Anda di halaman 1dari 4

Lima Jenis Jual Beli yang halal :

1. Bai’ al-Sil’ah bi al-Naqd (‫)بيع السلعة بالنقد‬

Bai’ al-Sil’ah bi al-Naqd yaitu menjual suatu barang dengan alat tukar resmi atau uang. Jenis jual beli ini
termasuk salah satu jenis jual beli yang paling banyak dilakukan dalam masyarakat dewasa ini.

Contoh Bai’ al-Sil’ah bi al-Naqd adalah membeli pakaian atau makanan dengan uang rupiah sesuai
dengan harga barang yang telah ditentukan.

2. Bai’ al-Muqayadhah (‫)بيع المقايضة‬

Bai’ al-Muqayadhah yaitu jual beli suatu barang dengan barang tertentu atau yang sering disebut
dengan istilah barter. Jenis jual beli ini tidak hanya terjadi pada zaman dulu saja, namun juga masih
menjadi salah satu pilihan masyarakat dewasa ini. Hal sangat prinsip yang harus diperhatikan dalam
menjalankan jenis jual beli ini adalah memperhatikan aspek-aspek yang terkait dengan etika berbisnis
dalam Islam. Selain itu, prinsip lain yang juga harus diperhatikan adalah hal-hal yang dapat menimbulkan
kerugian di antara kedua belah pihak serta tidak memunculkan aspek ribawi, terutama terkait dengan
penukaran (barter) antara dua barang sejenis dengan perbedaan ukuran dan harga.

Contoh Bai’ al-Muqayadhah adalah menukar beras dengan jagung, pakaian dengan tas, atau binatang
ternak dengan barang tertentu lainnya.

3. Bai’ al-Salam (‫)بيع السلم‬

Bai’ al-Salam yaitu jual beli barang dengan cara ditangguhkan penyerahan barang yang telah dibayar
secara tunai. Praktik jual beli jenis ini dapat digambarkan dengan seorang penjual yang hanya membawa
contoh atau gambar suatu barang yang disertai penjelasan jenis, kualitas dan harganya, sedangkan
barang yang dimaksudkan tidak dibawa pada saat transaksi terjadi. Jenis jual beli ini termasuk jual beli
yang dibolehkan dalam Islam, selama dilakukan dengan suka rela dan tetap memperhatikan hak dan
tanggung jawab masing-masing pihak. Dengan ketentuan ini, maka tidak ada pihak yang dirugikan
setelah salah satu pihak (pembeli) menyerahkan sejumlah uang kepada pihak yang lain (penjual/sales).

Contoh Bai’ al-Salam adalah membeli perabotan rumah tangga, seperti kursi, meja atau almari dari
seorang sales yang menawarkan barang dengan membawa contoh gambar/foto barang. Selanjutnya,
barang itu dikirimkan kepada pembeli setelah dibayar terlebih dahulu. Contoh lainnya adalah jual beli
barang yang dipajang melalui media atau jaringan internet (iklan). Calon pembeli mentransfer sejumlah
uang kepada penjual sesuai harga barang, kemudian barang baru dikirim kepada pembeli.
4. Bai’ al-Murabahah (‫)بيع المرابحة‬

Bai’ al-Murabahah yaitu menjual suatu barang dengan melebihi harga pokok, atau menjual barang
dengan menaikkan harga barang dari harga aslinya, sehingga penjual mendapatkan keuntungan sesuai
dengan tujuan bisnis (jual beli). Tatkala seseorang menjual barang, ia harus mempertimbangkan
kemampuan daya beli masyarakat, lebih-lebih hal itu untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Dengan demikian, mematok keuntungan yang terlalu tinggi dapat menyulitkan kebutuhan masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan pokok.

Dalam menentukan besaran keuntungan, maka seorang penjual harus memiliki pertimbangan antara
aspek komersial dan sosial untuk saling ta’awun (saling menolong). Pada titik ini, bisnis yang
dijalankannya memiliki dua keuntungan sekaligus, yaitu finansial dan sosial. Dalam agama Islam sering
disebut “fiddun–ya hasanah wa fil akhirati khasanah (kebahagiaan dunia dan akhirat)”.

Contoh Bai’ al-Murabahah adalah menjual baju yang harga aslinya Rp. 35.000,- menjadi Rp.40.000,-.
Dengan demikian, penjual mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 5000,-.

5. Bai’ al-Wadhiah (‫)بيع الوضيعة‬

Bai’ al-Wadhiah yaitu kebalikan dari jual beli Murabahah, yaitu menjual barang dengan harga yang lebih
murah dari harga pokoknya. Sebagai contoh misalnya, seorang menjual hand phone (HP) yang baru
dibelinya dengan harga Rp.500.000,- Namun karena adanya kebutuhan tertentu, maka ia menjual HP
tersebut dengan harga Rp. 450.000,. Praktik jual beli seperti ini diperbolehkan dalam Islam, selama hal
itu dibangun atas prinsip saling rela (‘an–taradin), dan bukan karena paksaan.

Lima Jenis Jual Beli Yang Haram :

1. Maisir

Al-maisir berasal dari bahasa Arab yakni yasara atau yusr berarti mudah. Maisir merupakan bentuk
permainan yang mengandung unsur taruhan dengan disepakati bahwa pihak yang menang akan
mendapatkan hasil dari taruhan tersebut, sedangkan pihak yang kalah mengalami kerugian besar karena
tidak mendapatkan untung dari permainan itu.

