Anda di halaman 1dari 21

A.

Latar Belakang

 

   

  

  

   

  

  

  

   

  

  

   

   

 

   

 

Artinya :

275. orang-orang yang Makan (mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri

melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)

penyakit gila[175]. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka

1
berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal

Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang

telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari

mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu[176] (sebelum

datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali

(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka

kekal di dalamnya.

[174] Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah

pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl

ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak

jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti

penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba yang

dimaksud dalam ayat ini Riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi

dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah.

[175] Maksudnya: orang yang mengambil Riba tidak tenteram jiwanya

seperti orang kemasukan syaitan.

[176] Riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh

tidak dikembalikan.

Jual beli atau perdagangan dalam istilah fiqh adalah al-ba’i yang berarti

menjual atau mengganti. Jual beli adalah si penjual memberikan barang yang

dijualnya sedangkan si pembeli memberikan sejumlah uang yang seharga dengan

2
barang tersebut.Jual beli adalah pertukaran benda dengan benda atau

memindahkan hak milik, serta menyerahkan pengganti atas benda yang ditukar

dengan saling meridhoi atau dengan kata lain saling merelakan dengan jalan yang

diperbolehkan. Ulama Hanafiyah mengemukakan pendapatnya tentang jual beli,

yaitu: “Saling menukar harta dengan harta melalui cara tertentu,”. Atau, “tukar-

menukar sesuatu yang diinginkan dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang

bermanfaat”1

Pendapat tersebut mengandung pengertian bahwa “cara yang khusus”, yang

dimaksud ulama Hanafiyah dengan kata-kata tersebut adalah melalui ijab dan

qabul, atau juga boleh melalui saling memberikan barang dan harga dari penjual

dan pembeli”.2

Islam memberikan ajaran kepada manusia selain untuk beribadah, juga

mengajarkan untuk melakukan sesuatu hal yang berkaitan dengan hubungan

sesama manusia. Islam mengatur hubungan kuat antara akhlak, akidah, ibadah,

dan muamalah. Aspek muamalah merupakan aturan bagi manusia dalam

menjalankan kehidupan sosial, sekaligus merupakan dasar untuk membangun

sistem perekonomian yang sesuai dengan nilai-nilai dalam Islam dan ketentuan

Perundang-undangan yang berlaku di negara. Ajaran muamalah akan menahan

manusia dari menghalalkan segala cara untuk mencari rezeki.3

1
Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010,
cet. Ke-1, h. 68.

2
Ibid.
3
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid I, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 8

3
Dalam jual beli terdapat beberapa syarat barang yang diperjual belikan (Al-

Mu’qad alaih)

a. Barang yang ada di dalam kekuasaan penjual (milik sendiri)

Barang atau benda yang akan diperjual belikan adalah milik seseorang atau

milik sendiri bukan milik orang lain. Barang yang sifatnya belum dimiliki

seseorang tidak boleh diperjual belikan seperti memperjual belikan ikan yang

masih di dalam laut atau burung yang masih di alam bebas, karena ikan atau

burung itu belum dimiliki penjual.Jika seseorang menjual harta orang lain dengan

syarat jika pemilik barang itu suka, dan jika tidak suka jual beli dibatalkan, atau

seseorang membeli barang untuk orang lain tanpa persetujuannya, jual beli sah

jika yang dibelikan suka. Jual beli semacam ini dalam ilmu fiqh disebut jual beli

fudhul.4

b. Barang yang jelas zatnya, ukuran dan sifatnya (dapat diketahui)

Hendaklah yang menjual dan membeli mengetahui jenis barang dan

mengetahui harganya. Hal ini untuk menghindari kesamaran baik wujud, sifat dan

kadarnya. Jual beli yang mengandung kesamaran adalah salah satu jual beli yang

diharamkan oleh Islam. Boleh menjual barang yang tidak ada ditempat akad

dengan ketentuan dijelaskan sifatnya yang mengakibatkan ciri-ciri dari barang

tersebut dapat diketahui. Jika ternyata barang tersebut sesuai dengan yang

disepakati, maka wajib membelinya, tapi jika tidak sesuai dengan yang disifatkan

maka dia mempunyai hak memilih untuk dilangsungkan akad atau tidak.5

c. Barang yang dapat diserah terimakan

4
Nasrun Haroen, Op. Cit, hlm. 118
5
Ibid., hlm. 119

4
Barang atau benda diserahkan pada saat akad berlangsung atau pada waktu

yang telah disepakati bersama ketika transaksi berlangsung.

d. Suci Bendanya Barang yang tergolong najis adalah bangkai, darah, dan

daging babi.

