Anda di halaman 1dari 14

JUAL BELI DAN RIBA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Al-islam Ii

Dosen Pengampu
ARY ANTONI PUTRA S.Pd. M.A

Disusun Oleh:

KELOMPOK 9
Desva Wahyuni Safitri(206910270)
Auni Fajri(206910371)
Reni Lestari (206910594)
PENGERTIAN JUAL BELI

Jual beli menurut bahasa artinya menukar sesuatu dengan sesuatu, sedang menurut syara’
artinya menukar harta dengan harta menurut cara-cara tertentu (‘aqad).
Jual beli secara lughawi adalah saling menukar. Jual beli dalam bahasa Arab dikenal dengan
istilah al-bay’u. Secara terminology jual beli adalah suatu transaksi yang dilakukan oleh pihak
penjual dengan pihak pembeli terhadap sesuatu barang dengan harga yang disepakatinya.
Menurut syari’at islam jual beli adalah pertukaran harta atas dasar saling merelakan atau
memindahkan hak milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.
.
LANDASAN HUKUM JUAL BEL
Landasan Syara’: Jual beli di syariatkan berdasarkan Al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma’. Yakni:
Berdasarkan Al-Qur’an diantaranya:

َ
ّ ِ ‫َوأ َح َّلالل ُّه ال ْبَيْ َع َو َح َّر َم‬
‫الربَا‬
Artinya: “ Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (Al- Baqarah : 275)

ً ‫الس َف َهاء أ َ ْم َوالَك ُُم ال ّ َ ِتي َج َع َلالل ُّه لَك ُْم ِقيَاما‬
ُّ ْ ‫َوال َ تُ ْؤتُوا‬
Artinya: “ dan janganlah kamu berikan hartamu itu kepada orang yang bodoh dan harta itu dijadikan Allah untukmu
sebagai pokok penghidupan”. (An-Nisa:5).
 
