PENDAHULUAN
Al – Ba’I (Jual-beli) 1
BAB II
PEMBAHASAN
Al – Ba’I (Jual-beli) 2
dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara’ dan disepakati.Inti dari
beberapa pengertian tersebut mempunyai kesamaan dan mengandunghal-hal antara lain :
a) Jual beli dilakukan oleh 2 orang (2 sisi) yang saling melakukan tukar menukar.
b) Tukar menukar tersebut atas suatu barang atau sesuatu yang dihukumi seperti barang,
yakni kemanfaatan dari kedua belah pihak.
c) Sesuatu yang tidak berupa barang/harta atau yang dihukumi sepertinya tidak sah
untuk diperjualbelikan.
d) Tukar menukar tersebut hukumnya tetap berlaku, yakni kedua belah pihak
memilikisesuatu yang diserahkan kepadanya dengan adanya ketetapan jual beli dengan
kepemilikan abadi.
ِم
َر ِّبُك ْم ْن َفْض اًل َتْبَتُغوا َأْن ُج َناٌح َعَلْيُك ْم َلْيَس
“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu”
3. Allah berfirmanSurah An-Nisa ayat 29
ِم ِإ
اَّل َأْن َتُك وَن َجِتاَر ًة َعْن َتَر اٍض ْنُك ْم
“kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara
kamu”
Al – Ba’I (Jual-beli) 3
B. Sunah Rasulullah saw
1. Hadist yang diriwayatkan oleh Rifa’ah ibn Rafi’ :
َع َم ُل الَّر ُج ِل ِبَيِد ِه َو ُك ُّل َبْيٍع: َع ْن ِرَفا َع َة ْبِن َر ا ِفٍع َأ َّن الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ُسىَل َأ ُّي اْلَكْس ِب َأْطَيُب ؟ َقا َل
َم ْبُر ْو ٍر
“Rasulullah saw, ditanya salah seorang sahabat mengenai pekerjaan apa yang paling
baik. Rasulullah sawa, menjawab usaha tangan manusia sendiri dan setiap jual beli yang
diberkati (H.R Al-Bazzar dan Al-Hakim).
Artinya jual beli yang jujur, tanpa diiringi kecurangan-kecurangan mendapat berkah dari
Allah SWT.
2. Hadist dari al-Baihaqi, ibn majah dan ibn hibban, Rasulullah menyatakan :
َع ْن الَّن ِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َقاَل الَّت اِجُر الَّص ُد وُق اَأْلِميُن َمَع الَّن ِبِّييَن َو الِّص ِّد يِقيَن
َو الُّش َه َداِء
Rasulullah bersabda :“Pedagang yang jujur dan terpercaya sejajar (tempatnya disurga)
dengan para nabi,shadiqqin, dan syuhada”.
Al – Ba’I (Jual-beli) 4
memaksa mereka untuk berdagang beras dan pedagang ini wajib
melaksanakannya .demikian pula, pada kondisi-kondisi lainnya.
Al – Ba’I (Jual-beli) 5
b) Syarat yang terkait dalam ijab qabul
1) Orang yang mengucapkannya telah baligh dan berakal.
2) Qabul sesuai dengan ijab. Apabila antara ijab dan qabul tidak sesuai maka jual beli
tidak sah.
3) Ijab dan qabul dilakukan dalam satu majelis. Maksudnya kedua belah pihak yang
melakukan jual beli hadir dan membicarakan topic yang sama.
Al – Ba’I (Jual-beli) 6
2) Boleh diserahkan pada waktu akad, sekalipun secara hukumseperti pembayaran
dengan cek dan kartu kredit. Apabila harga barang itu dibayar kemudian (berutang) maka
pembayarannya harus jelas.
3) Apabila jual beli itu dilakukan dengan saling mempertukarkan barang maka barang
yang dijadikan nilai tukar bukan barang yang diharamkan oleh syara’, seperti babi, dan
khamar, karena kedua jenis benda ini tidak bernilai menurut syara’.
Al – Ba’I (Jual-beli) 7
Sedangkan fuqaha atau ulama Hanafiyah membedakan jual beli menjadi tiga, yaitu:
1) Shahih, yaitu jual beli yang memenuhi syarat dan rukunnya
2) Bathil, adalah jual beli yang tidak memenuhi rukun dan syarat jual beli, dan ini tidak
diperkenankan oleh syara’. Misalnya:
a. Jual beli atas barang yang tidak ada ( bai’ al-ma’dum ), seperti jual beli janin di
dalam perut ibu dan jual beli buah yang tidak tampak.
b. Jual beli barang yang zatnya haram dan najis, seperti babi, bangkai dan khamar.
c. Jual beli bersyarat, yaitu jual beli yang ijab kabulnya dikaitkan dengan syarat-
syarat tertentu yang tidak ada kaitannya dengan jual beli.
d. Jual beli yang menimbulkan kemudharatan, seperti jual beli patung, salib atau
buku-buku bacaan porno.
e. Segala bentuk jual beli yang mengakibatkan penganiayaan hukumnya haram,
seperti menjual anak binatang yang masih bergantung pada induknya.
3) Fasid yaitu jual beli yang secara prinsip tidak bertentangan dengan syara’ namun
terdapat sifat-sifat tertentu yang menghalangi keabsahannya. Misalnya :
a. jual beli barang yang wujudnya ada, namun tidak dihadirkan ketika
berlangsungnya akad.
b. Jual beli dengan menghadang dagangan di luar kota atau pasar, yaitu menguasai
barang sebelum sampai ke pasar agar dapat membelinya dengan harga murah
c. Membeli barang dengan memborong untuk ditimbun, kemudian akan dijual
ketika harga naik karena kelangkaan barang tersebut.
d. Jual beli barang rampasan atau curian.
e. Menawar barang yang sedang ditawar orang lain.