Salah satu bentuk muamalah yang terjadi ialah jual beli pakaian bekas.

Terjadinya berinteraksi dalam melakukan usaha jual beli, bertemunya antara

penjual dan pembeli yang saling berhubungan yaitu harus didasarkan dengan

adanya ijab dan qabul. Mengenai masalah jual beli, maka kita juga harus

mengetahui tentang adanya hukum-hukum dan aturan-aturan jual beli itu sendiri.

Islam juga mengajarkan bahwa hubungan manusia dalam masyarakat harus

dilakukan atas dasar pertimbangan yang mendatangkan manfaat dan

menghindarkan dari mudharat.

Pakaian bekas adalah barang yang berasal dari impor luar negeri yang

berpotensi membahayakan kesehatan manusia sehingga tidak aman untuk

dikonsumsi oleh masyarakat, maka Pemerintah dalam hal ini Menteri

Perdagangan telah menerbitkan Peraturan Nomor 51/M/-DAG/PER/7/2015

tentang larangan impor pakaian bekas dalam Pasal 2 yang berbunyi, “Pakaian

bekas dilarang untuk masuk ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia pada atau setelah tanggal Peraturan Menteri ini berlaku, wajib untuk

dimusnahkan”. Secara rasio, barang bekas tidak terlepas dari sifat cacat selain

melihat barang yang dijual, pembeli juga membutuhkan tempat, sehingga dapat

melihat barangnya secara langsung dan mengidentifikasi kecacatan barang

tersebut sesuai atau tidak dengan kekurangan barang yang dijual. Karena cacat

5
sendiri menurut bahasa adalah segala sesuatu yang dapat menghilangkan kejadian

suatu barang yang menyebabkan berkurangnya keaslian dari barang tersebut.6

Aspek yang terpenting dalam muamalah dalam kehidupan sosial

masyarakat adalah menyangkut dengan jual beli. Jual beli pada dasarnya

dibolehkan oleh ajaran Islam.7 Kebolehan ini didasarkan kepada firman Allah

dalam Surat An-Nisa’29sebagai berikut:

‫ع ْن تَ َراض‬
َ ً ‫ارة‬ ِ َ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ََل تَأ ْ ُكلُوا أ َ ْم َوالَ ُك ْم َب ْي َن ُك ْم ِب ْالب‬
َ ‫اط ِل ِإ ََّل أ َ ْن تَ ُكونَ ِت َج‬

‫َّللا َكانَ ِب ُك ْم َر ِحي ًما‬ َ ُ‫ِم ْن ُك ْم ۚ َو ََل ت َ ْقتُلُوا أ َ ْنف‬


َ َّ ‫س ُك ْم ۚ ِإ َّن‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamumembunuh

dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. (QS. An Nisa:

29).8

Maksud dari ayat di atas mengindikasikan bahwa Allah SWT

melarang kaum muslimin untuk memakan harta orang lain secara bathil,

konteks ini memiliki arti yang sangat luas yakni melakukan transaksi

ekonomi yang bertentangan dengan syara’ seperti halnya berbasis riba,

bersifat spekulatif (maysir/judi) atau mengandung unsur garar, selain itu ayat

6
Ahmad AzharBasir, Azas-azas Hukum Muamalah, (Yogyakarta: Fakultas UII,1993), h.83
7
Syafii Jafri, Fiqh Muamalah, (Pekanbaru: Suska Press, 2008), hlm. 45
8
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan terjemahnya, hlm. 65