‫ج َار ًة‬َ ‫ُون ِت‬ ِ َ‫آمنُوا ْ ال َ تَأْكُل ُوا ْ أ َ ْم َوالَك ُْم بَيْنَك ُْم بِال ْب‬
َ ‫اط ِل ِإال َّ أَن تَك‬ َ ‫ين‬ َ ‫يَا أَي ُّ َها ال ّ َ ِذ‬
٢٩- ً ‫َان ِبك ُْم َر ِحيما‬ َ ‫اضمنك ُْم َوال َ تَ ْقتُل ُوا ْ أَن ُف َسك ُْم ِإ ّ َن الل َّه ك‬ ّ ِ ٍ ‫ َعن تَ َر‬-
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu,
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. (An-Nisa: 29).
LANDASAN HUKUM JUAL BELI
1) Berdasarkan Sunnah.
Rasulullah Saw. Bersabda:
“dari Rifa’ah bin Rafi’ ra.: bahwasannya Nabi Saw. Ditanya: pencarian apakah yang paling baik? Beliau menjawab:
“Ialah orang yang bekerja dengan tangannya dan tiap-tiap jual beli yang bersih”. (H.R Al-Bazzar dan disahkan Hakim)
Rasulullah Saw, bersabda:
“sesungguhnya jual beli itu hanya sah jika suka sama suka (saling meridhoi) (HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Majah).
2) Bardasarkan Ijma’
Ulama telah sepakat bahwa jual-beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi
kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau harta milik orang lain yang
dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.
3) Rukun dan Pelaksanaan Jual Beli
Dalam menetapkan rukun jual-beli, diantara para ulama terjadi perbedaan pendapat. Menurut Ulama Hanafiyah, rukun
jual-beli adalah ijab dan qabul yang menunjukkan pertukaran barang secara rida, baik dengan ucapan maupun perbuatan.
Adapun rukun jual-beli menurut Jumhur Ulama ada empat, yaitu:
 Bai’ (penjual)
 Mustari (pembeli)
 Shighat (ijab dan qabul)
 Ma’qud ‘alaih (benda atau barang).
SYARAT JUAL-BELI
 Transaksi jual-beli baru dinyatakan terjadi apabila terpenuhi tiga syarat jual-beli, yaitu:
 Adanya dua pihak yang melakukan transaksi jual-beli
 Adanya sesuatu atau barang yang dipindah tangankan dari penjual kepada pembeli
 Adanya kalimat yang menyatakan terjadinya transaksi jual-beli (sighat ijab qabul).
 Syarat yang harus dipenuhi oleh penjual dan pembeli adalah:
 Agar tidak terjadi penipuan, maka keduanya harus berakal sehat dan dapat membedakan (memilih).
 Dengan kehendaknya sendiri, keduanya saling merelakan, bukan karena terpaksa.
 Dewasa atau baligh.
 Syarat benda dan uang yang diperjual belikan sebagai berikut:
 Bersih atau suci barangnya
 Tidak sah menjual barang yang najis seperti anjing, babi, khomar dan lain-lain yang najis.
 Ada manfaatnya:
 jual beli yang ada manfaatnya sah, sedangkan yang tidak ada manfaatnya tidak sah, seperti jual beli lalat, nyamuk, dan sebagainya.
 Dapat dikuasai:
 tidak sah menjual barang yang sedang lari, misalnya jual beli kuda yang sedang lari yang belum diketahui kapan dapat ditangkap
lagi, atau barang yang sudah hilang atau barang yang sulit mendapatkannya.
 Milik sendiri:
 tidak sah menjual barang orang lain dengan tidak seizinnya, atau barang yang hanya baru akan dimilikinya atau baru akan menjadi
miliknya.
 Harus diketahui kadar, harga, jenis dan sifatnya dari barang itu, begitu juga. Jual beli benda yang disebutkan sifatnya saja dalam
janji (tanggungan), maka hukumnya boleh.
HUKUM JUAL BELI
Pada asalnya, jua-beli itu merupakan hal yang hukumnya mubah atau dibolehkan. Sebagaimana ungkapan Imam Asy-
Syafi'i dasarnya hukum jual-beli itu seluruhnya adalah mubah, yaitu apabila dengan keridhaan dari kedua-belah pihak.
Kecuali apabila jual-beli itu dilarang oleh Rasulullah SAW. Atau yang maknanya termasuk yang dilarang beliau SAW.

MACAM – MACAM JUAL BELI


Menurut jumhur ulama jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi, dari segi hukumnya, jual beli ada tiga macam yaitu :
a) Jual beli yang sah,
Adalah jual beli yang telah memenuhi ketentuan syara’, baik rukun maupun syaratnya, syarat jual beli antara lain
Barangnya suci
Bermanfaat
Milik penjual (dikuasainya )
Bisa di serahkan
Di ketahui keadaannya
b) Jual beli yang batal,
Adalah jual beli yang tidak memenuhi salah satu syarat dan rukun sehingga jual beli menjadi rusak (fasid).
Menurut jumhur ulama, rusak dan batal memiliki arti yang sama. Adapun ulama hanafiyah membagi hukum dan
sifat jual beli menjadi sah, batal, dan rusak.
JUAL BELI YANG DI LARANG
Jual beli yang dilarang dalam islam sangatlah banyak menurut jumhur ulama. Berkenaan dengan jual beli yang di larang
dalam islam, Wahbah Al-Juhalili meringkasnya sebagai berikut :
a) Terlarang Sebab Ahliah (Ahli Akad )
Ulama telah sepakat bahwa jual beli dikategorikan sahih apabila dilakukan oleh orang yang baligh, berakal, dan dapat
memilih, dan mampu ber-tasharruf secara bebas dan baik. Mereka yang di pandang tidak sah jual belinya adalah berikut
ini :

b) Jual beli orang gila


Ulama fiqih sepakat bahwa jual beli orang gila tidak sah. Begitu pula sejenisnya, seperti orang mabuk, sakalor, dan lain-lain.

c) Jual beli anak kecil


Menurut ulama fiqih jual beli anak kecil di pandang tidak sah, kecuali dalam perkara – perkara yang ringan atau sepele.
Menurut ulama Syafi’iyah, jual beli anak mimayyiz yang belum baligh, tidak sah sebab tidak ada ahliyah.

