Anda di halaman 1dari 25

Pengertian Jual

Beli
Jual beli dalam bahasa Arab
disebut al-bai'u ( ) yang berasal‫اْلَب ْيُع‬

dari kata
‫ َب ْيًع ا‬- ‫ َي ِبْيُع‬- ‫َب اَع‬

artinya tukar-menukar. Secara


istilah, jual beli adalah
pertukaran sebuah barang untuk
mendapatkan barang lainnya,
atau mendapat kepemilikan dari
suatu barang yang dibayar
melalui suatu kompensasi atau
iwad berniali sepadan. Dalam
jual beli, antara penjual dan
pembeli harus dilakukan secara
suka rela.
Dasar Hukum
Jual Beli
1. QS. Al-Baqarah (2) : 275
Artinya: "Orang-orang yang
memakan (bertransaksi dengan)
riba tidak dapat berdiri, kecuali
seperti orang yang berdiri
sempoyongan karena kesurupan
setan. Demikian itu terjadi
karena mereka berkata bahwa
jual beli itu sama dengan riba.
Padahal, Allah telah
menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Siapa pun
yang telah sampai kepadanya
peringatan dari Tuhannya
(menyangkut riba), lalu dia
berhenti sehingga apa yang telah
diperolehnya dahulu menjadi
miliknya dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Siapa
yang mengulangi (transaksi riba),
mereka itulah penghuni neraka.
Mereka kekal di dalamnya."
Ayat di atas menjelaskan
bahwa Allah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan
riba. Ayat ini juga dapat dipahami
untu melakukan jual beli dengan
mematuhi peraturan-peraturan
yang telah di tetapkan dalam
Islam.
Bahwa jual beli merupakan
tindakan atau transaksi yang
telah disyariatkan, dalam arti
telah ada hukumnya yang jelas
dalam Islam yang berkenaan
dengan hukum taklfi, hukumnya
adalah boleh.

2. Hadis Rasulullah SAW.


Artinya: "Dari Rifa'ah bin Rafi'
bahwasanya Nabi saw, ditanya:
'Apa mata pencaharian yang
paling baik? Beliau berkata:
'Seorang bekerja dengan
tangannya dan setiap jual beli
yang mabrur." (H.R. al-Bazzar
dan disahihkan oleh al-Hakim)
Hadis tersebut menjelaskan
bahwa pekerjaan yang paling
baik adalah pekerjaan yang
dikerjakan dengan tangan dan
jual beli yang tidak mengandung
penipuan yang dapat merugikan
salah satu pihak.