6
ini juga memberikan pemahaman bahwa dalam setiap transaksi yang di

laksanakan harus memperhatikan unsur kerelaan bagi semua pihak.9

Dalam kegiatan muamalah jual beli pakaian merupakan salah satu

kegiatan yang sudah biasa, karena pakaian adalah salah satu kebutuhan manusia

untuk menutupi dan melindungi diri. Di era globalisasi seperti ini tentunya kita

sudah tidak asing lagi dengan fenomena pakaian bekas yang di jual sangat murah

diimport dari luar negeri dan dijual di pasar-pasar. Pada masyarakat dengan

ekonomi menengah kebawa mereka lebih tertarik untuk membeli pakaian bekas

dibanding pakaian baru. Dalam praktik jual beli pakaian bekas mereka menjual

berbagai jenis pakaian, mulai dari pakaian dalam wanita dan pria, baju, dress,

rok, celana, kaos kaki dan pakaian anak-anak.

Berdasarkan surat yang dikeluarkan oleh Kementerian Perdagangan

Republik Indonesia, melalui siaran pers bahwasanya : Direktorat Jendral

Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Kemendag telah melakukan pengujian

terhadap 25 contoh pakaian bekas yang beredar di pasar. Contoh diambil di Pasar

Senen Jakarta terdiri atas beberapa jenis pakaian yaitu : pakaian anak (jaket),

pakaian wanita (vest, baju hangat, dress, rok, atasan, hot pants, celana pendek),

pakaian pria (jaket, celana panjang, celana pendek, kemeja, t-shirt, kaos, sweater,

kemeja, boxer, celana dalam). Pengujian dilakukan terhadap beberapa jenis

mikroorganisme yang dapat bertahan hidup pada pakaian yaitu bakteri

Staphylococcus aureus (S. aureus), bakteri Escherichia coli (E. coli), dan jamur

(kapang atau khamir), berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, ditemukan

9
Dimyauddin Djuwaini,Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm.
70.

7
sejumlah koloni bakteri dan jamur yang ditunjukkan oleh parameter pengujian

Angka Lempeng Total (ALT) dan kapangpada semua contoh pakaian bekas yang

nilainya cukup tinggi. "Kandungan mikrobapada pakaian bekas memiliki nilai

total mikroba(ALT) sebesar 216.000 koloni/g dan kapang sebesar 36.000

koloni/g," .Cemaran bakteri dan kapang dapat menyebabkan gangguan beragam

kesehatan. Bakteri Staphylococcus aureus dapat menyebabkan bisul, jerawat, dan

infeksi luka pada kulit manusia. Sementara bakteri Escherichia coli menimbulkan

gangguan pencernaan (diare), serta jenis jamur seperti kapang(Aspergillus sp) dan

khamir(Candida sp) dapat menyebabkan gatal-gatal, alergi bahkan infeksipada

saluran kelamin.Hal ini dikarenakan nilai parameter angka lempeng total (ALT)

hasil pengujian menunjukkan total jumlah koloni bakteri dan jamur pada contoh,

akan tetapi pada contoh tersebut masih terdapat bakteridan jamur kapang yang

lain, dimana belum teridentifikasi yang kemungk inan bersifat patogen.10

Ketidak tahuan masyarakat dalam hal ini tentang bahaya yang ditimbulkan

oleh pakaian bekas di karenakan kurangnya pemahaman dan informasi pada

masyarakat. Karena jika dilihat sekilas dengan mata kita tidak akan bisa melihat

bakteri yang ada dalam pakaian tersebut, karena bakteri dalam pakaian bekas

hanya dapat dilihat melalui penelitian di laboratorium.

Islam sudah menjelaskan bahwasanya suatu transaksi jual beli harus

memenuhi ketentuan dalam Islam dilihat dari syarat dan rukun jual beli tersebut,

dan para ulama fiqih menyatakan bahwa suatu transaksi jual beli dianggap sah

apabila : Jual beli itu terhindar dari cacat, seperti kriteria barang yang diperjual

10
Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, Siaran Pers, Jakarta 4 Februari 2015.

8
belikan itu tidak diketahui, baik jenis, kualitas maupun kuantitasnya, jumlah harga

tidak jelas, jual beli itu mengandung unsur paksaan, tipuan, mudarat, serta adanya

syarat-syarat lain yang membuat jual beli itu rusak.11

Di Desa Ongkaw transaksi jual beli sering dilakukan dan berpusat

disebuah pasar yang sering disebut dengan pasar Pinasungkulan. Pasar

Pinasungkulan merupakan salah satu pasar di Kecamatan Sinonsayang.

