KELAS 6
JUAL BELI
Oleh:
Nahmat, S.Pd
Dari ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi kriteria suatu transaksi yang
hak dan sah adalah adanya unsur suka sama suka di dalamnya. Segala bentuk transaksi yang
tidak terdapat padanya unsur suka sama suka, maka transaksi itu adalah batil, yang berarti
memakan harta orang lain secara tidak sah.
A. Jual Beli
Manusia diciptakan oleh Allah Swt. sebagai sebagai makhluk sosial. Ia harus
berinteraksi dengan manusia lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bentuk interaksi
dengan orang lain itu diantaranya adalah jual beli yang sering kita lihat setiap hari.
Kebutuhan hidup manusia dikelompokkan dalam dua macam, yaitu kebutuhan pokok dan
kebutuhan tambahan. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut, manusia
melakukan jual beli. Sejak zaman dahulu manusia telah melakukan jual beli meskipun
dengan cara yang sederhana. Bentuk jual beli pada masa lalu dengan tukar menukar barang
ang dibutuhkan atau dikenal dengan istilah “Barter” Seiring dengan perkembangan da a
pikir manusia, bentuk jual beli mengalami perubahan dari sekedar tukar menukar barang
menjadi menukar barang dengan alat tukar yang disepakati bersama (uang).
Rasulullah Muhammad saw. pernah menjadi pedagang yang sukses. Dalam melakukan
jual beli, beliau sangat jujur sehingga sangat dipercaya oleh saudagar kaya yang bernama Siti
Khadijah. Kejujuran beliau dalam berdagang justru menarik pembeli untuk membeli barang
yang dijual. Banyak sahabat yang mempraktikkan cara beliau berdagang. Di antara sahabat
yang berhasil dalam berdagang adalah Usman bin Affan dan Abu Bakar al-Siddiq.
Pada masa sekarang tempat dan cara berjual beli mengalami perubahan. Jual beli yang
kita lakukan sehari-hari menggunakan mata uang sebagai alat tukar yang sah. Dengan uang
Dari hadis yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa jual beli merupakan
pekerjaan yang halal dan mulia. Apabila pelakunya jujur, maka kedudukannya di akhirat
nanti setara dengan para nabi, syuhada, dan siddiqin.
Hukum jual beli ada 4 macam, yaitu:
1. Mubah (boleh), merupakan hukum asal jual beli
2. Wajib, apabila menjual merupakan keharusan, misalnya menjual barang untuk
membayar hutang
3. Sunah, misalnya menjual barang kepada sahabat atau orang yang sangat memerlukan
barang yang dijual
4. Haram, misalnya menjual barang yang dilarang untuk diperjualbelikan. Menjual
barang untuk maksiat, jual beli untuk menyakiti seseorang, jual beli untuk merusak
b. Jual beli binatang ternak yang masih dalam kandungan dan belum jelas apakah
setelah lahir anak binatang itu hidup atau mati.
d. Jual beli barang yang belum ada di tangan, maksudnya ialah barang yang
dijual itu masih berada di tangan penjual pertama. Dengan demikian secara
hukum, penjual belum memiliki barang tersebut.
e. Jual beli benda najis, minuman keras, babi, bangkai dan sebagainya.
2. Jual beli sah tapi terlarang
Jual beli ini disebabkan karena ada satu sebab atau akibat dari perbuatan itu. Yang
termasuk dalam jual beli jenis ini adalah:
i. Jual beli yang dilakukan pada waktu salat jum'at. Hal ini akan
menyebabkan orang lupa menunaikan salat jum'at.
ii. Jual beli dengan niat untuk ditimbun pada saat masyarakat membutuhkan.
Jual beli ini sha tetapi dilarang karena ada maksud tidak baik, yaitu akan
menjualnya dengan harga yang lebih mahal
iii. Membeli barang dengan menghadang di pinggir jalan. Hal ini sah tetapi
terlarang karena penjual tidak mengetahui harga umum di pasar sehingga
memungkinkan ia menjual barangnya dengan harga lebih rendah.
iv. Membeli atau menjual barang yang masih dalam tawaran orang lain.