Anda di halaman 1dari 5

MODUL AJAR FIKIH

KELAS 6

JUAL BELI

Oleh:
Nahmat, S.Pd

FIKIH MADRASAH IBTIDAIYAH KELAS VI 91


Allah Swt. telah menciptakan manusia untuk saling membutuhkan satu sama lain,
supaya mereka saling tolong menolong, tukar-menukar segala urusan atau keperluan masing-
masing untuk memenuhi segala kebutuhan hidup mereka, baik dengan jalan jual beli, sewa-
menyewa, bercocok tanam, dan lain-lain, baik dalam kepentingan sendiri maupun untuk
kemaslahatan umum.
Adapun cara berlangsungnya jual beli tersebut yang sesuai dengan kehendak Allah
adalah menurut prinsip suka sama suka, terbuka dan bebas dari unsur penipuan untuk
mendapatkan sesuatu yang ada manfaatnya dalam pergaulan hidup bermasyarakat. Prinsip
tersebut diambil dari petunjuk umum yang disebutkan dalam al-Qur‟an:
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar
suka sama suka di antara kamu. (QS. Al-Nisā [4]: 29)

Dari ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi kriteria suatu transaksi yang
hak dan sah adalah adanya unsur suka sama suka di dalamnya. Segala bentuk transaksi yang
tidak terdapat padanya unsur suka sama suka, maka transaksi itu adalah batil, yang berarti
memakan harta orang lain secara tidak sah.

A. Jual Beli
Manusia diciptakan oleh Allah Swt. sebagai sebagai makhluk sosial. Ia harus
berinteraksi dengan manusia lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bentuk interaksi
dengan orang lain itu diantaranya adalah jual beli yang sering kita lihat setiap hari.
Kebutuhan hidup manusia dikelompokkan dalam dua macam, yaitu kebutuhan pokok dan
kebutuhan tambahan. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut, manusia
melakukan jual beli. Sejak zaman dahulu manusia telah melakukan jual beli meskipun
dengan cara yang sederhana. Bentuk jual beli pada masa lalu dengan tukar menukar barang
ang dibutuhkan atau dikenal dengan istilah “Barter” Seiring dengan perkembangan da a
pikir manusia, bentuk jual beli mengalami perubahan dari sekedar tukar menukar barang
menjadi menukar barang dengan alat tukar yang disepakati bersama (uang).
Rasulullah Muhammad saw. pernah menjadi pedagang yang sukses. Dalam melakukan
jual beli, beliau sangat jujur sehingga sangat dipercaya oleh saudagar kaya yang bernama Siti
Khadijah. Kejujuran beliau dalam berdagang justru menarik pembeli untuk membeli barang
yang dijual. Banyak sahabat yang mempraktikkan cara beliau berdagang. Di antara sahabat
yang berhasil dalam berdagang adalah Usman bin Affan dan Abu Bakar al-Siddiq.
Pada masa sekarang tempat dan cara berjual beli mengalami perubahan. Jual beli yang
kita lakukan sehari-hari menggunakan mata uang sebagai alat tukar yang sah. Dengan uang

92 FIKIH MADRASAH IBTIDAIYAH KELAS VI


kita dapat membeli barang yang kita perlukan, namun dalam berbelanja, kita harus pandai
berhemat. Ingat, Allah Swt. tidak menyukai orang-orang yang berlebihan. Oleh karena itu,
kita harus berhemat dan menerapkan pola hidup sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

1. Pengertian Jual Beli


Perdagangan atau jual beli menurut bahasa berarti al-bay‟i, al-tijarah dan al-
mubadalah yang artinya pertukaran sesuatu dengan sesuatu.
Menurut istilah yang dimaksud dengan jual beli adalah menukar barang dengan
barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu
kepada yang lain atas dasar saling merelakan dan keduanya menerima untuk
dibelanjakan dengan ijab dan kabul menurut cara yang diatur oleh syara'.
Menurut mazhab Hanafiyah, Jual beli adalah pertukaran harta (mal) dengan harta
dengan menggunakan cara tertentu. Pertukaran harta dengan harta disini, diartikan harta
yang memiliki manfaat serta terdapat kecenderungan manusia untuk menggunakannya,
cara yang dimaksud adalah sigat atu ungkapan ijab kabul. Menurut Imam Nawawi dalam
kitab al-Majmu‟, al-bay‟i adalah pertukaran harta dengan harta dengan maksud untuk
memiliki.
Jual beli adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan manusia dalam
rangka untuk mempertahankan kehidupan mereka di tengah-tengah masyarakat.