d) Jual beli terpaksa


Menurut ulama Safi’iyah dan Hanabilah, jual beli ini tidak sah , sebab tidak ada keridaan ketika akad.

e) Jual beli fudhul


Adalah jual beli milik orang tanpa seizinnya. Munurut Hanafiyah dan Malikiyah, jual beli di tangguhkan sampai ada izin
pemilik. Menurut Safi’iyah dan Hanabilah, jual beli fudhul tidak sah.
JUAL BELI YANG DI TERHALANG
Terlarang Sebab Ma’qud Alaih ( barang jualan )
Secara umum, ma’qud alaih adalah harta yang di jadikan alat pertukaran olah orang yang akad, yang biasa di sebut mabi’
(barang jualan) dan harga.
a. Jual-beli benda yang tidak ada atau di khawatirkan tidak ada
b. Jual-beli barang yang tidak dapat di serahkan
c. Jual-beli gharar ataui di sebut juga dengan jual beli yang tidak jelas (majhul)
d. Jual-beli barang yang najis dan yang terkena najis.
e. Jual-beli barang yang tidak ada ditempat akad (ghaib), tidak dapat dilihat.

Terlarang sebab syara’


f. Jual-beli riba
g. Jual-beli barang yang najis
h. Jual-beli dengan uang dari barang yang diharamkan
i. Jual-beli barang dari hasil pencegatan barang
j. Jual-beli waktu ibadah sholat jum’at, berdasarkan Q.S. Al Jumu’ah ayat 9,
k. Jual-beli anggur untuk dijadikan khamar
l. Jual-beli induk tanpa anaknya yang masih kecil
m. Jual-beli barang yang sedang dibeli oleh orang lain
n. Jual-beli memakai syarat.
PENGERTIAN RIBA

Pengertian RibaMenurut etimologi, riba berarti “ Azziyadah”(tambahan), seperti arti kata riba pada
surah Al-haj ayat 5, yang artinya : “ kemudian Kami turunkan air diatasnya, hiduplah bumi itu dan
suburlah.
Riba secara bahasa adalah sesuatu yang bertambah dari pokoknya, sedangkan menurut syara’
adalah akad yang terjadi dengan penukaran tertentu baik bentuk barang sejenis maupun uang
yang berlebih ketika pengembaliannya sesuai dengan jatuh temponya. Maksudnya menurut
syara’: “akad yang terjadi dalam penukaran barang-barang yang tertentu, tidak diketahui sama
atau tidaknya menurut aturan syara’, atau terlambat menerimanya.
LANDASAN HUKUM RIBA
1. Berdasar kan Al-Qur’an
• Ali Imran ayat 130, yang artinya: 
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah
kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”.

• Al-Baqarah :275
Artinya: “Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.

• Al- Baqarah: 278-279 yang artinya:


“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut)
jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka
ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan
riba), maka bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya”.

2. Hadist
Sabda Nabi SAW. Yang artinya: dari Jabir, “Rasulullah Saw. Telah melaknat atau mengutuk orang yang makan
riba, wakilnya, penulisnya, dan dua saksinya”. (Riwayat Muslim).
HUKUM RIBA
1. Riba adalah bagian dari 7 dosa besar yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW. Sebagaimana hadits berikut ini :Dari
Abi Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Jauhilah oleh kalian tujuh hal yang mencelakakan". Para
shahabat bertanya,"Apa saja ya Rasulallah?". "Syirik kepada Allah, sihir, membunuh nyawa yang diharamkan Allah
kecuali dengan hak, makan riba, makan harta anak yatim, lari dari peperangan dan menuduh zina.(HR. Muttafaq alaihi).

2. Tidak ada dosa yang lebih sadis diperingatkan Allah SWT di dalam Al-Quran, kecuali dosa memakan harta riba. Bahkan
sampai Allah SWT mengumumkan perang kepada pelakunya.Hal ini menunjukkan bahwa dosa riba itu sangat besar dan
berat.

