Anda di halaman 1dari 13

 Derisman Maula

 Muhammad Ima
TEORI PERDAGANGAN  Nur’aidah Nafila
Kelompok 2  Rima Fadilatun
 Rosmiati Nurhal
A. Pengertian Jual Beli

 Menurut bahasa
Jual beli (‫ )ا لبيع‬artinya menjual,
mengganti dan menukar (sesuatu dengan
sesuatu yang lain). Kata ( ‫ ) ا لبيع‬dalam bahasa
Arab terkadang digunakan untuk pengertian
lawannya, yaitu kata (Assyiraa) (beli). Dengan
demikian kata( ‫ ) ا لبيع‬berarti kata “jual” dan
juga berarti kata “beli”.
 Menurut istilah:

 Menurut ulama Hanafiyah : “ Saling menukar harta dengan


harta melalui cara tertentu”, atau:“ Tukar menukar sesuatu
yang diinginkan dengan yang sepadan melalui cara tertentu
yang bermanfaat”.
 Menurut Imam Nawawi:“Saling tukar menukar harta dalam
bentuk pemindahan milik”
 Menurut Ibnu Qudamah : “Saling menukar harta dengan harta
dalam bentuk pemindahan milik dan pemilikan”
B. Hukum Jual Beli

 Dasar hukum dalam Al-Qur’an Allah berfirman:


“....Padahal Allah telah menghalalkan jual-beli
dan mengharamkan riba...” (QS Al-Baqarah:275)
 Dalam Sabda Rasulullah SAW:
“Nabi Muhammad SAW pernah ditanya:
Apakah profesi yang paling baik? Rasulullah
menjawab: “Usaha tangan manusia sendiri dan setiap
jual-beli yang diberkati”. (HR.Al-Barzaar dan Al-
Hakim).
C. Rukun dan syarat jual beli

Menurut Jumhur Ulama rukun jual-beli itu ada


empat:
• Orang yang berakad (penjual dan pembeli)
• Sighat (lafal ijab dan kabul)
• Ada barang yang dibeli
• Ada nilai tukar pengganti
• Syarat orang yang berakad
Berakal. Jualbeli yang dilakukan anak kecil yang belum berakal hukumnya tidak sah.
• Syarat yang terkait dengan ijab qabul
Orang yang mengucapkannya telah akil baligh dan berakal (Jumhur Ulama) atau telah berakal
• Kabul sesuai dengan ijab.
Contohnya: “Saya jual Sepeda ini dengan harga sepuluh ribu”, lalu pembeli menjawab:
“Saya beli dengan harga sepuluh ribu”.
• Ijab dan kabul dilakukan dalam satu majlis.
o Syarat yang diperjual belikan, adalah sebagai berikut:
1. Barang itu ada, atau tidak ada di tempat, tetapi pihak penjual menyatakan kesanggupannya untuk
mengadakan barang itu.
2. Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia.
3. Milik seseorang. Barang yang sifatnya belum dimiliki seseorang, tidak boleh diperjual belikan.
4. Dapat diserahkan pada saat akad berlangsung ,atau pada waktu yang telah disepakati bersama ketika
akad berlangsung.
• Syarat nilai tukar (harga barang).
Ada dua harga, yaitu harga antara sesama pedagang dan harga antara pedagang dan konsumen
(harga jual pasar).
D. Unsur-Unsur Kelalaian dalam Jual Beli

Dalam jual-beli bisa saja terjadi kelalaian, baik dari pihak penjual
maupun dari pihak pembeli, baik pada saat terjadi akad, maupun sesudahnya.

• Menurut ulama fikih, bentuk kelalaian dalam jual-beli diantaranya:


1. Barang yang dijual itu, bukan milik penjual (barang titipan, jaminan hutang
ditangan penjual, barang curian).
2. Sesuai perjanjian, barang tersebut harus diserahkan ke rumah pembeli pada waktu
tertentu, tetapi ternyata barang tidak diantarkan dan tidak tepat waktu.
3. Barang tersebut rusak sebelum sampai ke tangan pembeli.maka harus ada ganti
rugi.
4. Barang tersebut tidak sesuai dengan contoh yang telah disepakati.
E. Jual Beli yang Sah tapi Dilarang

1. Membeli barang dengan harga yang lebih mahal daripada harga pasar, sedangkan dia tidak
menginginkan barang itu, tetapi semata-mata supaya orang lain tidak dapat membeli barang
itu. Dalam hadis diterangkan bahwa jual beli yang demikian itu dilarang.
2. Membeli barang yang sudah dibeli orang lain yang masih dalam masa khiyar.
3. Mencegat orang-orang yang datang dari desa di luar kota, lalu membeli barangnya sebelum
mereka sampai ke pasar dan sewaktu mereka belum mengetahui harga pasar.
4. Membeli barang untuk ditahan agar dapat dijual dengan harga yang lebih mahal, sedangkan
masyarakat umum memerlukan barang itu. Hal ini dilarang karena dapat merusak
ketentraman umum.
5. Menjual suatu barang yang berguna, tetapi kemudian dijadikan alat maksiat oleh yang
membelinya.
6. Jual beli yang disertai tipuan. Berarti dalam urusan jual beli itu ada tipuan, baik dari pihak
pembeli maupun dari prnjual, pada barang ataupun ukuran dan timbangannya.
F. Beberapa macam jual beli yang diperbolehkan
dalam islam

