau pembeli dapat mempertimbangkansebaik-baiknya terhadap
barang yang diperjualbelikan, sehingga tidak ada penyesalan di kemudian hari. Tetapi jika
khiyar dipergunakan untuk tujuan menipu atau berdusta maka hukumnya haram. Berkaitan
dengan diperbolehkannya khiyar, Rasulullah Saw. Bersabda:

َ‫ ث ُ َّى أ َ َْت‬.َ‫ ِإذَا أَ َْتَ بَبيَعْتَ فَقُ ْم َلَ ِخالَبَت‬:‫سهَّ َى‬ َ ‫صهَّى هللا‬
َ َٔ ِّ ‫عهَ ْي‬ ُّ ‫قَب َل انَُّ ِب‬
َ ‫ي‬

ْ ‫ضيتَ فَأ َ ْيس‬


ٌْ ِ‫ِك َٔإ‬ ِ ‫ث نَيَب ٍل فَإ ِ ٌْ َر‬ ِ َ‫فِى ُك ِّم ِس ْهعَ ٍت ا ْبت َ ْعت َ َٓب بِ ْبن ِخي‬
َ َ‫بر ثَال‬

‫بح ِب َٓب‬
ِ ‫ص‬َ ‫بردُدَْْب َعهَى‬ ْ ‫س ِخ‬
ْ َ‫طتَ ف‬ َ

– ّ‫رٔاِ ابٍ يبج‬

Rasulullah Saw. Bersabda:”Engkau berhak khiyar dalam tiap-tiap barang yang


engkau beli selama tiga malam, jika engkau suka maka ambillah dan jika tidak suka maka
kembalikanlah kepada pemiliknya.” (HR.Ibnu Majah).

b).Macam-macam khiyar

Khiyar terdiri tiga macam yaitu :


1) Khiyar majlis
Khiyar majlis yaitu hak memilih untuk membatalkan atau meneruskan jual beli
selama penjual dan pembeli masih di tempat akad jual beli. Bila keduanya telah berpisah,
maka hak khiyar tidak berlaku lagi. Suatu akad belum bersifat pasti sebelum berakhirnya
majlis akad yang ditandai dengan berpisahnya orang yang berakad atau timbulnya pilihan
lain. Sabda Nabi saw. :

)ٌ‫انبـيَـ ِ ّعبََِببِنخي ِ ْْا َ ِريبَن ْىَْ يـت َـفَ َزقَّبَ(رٔاِ انشيخب‬

“Dua orang yang mengadakan jual beli diperbolehkan khiyar (memilih untuk meneruskan
atau membatalkan jual beli) selama keduanya belum berpisah dari tempat akad”. (HR.
10
Bukhari Muslim).

2). Khiyar syarat


Khiyar syarat adalah hak memilih untuk meneruskan atau membatalkan jual beli
dengan syarat tertentu. Bila syarat tidak terpenuhi, maka akad jual beli batal. Masa berlaku
khiyar syarat paling lama tiga hari sebagaimana petunjuk Nabi saw.:

‫َٔأََت َببِنخ ْيب َ ِرب ِكهُس ِه ْعتٍإبِـتْـعَتْـ َٓبَثالَثَهيَبَل‬

(ّ‫)رٔاِ انبيٓقيٕ ٔابٍ يبج‬

”Engkau berhak khiyar dalam tiap-tiap barang yang engkau beli selama tiga malam”.
(HR. Baihaqi dan Ibnu Majah)

3).Khiyar ’aib

Khiyar ’aibi adalah hak untuk memilih meneruskan atau membatalkan jual beli
disebabkan adanya cacad atau ’aib pada barang tersebut. Hal ini terjadi karena sebelumnya
tidak diketahui oleh kedua belah pihak. Jika terdapat cacad dan akad jual beli dibatalkan,
maka barang tersebut dikembalikan kepada penjual.

Contoh : seperti seseorang berkata : saya beli mobil ini seharga sekian, bila mobil ini cacat
akan saya kembalikan. Sebagaimana hadits diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud dari
Aisyah ra. bahwa seseorang membeli budak, kemudian budak tersebut disuruh berdiri di
dekatnya, didapatinya pada budak tersebut kecacatan, lalu diadukan kepada Rasulullah,
maka budak itu dikembalikan pada penjual

c.Tata cara khiyar


Jual beli bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dengan prinsip saling
menguntungkan. Maka apabila terjadi kerugian pada salah satu pihak, jual beli bisa
dibatalkan.
Contohnya, seorang merasa dirugikan dan kecewa setelah membeli suatu barang yang
ternyata ditemui adanya cacad sebelum barang tersebut di pakai atau digunakan. Maka
pembeli bisa mengadukan kepada si penjual ini untuk mengembalikan atau menukar barang
yang telah dibelinya itu. Jika pengaduan tersebut benar.maka penjual harus bersedia
menerima barang tersebut untuk ditukar dengan yang lebih baik.
11
Rasulullah saw. menganjurkan :