Al – Ba’I (Jual-beli) 8
Jual beli seperti itu tentu adalah jual beli yang haram karena syarat jual beli adalah
niat dan produk yang dijual harus dipastikan terlebih dahulu kehalalalannya. Banyak
sekali tentunya proses jual beli yang terkadang melanggar proses hukum islam.
Walaupun hasil keuntungannya sangat banyak tentu hukum ekonomi tidak hanya
dilihat dari satu aspek.Hal tersebut juga perlu dilihat bagaimana dampak dan
manfaatnya kepada seluruh aspek. Misalnya aspek moral, kultur atau budaya, dan
pendidikan.
2) Penjualan dengan Mengurangi Timbangan
Penjualan yang juga dilarang dan diharamkan oleh islam adalah ketika
dikurangi-nya timbangan. Tentu hal ini menipu dan juga melanggar kesepakatan
transaksi jual beli. Hal ini sebagaimana disampaikan dalam Al-Quran bahwa manusia
yang mengurangi timbangan dalam proses penjualan akan mendapatkan balasan Allah
kelak di akhirat.
“Celakalah orang-orang yang mengurangi, apabila mereka itu menakar kepunyaan
orang lain (membeli) mereka memenuhinya, tetapi jika mereka itu menakarkan orang
lain (menjual) atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Apakah mereka
itu tidak yakin, bahwa kelak mereka akan dibangkitkan dari kubur pada suatu hari
yang sangat besar, yaitu suatu hari di mana manusia akan berdiri menghadap kepada
Tuhan seru sekalian alam?” (QS Al Mutahfifin : 1-6)
3) Jual Beli dengan Riba
Jual beli yang juga diharamkan islam adalah riba. Riba adalah tambahan yang
diberikan, sifatnya bisa mencekik pembeli atau objeknya.Dalam hal ini misalnya
membeli barang dengan kredit lalu ada tambahan yang bisa jadi harganya melambung
tinggi jauh dari saat pembelian atau harga normal.Para ulama memandang ini juga
sebagai bagian riba. Tentunya umat islam haruslah memilih, mana proses transaksi
atau jual beli yang tidak mengandung riba.
4) Jual Beli Tanpa Akad atau Dengan Paksaan
Allah melarang manusia dalam melakukan sesuatu dengan akad atau paksaan.
Termasuk dalam hal ekomomi atau proses jual beli juga melarang dengan paksaan.
Proses jual beli dalam islam haruslah dengan adanya akad atau kesepakatan. Maka itu
sangat wajar jika di awal kali melaukan transaksi pasti ada proses tawar
menawar.Penawaran yang memaksa, tanpa ada akad atau mengharuskan membeli
adalah hal yang tentu diharamkan.Orang tidak selalu memiliki sumber daya atau
memiliki kebutuhan untuk membeli.Untuk itu, seluruh keputusan untuk membeli atau
Al – Ba’I (Jual-beli) 9
tidak semua tergantung kepada konsumen bukan pada penjualnya. Untuk itu,
kejujuran, keterbukaan, dan juga keadilan harus dilakukan agar pembeli mau terus
bertransaksi karena ada proses kepercayaan bukan karena paksaan.
Hal ini dijelaskan pula dalam Al-Quran, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu” (QS An-Nisa : 29)
5) Jual Beli Mulamasah
Jual beli mulamasah adalah salah satu jual beli yang juga disepakati oleh ulama
diharamkan islam. Jual beli mulamasah adalah jual beli yang jika seseorang
menyentuh barang jualan dari seseorang maka ia diwajibkan untuk membayar atau
terhitung membeli. Tentu hal ini diharamkan islam karena proses seperti ini sangatlah
wajar dilakukan, apalagi baru orang-orang yang ingin mengetahui terlebih dahulu
jenis barang dan kualitasnya.
Al – Ba’I (Jual-beli) 10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jual beli itu
diperbolehkan dalam Islam.Hal ini dikarenakan jual beli adalah sarana manusia dalam
mencukupi kebutuhan mereka, dan menjalin silaturahmi antara mereka.Namun demikian,
tidak semua jual beli diperbolehkan.Ada juga jual beli yang dilarang karena tidak
memenuhi rukun atau syarat jual beli yang sudah disyariatkan. Rukun jual beli adalah
adanya akad (ijab kabul), subjek akad dan objek akad yang kesemuanya mempunyai
syarat-syarat yang harus dipenuhi, dan itu semua telah dijelaskan di atas.Walaupun
banyak perbedaan pendapat dari kalangan ulama dalam menentukan rukun dan syarat
jual beli, namun pada intinya terdapat kesamaan, yang berbeda hanyalah perumusannya
saja, tetapi inti dari rukun dan syaratnya hampir sama.
3.2. Saran
Jual beli merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh setiap manusia, namun
pada zaman sekarang manusia tidak menghiraukan hukum islam. Oleh karena itu, sering
terjadi penipuan dimana-mana. Untuk menjaga perdamaian dan ketertiban sebaiknya kita
berhati-hati dalam bertransaksi dan alangkah baiknya menerapkan hukum islam dalam
interaksinya.
Allah SWT telah berfirman bahwasannya Allah memperbolehkan jual beli dan
mengharamkan riba.Maka dari itu, jauhilah riba dan jangan sampai kita melakukun riba.
Karena sesungguhnya riba dapat merugikan orang lain.
Al – Ba’I (Jual-beli) 11