3. As-Sarakhsy berkata bahwa seorang yang makan riba akan mendapatkan lima dosa atau hukuman sekaligus. Yaitu At-
Takhabbut, Al-Mahqu, Al-Harbu, Al-Kufru dan Al-Khuludu fin-Naar.
· At-Takhabbut : Kesurupan seperti kesurupannya syetan.
· Al-Mahqu : Dimusnahkan oleh Allah keberkahan hartanya
· Al-Harbu : Diperangi oleh Allah SWT
· Al-Kufru : dianggap kufur dari perintah Allah SWT. Dan dianggap
keluar dari agama Islam apabila menghalalkannya.Tapi
bila hanya memakannya tanpa mengatakan bahwa riba itu
halal, dia berdosa besar.
· Al-Khuludu fin-Naar : yaitu kekal di dalam neraka, sekali masuk tidak akan
pernah keluar lagi dari dalamnya. Nauzu bila.
MACAM-MACAM RIBA
1) Riba Qardh. Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berhutang (muqtaridh)

2) Riba Yad. Jual beli dengan mengakhirkan penyerahan yakni bercerai berai antara dua orang yang akad sebelum
timbang serah terima

3) Riba Fadhl. Riba fadhl adalah riba yang terjadi dalam masalah barter atau tukar menukar benda. Namun bukan dua
jenis benda yang berbeda, melainkan satu jenis barang namun dengan kadar atau takaran yang berbeda. Dan jenis
barang yang dipertukarkan itu termasuk hanya tertentu saja, tidak semua jenis barang.Barang jenis tertentu itu
kemudian sering disebut dengan "barang ribawi".

4) Riba Nasi’ah. Riba Nasi’ah disebut juga riba Jahiliyah. Nasi'ah bersal dari kata nasa' yang artinya penangguhan. Sebab
riba ini terjadi karena adanya penangguhan pembayaran.Inilah riba yang umumnya kita kenal di masa sekarang ini.
Dimana seseorang memberi hutang berupa uang kepada pihak lain, dengan ketentuan bahwa hutang uang itu harus
diganti bukan hanya pokoknya, tetapi juga dengan tambahan prosentase bunganya. Riba dalam nasi'ah muncul karena
adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan saat ini dengan yang diserahkan kemudian.
Contoh : Ahmad ingin membangun rumah. Untuk itu dia pinjam uang kepada bank sebesar 144 juta dengan bunga 13 %
pertahun.Sistem peminjaman seperti ini, yaitu harus dengan syarat harus dikembalikan plus bunganya, maka transaksi
ini adalah transaksi ribawi yang diharamkan dalam syariat Islam.
JUAL BELI YANG DI TERHALANG
Terlarang Sebab Ma’qud Alaih ( barang jualan )
Secara umum, ma’qud alaih adalah harta yang di jadikan alat pertukaran olah orang yang akad, yang biasa di sebut mabi’
(barang jualan) dan harga.
a. Jual-beli benda yang tidak ada atau di khawatirkan tidak ada
b. Jual-beli barang yang tidak dapat di serahkan
c. Jual-beli gharar ataui di sebut juga dengan jual beli yang tidak jelas (majhul)
d. Jual-beli barang yang najis dan yang terkena najis.
e. Jual-beli barang yang tidak ada ditempat akad (ghaib), tidak dapat dilihat.

Terlarang sebab syara’


f. Jual-beli riba
g. Jual-beli barang yang najis
h. Jual-beli dengan uang dari barang yang diharamkan
i. Jual-beli barang dari hasil pencegatan barang
j. Jual-beli waktu ibadah sholat jum’at, berdasarkan Q.S. Al Jumu’ah ayat 9,
k. Jual-beli anggur untuk dijadikan khamar
l. Jual-beli induk tanpa anaknya yang masih kecil
m. Jual-beli barang yang sedang dibeli oleh orang lain
n. Jual-beli memakai syarat.
Thanks!

Anda mungkin juga menyukai