َُّ‫َي ٍْ أَقَب َل ََب ِد ًيب أَقَب َل هللاُ َعثْ َزت‬

“Barangsiapa yang membatalkan jual belinya terhadap orang yang menyesal, maka Allah
akan menghindarkan dia kerugian”. (HR. Bazzar)

d. Hikmah khiyar
Jika kita mendalami syariat Islam, maka kita akan menemukan hikmah (rahasia tersirat)
dan manfaaat yang luar biasa dalam setiap ketentuan syariat. Islam memperbolehkan khiyar
dalam jual beli, maka khiyar mengandung hikmah,diataranya:
1).Menghindarkan terjadinya penyesalan sejak dini antara kedua belah pihak, yakni
penjual dan pembeli atau salah satunya.
2).Memperkecil kemungkinan adanya penipuan serta sikap rela antara penjual dan
pembeli
3).Mendidik penjual dan pembeli agar lebih bersikap hati-hati dan toleransi

12
KESIMPULAN
Jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar barang atau barang dengan uang
dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling
merelakan sesuai dengan ketentuan yang dibenarkan oleh syara‟. Jual beli merupakan
usaha yang baik untuk mencari rizki. Hukum jual beli pada prinsipnya adalah mubah atau
boleh, artinya setiap muslim diperbolehkan mencari nafkah dengan cara jual beli dan
boleh juga dengan cara yang lainnya. Namun apabila melakukan jual beli, maka wajib
melaksanakannya dengan cara yang halal sesuai tuntunan Islam. Dilarang berjual beli
dengan cara yang haram misalnya menipu, dusta, curang, riba dan sejenisnya.
Menurut istilah ahli fiqh, jual beli adalah “tukar menukar barang dengan barang yang
lain atau uang disertai ijab qabul dengan syarat dan rukun tertentu”.Menurut Idris Ahmad,
jual beli merupakan menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan
melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling
merelakan.Sedangkan menurut Sayyid Sabiq, jual beli sebagai saling tukar menukar harta
dengan harta atas dasar suka sama suka dan dilakukan dengan cara yang sesuai dengan
syara‟.
Hukum jual beli pada prinsipnya adalah mubah atau boleh, artinya setiapmuslim
diperbolehkan mencari nafkah dengan cara jual beli dan boleh juga dengan cara yang
lainnya.Demikian itu dalam bermuamalah dengan cara yang baik menjadikan sebab-
sebab yang hakiki terhadap keberkahan di dunia dan di akhirat.
Ijma‟ Ulama Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan denganalasan bahwa
manusia tidak mampu mencukupi kebutuhan dirinya tanpa bantuan orang lain.Ijma‟ ini
memberikan hikmah terhadap kebutuhan manusia yangberhubungan dengan suatu yang ada
dalam kepemilikan orang lain, dan kepemilikan sesuatu tidak diberikan dengan begitu saja
melainkan dengan menggunakan proses jual beli.
khiyar adalah hak untuk memilih bagi penjual atau pembeli untuk meneruskan atau
membatalkan akad jual belinya.Melakukan khiyar hukumnya mubah atau boleh karena
dengan khiyar penjual atau pembeli dapat mempertimbangkan sebaik-baiknya terhadap
barang yang diperjualbelikan, sehingga tidak ada penyesalandi kemudian hari

13
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Idris, 1986, Fiqh al-Syafi’iyah, Jakarta : Karya Indah


Al-’Asqalani, Ibn Hajar, t.t., Bulugh al-Maram Min Adilat alAhkam, Beirut : al-
Maktabah al-Tijariyah al-Kubra
Al-Jaziri, Abdurrahman, t.t., al-Fiqh ’Ala Madzahib al-Arba’ah, Beirut : Dar al-Qalam
Fatah Idris, Abdul,1990, Fiqih Islam Lengkap, Jakarta : Renika Cipta
Husen Bahreis, 1981, Pedoman Fiqh Islam, Surabaya : Usana Offset Printing
Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta: PT Mahmud Yunus
Wadhuriyyah, 1990), hlm. 123
Wahbah Az-Zuhaili, al-Fiqh Al-Islam wa Adillatuhu, Juz IV (Syiria: Dar AlFikr,
1987), hlm. 252
Departemen RI, Al-Qur‟an Dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Pustaka Agung,
2006,hlm. 245
Rachmad Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung : Pustaka Setia, 2006), 75
Ibn Hajar Asqalani, Bulugh al-Maram, ter. A. Hasan (Bandung: Diponegoro, 2001),
hlm. 381

14

Anda mungkin juga menyukai