PANDANGAN ISLAM
Kelompok 9 :
Al-Quran
Artinya: “Padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 275).
• Kedua belah pihak harus baligh, (maksudnya baik penjual atau pembeli)
• Keduanya berakal sehat
• Bukan pemboros (tidak suka memubazirkan barang).
• Bukan paksaan, yakni atas kehendak sendiri.
Rasulullah bersabda:
Artinya: “Nabi saw. bersabda sesungguhnya jual beli itu sah, apabila dilakukan atas dasar suka sama suka.” (HR.
Ibnu Hiban dan Ibnu Majah).
2. Syarat barang jual beli (ma’qud alaih)
Adapun syarat barang yang diperjualbelikan sebagai berikut:
• Barang harus ada saat terjadi transaksi, jelas dan dapat dilihat atau diketahui oleh kedua belah pihak. Penjual
harus memperlihatkan barang yang akan dijual kepada pembeli secara jelas, baik ukuran dan timbangannya,
jenis, sifat maupun harganya.
• Barang yang diperjualbelikan berupa harta yang bermanfaat. Semua barang yang tidak ada manfaatnya seperti
membahayakan ataupun melanggar norma agama dalam kehidupan manusia tidak sah untuk diperjualbelikan.
Contohnya jual beli barang curian atau minuman keras.
• Jual beli bangkai, kotoran, barang yang menjijikkan dan sejenisnya tidak sah untuk diperjualbelikan dan
hukumnya haram.
• Milik Sendiri karenanya barang-barang yang bukan milik sendiri seperti barang pinjaman, barang sewaan,
barang titipan tidak sah untuk diperjualbelikan.
• Barang yang dijual harus dapat dikuasai, Barang yang tidak dapat dikuasai Tidak sah diperjualbelikan seperti
jual beli ayam yang belum ditangkap, merpati yang masih beterbangan, ikan yang masih dalam kolam dan
sebagainya.
Alat tukar menukar haruslah alat yang bernilai dan diakui secara umum penggunaannya. Selain itu, menurut ulama
fikih bahwa nilai tukar yang berlaku dimasyarakat harus memenuhi syarat sebagai berikut:
• Harga harus disepakati kedua belah pihak dan kerelaan kedua belah pihak
• Nilai kesepakatan itu dapat diserahkan langsung pada waktu transaksi jual beli
• Apabila jual beli dilakukan secara barter (al-muqayyadah), pembayaran bukan dilakukan berupa uang tetapi
berupa barang
Ijab dilakukan oleh pihak penjual barang dan kabul dilakukan oleh pembeli barang. Ijab kabul dapat dilakukan
dengan kata-kata penyerahan dan penerimaan atau dapat juga berbentuk tulisan seperti faktur, kuitansi atau nota dan
lain sebagainya. Hal utama yang ada dalam jual beli adalah kerelaan kedua belah pihak. Kerelaan ini dapat dilihat
pada saat akad berlangsung dan ijab kabul harus diucapkan secara jelas dalam transaksi.
Macam-macam jual beli
Jual beli yang sah
Jual beli yang boleh dilakukan karena
memenuhi rukun dan syarat jual beli
sebagaimana yang dijelaskan dalam Fikih
Islam.
Jual beli terlarang
Jual beli yang terlarang artinya jual beli yang tidak memenuhi rukun dan syarat jual beli. Bentuk jual beli yang
terlarang antara lain:
Maksud jual beli sistem ijon adalah jual beli hasil tanaman yang masih belum nyata buahnya ataupun belum ada
isinya. Misalnya jual beli padi yang masih muda, jual beli buah-buahan yang masih berwujud bunga ataupun masih
sangat muda. Semua itu masih ada kemungkinan rusak atau rontok, sehingga dapat merugikan kedua belah pihak
khususnya pembeli.
Jual beli ini hukumnya tidak sah serta haram hukumnya, seperti jual beli minuman keras (khamar), bangkai, darah
atau daging babi.
Jual beli sperma hewan
Jual beli sperma hewan tidak sah, karena sperma tidak dapat diketahui kadarnya dan tidak dapat diterima wujudnya.