Pasar Pinasungkulan terdapat beberapa kios yang menjual pakaian bekas

dengan harga yang relatif murah dibandingkan dengan pakaian baru. Harga baju

bekas di pasar pinasungkulan mulai dari harga lima ribu rupiah, tentunya itu

adalah harga yang sangat murah, dan masyarakat lebih banyak memilih untuk

membeli pakaian bekas di banding pakain baru tanpa mengetahui bahaya dari

pakaian bekas itu sendiri.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penyusun tertarik

untuk mengkaji dan melakukan penelitian yang berjudul :

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menarik permasalahan sebagai

berikut:

1. Bagaimana Praktik Jual Beli Pakaian Bekas pada Masyarakat Muslim

di Desa Ongkaw Tiga.

2. Bagaimana Perspektif Hukum Islam terhadap Praktik Jual Beli Pakaian

Bekas pada Masyarakat Muslim Ongkaw Tiga.

11
Abdul Rahman Ghazali, Ghufron Ihsan, Sapiudin Shidiq, Fiqih Muamalat,Jakarta :
Kencana Prenada Media Group, 2010,hlm. 77.

9
C. Tujuan dan Kegunaan

a. Untuk mengetahui pelaksanaan jual beli pakaian bekas di Pasar

Pinasungkulan Ongkaw Tiga.

b. Untuk mengetahui perspektif hukum Islam tentang jual beli

pakaian bekas di Pasar Pinasungkulan Ongkaw Tiga.

D. Telaah Pustaka

Telaah Pustaka berisi uraian sistematis mengenai hasil-hasil

penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya oleh peneliti tardahulu

yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penulis

melakukan kajian awal terhadap literatur pustaka atau karya yang

mempunyai relevensi terhadap topik yang akan diteliti sebagaimana

diuraikan di bawa ini

Hafifah Agustina; 2018 “ Perspektif Hukum Islam tentang Jual

Beli Pakaian Bekas “.12Perspektif hukum Islam tentang jual beli pakaian

bekas di Pasar Perumnas Way Halim Bandar Lampung pada praktiknya

adalah sah atau shahihkarena telah terpenuhinya rukun dan syarat dalam

jual beli. Namun dibatalkan dari segi objeknya karena pakaian bekas ini

termasuk dalam barang yang ilegal, meski masih tergolong aman untuk

digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh para pembeli, namun tetap

dilarang karena sesuai dengan peraturan Menteri Perdagangan mengenai

larangan impor pakaian bekas yang dapat menimbulkan kerugian bagi

12
Hafifah Agustin, Perspektif Hukum Islam Tentang Jual Beli Pakaian Bekas (Studi Kasus di
Pasar Perumnas Way Halim Bandar Lampung). Sebuah Skripsi untuk menyelesaikan program
Sarja (S1) Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan Lampung (2018)

10
banyak pihak karena berpotensi membahayakan kesehatan manusia,

merusak industri dalam negeri dan menurunkan harga diri bangsa.

Andriyani Pangesti; 2017 “Khiyar Aib Tentang Jual Beli Pakaian

Bekas Dalam Perspektif Hukum Islam”.13 Tinjauan Hukum Islam terhadap

khiyar aib pada pelaksanaan transaksi jual beli pakaian bekas antara agen

dan pengecer/penjual di Pasar Pringsewu tidak sesuai dengan hukum

Islam. Karena tidak memenuhi syarat pada objek (pakaian bekas),

dikarenakan objek pada jual beli pakaian bekas ini mengandung unsur

gharar (penipuan). Yaitu, objek yang diperjual-belikan tidak dapat

diketahui dengan jelas baik banyaknya, beratnya, warnanya, dan ukuran-

ukurannya.