1. Bai’ al-Sil’ah bi al-Naqd (‫لنقد‬EE‫ا‬EEE‫ة ب‬E‫لسلع‬EE‫ ا‬E‫يع‬EEE‫)ب‬


Bai’ al-Sil’ah bi al-Naqd yaitu menjual suatu barang dengan alat tukar resmi atau uang.
2. Bai’ al-Muqayadhah (‫لمقايضة‬EE‫ ا‬E‫يع‬EEE‫)ب‬
Bai’ al-Muqayadhah yaitu jual beli suatu barang dengan barang tertentu atau yang sering disebut
dengan istilah barter.
3. Bai’ al-Salam (E‫لسلم‬EE‫ ا‬E‫يع‬EEE‫)ب‬
Bai’ al-Salam yaitu jual beli barang dengan cara ditangguhkan penyerahan barang yang telah dibayar
secara tunai.
4. Bai’ al-Murabahah (‫بحة‬E‫لمرا‬EE‫ ا‬E‫يع‬EEE‫)ب‬
Bai’ al-Murabahah yaitu menjual suatu barang dengan melebihi harga pokok, atau menjual barang
dengan menaikkan harga barang dari harga aslinya, sehingga penjual mendapatkan keuntungan sesuai
dengan tujuan bisnis (jual beli).
5. Bai’ al-Wadhiah (‫ة‬E‫لوضيع‬EE‫ ا‬E‫يع‬EEE‫)ب‬
Bai’ al-Wadhiah yaitu kebalikan dari jual beli Murabahah, yaitu menjual barang dengan harga yang
lebih murah dari harga pokoknya.
6. Bai’ al-Tauliah (‫لتولية‬EE‫ ا‬E‫يع‬EEE‫)ب‬
Bai’ al-Tauliah yaitu jual beli suatu barang sesuai dengan harga pokok, tanpa ada
kelebihan atau keuntungan sedikitpun.
7. Bai’ al-Inah (‫لعينة‬EE‫ ا‬E‫يع‬EEE‫)ب‬
Bai’ al-Inah yaitu jual beli yang terjadi antara dua belah pihak (penjual dan
pembeli), di mana seseorang menjual barangnya kepada pihak pembeli dengan harga tangguh
lebih tinggi, dan menjual dengan harga lebih murah jika dibayar secara tunai (cash).
8. Bai’ al-Istishna’ (‫الستصناع‬EE‫ ا‬E‫يع‬EEE‫)ب‬
Bai’ al-Istishna’ yaitu jenis jual beli dalam bentuk pemesanan (pembuatan) barang
dengan spesifikasi dan kriteria tertentu sesuai keinginan pemesan.
9. Bai’ al-Sharf ‫صرف‬
( ‫ل‬EE‫ ا‬E‫يع‬EEE‫)ب‬
Bai’ al-Sharf  yaitu jual beli mata uang dengan mata uang yang sama atau berbeda
jenis (currency exchange).
G. Khiyar

Khiyar artinya boleh memilih antara dua, meneruskan akad jual beli atau membatalkan
(menarik kembali, tidak jadi jual beli). Tujuan Khiyar agar kedua orang yang berjual beli
dapat memikirkan kemaslahatan masing-masing lebih jauh, supaya tidak akan terjadi
penyesalan di kemudian hari lantaran merasa tertipu. Hukum khiyar adalah boleh, sejauh
memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan, tetapi khiyar untuk menipu
hukumnya haram dan dilarang.

• Macam-macam Khiyar
1. Khiyar majelis (masih tetap berada di tempat jual beli)
2. Khiyar syarat (khiyar syarat paling lama hanya tiga hari tiga malam, terhitung dari waktu
akad)
3. Khiyar ‘aibi (si pembeli boleh mengembalikan barang yang dibelinya apabila pada barang
itu terdapat suatu cacat )
H. Hikmah jual beli

 
 Mencari dan Mendapatkan Karunia Allah
 Menjauhi Riba
 Menegakkan Keadilan dan Keseimbangan dalam Ekonomi
 Menjaga Kehalalan Rezeki
 Produktifitas dan Perputaran Ekonomi
 Silahturahmi dan Memperbanyak Jejaring.

Anda mungkin juga menyukai