2. Hukum Jual Beli


Jual beli sudah ada sejak zaman dahulu, walaupun bentuknya berbeda. Jual beli
juga dibenarkan dan berlaku sejak zaman Rasulullah saw. sampai sekarang. Jual beli
mengalami perkembangan seiring pemikiran dan pemenuhan kebutuhan manusia.
Hukum jual beli pada dasarnya ialah halal atau boleh, artinya setiap orang Islam
dalam mencari nafkahnya boleh dengan cara jual beli. Hukum jual beli dapat menjadi
wajib apabila dalam mempertahankan hidup ini hanya satu-satunya (yaitu jual beli) yang
mungkin dapat dilaksanakan oleh seseorang.
Allah Swt. berfirman:
bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. (QS. Al-Baqarah [2]: 275)

Rasulullah saw. bersabda:


Artinya: Dari Rifaah bin Rafi' ra, sesungguhnya Nabi saw. ditanya tentang mata
pencaharian apakah yang paling baik. Beliau menjawab: "Pekerjaan seseorang dengan
tangannya sendiri dan tiap-tiap jual beli yang bersih". (HR. Al-Bazzar dan disahihkan
oleh Al-Hakim).

Allah Swt. berfirman:

FIKIH MADRASAH IBTIDAIYAH KELAS VI 93


Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan
yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu. (QS. Al-Nisā [4]:
29)
Ayat ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa untuk memperoleh rizki tidak
boleh dengan cara yang batil, yaitu yang bertentangan dengan hukum Islam dan jual beli
harus didasari saling rela-merelakan, tidak boleh menipu, tidak boleh berbohong, dan
tidak boleh merugikan kepentingan umum.

Dari hadis yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa jual beli merupakan
pekerjaan yang halal dan mulia. Apabila pelakunya jujur, maka kedudukannya di akhirat
nanti setara dengan para nabi, syuhada, dan siddiqin.
Hukum jual beli ada 4 macam, yaitu:
1. Mubah (boleh), merupakan hukum asal jual beli
2. Wajib, apabila menjual merupakan keharusan, misalnya menjual barang untuk
membayar hutang
3. Sunah, misalnya menjual barang kepada sahabat atau orang yang sangat memerlukan
barang yang dijual
4. Haram, misalnya menjual barang yang dilarang untuk diperjualbelikan. Menjual
barang untuk maksiat, jual beli untuk menyakiti seseorang, jual beli untuk merusak

3. Macam-macam Jual Beli


Macam-macam Jual beli yang diterapkan di masyarakat zaman sekarang ini di
antaranya adalah:
a. Jual beli barter (tukar menukar barang dengan barang)
b. Money changer (pertukaran mata uang)
c. Jual beli kontan (langsung dibayar tunai)
d. Jual beli dengan cara mengangsur (kredit)
e. Jual beli dengan cara lelang (ditawarkan kepada masyarakat umum untuk mendapat
harga tertinggi).
Berbagai macam jual beli tersebut harus dilakukan sesuai hukum jual beli dalam
agama Islam. Hukum asal jual beli adalah mubah (boleh). Allah Swt. telah menghalalkan
praktik jual beli sesuai ketentuan dan s ari‟at-Nya.
a. Bentuk Jual beli yang Terlarang
Jual beli dianggap sah apabila memenuhi syarat dan rukunnya. Jual beli yang sah tapi

94 FIKIH MADRASAH IBTIDAIYAH KELAS VI


terlarang apabila jual beli itu memenuhi syarat dan rukun tetapi melanggar larangan-
larangan syara' atau merugikan kepentingan umum.
1. Jual beli yang tidak sah karena kurang syarat rukun
a. Jual beli dengan sistem ijon, yaitu jual beli yang belum jelas barangnya,
seperti buah-buhan yang masih muda, padi yang masih hijau yang
memungkinkan dapat merugikan orang lain.

b. Jual beli binatang ternak yang masih dalam kandungan dan belum jelas apakah
setelah lahir anak binatang itu hidup atau mati.

c. Jual beli sperma (air mani) binatang jantan


Adapun meminjamkan binatang jantan untuk dikawinkan dengan binatang
betina orang lain tanpa maksud jual beli hal ini sah, malah dianjurkan.

d. Jual beli barang yang belum ada di tangan, maksudnya ialah barang yang
dijual itu masih berada di tangan penjual pertama. Dengan demikian secara
hukum, penjual belum memiliki barang tersebut.

e. Jual beli benda najis, minuman keras, babi, bangkai dan sebagainya.
2. Jual beli sah tapi terlarang
Jual beli ini disebabkan karena ada satu sebab atau akibat dari perbuatan itu. Yang
termasuk dalam jual beli jenis ini adalah:
i. Jual beli yang dilakukan pada waktu salat jum'at. Hal ini akan
menyebabkan orang lupa menunaikan salat jum'at.

ii. Jual beli dengan niat untuk ditimbun pada saat masyarakat membutuhkan.
Jual beli ini sha tetapi dilarang karena ada maksud tidak baik, yaitu akan
menjualnya dengan harga yang lebih mahal

iii. Membeli barang dengan menghadang di pinggir jalan. Hal ini sah tetapi
terlarang karena penjual tidak mengetahui harga umum di pasar sehingga
memungkinkan ia menjual barangnya dengan harga lebih rendah.
iv. Membeli atau menjual barang yang masih dalam tawaran orang lain.

v. Jual beli dengan menipu, seperti mengurangi timbangan, takaran atau


ukuran.
vi. Jual beli alat-alat untuk maksiat.

FIKIH MADRASAH IBTIDAIYAH KELAS VI 95

Anda mungkin juga menyukai