Istianah; 2015 “Tinjaun Hukum Islam Terhadap Jual Beli Pakaian

Bekas di Pasar Beringharjp Yogyakarta”.14 Berdasarkan analisis yang

dilakukan penyusun menggunakan pendekatan normatif hukum Islam baik

dari al-Qur’an maupun hadis sebagaimana yang ada dalam pembahasan

sebelumnya mengenai garar dengan ini penyusun menyatakan bahwa

praktik jual beli pakaian bekas di Pasar Beringharjo dengan menggunakan

system borongan tidak sesuai dengan ketentuan hukum Islam khususnya

dalam bidang muamalah, karena adanya ketidak jelasan obyek yang

13
Andriyani Pangesti, Khiyar Aib Tentang Jual Beli Pakaian Bekas Dalam Perspektif Hukum
Islam (Studi Kasus di Pasar Pringsewu) Sebuah Skripsi untuk menyelesaikan program Sarja (S1)
Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan Lampung (2017)
14
Istiana, Tinjaun Hukum Islam Terhadap Jual Beli Pakaian Bekas di Pasar Beringharjp
Yogyakarta, Sebuah Skripsi untuk menyelesaikan program Sarja (S1) Fakultas Syari’ah dan
Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2015)

11
diperjualbelikan, mendorong adanya spekulasi dan masuk dalam unsur

penipuan.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmia untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertenntu. Berdasarkan hal

tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara

ilmia, data, tujuan dan kegunaan.

Cara ilmia berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri

keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan

penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga

terjangkau oelh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang

dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat

mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis yaitu

proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-

langkah tertentu yang bersifat logis. 15

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research),

yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan cara terjun langsung ke

daerah penelitian untuk memperoleh data. Penelitian ini dilakukan di Desa

Ongkaw Tiga Kecamatan Sinonsayang Kabupaten Minahasa Selatan.

Penelitian ini bersifat derkriptif yaitu suatu penelitian yang berusaha

15
Sugiyno, ”Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D”. (Bandung, Alfabet, cet.ke-
25),2017 hlm.2

12
mendeskripsikan, menjelaskan dan menggambarkan secara sistematis

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan hubungan antara fenomena yang

diteliti yang bertujuan menggambarkan masalah yang terjadi di masyarakat

selain itu juga penelitian ini dilandasi dengan penelitian kepustakaan yaitu

dengan cara membaca jurnal, artikel, buku-buku yang berkaitan dengan

masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini, penulisan menggunakan dua bentuk

sumber data sebagai pusat informasi pendukung data yang dibutuhkan

dalam penelitian. Sumber data tersebut adalah :

a. Sumber data Primer

Yaitu data yang diperboleh langsung dari obyek penelitian dengan

menggunakan alat pengambilan data langsung pada obyek sebagai

sumber informasi yang dicari.16 Sumber data primernya berupa

hasil wawancara dan observasi tentang pelaksanaan Jual Beli

Pakaian pada Masyarakat Muslim Ongkaw Tiga Kecamatan

Sinonsayang Kabupaten Minahasa Selatan.

b. Sumber data Sekunder

Yaitu data yang diambil dari sumber kedua yang berupa buku-

buku, artikel, dan berbagai hasil penelitian yang berkaitan erat

dengan penelitian tentang Jual Beli Pakaian menurut Perspektif

Hukum Islam.

16
Saifuddin Azwar, “Metode Penelitian”. (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, cet,1), 1998, hlm.91

13
3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah :

a. Observasi

Observasi yaitu kegiatan mengamati dan mencatat secara

sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.17Dalam penelitian

ini dilakukan untuk melihat apakah praktik jual beli pakaian bekas

di Pasar Pinasungkulan Ongkaw Tiga tersebut telah memenuhi

rukun dan syarat dalam bermuamalah dengan cara pengamatan

secara langsung kelokasi objek penelitian dan pencatatan secara

sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang ditelitiuntuk

mendapatkan gambaran secara nyata

b. Wawancara

Pengumpulan data melalui wawancara (interview) adalah

“suatu bentuk komunikasi verbal, jadi semacam percakapan yang

bertujuan untuk memperoleh informasi”.18Hal ini digunakan untuk

memperoleh data dan informasi yang diperlukan berkaitan dengan

penelitian. Wawancara langsung diadakan dengan orang yang

menjadi sumber data dan dilakukan tanpa perantara, baik tentang

dirinya maupun tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan

dirinya untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Adapun

wawancara tidak langsung dilakukan terhadap orang yang dimintai

keterangan tentang orang lain. Pada praktiknya telah disiapkan

17
Cholid Narbukodan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 70
18
S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.113

14
daftar pertanyaan untuk peneliti ajukan secara langsung kepada

para penjual dan pembeli pakaian bekas di Pasar Pinasungkulan

Ongkaw Tiga.

a. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu metode yang dilakukan dengan

mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang

berhubungan dengan penelitian ini yaitu tentang Jual Beli Pakaian

Bekas Pada Masyarak Muslim Ongkaw Tiga dalam Perspektif

Hukum Islam.

4. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

menggunakan pendekatan:

a. Sosiologis, yaitu suatu ilmu yang menggambarkan tentang

keadaan masyarakat lenngkap dengan struktur, lapisan serta

sebagai gejala sosial lainnya yang saling berkaitan. Dengan

ilmu ini, suatu fenomena dapat dianalisis dengan faktor-faktor

yang mendorong terjadinya proses tersebut.19

b. Teologis, yaitu pendekatan yang digunakan mengacu kepada

keyakinan terhadap ajaran agama atau pemahaman agama

masyarakat tersebut.

19
Abuddin Nata. “Metodologi Studi Islam”, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persda, cet, III), 1999,
hlm.39

15
c. Normatif, yaitu pendekatan berdasarkan hukum Islam atau KHI

dan Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan

masalah yang akan diteliti.

5. Metode Analisis Data

Proses analisis data merupakan suatu proses penelaan data

secara mendalam. Proses analisi dapat dilakukan pada saat yang

bersamaan dengan pelaksanaan pengumpulan data meskipun pada

umumnya dilakukan setelah data terkumpul.20 Analisi data ini

menggunakan analisis kualitatif.

6. Metode Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, tahap selanjutnya adalah mengolah

data tersebut dengan menggunakan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Pemeriksaan Data (Editing) adalah proses pengecekan,

pengoreksian data yang telah dikumpulkan, karena kemungkinan

data yang masuk (raw data) atau terkumpul itu tidak logis dan

meragukan. sertapemusatan perhatian pada penyederhanaan data

dalam arti mengecek ulang terhadap data-data atau bahan-bahan

yang telah diperoleh untuk mengetahui catatan itu cukup baik dan

dapat segera dipersiapkan untuk keperluan berikutnya.21

20
Lexi J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”. (Bandung, PT Remaja Rosdakarya), 2002,
hlm.103
21
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2010), h. 30

16
b. SistematisasiData (Sistematizing), adalah menempatkan data

menurut kerangka sistematika bahasan berdasarkan urutan masalah.

Yang dimaksud dalam hal ini yaitu mengelompokkan data secara

sistematis data yang sudah diedit dan diberi tanda itu menurut

klasifikasi dan urutan msasalah.22

7. Garis Besar Isi (Outline)

Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam penyusunan skripsi ini, maka peneliti

menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut:

a. Bab pertama, yang mengidentifikasikan tentang pendahuluan,

latar belakang, pokok masalah, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian, telaah pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian

dan sistematika pembahasan.

b. Bab kedua, membahas tentang pengertian dan dasar hukum jual

beli, rukun dan syarat jual beli, macam-macam jual beli,

keuntungan dalam Islam.

c. Bab ketiga, memaparkan gambaran umum pasar Bringharjo,

struktur organisasi pasar Pinasungkulan, sistem penjualan, jual

beli pakaian bekas.

d. Bab keempat, analisis hukum Islam terhadap praktik jual beli

pakain bekas di pasar Pinasungkulan Ongkaw Tiga, obek jual

beli, penjual, pembeli.

22
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan PenelitianHukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2004), h. 126

17
e. Bab kelima, merupakan penutup dari semua pembahasan, yang

memuat kesimpulan dan saran-saran.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalah, Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2010, cet. Ke-1, h. 68.

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid I, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 8

Nasrun Haroen, Op. Cit, hlm. 118

Ahmad AzharBasir, Azas-azas Hukum Muamalah, (Yogyakarta: Fakultas

UII,1993), h.83

Syafii Jafri, Fiqh Muamalah, (Pekanbaru: Suska Press, 2008), h. 45

Departemen Agama RI, Al Qur’an dan terjemahnya, hlm. 65

Dimyauddin Djuwaini,Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2008), hlm. 70.

Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, Siaran Pers, Jakarta 4 Februari

2015.

Abdul Rahman Ghazali, Ghufron Ihsan, Sapiudin Shidiq, Fiqih


Muamalat,Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010,hlm. 77.

Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram, Jakarta : Robbani Press, 2000, hlm.87

Departemen Agama RI,Al-Qur‟an dan terjemahnya, Bandung : CV Penerbit


Diponegoro, 2005, hlm. 121.

18
Hafifah Agustin, Perspektif Hukum Islam Tentang Jual Beli Pakaian Bekas (Studi
Kasus di Pasar Perumnas Way Halim Bandar Lampung). Sebuah Skripsi
untuk menyelesaikan program Sarja (S1) Fakultas Syari’ah UIN Raden
Intan Lampung (2018)

Andriyani Pangesti, Khiyar Aib Tentang Jual Beli Pakaian Bekas Dalam
Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Pasar Pringsewu) Sebuah Skripsi
untuk menyelesaikan program Sarja (S1) Fakultas Syari’ah UIN Raden
Intan Lampung (2017)

Istiana, Tinjaun Hukum Islam Terhadap Jual Beli Pakaian Bekas di Pasar
Beringharjp Yogyakarta, Sebuah Skripsi untuk menyelesaikan program
Sarja (S1) Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
(2015)

Sugiyno, ”Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D”. (Bandung,


Alfabet, cet.ke-25),2017 hlm.2

Saifuddin Azwar, “Metode Penelitian”. (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, cet,1),


1998, hlm.91

Cholid Narbukodan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,


2007), h. 70

S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.113

Abuddin Nata. “Metodologi Studi Islam”, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persda, cet,
III), 1999, hlm.39

Lexi J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”. (Bandung, PT Remaja


Rosdakarya), 2002, hlm.103

Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: PT. RajaGrafindo


Persada, 2010), h. 30

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan PenelitianHukum, (Bandung: PT. Citra


Aditya Bakti, 2004), h. 126

Departemen Agama RI,Al-Qur‟an dan terjemahnya, Bandung : CV Penerbit

Diponegoro, 2005, hlm. 121.

19
http://herina-br.blogspot.com/2011/10/pengertian-bisnis-menurut-para-

ahli.html, diakses pada tanggal 15 Agustus 2019 jam 12:12

Hafifah Agustin, ”Perspektif Hukum Islam Tentang Jual Beli Pakaian

Bekas” (Studi Kasus di Pasar Perumnas Way Halim Bandar Lampung). Sebuah

Skripsi untuk menyelesaikan program Sarja (S1) Fakultas Syari’ah UIN Raden

Intan Lampung (2018)

Andriyani Pangesti, “Khiyar Aib Tentang Jual Beli Pakaian Bekas Dalam

Perspektif Hukum Islam” (Studi Kasus di Pasar Pringsewu) Sebuah Skripsi untuk

menyelesaikan program Sarja (S1) Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan Lampung

(2017)

Istiana, “Tinjaun Hukum Islam Terhadap Jual Beli Pakaian Bekas di

Pasar Beringharjo Yogyakarta”, Sebuah Skripsi untuk menyelesaikan program

Sarja (S1) Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2015)

Sugiyno, ”Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D”. (Bandung,

Alfabet, cet.ke-25),2017 hlm.2

Sugiyno, ”Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D”.

(Bandung, Alfabet, cet.ke-25),2017 hlm.2

Saifuddin Azwar, “Metode Penelitian”. (Yogyakarta, Pustaka Pelajar,

cet,1), 1998, hlm.91

20
Cholid Narbukodan Abu Achmadi, “Metodologi Penelitian”, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2007), h. 70

S. Nasution, “Metode Research”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.113

Abuddin Nata. “Metodologi Studi Islam”, (Jakarta, PT Raja Grafindo

Persda, cet, III), 1999, hlm.39

Lexi J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”. (Bandung, PT

Remaja Rosdakarya), 2002, hlm.103

Emzir, “Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data”, (Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2010), h. 30

Abdulkadir Muhammad, “Hukum dan PenelitianHukum”, (Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti, 2004

21

Anda mungkin juga menyukai