3. Ijma
Ulama telah sepakat bahwa jual
beli diperbolehkan dengan
alasan bahwa
manusia tidak akanmampu
mencukupi kebutuhan dirinya,
tanpa bantuan orang lain.
Namun demikian, bantuan atau
barang milik orang lain yang
dibutuhkan itu, haris diganti
dengan barang lain yang sesuai.
Rukun Jual Beli
1. Penjual (Bai) dan pembeli
(Musytan)
Penjual dan pembeli harus
memenuhi persyaratan berikut.
Ÿ Berakal.
Ÿ Atas kehendak sendiri, bukan
karena terpaksa.
Ÿ Tidak boros.
Ÿ Balig.
2. Barang (Ma'qud 'alaih)
Ma'qud alaih disyaratkan
sebagai berikut.
Ÿ Halal dan suci.
Ÿ Bermanfaat.
Ÿ Keadaan barang dapat
diserahterimakan.
Ÿ Keadaan barang diketahui oleh
penjual dan pembeli. Sifat,
ukuran, jumlah, maupun
bentuknya dapat dilihat oleh
kedua belah pihak.
Ÿ Milik sendiri atau yang
diwakilinya,
sesuai sabda Rasulullah saw.
yang artinya: "Tak sah jual beli
melainkan atas barang yang
dimiliki." (H.R. Abu Dawud dan
at-Tirmidzi)
3. Sigat (ijab dan kabul), yaitu
transaksi yang dilakukan oleh
kedua belah pihak. Rasulullah
SAW bersabda, yang artinya:
"Sesungguhnya jual beli itu
hanya sah jika suka sama suka."
(H.R. Ibnu Hibban)
Larangan Jual
Beli
1. Jual beli yang dilarang
karena akad
Ÿ Jual beli oleh orang gila.
Ÿ Jual beli oleh anak kecil (belum
baligh).
Ÿ Jual beli oleh orang buta.
Ÿ Jual beli oleh orang yang berada
di bawah tekanan.
2. Jual beli yang dilarang
sebab sighat
Ÿ Jual beli secara mu'athat , yaitu
telah disepakati bersama antara
harga yang telah ditetapkan,
namun tidak ada ijab dan qabul
dari keduanya.
Ÿ Jual beli dengan seseorang yang
tidak hadir pada tempat akad.
3. Jual Beli Dilarang karena
ma'qud alaih (barang jual beli)
Ÿ Jual beli barang yang tidak ada
atau beresiko hilang dan belum
pasti keberadaannya ( gharar ),
seperti jual
beli madhaamiim (sperma laki-
laki),
atau malaaqih (sel telur
perempuan), dan hablul
habalah (jual beli). anak yang
belum lahir).
Ÿ Jual beli sesuatu yang tidak
dapat diserahterimakan.
4. Jual beli yang dilarang
karena sifat, syarat, atau
larangan syariah
Ÿ Jual Beli 'arbun' , yaitu transaksi
dengan menggunakan uang
muka atau dikenal dengan dp.
Ÿ Jual Beli 'inah' , yaitu pembeli
membeli barang secara kredit
dari penjual dan barang tersebut
nantinya akan dijual kepada
penjual asal dengan harga yang
lebih rendah dari harga
sebelumnya.
Ÿ Jual beli riba, yaitu uang
tambahan dari hasil proses
transaksi.
Ÿ Membeli dan menjual alkohol
dan daging babi.
Ÿ Jual beli orang dengan orang
yang tinggal di kampung atau
pedesaan
sehingga tidak mengetahui harga
sebenarnya.
Ÿ Menjual anggur ke pembuat
anggur.
Ÿ Menjual ibu-ibu tanpa anak kecil
atau sebaliknya.
Ÿ Jual beli saat sholat jumat.
Ÿ Membeli dan menjual barang
yang telah ditawarkan atau dibeli
oleh orang lain.
Hikmah Jual Beli
1. Jual beli dapat menata struktur
kehidupan ekonomi masyarakat.
2. Penjual dan pembeli dapat
memenuhi kebutuhan atas dasar
kerelaan.
3. Masing-masing pihak merasa
puas.
4. Dapat menjauhkan diri dari
memakan atau memiliki barang
yang haram atau secara bathil.
5. Penjual dan pembeli mendapat
rahmat dari Allah SWT.
6. Dapat menumbuhkan
ketentraman dan kebahagiaan.
Pengertian
Khiyar dan Dasar
Hukum Khiyar
Khiyar adalah hak yang dimiliki
oleh penjual maupun pembeli
untu meneruskan atau
membatalkan jual beli karena
ada uzur atau persoalan tertentu.
Khiyar dialakukan untuk
memberikan kemaslahatan dan
menjauhkan dari kerugian.
Khiyar dibolehkan dalam Islam
sebagaimana hadis Rasulullah
saw. berikut.
Artinya: "Masing-masing penjual
dan pembeli berhak mempunyai
khiyar (pilihan) selama belum
berpisah, kecuali jual beli yang
memberikan pilihan." (Muttafaq
'Alaih)
Macam-macam
Khiyar
1. Khiyar majelis adalah memilih
antara dilanjutkannya jual beli
atau tidak selama pembeli dan
penjual masih berada di tempat
jual beli (majelis).
2. Khiyar syarat, yaitu memilih
antara jual beli atau tidak dengan
mempertimbangkan dalam masa
yang disepakati oleh kedua
belah pihak.
3. Khiyar 'aibi (cacat), yaitu memilih
untuk meneruskan akad jual beli
atau membatalkannya apabila
pada barang tersebut terdapat
cacat yang tidak diketahui oleh
pembeli pada waktu melakukan
akad jual beli.
Hikmah Khiyar
1. Menghindari penyesalan bagi
kedua belah pihak. terjadinya
penipuan dalam jual beli. Penjual
dan pembeli diberi
2. Memperkecil kebebasan untuk
membeli barang.
3. Menanamkan sikap hati-hati,
cermat, dan teliti dalam
bertransaksi antara penjual dan
pembeli.
4. Menciptakan sikap toleransi
antara kedua belah pihak.
Pengertian Riba
Riba menurut bahasa arab
adalah az-ziyadah yang berarti
tambahan atau nama' yang
berarti berkembang. Adapun
secara istilah, riba adalah
tambahan pembayaran dalam
sebuah transaksi, baik jual beli,
utang piutang, maupun lainnya
yang bertolak belakang dengan
prinsip muamalah. Riba dikenal
masyarakat dengan istilah
bunga.
Dasar Hukum
Riba
Hukum riba adalah haram,
sebagaimana dijelaskan dalam
firman Allah SWT yang artinya:
"Orang-orang yang memakan
(bertransaksi dengan) riba tidak
dapat berdiri, kecuali seperti
orang yang berdiri sempoyongan
karena kesurupan setan.
Demikian itu terjadi karena
mereka berkata bahwa jual beli
itu sama dengan riba. Padahal,
Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba...."
(Q.S. al-Baqarah [2]: 275)
Macam-macam
Riba
1. Riba fadi, adalah tukar-menukar
dua buah barang yang sama
jenisnya namun tidak sama
timbangannya.
2. Riba qardi, adalah pinjam-
meminjam sesuatu dengan
syarat ada keuntungan atau
tambahan ketika
mengembalikan.
3. Riba nasi'ah, yaitu tukar-
menukar dua barang yang
sejenis maupun tidak sejenis
atau jual beli yang
pembayarannya disyaratkan
lebih oleh penjual dengan waktu
yang dilambatkan.
4. Riba yad, yaitu berpisah dari
tempat akad jual beli sebelum
serah terima.
Syarat agar Jual
Beli Tidak
menjadi Riba
1. Menjual sesuatu yang sejenis:
Ÿ Serupa timbangan dan
banyaknya.
Ÿ Tunai.
Ÿ Timbang terima dalam akad (ijab
kabul) sebelum meninggalkan
majelis akad.
2. Menjual sesuatu yang
berlainan jenis:
Ÿ Tunai.
Ÿ Timbang terima dalam akad (ijab
kabul) sebelum meninggalkan
majelis akad.

Anda mungkin juga menyukai