Jenis-jenis maisir yang harus kita hindari seperti mengadu nasib dengan undian, bertaruh dengan uang,
dan lain sebagainya. Berkaitan dengan maisir Allah SWT telah berfirman:

‫َٰٓي َأُّيَه ا ٱَّلِذيَن َء اَم ُنٓو ۟ا ِإَّنَم ا ٱْلَخ ْم ُر َو ٱْلَمْيِس ُر َو ٱَأْلنَص اُب َو ٱَأْلْز َٰل ُم ِر ْج ٌس ِّمْن َعَم ِل ٱلَّش ْي َٰط ِن َف ٱْج َت ِنُبوُه َلَع َّلُك ْم ُتْف ِلُحوَن‬
“Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala,
mengundi nasib dengan panah adalah termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan
itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (Q.S Al-Maidah : 90).

2. Gharar

Gharar dalam bahasa Arab ialah al-khathr artinya “pertaruhan”. Gharar berarti transaksi yang
mengandung unsur ketidakjelasan, sehingga dapat diartikan bahwa si pembeli tidak mengetahui secara
pasti apa yang dibelinya dan bagi si penjual pun tidak mengetahui apa yang dijualnya secara pasti.

Contohnya seperti membeli anak sapi dalam kandungan atau membeli hasil pertanian yang belum
melewati masa panen tiba. Jenis transaksi ini tidak diperbolehkan dalam Islam, sebagaimana hadis
berikut:

“Janganlah kamu melakukan jual beli terhadap buah-buahan, sampai buah-buahan tersebut terlihat baik
(layak konsumsi)” (H.R Ahmad bin Hanbal, Muslim, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah).

3. Riba

Riba dapat diartikan sebagai mengambil “kelebihan” yang dilakukan dalam bertransaksi yang
bertentangan dengan syariat. Hal ini sudah jelas tercantum dalam Al-Qur’an yaitu:

‫َٰٓي َأُّيَه ا ٱَّلِذيَن َء اَم ُنو۟ا اَل َت ْأُك ُلو۟ا ٱلِّر َب ٰٓو ۟ا َأْض َٰع ًفا ُّم َٰض َع َفًة ۖ َو ٱَّتُقو۟ا ٱَهَّلل َلَع َّلُك ْم ُتْف ِلُحوَن‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakawalah kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (Q.S Al-Imran : 130)

Jenis riba digolongkan menjadi empat yaitu, riba fadhl, riba nasi’ah, riba qard, dan riba jahiliyah.
Riba fadhl yakni terjadinya pertukaran antara barang sejenis dengan takaran yang berbeda, atau
pertukaran barang itu termasuk dalam jenis barang ribawi (harus dibayar sesuai dengan jumlah
timbangannya dan kualitasnya) seperti kurma, gandum, emas, sya’ir (gandum merah), garam, dan perak.
Riba nasi’ah lahir sebab adanya perubahan atau perbedaan tambahan antara yang diserahkan saat ini
dengan yang diserahkan kemudian.

Riba qard yaitu adanya tambahan tertentu yang disyaratkan kepada yang berhutang pada saat
melakukan awal transaksi. Terakhir, riba jahiliyah yaitu utang harus dibayar melebihi dari pokoknya
karena si peminjam tidak dapat membayar sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.

4. Risywah

Risywah ialah perbuatan yang memberi sesuatu kepada pihak lainnya, padahal bukan haknya atau juga
dikenal dengan istilah suap menyuap. Menurut pendapat para ulama bahwa ar-Rasyi (penyuap) dan al-
Murtasyi (penerima suap) perbuatan ini termasuk ke dalam kelompok dosa besar. Hal ini termaktub
dalam surat Al-Baqarah ayat 188 yaitu sebagai berikut.

‫َو اَل َت ْأُك ُلٓو ۟ا َأْم َٰو َلُك م َب ْي َن ُك م ِبٱْلَٰب ِط ِل َو ُتْد ُلو۟ا ِبَه آ ِإَلى ٱْلُح َّك اِم ِلَت ْأُك ُلو۟ا َف ِر يًقا ِّمْن َأْم َٰو ِل ٱلَّن اِس ِبٱِإْلْث ِم َو َأنُتْم َت ْع َلُموَن‬
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang
batil dan janganlah kamu membawa urusan harta itu kepada hakim supaya kamu dapat memakan
sebagian dari harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa, padahal kamu mengetahui.”

5. Ghabn

Definisi ghabn adalah peristiwa jual beli dimana si penjual menaikkan harga objek dagangan di atas
harga pasar yang tidak diketahui oleh pihak pembeli.

Ghabn dibagi menjadi dua yakni, ghabn qalil ialah perbedaan harga dengan barang yang tidak terlalu
jauh antara harga pasar dengan harga yang ditawarkan dan masih dimaklumi oleh pembeli.

Sedangkan ghabn fahish yaitu perbedaan harga yang signifikan jauh di antara harga barang dengan
harga penawaran. Keduanya merupakan jenis transaksi yang sangat dilarang dalam Islam.

Anda mungkin juga menyukai